Anda di halaman 1dari 37

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA NY. S DENGAN DEMENSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Ns. Diana Dayaningsih,M.Kep

Disusun Oleh :
Thalita Wilujeng Dwi Mulyana
20101440121067

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM/IV DIPONEGORO
SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai
dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain
yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Kriteria demensia
yaitu kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup berat,
sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan(Santoso & Ismail,
2009).Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka
kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu 65,7
juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s Disease
International, 2009). Peningkatan prevalensi demensia mengikuti peningkatan
populasi lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat terjadi
peningkatan prevalensi demensia setiap 20 tahun.
Deklarasi Kyoto menyatakan tingkat prevalensi dan insidensi demensia di
Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang
(Alzheimer’s Disease International, 2006). Data demensia di Indonesia pada lanjut
usia (lansia) yang berumur 65 tahun ke atas adalah 5% dari populasi lansia(Tempo,
2011). Prevalensi demensia meningkat menjadi 20% pada lansia berumur 85 tahun
ke atas. Kategori lanjut usia penduduk berumur 65 tahun ke atas angka lansia di
Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah ini diperkirakan meningkat
menjadi 29 juta jiwa pada tahun 2020 atau 10 persen dari populasi penduduk
(Tempo, 2011).Tahun 2010 jumlah lansia di Bali sekitar 380.114 jiwa dari total
penduduk Bali sebesar 3.890.757 jiwa (BPS, 2010). Apabila diasumsikan bahwa
5% lansia mengalami demensia, maka pada tahun 2010 terdapat sekitar
19.006 jiwa lansia yang menderita demensia. Populasi lansia usia 65 tahun ke atas
di Bali yaitu 364.043 jiwa, dapat diestimasikan 5% dari jumlah lansia tersebut
angka kejadian lansia dengan demensia sekitar 1.329 jiwa, sedangkan jumlah
lansia usia 85 tahun ke atas di Bali yaitu 16.072 jiwa dapat diestimasikan 20% dari
jumlah lansia tersebut angka kejadian lansia dengan demensia sekitar 3.214 jiwa
(BPS, 2010).Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang berada di
bagian barat pulau Bali. Jumlah penduduk lansia di Kabupaten Badung mencapai
30.404jiwa (Dinkes Provinsi Bali, 2012), sedangkan jumlah lansia lebih dari 65
tahun yaitu 13.500 jiwa, dengan angka kejadian demensia 5% (Tempo, 2011) maka
dapat diasumsikan potensi lansia yang menderita demensia 675 jiwa (Dinkes
Provinsi Bali, 2012). Jumlah lansia di Kabupaten Badung dari 32.724 jiwa hanya
31,0% atau 10.157 lansia yang dibina. Gangguan kognitif merupakan kondisi atau
proses patofisiologis yang dapat merusak atau mengubah jaringan otak
mengganggu fungsi serebral, tanpa memperhatikan penyebab fisik, gejala khasnya
berupa kerusakan kognitif, disfungsi perilaku dan perubahan kepribadian.
Gangguan kognitif erat hubungannya dengan fungsi otak, karena kemampuan
pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Gangguan kognitif
antara lain delirium dan demensia (Azizah, 2011)Demensia terjadi karena adanya
gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan proses mental dalam
memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara
berpikir, daya ingat, pengertian, serta pelaksanaan(Santoso&Ismail, 2009).
Bertambahnya usia secara alamiah menyebabkan seseorang akan mengalami
penurunan fungsi kognitif, yang sangat umum dialami lansia adalah berkurangnya
kemampuan mengingat sehingga lansia menjadi mudah lupa. Berkurangnya fungsi
kognitif pada lansia merupakan manifestasi awal demensia (Nadesul, 2011). Ada
beberapa dampak jika fungsi kognitif pada lansia demensia tidak diperbaiki.
Dampak tersebut yaitu menyebabkan hilangnya kemampuan lansia untuk
mengatasi kehidupan sehari-hari (Hutapea, 2005). Demensia juga berdampak pada
pengiriman dan penerimaan pesan. Dampak pada penerimaan pesan, antara lain:
lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru saja diterimanya; kurang mampu
membuat koordinasi dan mengaitkan pesan dengan konteks yang menyertai; salah
menangkap pesan; sulit membuat kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan,
antara lain: lansia kurang mampu membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung
pada saat mengirim pesan; sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan
