Anda di halaman 1dari 5

ASUMSI DASAR MENGENAL PSIKOLOGI KOGNITIF

Mata Kuliah : Psikologi Kognitif

Dosen :
Yunita Faela Nisa, S. Psi, M.Si

Nama Anggota Kelompok :


Ahmad Zulyaden Nasution (11140700000163)
Siti Hodijah (11160700000039)
Ginda Veriantari (11160700000059)
Zulpha Aeni Salis (11160700000060)
Rahajeng Vika Hapsari (11160700000061)
Asshifa Sabrina (11160700000065)
Zahra Sakina Andri (11160700000066)

Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
2018
Matlin (1989):
 Proses kognitif cenderung lebih aktif daripada pasif. Manusia selalu berupaya
mencari informasi, memperoleh pengetahuan dan mengikuti perkembangan
pengetahuan yang baru. Kecenderungan aktif ini paling sedikit dapat dilihat pada rasa
ingin tahu yang tinggi yang dimiliki orang-orang terhadap hal-hal baru, atau
mengajukan pertanyaan kepada orang lain mengenai informasi yang belum
dimengerti. Demikian juga hal ini terjadi pada anak-anak yang selalu bertanya kepada
orang dewasa mengenai apa saja yang berada di sekitar mereka yang ingin diketahui.
 Proses kognitif berlangsung sangat efisien dam akurat. Perkembangan bahasa
misalnya, hal ini disebabkan manusia memiliki kesanggupan untuk mengenal kata-
kata baru dan struktur bahasa yang kompleks. Kesalahan yang terjadi pada manusia
sebenarnya lebih disebabkan oleh ketidaktepatan dalam menggunakan strategi
daripada oleh kapasitas kognisi yang dimilikinya. Misalnya pada waktu seorang
tengah mengerjakan suatu tugas di kantor, kemudian tiba-tiba semua informasi yang
pernah disimpan muncul dari ingatannya. Tentu proses kognitif menjadi kacau dan
akibatnya pekerjaan itu mungkin terpaksa harus dihentikan atau ditunda.
 Proses kognitif cenderung lebih efektif ketika menangani informasi positif daripada
negatif. Orang akan lebih mudah memahami kalimat penyataan yang positif daripada
kalimat yang negatif. Kebanyakan orang cenderung lebih akurat di dalam mengingat
informasi positif daripada informasi negatif. Contoh, di dalam pembentukan sebuah
konsep, kinerja pikiran lebih baik di dalam memilih mana yang menjadi contoh-
contoh sebuah konsep daripada memilih yang bukan contoh-contoh konsep itu.
 Proses kognitif tidak dapat diamati secara langsung. Tidak seorangpun di antara kita
dapat melihat apa yang terjadi di dalam pikiran seseorang yang sedang belajar,
membuat keputusan, atau memecahkan masalah. Oleh sebab itu, kita sering
mengalami kesulitan untuk menerangkan bagaimana proses-proses kognitif
berlangsung. Meski proses-proses kognitif tidak dapat diamati secara langsung,
namun para peneliti cukup cerdik dengan hal ini, dengan cara menerjemahkan proses-
proses kognitif yang sedang diteliti ke dalam respon-respon tertentu yang dapat
diukur atau diamati. Misalnya, mereka dapat menerjemahkan kecepatan subjek dalam
merepon stimulus menurut ukuran detik atau menit, dan beberapa jumlah kesalahan
yang dibuat subjek selama lima belas atau dua puluh kali melakukan latihan.
 Proses kognitif saling berkaitan antara unit satu dengan yang lain, dan tidak berjalan
sendiri-sendiri. Misalnya persepsi, bukan semata-mata terletak pada pemrosesan
stimulus dari luar saja (bottom-up processing), tetapi juga melihatkan pengetahuan
yang dimiliki seseorang dan telah tersimpan di dalam ingatannya (top-down
processing).
 Proses kognitif menjadi lebih efektif karena latihan. Misalnya, tugas-tugas membaca
permulaan pada anak-anak, mula-mula mereka melakukan tugas ini dengan penuh
usaha kognitif. Namun, melalui latihan membaca yang dilakukan berulangkali, maka
tugas membaca menjadi pekerjaan yang hanya menuntut sedikit usaha kognitif,
bahkan akhirnya menjadi otomatis.
 Proses kognitif dapat dipengaruhi oleh konteks tugas. Di dalam tugas-tugas penilaian
dan pembuatan keputusan, maka sesuatu objek yang sama dapat di nilai berbeda oleh
dua orang karena konteksnya berbeda. Misalnya terhadap suhu udara, seseorang dapat
menilai bahwa suhu udara di luar sangat panas karena ia baru saja keluar dari ruangan
ber-AC. Sebaliknya orang lain yang berada di luar boleh jadi tidak merasakan bahwa
suhu udara di luar panas. Padahal, sebenarnya objek yang di nilai adalah sama atau
tidak berubah dan hanya konteksnya yang berubah.
Begitu juga ketika orang menghadapi tugas tertentu. Penyelesaian tugas dapat
dirasakan cukup lama, sementara pada waktu yang lain dapat dirasakan lebih cepat.
Misalnya ketika menunggu teman di stasiun kereta terasa sangat lama ketika pikirab
seseorang di dalam kondisi pasif. Sebaliknya ketika sedang menunggu sambil
membaca koran atau bercakap-cakap dengan seseorang yang ada di dekatnya, maka
tugas menunggu terasa sebentar.
 Proses kognitif cenderung dipengaruhi oleh emosi yang tengah dialami seseorang.
Secara umum tugas-tugas kognitif misalnya mengingat, belajar, membuat keputusan
atau memecahkan masalah, dapat dilakukan dengan lebih efektif ketika seseorang
sedang bergembira daripada bersedih. Selain itu, di dalam tugas-tugas kognitif yang
lain misalnya persepsi, orang yang sedang bahagia lebih siap menerima informasi
positif atau hal-hal yang menyenangkan. Sebaliknya, orang yang sedih lebih siap
menerima informasi negatif atau hal-hal yang menyedihkan. Dengan demikian emosi
yang tengah dialami seseorang dapat membuat dirinya bersikap selektif terhadap
masukan informasi. Di samping itu, juga kecocokan antara emosi yang tengah dialami
seseorang dengan jenis masukan informasi dapat membuat proses-proses kognitif
menjadi lebih efektif.

Neisser (1967):
 istilah kognisi mengacu pada seluruh proses di mana input sensorik diubah,
dimaknai, disimpan, diambil kembali, dan digunakan. Jadi kognisi dilibatkan dalam
keseluruhan hal yang mungkin dilakukan manusia; bahwa seluruh fenomena
psikologis adalah fenomena kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Solso, Robert L, Otto H. Maclin dan M. Kimberly Maclin.2008. Psikologi Kognitif.
Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai