Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

" CARA KERJA ILMU - ILMU EMPIRIS "

Dosen pembimbing:

Sudarto Murtaufiq, S.Th.I, M.Fil.I

Disusun oleh:

1. I'zzatun Nadaa (011910107)


2. Lailatul Fitrotin Nisa' (011910110)
3. Nihayatul Mas'ulah (011910119)
4. Hasanudin (011910104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Sudarto Murtaufiq,S.Th.I,
M.Fil.I Selaku dosen pembimbing mata kuliah filsafat ilmu yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam merangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Lamongan, 3 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

2.1 Pengertian, Objek, dan Prinsip Ilmu Empiris........................................................2

2.2 Cara Kerja Ilmu Empiris..........................................................................................4

2.3 Cara Kerja Ilmu Empiris yang Lebih Khusus....................................................... 4

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu memiliki kedudukan yang mendasar dalam kehidupan manusia. Hampir setiap aktivitas
manusia dikendalikan oleh ilmu. Perkembangan ilmu sendiri sangatlah pesat mengiringi tingkat
tuntutan kebutuhan manusia. Pada dasarnya tujuan pokok lahirnya ilmu adalah untuk
meningkatkan taraf hidup kemanusiaan.

Berdasarkan keragaman dan dinamika kebutuhan manusia, berkembanglah disiplin-disiplin ilmu


empiris, yaitu ilmu - ilmu alam, ilmu hayat, dan ilmu kemanusiaan. Ketiga ilmu tersebut,
terutama terkait dengan sifat objek kajiannya, memiliki kekhasan epistimologis masing-masing.
Kekhasan itu tergambar dalam cara kerja ilmu-ilmu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, objek, dan prinsip ilmu empiris?

2. Bagaimana cara kerja ilmu empiris?

3. Bagaimana cara kerja ilmu empiris yang lebih khusus?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian, objek, dan prinsip ilmu empiris

2. Untuk mengetahui cara kerja ilmu empiris

3. Untuk mengetahui cara kerja ilmu empiris yang lebih khusus


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Objek, dan Prinsip Ilmu Empiris

a). Pengertian Ilmu Empiris

Ilmu Empiris adalah ilmu yang bertitik tolak pada pengalaman indrawi 1. Pengalaman
indrawi diartikan sebagai sentuhan, penglihatan, penciuman, pengecapan seseorang terhadap
sesuatu yang diamatinya. Dengan demikian pengalaman indrawi dari seorang ilmuwan berkaitan
dengan objek penelitian yang sifatnya sangat konkret, faktual, dan berdasar pada pengalaman
indrawi. Dalam pengamatan atau observasi terhadap objek tersebut, seorang peneliti dapat
menggunakan sarana untuk menunjang pengamatannya itu seperti mikroskop, teleskop,
thermometer, neraca ataupun alat-alat pengukur lainnya. Tujuan pengamatan untuk memperoleh
ataupun menangkap semua gejala terhadap semua objek yang diamatinya serta menjelaskan
dengan benar. Hasil dari pengamatan itu berupa data awal yang harus dicatat dengan cermat,
yang kelak akan sangat berguna bagi analisis sebuah penelitian.

b). Objek Ilmu Empiris

Ilmu empiris memiliki objek yang dapat dibedakan dari dua aspek, yaitu objek materi dan
objek formal. Objek materi berupa apa saja yang dapat dimati oleh manusia, seperti alam
semesta, mahluk hidup di dunia ini, dan manusia. Objek formal adalah pokok perhatian
seseorang terhadap sesuatu yang menjadi minatnya yang sangat khusus. Objek formal atau aspek
yang khusus dalam ilmu empiris dapat berupa misalnya minat yang sangat tinggi tentang
kesehatan manusia, tentang pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan, dari hewan,
serta adat istiadat suatu bangsa/masyarakat tertentu. Dari hasil objek formal itulah memunculkan
ilmu-ilmu tertentu yang sifatnya empiris, misalnya ilmu kedokteran, biologi, ilmu teknik, botani,
zoologi, antropologi, ilmu sosial.

c). Prinsip Teori Empiris

1
Train D Heartnet, Ebook: Filsafat ilmu, hlm. 40
John Locke, yang dipanggil sebagai bapak kaum empirisme Inggris, mengajukan sebuah teori
bahwa pikiran manusia pada saat lahir dianggap sebagai selembar kertas lilin yang licin (tabula
rasa) di mana data yang ditangkap pancaindera lalu tergambar disitu. Semakin lama, semakin
banyak kesan pancaindera yang tergambar2. Jadi secara khusus kaum empiris mendasarkan teori
pengetahuannya kepada pengalaman yang ditangkap pancaindera. Karena pengalaman ia
memperoleh pengetahuan, menurutnya pengetahuan yang benar adalah yang bersumber dari
pengalaman indrawi tidak dari pengalaman lainya.3

Beberapa prinsip teori empiris yang didasarkan kepada teori di atas antara lain.4

1. Perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah subyek dan
yang diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang terdiri dari fakta atau obyek yang
ditangkap oleh seseorang.

