Patient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman. Enam sasaran keselamatan pasien berdasarkan Standar
Akreditasi versi 2012 yaitu
a. Sasaran I: ketepatan identifikasi pasien
Pelaksanaan sasaran I di Ruang Perawatan B masih belum optimal karena
masih ada pasien yang belum menggunakan gelang dari IGD atau front office,
namun dalam identifikasi pasien sebelum tindakan sudah menggunakan dua
identitas, yaitu nama dan RM.
b. Sasaran II: peningkatan komunikasi yang efektif
Pelaksanaan sasaran II di Ruang perawatan B saat menerapkan komunikasi
lewat telepon secara SBAR dan telah melakukan sosialisasi komunikasi
menggunakan SBAR, akan tetapi masih belum menerapkan pendokumentasian
secara SBAR. Seperti saat perawat melakukan konsultasi pasien kepada dokter
melalui telepon, perawat menulis pesan yang diterima kemudian membacakan
kembali hasil yang ditulis. Perawat menulis di catatan perkembangan pasien
semua tindakan yang sudah dilakukan dan planning yang akan di lakukan
kepada pasien kemudian menyampaikan secara lisan apa yang telah ditulis
kepada perawat yang akan melanjutkan shift selanjutnya.
c. Sasaran III: peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (LASA dan
High-alert)
Ruang perawatan B tidak mempunyai persedian obat-obat yang perlu
diwaspadai (high alert) sehingga tidak menyediakan label khusus obat tersebut.
106
Tidak tersedianya obat obatan high alert karena peraturan dari rumah sakit dan
bila ada pasien yang membutuhkan maka ruangan meresepkan ke apotik.
d. Sasaran IV: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Pelaksanaan sasaran IV di Ruang Perawatan B tidak dapat dilaksanakan karena
tidak ada mark site operasi pada rekam medis pasien.
e. Sasaran V: pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pelaksanaan sasaran V masih belum optimal karena belum terjadwalnya
melakukan sosialisasi hand hygiene secara rutin pada pasien dan keluarga.
f. Sasaran VI: pengurangan resiko pasien jatuh.
Pengurangan resiko pasien jatuh pada sasaran VI keselamatan pasien sudah
dilaksanakan, namun belum ada pengkajian dan monitoring resiko jatuh pada
lembar rekam medik pasien. Pelaksanaan patient safety di Ruang Perawatan B
sudah terlaksana dengan baik.
5.1.1 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (LASA
and High-Alert)
a. Evaluasi Struktur
Mahasiswa Praktek Pendidikan Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan menyiapkan rencana kegiatan manajemen keperawatan dengan
Plan Of Action yang jelas dengan target waktu, kriteria hasil pencapaian,
dan penanggung jawab setiap kegiatan. Mahasiswa melakukan pengkajian
pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November 2016, untuk
mengevaluasi pelaksanaan sasaran III patient safety yaitu evaluasi terkait
pemberian label pada tempat penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
Mahasiswa mendapatkan hasil bahwa pada label keranjang tempat obat
pasien masih belum terdapat identitas pasien tetapi hanya nomor kamar
pasien. Mahasiswa kemudian merencanakan untuk membuat pelabelan obat
pada tempat keranjang pasien (nama, RM, tanggal lahir, dan nomor kamar).
Mahasiswa melakukan persiapan untuk pelaksanaan sasaran III ini dengan
menyiapkan label untuk penyimpanan obat, kitir cairan intravena, kitir obat
dengan syringe pump, sekaligus sebagai sosialisasi pada perawat di Ruang
107
Gambar 5.1 Pemberian label pada tempat obat oran dan injeksi dengan 2 identitas
(nama, nomor registrasi, dan nomor kamar)
c. Evaluasi Hasil
Pengaplikasian sasaran III patient safety mendapat dukungan dari
perawat dan kepala Ruang Perawatan B. Perawat Ruang Perawatan B mulai
menerapkan sasaran III patient safety seperti berpartisipasi dalam pemberian
label di keranjang obat pasien. Berdasarkan hasil evaluasi dengan observasi
di Ruang Perawatan B didapatkan bahwa pelabelan obat dilanjutkan oleh
perawat Ruang Perawatan B, dan dapat dilaksanakan sesuai yang dilakukan
oleh mahasiswa.