salah (Nugroho, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah
penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif
farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif farmakologis yaitu
donezepil, galatamine, rivastigmine, tetapi masing-masing obat tersebut memiliki
efek samping (Dewanto; Suwono; Riyanto; Turana, 2009). Terapi non
farmakologis antara lain: terapi teka teki silang; brain gym; puzzle; dan lain-lain.
Terapi non farmakologis ini tidak memiliki efek samping (Santoso&Ismail,2009).
Teka teki silang (TTS) merupakan salah satu cara untuk menghambat terjadinya
penurunan fungsi kognitif. Teka teki silang merupakan media rekreasi otak karena
selain mengasah kemampuan kognitif, meningkatkan daya ingat, serta menambah
wawasan (Triatmono, 2011). TTS bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh
siapa saja, serta dapat dilakukan oleh para lansia untuk mengisi waktu senggang.
Teka-teki silang bekerja pada otak dengan proses membaca (persepsi), memahami
petunjuk (pemahaman), menganalisis petunjuk (analisis), merangsang otak untuk
mencoba lagi jawaban yang mungkin (retreival), dan memutuskan mana jawaban
yang benar (eksekusi), teka-teki silang kemudian mengaktifkan bagian otak yaitu
di hipokampus dan korteks entrohinal dengan menghasilkan neurontransmiter
asetilkolin (Shankle&Amen, 2004). Penurunan asetilkolin menimbulkan terjadinya
peningkatan demensia, sehingga dengan pengaktifan hipokampus menyebabkan
neurotransmiter asetilkolin bertambah dan menurunkan resiko terjadinya demensia
(Liza, 2010).Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai teka teki silang
(TTS) hanya ada beberapa. Penelitian oleh Kanthamalee
& Sripankaew, yang berjudul “Effect of neurobic exercise on memory
enhancement in the elderly with dementia”, hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata memori kelompok eksperimen setelah menerima latihan otak seperti
teka-teki silang, bermain catur,memainkan musik, membaca dan menari secara
signifikan lebih tinggi daripada sebelum menerima program latihan otak pada
tingkat p < 001.
Penelitian yang berjudul “Association of Crossword Puzzle Participation with
Memory Decline in Persons Who Develop Dementia” oleh Pillai; Hall; Dickson;
Buschke; Lipton; Veghese (2010), menunjukkan ada hubungan teka teki silang
dengan penundaan penurunan memori pada orang dengan demensia. Hasil studi
pendahuluan pada tanggal tujuh januari 2014, yang dilakukan di Banjar Muding
Klod Kelurahan Kerobokan Kaja dengan wawancara menggunakan MMSE
ditemukan bahwa 10 dari 66 jumlah lansia tujuh orang dicurigai mengalami
demensia ringan, dan tiga orang dicurigai mengalami demensia sedang dan
ditemukan 30% mengetahui tentang teka teki silang. Puskesmas I Kuta Utara
adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten Badung dan menduduki jumlah lansia
dengan nomor urut ke dua dari dua belas puskesmas yang lainnya yaitu sekitar
5.305 jiwa, tetapi dari jumlah tersebut hanya 387 jiwa atau sekitar 7,3% lansia yang
dibina (Dinkes Badung, 2013). Kelurahan Kerobokan Kaja merupakan salah satu
kelurahan yang di bawahi Puskesmas I Kuta Utara dengan jumlah lansia 1.029 orang
(Kelurahan Kerobokan Kaja, 2014). Kelurahan Kerobokan Kaja menaungi
23 banjar, salah satunya Banjar Muding Klod dengan populasi lansia 66 orang
(Kelurahan Kerobokan Kaja, 2014). Banjar Muding Klod telah terdapat posyandu
lansia yang diadakan setiap minggunya yaitu pada hari sabtu. Kegiatan yang
dilakukan setiap minggunya yaitu senam lansia, tetapi belum ada kegiatan lainnya
yang bisa dilakukan di rumah masing- masing pada waktu tertentu yang dapat
mengasah kognitif lansia dan untuk mengisi waktu senggang para lansia.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh
terapi teka teki silang terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaaan
demensia di Banjar Muding Klod Kelurahan Kerobokan Kaja.
B. Tujuan Penulisan Makalah
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
teka teki silang terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaan
demensia di Banjar Muding Klod.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaan demensia
kan terapi teka teki silang di Banjar Muding Klod.
b. Mengidentifikasi fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaan demensia
setelah diberikan terapi teka teki silang di Banjar Muding Klod.
c. Menganalisis pengaruh terapi teka teki silang terhadap fungsi kognitif
pada lansia degan kecurigaan demensia di Banjar Muding Klod.

