Anda di halaman 1dari 16

105

BAB 5. EVALUASI KEGIATAN

5.1 Kegiatan Masalah 1: Belum Optimalnya Pelaksanaan Patient Safety di


Ruang Perawatan B yaitu Belum Terdapat Tanda Pasien Resiko Jatuh
pada setiap Meja Pasien, Kitir Cairan Infus dan Kitir Obat yang
Menggunakan Syringe Pump Belum Dilengkapi dengan Nama, RM, dan
Tanggal Lahir Pasien, Dosis dan Tanggal Penggantian Dikarenakan
Kurang Maksimalnya Pengawasan Perawat terhadap Pengelolaan Obat

Patient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman. Enam sasaran keselamatan pasien berdasarkan Standar
Akreditasi versi 2012 yaitu
a. Sasaran I: ketepatan identifikasi pasien
Pelaksanaan sasaran I di Ruang Perawatan B masih belum optimal karena
masih ada pasien yang belum menggunakan gelang dari IGD atau front office,
namun dalam identifikasi pasien sebelum tindakan sudah menggunakan dua
identitas, yaitu nama dan RM.
b. Sasaran II: peningkatan komunikasi yang efektif
Pelaksanaan sasaran II di Ruang perawatan B saat menerapkan komunikasi
lewat telepon secara SBAR dan telah melakukan sosialisasi komunikasi
menggunakan SBAR, akan tetapi masih belum menerapkan pendokumentasian
secara SBAR. Seperti saat perawat melakukan konsultasi pasien kepada dokter
melalui telepon, perawat menulis pesan yang diterima kemudian membacakan
kembali hasil yang ditulis. Perawat menulis di catatan perkembangan pasien
semua tindakan yang sudah dilakukan dan planning yang akan di lakukan
kepada pasien kemudian menyampaikan secara lisan apa yang telah ditulis
kepada perawat yang akan melanjutkan shift selanjutnya.
c. Sasaran III: peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (LASA dan
High-alert)
Ruang perawatan B tidak mempunyai persedian obat-obat yang perlu
diwaspadai (high alert) sehingga tidak menyediakan label khusus obat tersebut.
106

Tidak tersedianya obat obatan high alert karena peraturan dari rumah sakit dan
bila ada pasien yang membutuhkan maka ruangan meresepkan ke apotik.
d. Sasaran IV: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Pelaksanaan sasaran IV di Ruang Perawatan B tidak dapat dilaksanakan karena
tidak ada mark site operasi pada rekam medis pasien.
e. Sasaran V: pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pelaksanaan sasaran V masih belum optimal karena belum terjadwalnya
melakukan sosialisasi hand hygiene secara rutin pada pasien dan keluarga.
f. Sasaran VI: pengurangan resiko pasien jatuh.
Pengurangan resiko pasien jatuh pada sasaran VI keselamatan pasien sudah
dilaksanakan, namun belum ada pengkajian dan monitoring resiko jatuh pada
lembar rekam medik pasien. Pelaksanaan patient safety di Ruang Perawatan B
sudah terlaksana dengan baik.

5.1.1 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (LASA
and High-Alert)
a. Evaluasi Struktur
Mahasiswa Praktek Pendidikan Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan menyiapkan rencana kegiatan manajemen keperawatan dengan
Plan Of Action yang jelas dengan target waktu, kriteria hasil pencapaian,
dan penanggung jawab setiap kegiatan. Mahasiswa melakukan pengkajian
pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November 2016, untuk
mengevaluasi pelaksanaan sasaran III patient safety yaitu evaluasi terkait
pemberian label pada tempat penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
Mahasiswa mendapatkan hasil bahwa pada label keranjang tempat obat
pasien masih belum terdapat identitas pasien tetapi hanya nomor kamar
pasien. Mahasiswa kemudian merencanakan untuk membuat pelabelan obat
pada tempat keranjang pasien (nama, RM, tanggal lahir, dan nomor kamar).
Mahasiswa melakukan persiapan untuk pelaksanaan sasaran III ini dengan
menyiapkan label untuk penyimpanan obat, kitir cairan intravena, kitir obat
dengan syringe pump, sekaligus sebagai sosialisasi pada perawat di Ruang
107