2. Kebenaran atau pengujian kebenaran dari fakta atau obyek didasarkan kepada pengalaman
manusia. Kaum empiris harus diyakinkan sekurang-kurangnya dalam tiga hal :

 Fakta atau obyek adalah termasuk benda-benda yang dapat dialami manusia

 Bahwa terdapat seseorang yang melihat itu secara langsung ;

 Jika kaum empiris itu sendiri ada di sana, dia sendiri harus menyaksikan fakta atau obyek
tersebut.

3. Prinsip keteraturan. Bagi kaum empiris fakta, misalnya alam, adalah teratur. Dengan
rekonstruksi keteraturan fakta pada masa lalu, kaum empiris merasa cukup beralasan untuk
membuat ramalan mengenai kemungkinan ‘tingkah laku’ benda tersebut di masa depan.

4. Prinsip keserupaan. Keserupaan berarti bahwa bila terdapat gejala-gejala yang berdasarkan
pengalaman adalah identik atau sama, maka kita mempunyai cukup jaminan untuk membuat
kesimpulan yang bersifat umum tentang hal itu (generalisasi).

2
Jujun s. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, cet XI 1994), h.103

3
A. Susanto, Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam dimensi Ontologis, Epistimolgis dan Aksiologis, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2011) , h. 141

4
Jujun s. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, h. 102-103
2.2 Cara Kerja Ilmu Empiris

Pendekatan atau Metode Ilmu Empiris

Pendekatan atau metode merupakan cara seorang ilmuwan atau peneliti mendapatkan
data saat ia sedang melakukan pengamatan. Lazimnya di dalam ilmu empiris seorang ilmuwan
menggunakan pendekatan atau metode induktif. Metode induktif adalah sebuah metode yang
digunakan dalam ilmu empiris yang mencoba menarik kesimpulan dari penalaran yang bersifat
khusus untuk sampai pada penalaran yang umum sifatnya. Pada penalaran yang sifatnya khusus
itu, seorang pengamat akan mengamati beberapa hal atau sesuatu yang memiliki ciri-ciri yang
khusus. Sebagai contoh, saat Toby melihat buah jeruk yang diletakkan di dalam sebuah
keranjang, ia melihat bahwa keduapuluh jeruk itu berwarna kuning dan bentuknya bulat. Atas
dasar itulah Toby menyimpulkan bahwa jeruk (yang berjumlah 20) yang berada di dalam
keranjang semuanya berwarna kuning dan bentuknya bulat. Metode induksi berguna bagi ilmu
empiris karena mendasarkan pada pengamatan faktual dan dipakai sebagai landasan berpijak
pada ilmu empiris.

2.3 Cara Kerja Ilmu-ilmu Empiris Yang Lebih Khusus

a). Cara Kerja Ilmu Alam

1) Pengertian Tentang Ilmu Alam

Ilmu alam adalah ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam (gejala alam yang
tidak hidup). Contoh Ilmu-ilmu alam adalah geologi, astronomi, hidrologi, ilmu kimia, fisika,
meteorologi, geodesi.

2) Sifat Ilmu Alam

Adanya praanggapan bahwa ada hukum alam, yang dapat dikenakan pada seluruh gejala
alam. Sifat hukum alam memiliki ciri kuantitatif, suatu ciri yang melekat pada gejala alam yang
muncul di masa lalu maupun di masa yang akan datang. Ciri kuantitatif merujuk pada kenyataan
bahwa gejala alam memiliki besaran tertentu dan karenanya dapat dihitung, diukur secara
matematis. Selain itu hukum alam memiliki sifat mekanistis, yaitu sifat keteraturan yang melekat
pada gejala alam dan sifat keteraturan itu berjalan secara berkala serta memiliki siklus tertentu.
3) Pendekatan atau Metode Ilmu-ilmu Alam