C. Rumusan Masalah

1. Konsep Lansia
2. Konsep Demensia
BAB II DASAR
TEORI

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Usia Lanjut (Lansia)
Usia lanjut (lansia) adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada
umumya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,
psikologis, soaial, ekonomi (BKKBN, 1995 dalam Mubarok, 2006). Menurut
WHO lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia
45 tahun sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun,
lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 tahun sampai 90 tahun dan usia sangat
tua(very old) yaitu diatas 90 tahun (Nugroho, 2008) Penuaan (proses menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono,
1994 dalam Nugroho, 2008). Masa dewasa tua (lansia), dimulai setelah pensiun
biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua adalah proses alamiah, yang berarti seseorang telah melewati 3 tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008). Penuaan adalah
suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
menerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999)
dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2008).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi pada lansia menurut Maryam, dkk (2008) antaralain lansia
yaitu sesorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi yaitu
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang masih
mampu melaksanakan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang atau jasa serta lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008) lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal
1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan), kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dan rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan
tempat tinggal yang bervariasi.
4. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh
kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik
serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya,
makapada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan
pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi
bercocok tanam, dan lain-lain.Tugas perkembangan lansia menurut Maryam,
dkk (2008) antara lain: mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun,
mempersiapkan diri untuk pensiun, membentuk hubungan baik dengan orang
seusianya, mempersiapkan kehidupan baru,
melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakt secara santai,
mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial dan
psikososial (Maryam, dkk, 2008). Perubahan fisik meliputi perubahan sel
(jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
intraseluler menurun), perubahan kardiovaskular(katub jantung menebal dan
kaku, kemampuan memompa darah menurun, menurunnya kontraksi dan
volume, elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat), respirasi (otot-otot
pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas
residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadinya penyempitan
pada bronkus), persarafan (saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khusunya yang
berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson,
sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks),
muskuloskeletal (cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,
persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis),gastrointestinal (esofagus melebar, asam lambung
menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut
menurun.Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan),
genitouinaria (ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasi urin juga ikut menurun), vesika urinaria (otot-otot melemah,
kapasitasnya menurun, dan retensi urin. Prostat akan mengalami hipertrofi pada
75% lansia),vagina (selaput lendir mengering dan sekresi menurun),
pendengaran (membran tympani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan), penglihatan
(respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,akomodasi
menurun, lapang pandang menurun, dan katarak), endokrin(produksi hormon
menurun), kulit (keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitasmenurun, vasikularisasi menurun,
rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku
kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk), belajar dan memori (kemampuan
belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori atau daya ingat menurun
karena proses incoding menurun), intelegensi (secara umum tidak banyak
berubah), personality dan adjusment (pengaturan) (tidak banyak berubah,
hampir seperti saat muda), pencapaian (sains,filosofi, seeni, dan musik sangat
mempengaruhi).Perubahan sosial, meliputi perubahan peran, keluarga,
teman,masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan,
transportasi,politik, pendidikan, agama dan panti jompo. Perubahan psikologis
meliputi frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematia, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.Pada saat orang tua
terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidk berguna dan
kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu mengaktualisasikan
potensinnya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup dan
cara dia memandang suatu makna kehidupan maka sampai ajal menjeemput
mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang(Maryam,
dkk, 2008) 10 kebutuhan lansia menurut Darmojo (2001) dalam Maryam, dkk,
(2008) adalah sebagai berikut.
a. Makan cukup dan sehat.
b. Pakaian dan kelengkapannya.
c. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh.
d. Perawatan dan pengawasan kesehatan.
e. Bantuan teknis praktik sehari-hari/bantuan hukum.
f. Transportasi umum.
g. Kunjungan/teman bicara/informasi.
h. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya.
i. Rasa aman dan tentram.
j. Bantuan alat-alat pancaindra. Kesinambungan bantuan dana dan fasilitas