Perawatan B, serta menunjuk penanggung jawab untuk pelaksanaan sasaran


III patient safety.
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan praktek pengoptimalan penerapan sasaran III
dilaksanakan 7 sampai dengan 24 November 2016 yang dilakukan
bersamaan dengan role play kegiatan mahasiswa Manajemen Keperawatan.
Pelaksanaan pengoptimalan sasaran III dilaksanakan oleh mahasiswa dan
mendapat dukungan dari perawat dan kepala Ruang Perawatan B. Kegiatan
yang dilakukan yaitu:
1. Melakukan diskusi terkait pelaksanaan pengoptimalan sasaran III
patient safety kepada Ketua Tim Ruang Perawatan B;
2. Melakukan pelabelan tempat keranjang obat pasien yang sudah diberi
nama, tanggal lahir, RM, dan nomor kamar;

Gambar 5.1 Pemberian label pada tempat obat oran dan injeksi dengan 2 identitas
(nama, nomor registrasi, dan nomor kamar)

3. Memberikan kitir cairan intravena dan kitir obat syringe pump.


108

Gambar 5.2 Pemberian kitir cairan dan obat syringe pump


Selama pelaksanaan pengoptimalan sasaran III ini sudah dilakukan
oleh mahasiswa dan perawat di Ruang Perawatan B.

c. Evaluasi Hasil
Pengaplikasian sasaran III patient safety mendapat dukungan dari
perawat dan kepala Ruang Perawatan B. Perawat Ruang Perawatan B mulai
menerapkan sasaran III patient safety seperti berpartisipasi dalam pemberian
label di keranjang obat pasien. Berdasarkan hasil evaluasi dengan observasi
di Ruang Perawatan B didapatkan bahwa pelabelan obat dilanjutkan oleh
perawat Ruang Perawatan B, dan dapat dilaksanakan sesuai yang dilakukan
oleh mahasiswa.

5.1.2 Standar V: Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


a. Evaluasi struktur
Mahasiswa menyiapkan rencana kegiatan manajemen keperawatan
terkait pengoptimalan standar V yaitu pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan dalam bentuk Plan of Action yang telah disusun
dengan target waktu, kriteria hasil, pencapaian dan penanggungjawab.
Pengoptimalan dalam upaya pengurangan resiko infeksi dapat berkaitan
dengan penerapan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun (handwash)
maupun handrub dan evaluasi adanya kejadian plebitis secara berkala yaitu
setiap 3 hari sekali.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan mahasiswa pada tanggal
31 Oktober sampai dengan 2 November 2016 ditemukan bahwa penerapan
handwash/handrub serta efisiensi penggunaan APD oleh petugas kesehatan
sudah berjalan optimal namun penerapan handwash/handrub serta
109

sosialisasi hand hygiene kepada keluarga pasien belum optimal serta


terdapat beberapa botol handrub yg masih dalam kondisi kosong. Selain itu,
penggantian infus setiap 3 hari belum dilakukan oleh perawat yang bertugas
serta plester untuk infus masih ada yang belum disertakan waktu
pemasangan infus sehingga akan kesulitan untuk menentukan lama hari
infus yang telah terpasang.
b. Evaluasi proses
Mahasiswa telah melakukan diskusi dengan perawat jaga tentang
pelaksanaan patient safety di Ruang Perawatan B. Mahasiswa telah
melakukan beberapa tindakan sesuai dengan Plan of Action yang telah
disusun selama melakukan tugas roleplay sesuai peran masing-masing
terhitung tanggal 7 sampai dengan 24 November 2016. Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan meliputi:
1. Sosialisasi hand hygiene pada pasien dan keluarga pasien di Ruang
Perawatan B.

Gambar 5.3 Sosialisasi hand hygiene kepada keluarga pasien di Ruang


Perawatan B
2. Memberikan identitas waktu setiap kali melakukan pemasangan infus
untuk mempermudah pengecekan lama hari infus terpasang.
3. Melakukan pengecekan pada botol handrub baik di kamar pasien, di
lorong Ruang Perawatan B maupun di nurse station Ruang Perawatan
B setiap hari sesuai dengan peran ketika role play. Jika handrub
kosong, maka mahasiswa memberitahu perawat ruangan atau cleaning
service untuk melakukan pengisian.
c. Evaluasi hasil
Pasien dan keluarga pasien di Ruang Perawatan B sudah bisa
melakukan handrub, dan botol handrub yang disediakan di setiap kamar
pasien di Ruang Perawatan B, maupun di lorong sudah terisi. Pada setiap
110

pemasangan infus sudah disertakan tanggal pemasangan sehingga nantinya


akan mudah mengobservasi waktu yang untuk penggantian infus baru.

5.1.3 Pelaksanaan Patient Safety Standar 6: Pengurangan Resiko Jatuh Pasien


a. Evaluasi Struktur
Mahasiswa telah membuat daftar prioritas masalah. Pada patient
safety khususnya permasalahan yang muncul pada standar 6 yaitu
pengurangan resiko jatuh pasien. Kelompok kami telah melakukan
implementasi pada standar 6 dengan membuat checklist tentang
pengurangan risiko pasien jatuh meliputi penerapan assesmen awal pasien
risiko jatuh dan asessmen ulang pada pasien bila ada perubahan kondisi atau
pengobatan, penerapan langkah-langkah pencegahan diantaranya dengan
memasang tanda resiko jatuh sedang dan tinggi pada setiap bed dan
pengamanan bagi pasien yang dianggap berisiko yang diimplementasikan
pada 7 sampai dengan 24 November 2016, monitor dan evaluasi berkala
terhadap keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak terkait.
b. Evaluasi Proses
Implementasi yang dilakukan pada patient safety standart 6 yaitu
dengan cara memberikan label pasien jatuh pada setiap bed pasien.
Mahasiswa memberikan informasi kepada keluarga pasien terkait fungsi
dari pemasangan label patient safety, sehingga keluarga pasien dapat
memahami dan mencegah terjadinya resiko pasien jatuh.
c. Evaluasi Hasil
Mahasiswa telah melakukan sosialisasi patient safety pada standart
6, yang dilakukan meliputi mengidentifikasi patient safety yang telah
dilakukan di Ruang Perawatan B oleh mahasiswa. Hasil dari identifikasi
pelaksanaan patient safety untuk standar keenam yaitu pengurangan resiko
pasien jatuh sudah dilaksanakan seperti pada point penerapan assesment
awal pasien risiko jatuh dan asessment ulang pada pasien bila ada perubahan
kondisi atau pengobatan, penerapan langkah-langkah pencegahan dan
pengamanan bagi pasien yang dianggap berisiko dengan cara menjelaskan
kepada keluarga tentang fungsi dari penatalaksanaan resiko jatuh.
111

Gambar 5.4 Pemasangan tanda resiko jatuh dan pemberian edukasi kepada
keluarga dalam pencegahan jatuh

5.2 Kegiatan Masalah 2: Belum Optimalnya Pelaksanaan Model


Penugasan Tim di Ruangan Meliputi Belum Berjalannya Diskusi
Refleksi Kasus dan juga Supervisi Keperawatan yang berada di Ruang
Perawatan B
5.2.1 Belum Adanya Supervisi Berfokus pada Peran Ketua Tim sebagai
Supervisor pada Perawat Pelaksana di Ruang Perawatan B
a. Mendiskusikan dengan kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana
terkait pengadaan format pelaksanaan supervisi di Ruang Perawatan B.
1. Evaluasi Struktur
Mahasiswa membentuk tim yang beranggotakan 5 orang sebagai
penanggung jawab untuk melakukan diskusi dengan ketua tim terkait
tugas ketua tim yang salah satunya sebagai supervisor. Tim membuat
format supervisi yang disesuaikan dengan RSU Kaliwates. Format
tersebut selanjutnya dijadikan acuan untuk dilakukan role play
pelaksanaan supervisi dari ketua tim ke perawat pelaksana.
2. Evaluasi Proses
112