Pertama, melalui metode observasi atau pengamatan melalui panca indra manusia serta
didukung oleh alat tertentu, alat yang dioperasionalkan untuk menunjang pengamatan tersebut.
Kedua, metode deskripsi yang bertujuan untuk melukiskan, menggambarkan tentang gejala alam
serta interaksi di antara gejala-gejala alam tersebut. Ketiga, metode erklaeren atau metode
eksplanasi, adalah metode untuk menerangkan tentang berbagai hubungan gejala alam itu satu
dengan yang lainnya. Keempat, metode kausalitas, yaitu metode yang mencoba menjelaskan
gejala alam atas dasar hubungan sebab akibat.5

Cara kerja ilmu-ilmu alam adalah berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Pengamatan ( Observasi )

Dalam observasi itu fakta-fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati, diklasifikasikan dan
diklarifikasi, disusun secara teratur ( sistematis ) kemudian ditarik generalisasi-generalisasi
sebagai kesimpulannya. Dari sinilah terwujud hukum-hukum, dalil-dalil, atau teori-teori dari
suatu ilmu.6

Pengamatan yang biasa, ilmu empiris memperoleh bahan-bahan dari kenyataan empiris yang
dapat diamati dengan berbagai macam cara. Observasi sehari-hari dan observasi ilmiah.
Observasi sehari-hari bersifat emosional di kaitkan dengan emosi si pengamat. Pengamatannya
bersifat subjektif yang dipengaruhi oleh persepsi social, dipengaruhi oleh suatu kepentingan yang
bersifat pribadi dengan menguntungkan diri sendiri. Observasi ilmiah, emosi harus
dikesampingkan , prasangka, dan tidak memihak kepada apapun, bahkan unsur subjektif
dihilangkan, hal-hal yang dikenal dan berpengaruh subjek dan variasi. Variasi yang ada tidak
diperhatikan, tidak ada kepentingan dirinya sendiri.

b. Induksi

5
Louis O. Kattsoff, Sebuah Buku Pegangan Untuk Mengenal Filsafat: Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono, (terj.), (Yogyakarta: Tiara
Wacana,1996), hlm. 31

6
Soetrino,SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu…. h. 152
Hal-hal yang diamati harus dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan kemudian disimpulkan
kembali dalam pernyataan-pernyataan umum, setelah terulang kembali maka pernyataan umum
tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum. Jalan pikiran sampai keputusan umum dari
putusan yang sifatnya khusus itu disebut induksi, putusan yang diambil orang bersifat umum
sedangkan putusan yang diadakan setelah tiap-tiap kali mempunyai pengalaman itu adalah
khusus.7

c. Deduksi

Matematika serta logika memungkinkan pengolahan lebih lanjut bahan-bahan empiris begitu
bahan ini tercakup dalam system pernyataan yang runtut.

Jalan pikiran deduksi ini terutama dipergunakan ilmu dalam percobaan, dan itu pun merupakan
pembuktian teori atau hipotesa, maka jalan pikiran itu dirumuskan demikian, jika hukum (umum)
ini benar, maka gejala yang ditimbulkan haruslah demikian dan demikian.8

d. Percobaan-percobaan (eksperiment)

Berdasarkan atas system itu dapat dijabarkan pernyataan-pernyataan khusus tertentu, kemudian
dapat dikaji lagi dalam kerangka observasi eksperimental atau tidak eksperimental kemudian di
verifikasi.

e. Evaluasi

Hasil-hasil kajian membawa kita pada tahap evaluasi suatu teori yang disusun dengan
menggunakan induksi dan deduksi.9

b). Cara Kerja Ilmu Hayat

1) Pengertian Ilmu Hayat

Ilmu hayat adalah ilmu pengetahuan yang membahas gejala alam yang bersifat hidup,
atau memiliki sifat kehidupan. Sifat ilmu hayat adalah empiris, artinya gejala alam yang
7
Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004 ), h. 35

8
Ibid, h. 36

9
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2007) ,h. 80-81
dianggap hidup dapat diamati secara indrawi atau faktual, nyata. Contoh pada ilmu hayat adalah
ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan (zoologi)

2) Sifat Ilmu Hayat

Ilmu hayat memiliki organ-organ yang dapat tumbuh, mati, berkembang biak. Setiap
organ dapat memiliki sel, jaringan yang membentuk suatu sistem yang memiliki nama, fungsi,
peran/tugas, kegunaan serta tujuan tertentu. Sebagai suatu sistem yang baik, maka setiap organ
itu memiliki daya-daya hidup saling melengkapi, saling menunjang sehingga sistem itu berjalan
dengan sempurna.