C. Konsep Penyakit
1. Definisi
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata
mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari.
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi
vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran
abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu.
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan
gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan mood dan tingkah
lakusehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita
(Aspiani R. Y., 2014).
2. Etiologi
Demensia melibatkan kerusakan pada sel-sel saraf di otak, yang dapat
terjadi pada beberapa area di otak. Gangguan ini dapat muncul dalam
bentuk yang berbeda-beda pada tiap penderita, tergantung area otak yang
terkena.
Pikun karena demensia juga dapat terjadi akibat kerusakan otak yang
disebabkan karena berkurangnya aliran darah di dalam pembuluh darah
otak. Masalah pada pembuluh darah ini bisa terjadi karena banyak hal.
Beberapa diantaranya adalah stroke, infeksi katup jantung, atau kondisi lain
pada pembuluh darah. Gejala biasanya muncul mendadak dan seringkali
didapatkan pada orang-orang dengan tekanan darah tinggi atau yang pernah
mengalami stroke atau serangan jantung sebelumnya.
3. Manifestasi Klinis
a. Meningkatknya kesulitan dalam melaksakan kegiatan sehari-hari.
b. Mengabaikan kebersihan diri
c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan yang
makin berat, sehingga orang yang berada disekitarnya seperti keluarga
dilupakan.
d. Pertanyaan atau kata-kata yang diulang.
e. Tidak dapat mengenal waktu, ruang atau tempat.
f. Sifat dan perilaku menjadi keras kepala dan cepat marah.
g. Menjadi depresi dan menganis tanpa alasan yang jelas.
4. Patafisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di
susun saraf pusat yaitu berat otak aan menurun sebanyak sekitar 10% pada
penuaan antara umur 30 – 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah
disebutkan ditas merupakan kondisi – kondisi yang dapat mempengaruhi sel
– sel neuron korteks serebri.
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vascular dan penyakit
lainnya serta gangguan nutrisi, metabolic dan toksitasi serta langsung
maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan
melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
ataupun sub kortikal.
Disamping itu kadar neurotransmitter di otak yang diperukan untuk
proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir, dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi, dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena maanifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio
akut demensia.
5. Komplikasi
a. Nutrisi yang tidak tercukupi
Banyak orang dengan pikun karena dimensia akan mengurangi
atau berhenti makan dan minum pada akhirnya. Mereka bisa jadi lupa
untuk makan dan berpikiran bahwa mereka sudah makan. Perubahan
waktu makan atau gangguan suara berisik di sekitarnya juga dapat
mengganggu kegiatan makan mereka. Seringkali, pikun atau demensia
yang sudah berat membuat kehilangan kontrol pada otot-otot yang
digunakan untuk mengunyah dan menelan.
b. Penurunan higenitas
Pada kasus demensia yang sedang hingga berat, penderitanya
dapat kehilangan kemampuannya dalam melakukan tugas sehari-
harinya secara mandiri. Seseorang bisa menjadi tidak mampu mandi,
berpakaian, mencuci rambut, menggosok gigi, atau menggunakan toilet
sendiri.
6. Kesulitan minum obat
Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan mengingat penderita
demensia. Karena itu, mengingat untuk meminum obat dalam jumlah yang
benar pada waktu yang benar dapat menjadi tantangan tersendiri.
7. Kemunduran kesehatan emosional
Sementara perubahan perilaku dan kepribadian yang mungkin terjadi
disebabkan oleh reaksi emosional dalam menghadapi perubahan yang
terjadi di otak. Demensia dapat berujung pada depresi, sifat agresif,
kebingungan, frustasi, rasa cemas, dan gangguan disorientasi.
8. Kesulitan dalam berkomunikasi
Dengan hambatan beratnya demensia, penderitanya dapat kehilangan
kemampuan dalam mengingat nama orang dan benda serta masalah dalam
berkomunikasi dengan orang lain atau memahami orang lain. Gangguan
dalam berkomunikasi ini dapat menimbulkan perasaan gelisah, terisolai,
dan depresi
9. Delusi dan halusinasi
Penderita dapat mengalami delusi, yaitu ide/ pikiran yang salah tentang
orang lain atau situasi yang ada. Beberapa orang, khususnya orang dengan
demensia yang dapat memiliki halusinasi visual.
10. Kesulitan tidur
Seseorang dapat mengalami kesulitan tidur, seperti bangun terlalu pagi.
Sebagian lagi dapat memiliki sindrom tungkai gelisah atau gangguan
perilaku tidur rapid eye movement (REM) yang dapat mempengaruhi tidur.
11. Masalah keamanan diri
Oleh karena berkurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan dan
menyelesaikan masalah, beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan
ketidakamanan bagi penderita demensia. Contohnya saat menyetir,
memasak, terjatuh, tersesat, dan mengatasi rintangan.
12. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan tes kognitif dan neuropsikologis.
b. Pemeriksaan neurologis/ saraf.
c. Pemeriksaan CT scan atau MRI otak.
d. Pemeriksaan tes darah.
e. Pemeriksaan psikiatri.
13. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,
margarin, kacang-kacangan, minyak sayur, biasa menurunkan resiko
demenisa alzheimer. Vitamin c dapat mengurani radikal bebas (mis.
Sayuran, stroberi, melon, tomat, brokoli).
b. Terapi non-farmakologi meliputi :
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga.
2) Program harian untuk pasien.
3) Istirahat yang cukup.
4) Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas.
5) Validasi/rehabilitasi/reminiscence.
6) Terapi music.
7) Terapi rekreasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama : Ny. S
Umur : 72 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jalan rambutan