Pada tanggal 8 November 2016, tim berdiskusi dengan ketua tim Ruang
Perawatan B dan mengikuti kegiatan supervisi yang akan dilakukan di
RSU Kaliwates. Secara khusus belum dilakukan supervisi yang
terstruktur, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah petugas supervisor
yang didelegasikan oleh RS untuk datang ke semua unit RS namun
tidak ada check list khusus untuk tindakan supervisi tersebut.
Selanjutnya mahasiswa melakukan role play supervisi dari ketua tim ke
perawat pelaksana dengan diketahui dari ketua tim Ruang Perawatan B
pada tanggal 21 November 2016.

Gambar 5.5 Role play supervisi keperawatan ketua tim kepada perawat
pelaksana

3. Evaluasi Hasil
Selama praktik Stase Manajemen Keperawatan mulai dari tanggal 31
Oktober-21 November 2016 saat ini, tim mendapatkan beberapa hasil
dari proses yang telah dilakukan. Supervisi dari kepala ruang ke ketua
tim maupun ketua tim ke perawat pelaksana belum berjalan secara
optimal. Supervisi Bidang Pelayanan Keperawatan di RSU Kaliwates
belum dilakukan oleh kepala ruangan dan ketua tim. Berdasarkan
kebijakan di RSU Kaliwates terkait dengan supervisi masih dijadikan
satu dengan manager on duty yang dilakukan setiap hari pada shift
malam yang telah di delegasikan sebagai tim dan telah ikuti oleh
113

mahasiswa profesi ners stase managemen keperawatan di RSU


Kaliwates. Selain dilakukan oleh kepala ruangan dan ketua tim
manager on duty juga dilakukan oleh manager bidang keperawatan
kepada semua unit yang dilakukan setiap hari Senin, Selasa, dan Kamis
pada pukul 17.00-21.00 WIB, manager on duty yang dilakukan adalah
terkait dengan jumlah pasien dan masalah yang ada pada pasien saat itu.
Manager on duty dilakukan di semua unit, bukan hanya di unit
pelayanan keperawatan namun juga dilakukan di semua unit seperti unit
penunjang medis, unit medis, gizi, dan lain-lain. Perawat juga sudah
mendapatkan sosialisasi tentang pelaksanaan supervisi sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat di ruangan sehingga dengan adanya supervisi
tersebut diharapkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dapat lebih baik dan optimal.

5.2.2 Belum Adanya Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Perawatan B


a. Mendiskusikan dengan kepala ruangan Ruang Perawatan B (kepala
instalasi rawat inap) dan Ketua Tim Ruang Perawatan B terkait penyebab
belum adanya diskusi refleksi kasus (DRK) di RSU Kaliwates Jember
1. Evaluasi Struktur
Mahasiswa mengagendakan waktu untuk pelaksanaan diskusi, kemudian
melakukan koordinasi dengan kepala ruangan dan juga ketua TIM yang
sekaligus menjadi CI di Ruang Perawatan Bterkait penetapan jadwal
pelaksanaan diskusi dan kesediaan untuk menghadiri diskusi. Selanjutnya
mahasiswa melaksanakan diskusi dengan Ketua Tim Ruang Perawatan
Bdan juga beberapa perawat pelaksana sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati yaitu 17 November 2016 yang dilaksanakan di Ruang
Pertemuan disamping ruang BPJS.
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan diskusi yang dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016
bersamaan dengan adanya jadwal rapat rutin ruangan di ruang pertemuan
Ruang Perawatan B dan dihadiri oleh kepala ruang, Ketua Tim Ruang
Perawatan B dan juga 8 orang perawat pelaksana. Sebelumnya
mahasiswa melakukan pemaparan kembali hasil pengkajian yang telah
114

dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 4 November 2016 sampai adanya


penetapan masalah terkait pelaksanaan diskusi refleksi kasus (DRK) di
Ruang Perawatan B yaitu pada pasien atas inisial Tn.S (60 tahun) dengan
CVA infark, Diabetes Mellitus tipe II. Selanjutnya mahasiswa
mengusulkan kepada kepala ruang dan juga CI ruangan terkait rencana
untuk diskusi refleksi kasus (DRK). Pelaksanaan diskusi berjalan dengan
lancar sehingga didapatkan hasil sesuai kesepakatan dalam diskusi.

