BAB 6. PEMBAHASAN
b. Tinjauan Kasus
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan di Ruang Perawatan B
didapatkan hasil bahwa pada label keranjang tempat obat pasien masih
terdapat satu identitas pasien yaitu nama dan nomor kamar pasien, belum
terdapat daftar obat LASA dan High Alert karena Ruang Perawatan B tidak
memiliki stok persedian obat cadangan sehingga tempat obat khusus LASA
dan High Alert tidak ada, namun obat pasien dengan high alert sudah
disertai dengan sticker High Alert dari Apotek.
1. Persiapan
Pelaksanaan praktek sasaran III patient safety dimulai dengan
mahasiswa melakukan persiapan untuk pelaksanaan sasaran III ini
dengan melakukan diskusi terkait pelaksanaan pengoptimalan sasaran
III patient safety, menyiapkan label obat dan kitir cairan dan kitir
obatdan sosialisasi pada perawat di Ruang Perawatan B tentang renvana
program yang akan dijalankan, serta menunjuk penanggung jawab
untuk pelaksanaan sasaran III patient safety.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek pengoptimalan penerapan sasaran III dilaksanakan
7 sampai dengan 24 November 2016 yang dilakukan bersamaan dengan
role play kegiatan mahasiswa Manajemen Keperawatan. Pelaksanaan
pengoptimalan sasaran III dilaksanakan oleh mahasiswa dan mendapat
dukungan dari perawat dan Kepala Ruang Perawatan B. Kegiatan yang
dilakukan yaitu
a) Melakukan diskusi terkait pelaksanaan pengoptimalan sasaran III
patient safety
b) Melakukan pelabelan tempat keranjang obat pasien yang sudah
diberi nama, tanggal lahir, nomor RM, dan nomor kamar.
c) Memberikan kitir cairan di plabottle cairan infus, kitir obat syringe
pump pada pasien kelolaan.
c. Kajian Hasil Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maryam (2009) dengan
judul Hubungan antara Penerapan Tindakan Keselamatan Pasien oleh
Perawat Pelaksana dengan Kepuasan Pasien di IRNA Bedah dan IRNA
Medik RSU Dr. Soetomo Surabaya” didapatkan data bahwa setelah
124
bekerja serta banyak sistem merupakan potensi yang sangat besar terjadinya
kesalahan. Keselamatan pasien merupakan hak pasien yang dijamin dalam
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, untuk itu pihak RS perlu
meminimalkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam setiap
tindakan yang dilakukan terhadap pasien di RS. Salah satu upaya
meminimalkan kejadian–kejadian tersebut adalah dengan pembentukan Tim
Keselamatan Pasien di RS yang bertugas menganalisis dan mengkaji
kejadian–kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
Menurut Depkes (2006) keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.Salah satu
tujuan penting dari penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit
adalah mencegah dan mengurangi terjadinya insiden. Keselamatan Pasien
(IKP) dalam pelayanan kesehatan. IKP adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera yang
seharusnya tidak terjadi. IKP ini meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD),
kejadian nyaris cidera (KNC), kejadian potensial cedera (KPC), kejadian
centinel (KKP-RS 2007).
b. Tinjauan Kasus
Mahasiswa telah membuat prosedur penatalaksanaan resiko pasien
jatuh dan telah mengimplementasikan hasil kerja dengan menempelkan
penatalaksanaan tersebut pada seluruh tempat tidur pasien yaitu sejumlah 28
tempat tidur. Sehingga keluarga pasien dapat memahami tentang resiko
jatuh yang terjadi pada pasien, apakah pasien tergolong resiko jatuh yang
rendah, sedang ataupun tinggi.
c. Kajian Penelitian Sebelumnya
Suparna dan Tenti Kurniawati (2015) menyimpulkan bahwa Rumah
sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan dan
menjamin keselamatan pasien. Perilaku perawat yang tidak menjaga
keselamatan pasien berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien.
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan
psikologis.
d. Asumsi Pelaksana
129
memojokkan antar peserta diskusi. Tindak lanjut DRK ini dapat berupa
kegiatan penyusunan SOP-SOP baru sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
2. Tujuan
Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik
(PMKK) (2009), tujuan dari DRK adalah sebagai berikut:
a) Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan
b) Meningkatkan aktualisasi diri
c) Membangkitkan motivasi belajar
d) Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada
standar keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan.
e) Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan
meningkatkan kerja sama.
3. Langkah-Langkah Kegiatan DRK
Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik
(PMKK) (2009), langkah-langkah kegiatan DRK adalah sebagai
berikut:
a) Memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan
Topik-topik bahasan yang ditetapkan untuk didiskusikan dalam
DRK antara lain:
1) pengalaman pribadi perawat/atau bidan yang aktual dan
menarik dalam menangani kasus/pasien di lapangan baik di
rumah sakit/puskesmas, pengalaman dalam mengelola
pelayanan keperawatan/kebidanan da issu-issu strategis
2) pengalaman yang masih relevan untuk dibahas dan akan
memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu
pelayanan.
Proses diskusi ini akan memberikan ruang dan waktu bagi
setiap peserta untuk merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuannya, dan mengarahkan maupun meningkatkan
pemahaman perawat/bidan terhadap standar yang akan memacu
mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi.
134