b. Riwayat keluarga
1. Pasangan
Ny. S masih memiliki suami
2. Anak – anak
Hanya mempunyai satu anak yang bernama Maryati
c. Riwayat pekerjaan
1) pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
2) pekerjaan sebelumnya : Pedagang
3) sumber pendapatan : Dari pemerintah
d. Riwayat lingkungan hidup
tipe tempat tinngal : permanen
jumlah kamar : 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi
jumlah orang yang tingal : 3 orang
e. Riwayat rekreasi
hobi / minat : hanya menonton tv bersama keluarga
liburan : klien mengatakan tidak pernah lliburan
f. Riwayat kesehatan saat ini
1. keluhan
a. status kesehatan umum selama setahun terakhir: pelupa dan badan gatal
b. status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir: demam, batuk, pilek
c. keluhan utama saat ini: mengalami lupa yang sangat parah sehingga lupa untuk
mandi
2. pola makan
Klien makan 3 kali sehari
3. pola tidur:
Klien mengatakan dapat tidur setiap hari tanpa ada gangguan.
g. Keadaan umum
1. tingkat kesadaran: KU : Baik: Composmentis
2. TTV:
TD: 120/70 mmHg
Nadi: 88x/mnt
Rr: 20x/menit
Suhu: 36,2°C
Bb: 45kg
Tb: 148 cm
h. pemeriksan fisik
Mata: kojungtiva merah muda, sklera putih, jika melihat jauh pandangan kabur
Telinga: simetris, mengalami perubahan pendengaran
Hidung: hidung bersih, tidak ada luka / lesi.
Mulut dan tenggorokan: tidak ada karien gigi karena sudah ompong
Leher: tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembessran
kelenjar tiroid
Payudara: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, adanya perubahan putih
susu (menyusut)
Gastrointestinal: tidak ada hemoroid, tidak ada pendarahan rektum, peristaltik
usus 24x/menit
Kardiovaskuler: tidak ada nyeri dada, sesak napas, bunyi jantung normal.
Genitalia: sudah mneopouse, tidak ada nyeri panggul, tidak ada luka.
Perkemihan: BAB 1 kali/hari, BAK 3-4 kali/hari, tidak ada nyeri saat berkemih
i. status fungsional
INDEKS BARTHEL
no Jenis aktivitas Kemampuan Skor
1 Makan / minum Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain 1
2 Pindah ke kursi roda atau Mandiri 3
tempat tidur Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
3 Kebersihan: cuci muka, Mandiri 1
menyisir, dll
4 Keluar / masuk WC Mandiri 2
5 Mandi Mandiri 1
6 Berjalan (datar) Mandiri 3
Dibantu satu orang 2
7 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
8 Berpakaian / bersepatu Mandiri 1
9 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang kadang 1
10 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang kadang 1
Jumlah 20
Kesimpulan: Lansia
Mandiri
j. Status kognitif
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONARE (SPMSQ)
NO Pertanyaan Jawaban + -
1 Tanggal berapa hari ini? Tidak tau -
2 Hari apa sekarang? Jumat +
Apa nama tempat ini? Cemara
Berapa nomor telepon anda?, Di bellu, atambua +
alamat anda
Kapan anda lahir? Tidak respon -
Berapa umur anda? 89 +
Siapa presiden Indonesia Tidak tau -
sekarang?
Siapa presdisen indonesia Soekarno -
sebelumnya?
Siapa nama ibu anda? Maria soi +
Angka 20 dikurangi 3, dan 20-3=17-3=15-3=12-3=9- -
seterusnya dikurangi 3 3=6-3=3-3=0
Jumlah 5 5
Kesimpulan: kerusakan
intelektual sedang