Gambar 5.6 Pelaksanaan role play diskusi refleksi kasus oleh mahasiswa profesi
bersama perawat Ruang Perawatan B

3. Evaluasi Hasil
Pada tanggal 17 November 2016, mahasiswa telah melakukan diskusi
yang meliputi:
a) Diskusi bersama mengenai penyebab belum adanya diskusi refleksi
kasus (DRK). Mahasiswa menemukan hasil atau kesimpulan dari
diskusi tersebut yaitu RSU Kaliwates khususnya Ruang Perawatan B
belum menerapkan diskusi refleksi kasus (DRK) karena belum
terpapar dengan konsep tersebut. Konsep yang selama ini dipahami
oleh rumah sakit adalah konsep diskusi refleksi kasus yang melibatkan
tenaga medis, gizi, farmasi, dan analis kesehatan, namun pelaksanaan
diskusi refleksi kasus juga masih belum mampu terealisasikan secara
115

optimal karena tingginya beban kerja sehingga tidak memiliki cukup


waktu untuk berkoordinasi dan melaksanakan diskusi refleksi kasus.
b) Mahasiswa mengusulkan kepada kepala ruang untuk melanjutkan
diskusi refleksi kasus minimal satu bulan sekali pada saat rapat rutin
Ruang Perawatan B.

5.3 Kegiatan Masalah 3: Belum Optimalnya Pelaksanaan


Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Perawatan B Dikarenakan
Kurangnya Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan
5.3.1 Telaah dokumentasi keperawatan yang diaplikasikan di Ruang Perawatan B
RSU Kaliwates
a. Hasil
Mahasiswa pada tanggal 31 Oktober hingga 2 Nopember 2016 telah
melakukan telaah dokumentasi keperawatan yang diaplikasikan di ruangan.
Mahasiswa menemukan beberapa hasil atau kesimpulan dari hasil telaah
tersebut, yaitu:
1. Pelaksanaan timbang terima di Ruang Perawatan B sudah dilakukan
sesuai dengan teori yang ada. Sistematika penulisan di buku laporan
timbang terima sudah memenuhi komponen-komponen SBAR, namun
tidak ditulis dengan format SBAR.
2. Tidak terdapatnya tujuan dan kriteria hasil dalam setiap intervensi yang
dituliskan;
3. Penulisan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi sudah
terisi lengkap dan terstruktur;
4. Sudah terdapat Nursing Care Planning (NCP) RSU Kaliwates akan tetapi
Ruang Perawatan B belum menerapkannya dalam dokumentasi asuhan
keperawatan pasien;
5. Sudah terdapat lembar format discharge planning khusus, akan tetapi
hanya dilakukan secara lisan saja dan tidak semua pasien
didokumentasikan.
b. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Mahasiswa membentuk penanggung jawab yaitu sebanyak 5 orang
umtuk mengevaluasi proses pembaharuan pendokumentasian oleh rumah
116