3) Pendekatan atau Metode Ilmu-ilmu Hayat

Pertama, metode kausal yang berguna untuk melihat hubungan sebab akibat yang berasal
dari hubungan atau interaksi antar organ. Di dalam hubungan kausalitas itu sebenarnya terdapat
semacam “informasi” di antara masing-masing organ, sehingga memungkinkan organ itu
berproses swakendali atau disebut sebagai proses sibernetik.10 Proses sibernatik merupakan
proses yang dikendalikan oleh adanya informasi umpan balik dari organ-organ yang berjalan
secara teratur (mekanistis). Proses umpan balik tersebut diartikan sebagai hubungan timbal balik
di antara organisme. Sebagai contoh, daun mangga ketika masih tunas (kecil) berwarna hijau
muda, ketika tumbuh menjadi lebih besar berwarna hijau tua, dan ketika daun itu mati berwarna
kekuningan dan setelah mengering, maka daun itu gugur. Selama pohon mangga itu masih hidup,
maka terulang proses pertumbuhan daun itu. dari tunas daun hingga daun berwarna hijau tua
kemudian kekuningan dan proses tersebut disebut sebagai proses sibernetik (proses swakendali),
Sementara itu karena adanya asupan informasi masing-masing organisme melalui sel fotografik
maka proses itu dapat berjalan dan berlangsung secara teratur dan berkala.

Kedua, metode mekanistis, yaitu metode yang memunculkan adanya keteraturan tentang
sistem yang berlaku pada gejala atau daya-daya hidup dari organisme. Metode mekanistis
memiliki tujuan tertentu yang disebut sebagai tujuan finalis (tujuan akhir) agar sistem organisme
berjalan dengan sempurna.

10
Train D Heartnet, Ibid hlm. 42
Ketiga, metode genetik, yaitu metode yang mengkaji tentang penelusuran secara historis
bagaimana terjadinya sebuah organ, sel ataupun jaringan tertentu.

Keempat, metode fungsional, yaitu metode yang melihat bahwa masing-masing


organisme itu memiliki fungsi tertentu yang memungkinkan sistem organ itu berjalan dengan
teratur dan baik.

c). Cara Kerja Ilmu-ilmu Kemanusian

1) Pengertian Ilmu-ilmu Kemanusiaan

Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah ilmu yang mengkaji masalah kemanusiaan seperti


masalah: budaya, sosial, politik, ekonomi, yang terdapat pada masyarakat. Ilmu-ilmu
kemanusiaan memiliki objek kajian yang diamati secara empiris dan objek itu dianggap kongkret
karena masalah kemanusiaan itu memiliki objek yang khusus yaitu manusia atau masyarakat
tertentu. Contoh ilmu-ilmu kemanusiaan adalah antropologi, ilmu susastra, ilmu arkeologi, ilmu
sejarah, ilmu sosial, ilmu ekonomi.

2) Sifat Ilmu-ilmu Kemanusiaan

Sifat yang paling menonjol pada ilmu-ilmu kemanusiaan adalah objeknya berkaitan
dengan manusia yang memiliki tindakan bermakna (meaningfull action). Di dalam tindakan
(perilaku) bermakna manusia atau seseorang manghasilkan karya-karya tertantu misalnya karya
sastra seperti Romeo dan Juliet karya William Shakespeare dari Inggris, karya seni seperti tari
Pendet, lukisan yang termashur yaitu Monalisa karya Michelangelo. Untuk itulah apabila ingin
mengkaji ilmu-ilmu kemanusiaan dengan lebih mendalam haruslah digunakan metode yang
tepat, agar objektivitas dan kebenaran ilmiahnya dapat terungkap dengan benar dan sahih.

3) Pendekatan atau Metode Ilmu-ilmu Kemanusiaan

Metode yang sangat mendasar pada ilmu-ilmu kemanusiaan adalah metode pemahaman
(methode verstehen). Metode pemahaman digunakan untuk memahami, meyakini tindakan-
tindakan manusia ketika ia melakukan suatu karya seni ataupun terlibat dalam peristiwa sejarah,
misalnya jatuhnya pemerintahan Orde Baru di Indonesia pada tahun 1998. Di dalam metode
pemahaman digunakan metode wawancara mendalam (depth intervieuw), yang bertujuan untuk
memahami dengan lebih baik dan mendalam tentang para pelaku budaya yang terlibat, misalnya
pada peristiwa sejarah ataupun saat membuat karya seni. Metode yang lain adalah metode
deskripsi, yaitu metode yang digunakan oleh para peneliti untuk mencatat, melukiskan dan
menggambarkan tentang seluruh sifat dan karakteristik dari objek penelitiannya.