Gambar 5.4 Pemasangan tanda resiko jatuh dan pemberian edukasi kepada
keluarga dalam pencegahan jatuh
Pada tanggal 8 November 2016, tim berdiskusi dengan ketua tim Ruang
Perawatan B dan mengikuti kegiatan supervisi yang akan dilakukan di
RSU Kaliwates. Secara khusus belum dilakukan supervisi yang
terstruktur, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah petugas supervisor
yang didelegasikan oleh RS untuk datang ke semua unit RS namun
tidak ada check list khusus untuk tindakan supervisi tersebut.
Selanjutnya mahasiswa melakukan role play supervisi dari ketua tim ke
perawat pelaksana dengan diketahui dari ketua tim Ruang Perawatan B
pada tanggal 21 November 2016.
Gambar 5.5 Role play supervisi keperawatan ketua tim kepada perawat
pelaksana
3. Evaluasi Hasil
Selama praktik Stase Manajemen Keperawatan mulai dari tanggal 31
Oktober-21 November 2016 saat ini, tim mendapatkan beberapa hasil
dari proses yang telah dilakukan. Supervisi dari kepala ruang ke ketua
tim maupun ketua tim ke perawat pelaksana belum berjalan secara
optimal. Supervisi Bidang Pelayanan Keperawatan di RSU Kaliwates
belum dilakukan oleh kepala ruangan dan ketua tim. Berdasarkan
kebijakan di RSU Kaliwates terkait dengan supervisi masih dijadikan
satu dengan manager on duty yang dilakukan setiap hari pada shift
malam yang telah di delegasikan sebagai tim dan telah ikuti oleh
113
Gambar 5.6 Pelaksanaan role play diskusi refleksi kasus oleh mahasiswa profesi
bersama perawat Ruang Perawatan B
3. Evaluasi Hasil
Pada tanggal 17 November 2016, mahasiswa telah melakukan diskusi
yang meliputi:
a) Diskusi bersama mengenai penyebab belum adanya diskusi refleksi
kasus (DRK). Mahasiswa menemukan hasil atau kesimpulan dari
diskusi tersebut yaitu RSU Kaliwates khususnya Ruang Perawatan B
belum menerapkan diskusi refleksi kasus (DRK) karena belum
terpapar dengan konsep tersebut. Konsep yang selama ini dipahami
oleh rumah sakit adalah konsep diskusi refleksi kasus yang melibatkan
tenaga medis, gizi, farmasi, dan analis kesehatan, namun pelaksanaan
diskusi refleksi kasus juga masih belum mampu terealisasikan secara
115
2. Evaluasi proses
Terdapat 1 perawat (pembimbing) yang mengikuti diskusi bersama
mahasiswa terkait penggunaan metode SBAR dalam pendokumentasian
buku timbang terima Ruang Perawatan B RSU Kaliwates Jember.
3. Evaluasi hasil
pembimbing ruangan telah menjelaskan bahwa Ruang Perawatan B
masih belum dapat menerapkan pendokumentasian dengan metode
SBAR karena keterbatasan waktu dan beban kerja perawat yang tinggi.
Di samping itu, pendokumentasian menggunakan metode SBAR yang
diterapakan mahasiswa tidak bisa melihat langsung perkembangan pasien
dalam satu halaman dokumentasi, sehingga saat perawat ingin melihat
perkembangan pasien pada shift atau hari sebelumnya maka perawat
harus mencari dan membuka lembar dokumentasi beberapa lembar
sebelumnya dan tidak bisa melihat langsung dalam satu halaman. Hal ini
118
3. Evaluasi hasil
Perawat Ruang Perawatan B masih belum dapat menerapkan
pendokumentasian sesuai format SBAR karena keterbatasan waktu dan
beban kerja perawat yang tinggi.
c. Rencana Tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu menjadi masukan terhadap
Ruang Perawatan B dan bagian manajerial keperawatan RSU Kaliwates
Jember untuk menerapkan pendokumentasian timbang terima pasien sesuai
format SBAR dengan 1 format SBAR hanya untuk 1 pasien.