sakit sehingga nantinya pendokumentasian yang baru menjadi lebih


mudah dimengerti oleh semua profesi pemberi asuhan.
2. Evaluasi Proses
Sejak tanggal 31 Oktober hingga 2 Nopember 2016, mahasiswa dan
perawat melakukan evaluasi bersama mengenai penulisan dan pengisian
dokumentasi sesuai format yang berlaku. Ketua tim melakukan
pengkajian, menentukan problem dan intervensi sesuai SAK.
Implementasi didelegasikan kepada perawat pelaksana. Ketua tim yang
bertugas melakukan evaluasi keadaan pasien sesuai intervensi yang telah
dilakukan setiap shift. Kegiatan ini berjalan setiap shift pagi, sore dan
malam. Faktor penghambat yaitu kegiatan ini belum dapat dilaksanakan
oleh perawat ruangan karena terkendala beban kerja perawat yang tinggi,
sehingga tugas katim dan perawat pelaksana masih bercampur dan juga
pemberian asuhan keperawatan menjadi kurang maksimal, sedangkan
faktor pendukungnya adalah adanya sikap terbuka dari perawat ruangan.
3. Evaluasi Hasil
Pelaksanaan timbang terima di Ruang Perawatan B sudah dilakukan
sesuai dengan teori yang ada. Sistematika penulisan di buku laporan
timbang terima sudah memenuhi komponen-komponen SBAR, namun
tidak ditulis dengan format SBAR
c. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu mendiskusikan bersama dengan
pihak ruangan, sosialisasi sistem pendokumentasian dan praktik
pelaksanaan pendokumentasian keperawatan yang sesuai dengan metode
SBAR di Ruang Perawatan B RSU Kaliwates Jember.

5.3.2 Mendiskusikan bersama dengan pihak Ruang Perawatan B RSU Kaliwates


mengenai system dokumentasi keperawatan yang sesuai dengan Ruang
Perawatan B RSU Kaliwates Jember.
a. Hasil
Hasil diskusi yang dilaksanakan mahasiswa dengan pembimbing Ruang
Perawatan B pada tanggal 15 Nopember 2016 bahwa aplikasi
pendokumentasian kelompok sudah sesuai dengan teori SBAR, akan tetapi
untuk mengaplikasikan di ruangan perawat ruangan masih belum dapat
117

menerapkannya karena keterbatasan waktu dan tingginya beban kerja


perawat. Disamping itu, pendokumentasian menggunakan metode SBAR
yang diterapakan mahasiswa tidak bisa melihat langsung perkembangan
pasien dalam satu halaman dokumentasi, sehingga saat perawat ingin
melihat perkembangan pasien pada shift atau hari sebelumnya maka perawat
harus mencari dan membuka lembar dokumentasi beberapa lembar
sebelumnya dan tidak bisa melihat langsung dalam satu halaman. Hal ini
akan lebih membuang waktu perawat dalam penulisan dokumentasi.
Perawat Ruang Perawatan B mengharapkan pendokumentasian yang
diaplikasikan dilakukan sistem centang dan atau memasukkan langsung
hasil tindakan ke dalam billing.
b. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Mahasiswa mengadakan kontrak kepada pembimbing ruangan untuk
berdiskusi tentang dokumentasi keperawatan. Diskusi dilakukan di depan
Nurse Station dengan duduk secara berhadapan pukul 14.20 WIB dengan
membawa laporan yang akan didiskusikan dan tanya jawab antara
mahasiswa dan pembimbing ruangan.

2. Evaluasi proses
Terdapat 1 perawat (pembimbing) yang mengikuti diskusi bersama
mahasiswa terkait penggunaan metode SBAR dalam pendokumentasian
buku timbang terima Ruang Perawatan B RSU Kaliwates Jember.
3. Evaluasi hasil
pembimbing ruangan telah menjelaskan bahwa Ruang Perawatan B
masih belum dapat menerapkan pendokumentasian dengan metode
SBAR karena keterbatasan waktu dan beban kerja perawat yang tinggi.
Di samping itu, pendokumentasian menggunakan metode SBAR yang
diterapakan mahasiswa tidak bisa melihat langsung perkembangan pasien
dalam satu halaman dokumentasi, sehingga saat perawat ingin melihat
perkembangan pasien pada shift atau hari sebelumnya maka perawat
harus mencari dan membuka lembar dokumentasi beberapa lembar
sebelumnya dan tidak bisa melihat langsung dalam satu halaman. Hal ini
118

akan lebih membuang waktu perawat dalam penulisan dokumentasi.