k. Mini Mental Status Exam (EMSE)


TES PENILAIAN SKOR SKOR
MAX LANSIA
Orientasi Tanyakan kepada lansia tentang 5 0
1. tahun
2. hari
3. tanggal
4. bulan
5. tahun
Tanyakan tentang tempat(sekarang) 5 0
1. nama tempat
2. kelurahan
3. kecamatan
4. kabupaten
5. provinsi
Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama 3 2
benda
Meja Kursi Lemari
(Tiap benda disebutkan dalam
satudetik kemudian meminta pasien
mengingat dan mengulang kembali tiga
objek yang disebutkan pemeriksaan).
Perhatian dan Menghitung mundur mulai dari angka 5 0
perhitungan 100 dikurangi 7, berhenti setelah
jawaban kelima
1. 100-7 = 93
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali 3 0
kembali mengulang 3 nama yang tadi
disebutkan dinomor sebelumnya Meja
Kursi Lemari
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda 2 2
yang ditunjuk pemeriksa
Pengulangan Responden mengulang kata-kata yang 1 1
diucapkan pemeriksa
:NAMUN JIKA AKAN TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien melakukan 3 3
verbal tiga perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan 2.
Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata “TUTUP 1 0
tertulis MATA”
Minta responden melakukan perintah
yang ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis 1 0
kalimat satu kalimat yang bermakna
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan
)
Menggambrkan Pasien diminta menirukan gambar 1 0
konstruksi dibawah ini

TOTAL 8
Kesimpulan: gangguan kognisi berat
l. status fungsi sosial
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaption Saya puas bisa kembali pd keluarga (teman) 2
saya untuk membantu saya pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2 Paetherenship Saya puas dengan cara keluarga (teman) 2
saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan maslah dengan saya
3 Growth Saya puas bahwa keluarga ( teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas
4 Affection Saya puas dengan cara keluarga (teman) 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi saya seperti marah, sedih,
atau mencintai
5 Resolve Saya puas dengan cara teman saya 2
menyediakan waktu bersama-sama
Total 10
Kesimpulan:
disfungsi
keluarga sangat
tinggi

