Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah tahap akhir dari perkembangan pada kehidupan manusia.
Proses menjadi lansia merupakan proses ilmiah yang dapat terjadi pada setiap
orang dengan ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadao kondisi stress fisiologis. Dinegara maju maupun
Negara berkembang terjadi penambahan jumlah penduduk yang berusia lanjut
Ini dampak dari menurunnya angka kelahiran (fertilitas) dan kematian
(mortalitas) sehingga berimbas pada peningkatan kualitas hidup(life
expectancy) sehingga merubah struktur penduduk secara keseluruhan
(Kemenkes, 2019).
Peningkatan jumlah lansia dapat menyebabkan masalah dalam proses
penuaan. Fungsi berbagai organ pada lansia berkurang karena berkurangnya
jumlah sel, penurunan aktivitas, berkurangnya kemampuan mencium,
berkurangnya sensitivitas, dan berkurangnya nafsu makan selama penuaan.
Semua organ mengalami perubahan struktural dan fisiologis dan otak
(Sopyanti et al., 2019). Otak manusia layaknya mesin yang sangat kompleks
dan rumit sehingga banyak faktor kompleks yang mengganggu komunikasi
antar sel sel saraf satu dengan sel lainnya. Hasil penelitian telah ditemukan
bahwa faktor yang mempengaruhi demensia yaitu karena penyalahgunaan zat
adiktif yang banyak. Di otak terjadi kematian sel-sel saraf atau hilangnya
komunikasi antara sel-sel yaitu salah satu penyebab dari demensia
(Widyastuti, 2017).
Demensia merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat
progresif. Demensia bukanlah penyakit atau gangguan spesifik, melainkan
sekelompok gejala yang merefleksikan kehilangan kemampuan untuk
berfikir, mengingat, dan menalar. Penderita demensia memang tampak sehat
namun fungsi otak tidak bekerja dengan baik. (Widyantoro et al., 2021).
Proses menua juga dapat menimbulkan berbagai macam perubahan seperti
salah satunya kemunduran fungsi kognitif. Kemunduran kognitif sebenarnya
merupakan suatu hal yang wajar terjadi dalam proses menua. Kemunduran
kognitif yang terjadi pada demensia dapat terjadi sedemikian beratnya dan
ditandai dengan menurunnya atau hilangnya daya mengingat, daya menilai
(intelektualitas), ketrampilan sosial dan reaksi emosi (Sumarni et al., 2019).
Salah satunya di Yayasan Titian Benteng Gading merupakan yayasan
sosial yang bergerak dalam bidang pelayanan perawatan bagi lansia dengan
kegiatan yang positif dan menyenangkan di hari tua. Agar tercapainya misi
tersebut dalam pemberian pelayanan perawatan.lansia di yayasan tersebut
menunjukkan beberapa perilaku seperti halnya seperti halnya lansia tersebut
mudah marah, mudah menangis, lupa dengan sesuatu, cenderung menghindar
dari lingkungan sosial, menolak untuk bergabung dengan kelompok lansia
lain pada saat melakukan kegiatan dan lain sebagainya. Dimana lanjut usia
jug mengalami berbagai permasalahan kognitif yang perlu diperhatikan oleh
perawat, keluarga maupun petugas kesehatan lainnya. Penanganan masalah
secara dini akan membantu lanjut usia dalam melakukan strategi pemecahan
masalah (Sumarni et al., 2019).
Demensia memiliki beberapa kriteria meliputi ringan, sedang, berat.
Demensia dengan kriteria ringan pada aktivitas sosial dan aktivitas mandiri
masih bisa dilakukan tetapi sulit untuk mempelajari hal-hal baru. Demensia
kriteria sedang mulai mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari, menujukan gejala seperti mudah lupa terutama untuk peristiwa
yang terjadi baru saja dan lupa dengan nama orang. Demensia dengan kriteria
berat mengalami ketidakmandirian serta tidak mengenali anggota keluarga
disorientasi personal dan sulit memahami, menilai peristiawa yang telah
dialami sehingga aktivitas kehidupan sehari-hari terganggi dan bergantung
pada orang lain serta membutuhkan dukungan dari keluarga (Widyantoro et
al., 2021).
Perubahan kognitif pada lanjut usia cenderung menjadi beban
kehidupan yang menjadi hambatan dalam aktifitas sehar- hari dan aktifitas
sosial. Pengkajian dini penanganan serta pencegahan yang tepat terhadap
permasalahan kognitif akan sangat berguna pada orang lanjut usia.
Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan terapi aktivitas kelompok
dimana terapi ini adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan oleh
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama (Kemenkes, 2019).
Pada terapi kelompok ini dapat terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, membutuhkan dan menjadi wadah tempat lansia melatih perilaku
baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif. Salah satu
terapi yang dilakukan untuk menangani atau mencegah demensia tersebut
adalah dengan terapi kelompok tebak gambar yang memiliki manfaat untuk
melatih konsentrasi, mengatasi masalah serta upaya untuk dapat
menyemangati lansia yang mengalami demensia. Sehingga kami tertarik
untuk mencoba melakukan terapi kelompok tebak gambar di Yayasan Titian
Genteng Gading.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil survey di atas maka, mahasiswa/i Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung akan melakujan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
dengan materi Tebak Gambar pada lansia dengan gangguan kognitif!
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan materi
Tebak Gambar pada lansia diharapkan dapat mempertahankan dya ingat
dan konsentrasi lansia.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui manfaat tebsk gambar
b. Mampu melakukan tebak gambar
c. Membuat emosi lebih tenang
D. Manfaat
1. Memperlambat kepikunan pada lansia di Yayasan Titian Benteng Gading
2. Menghilangkan stres pada lansia di Yayasan Titian Benteng Gading
3. Meningkatkan konsentrasi pada lansia di Yayasan Titian Benteng Gading
4. Membuat emosi lebih tenang pada lansia di Yayasan Titian Benteng
Gading
Sumber:
Kemenkes. (2019). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. In Kementerian
Kesehatan RI (Vol. 1, Issue 1).
https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-demensial
Sopyanti, Y. D., Sari, C. W. M., & Sumarni, N. (2019). Gambaran Status
Demensia Dan Depresi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur
Kelurahan Sukamentri Garut. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 5(1), 26–38.
https://doi.org/10.33755/jkk.v5i1.125
Sumarni, N., Rosidin, U., & Sumarna, U. (2019). Hubungan Demensia dan
Kualitas Hidup pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur. Jurnal
Keperawatan BSI, VII(1), 1–6.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/5449
Widyantoro, W., Widhiastuti, R., & Atlantika, A. P. (2021). Hubungan Antara
Demensia Dengan Activity of Daily Living (Adl) Pada Lanjut Usia.
Indonesian Journal for Health Sciences, 5(2), 77–85.
https://doi.org/10.24269/ijhs.v5i2.3698
Widyastuti, R. H. (2017). Gambaran Beban Keluarga dalam Merawat Lansia
dengan Demensia di Kelurahan Pancoranmas, Depok Jawa Barat: Studi
Fenomenologi. Jurnal Kesehatan (The Journal of Health), 1, 53–57.

Anda mungkin juga menyukai