Perawat Ruang Perawatan B mengharapkan pendokumentasian dilakukan
dengan sistem centang dan atau memasukkan langsung hasil tindakan ke
dalam billing.
c. Rencana Tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu menganjurkan kepada kepala
ruang dan juga ketua tim untuk mencoba mengaplikasikan metode SBAR
dengan format 1 SBAR untuk 1 pasien sehingga dalam pendokumentasian
Keperawatan di Ruang Perawatan B RSU Kaliwates, sehingga perawat tetap
dapat memantau perkembangan pasien dalam 1 halaman SBAR tanpa perlu
meluangkan lebih banyak waktu untuk membuka beberapa halaman untuk
mencari status pasien di lembar-lembar sebelumnya.

5.3.3 Sosialisasi sistem pendokumentasian keperawatan sesuai dengan SBAR


yang berlaku di Ruang Perawatan B RSU Kaliwates Jember.
a. Hasil
Mahasiswa pada tanggal 17 November 2016 telah melakukan sosialisasi
sistem pendokumentasian keperawatan secara SBAR di Ruang BPJS dengan
diikuti ketua tim, sembilan perawat pelaksana dan mahasiswa yaitu: perawat
mulai memahami cara pendokumentasian timbang terima secara format
SBAR.
b. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Mahasiswa mempersiapkan materi untuk disosialisakan kepada perawat
berupa dokumentasi timabang terima secara format SBAR.
2. Evaluasi proses
Mahasiswa berdiskusi tentang persiapan pemberian dokumentasi timbang
terima secara format SBAR, kemudian melakukan sosialisasi pada
tanggal 17 November 2016 kepada perawat Ruang Perawatan B untuk
menjadi pedoman dalam penulisan dokumentasi timbang terima pasien.
3. Evaluasi hasil
Ketua tim telah menjelaskanbahwa aplikasi pendokumentasian kelompok
sudah sesuai dengan format SBAR dan sesuai teori, akan tetapi dalam
119

pengaplikasian di Ruang Perawatan B masih belum dapat diterapkan


karena keterbatasan waktu dan beban kerja perawat yang tinggi.
c. Rencana Tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu menjadi masukan terhadap
Ruang Perawatan B dan bagian manajerial keperawatan RSU Kaliwates
Jember untuk menerapkan pendokumentasian timbang terima pasien sesuai
format SBAR dengan 1 format SBAR hanya untuk 1 pasien.

5.3.4 Praktik pelaksanaan pendokumentasian keperawatan yang sesuai SBAR di


Ruang Perawatan B RSU Kaliwates Jember.
a. Hasil
Mahasiswa pada tanggal 07 sampai dengan 24 November 2016 telah
menyiapkan buku timbang terima sesua format SBAR dan melakukan
praktik pelaksanaan pendokumentasian keperawatan sesuai format SBAR di
Ruang Perawatan B. Mahasiswa menyiapkan rekam medis pasien dan
kumpulan Nursing Care Planning (NCP) dari RSU Kaliwates yang
digunakan untuk pedoman.
b. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Mahasiswa menyiapkan buku timbang terima sesua format SBAR dan
melakukan praktik pelaksanaan pendokumentasian keperawatan sesuai
format SBAR di Ruang Perawatan B.
2. Evaluasi proses
Mahasiswa mempraktekkan pendokumentasian buku timbang terima
pasien di Ruang Perawatan B sesuai format SBAR dengan cara
melengkapi komponen-komponen SBAR.
120

Gambar 5.7 Buku Laporan Timbang Terima Mahasiswa Profesi Ners

3. Evaluasi hasil
Perawat Ruang Perawatan B masih belum dapat menerapkan
pendokumentasian sesuai format SBAR karena keterbatasan waktu dan
beban kerja perawat yang tinggi.
c. Rencana Tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu menjadi masukan terhadap
Ruang Perawatan B dan bagian manajerial keperawatan RSU Kaliwates
Jember untuk menerapkan pendokumentasian timbang terima pasien sesuai
format SBAR dengan 1 format SBAR hanya untuk 1 pasien.

Anda mungkin juga menyukai