Pada awalnya ilmu-ilmu kemanusiaan hanya menggunakan metode kualitatif, yaitu


metode yang bertitik tolak pada nilai-nilai (value) kemanusiaan (nilai moral, nilai budaya, nilai
agama, nilai estetis/keindahan, dan sebagainya) dalam menganalisis data penelitiannya. Tetapi
dengan perkembangan dan demi kemajuan ilmu itu, maka ilmu-ilmu kemanusiaan di awal abad
XX dan sampai saat ini telah menggabungkan metode statistik ke dalam penelitiannya. Sebagai
contoh, di dalam penelitian pada psikologi, ilmu sosial, serta ilmu ekonomi, mereka telah
menggunakan metode statistik dalam mengolah data penelitiannya.

Cara kerja ilmu-ilmu kemanusiaan sebelum abad ke-19 hendak disamakan dengan cara
kerja ilmu-ilmu alam, padahal obyek kajiannya berbeda secara prinsipil. Dalam kaitan ini ciri
khas ilmu-ilmu kemanusiaan ada empat, yakni.11

a. Obyek penyeledikannya adalah manusia dengan keseluruhan lahir-batinnya. Ia memiliki


keinginan, harapan, sifat interaktif dan selanjutnya. Dalam suatu peninjauan yang dipentingkan
adalah obyeknya. Walaupun tidak mungkin mendapatkan obyektivitas yang absolute.12

b. Cara pandang analog, artinya tidak memiliki hukum yang tetap, sebab ruang dan waktu, letak
geografis serta tantangan yang berbeda menghasilkan pola perilaku dan dan kebudayaan yang
berbeda. Hal demikian itu menjadikan kebenaran relatif dan sulit untuk mencapai kepastian,
sehingga sulit juga mengadakan generalisasi.

c. Tidak biasa mencita-citakan suatu titik pangkal “pengamatan murni” tanpa prasangka. Hal ini
karena mau tidak mau manusia (peneliti) terlibat dalam obyek yang dikajinya. Sehingga Ilmu
social lebih bersifat subyektif.

d. Tidak bebas nilai, tetapi justru menghasilkan nilai-nilai.

11
Slamet Muliono R, Wacana Ilmu (Pengantar Filsafat Ilmu).., h. 49-50

12
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama…, h.57
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu Empiris adalah ilmu yang bertitik tolak pada pengalaman indrawi. Pengalaman indrawi
diartikan sebagai sentuhan, penglihatan, penciuman, pengecapan seseorang terhadap sesuatu
yang diamatinya. Dengan demikian pengalaman indrawi dari seorang ilmuwan berkaitan dengan
objek penelitian yang sifatnya sangat konkret, faktual, dan berdasar pada pengalaman indrawi.

Lazimnya di dalam ilmu empiris seorang ilmuwan menggunakan pendekatan atau metode
induktif. Lebih khususnya dibedakan menjadi 3 yaitu ilmu alam, ilmu hayat, dan ilmu
kemanusiaan. Metode ilmu alam ada 4 yaitu metode observasi, metode deskripsi,metode
eksplanasi, dan metode kausalitas. Metode ilmu hayat ada 4 yaitu metode kausal, metode
mekanistik, metode genetik, metode fungsional. Dalam metode ilmu kemanusiaan menggunakan
metode pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu Filsafat dan Agama, Bandung, 1981.

Heartnet, Train D., Ebook : Filsafat Ilmu.

Kattsoff, Louis O., Sebuah Buku Pegangan Untuk Mengenal Filsafat: Pengantar Filsafat,
Soejono Soemargono, (terj.), (Yogyakarta: Tiara Wacana,1996).

Muliono R., Slamet, Wacana Ilmu (Pengantar Filsafat Ilmu),Jakarta, Forum Langit Biru, Cet. I,
2002.

Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, Jakarta : Rineka Cipta,
2004.

Soetrino, SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Yogyakarta :Andi
Offset, 2007.

Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta : Bumi Aksara, 2007.

Suriasumantri , Jujun S., Filsafat Ilmu, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Cet. XVI, 2003.

Suriasumantri , Jujun S., Ilmu dalam Perspektif, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, Cet. XI, 1994.

Susanto ,A., Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam dimensi Ontologis, Epistimolgis dan Aksiologis,
Jakarta : Bumi Aksara, 2011.

Anda mungkin juga menyukai