m. Status fungsional
Tingkat Kemandirian (KATZ)
No Aktivitas Mandiri = 1 Bergantung=0
lansia
1 Mandi Tidak membutuhkan bantuan Tidak membutuhkan
Skor=0 atau menerima bantuan saat bantuan atau menerima
mandi hanya pada bagian bantuan saat mandi
tubuh tertentu seperti hanya pada bagian tubuh
punggung tertentu seperti
punggung
2 Berpakaian Mampu mengambil dan Memerlukan bantuan
Skore=0 mengenakan secara lengkap mengambil dan
tanpa memerlukan bantuan mengenakan pakaian
kecil saat menalikan sepatu atau bila tidak pasien
tidak akan berpakaian
lengkap atau tidak
berpakaian sama sekali
3 Berpindah Bergerak naik turun dari Tidak turun dari tempat
Skore=0 tempat tidur dan kursi tanpa tidur sama sekali apabila
memerlukan bantuan turun membutuhkan
(mungkin membutuhkan waktu
pegangan atau walker).

4 Aktivitas Aktivitas baik tanpa Dengan pengawasan dan


Skore=0 pengawasan atau tanpa bantuan penuh
bantuan

5 Toileting Pergi ke toilet, membuka Tidak mampu ke toilet


Skore=1 baju, dan membersihkan untuk proses eliminasi
genitalia sendiri tanpa
bantuan

6 Inkontinensia Mengendalikan perkemihan Pengawasan dilakukan,


Skor=1 dan defekasi secara mandiri, memerlukan bantuan
kadang terjadi dalam mengendalikan
ketidaksengajaan perkemihan dan infeksi
Total skore= 2 Kesimpulan: gangguan
fungsi berat / lansia memiliki
ketergantungan

2. Analisa Data
No Data Fokus Masalah Etiologi TTD
Keperawatan
1 Ds : Pasien mengatakan Gangguan Ketidakadekuatan Putri
Memori stimulasi
bahwa pasien
(D.0062) inelektual
mengetahui, waktu, bulan
dan tahun serta nama
tempat saat ini dia
tinggal. akan tetapi pasien
tidak mengetahui nama
kelurahan, kecamatan,
kabupaten dan provinsi
saat dia tinggal kini.
Do :
- Klien tampak mudah
lupa
- Klien tidak mampu
mengulang kata-kata
yang diucapkan
petugas
- Klien tidak mampu
melakukan perintah
yang ditulis petugas

2 Ds : Klien mengatakan Defisit Kelemahan Putri


Perawatan Diri
mandi 2x sehari namun
(DD.0109)
terkadang tidak
menggunakan sabun,
rambut di cuci 2x sehati
tidak pernah
menggunakan sampo
karena sering lupa.
Do :
- Klien terlihat rapi
dan bersih namun
badan masih tercium
bau karena mandi
terkadang tidak
menggunakan sabun
- Kuku klien tidak
panjang, mulut
bersih, tidak ada
sariawan
- Klien tercium tangan
bau amis setiap
makan tidak pernah
menggunakan sabun
- Kamar terlihat kotor
lantai terlihat ada
kerak dan bau

3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Memori berhubungan dengan Ketidakadekuatan stimulasi
intelektual
2. Defisit perawatan diri berhungan dengan Kelemahan

4. Intervensi Keperawatan
No dx. Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan Latihan Memori (I.06188)
memori tindakan keperawatan
Observasi
selama 3x24 jam
kunjungan diharapkan - identifikasi masalah
masalah memori dapat memori yang
teratasi dengan kriteria
hasil : dialami
Memori (L.09079)
- identifikasi
- Verbalisasi
kemampuan kesalahan terhadap
mempelajari hal baru orientasi
dari skala 1
(menurun) ke skala 4 - monitor perilaku
(cukup meningkat) dan perubahan
- Verbalisasi
memori selama
kemampuan
mengingat informasi terapi
dari skala 1 Terapeutik
(menurun) ke skala 4
- rencanakan metode
(cukup meningkat)
- Verbalisasi mengajar sesuai
kemampuan kemampuan pasien
mengingat perilaku - stimulasi memori
tertentu yang pernah
dilakukan dari skala 1 dengan mengulang
(menurun) ke skala 4 pikiran yang
(cukup meningkat) terakhir kali
diucapkan, jika
perlu
- koreksi kesalahan
orientasi
- fasilitasi mengingat
kembali
pengalaman masa
lalu, jika perlu
- fasilitasi tugas
pembelajaran
- fasilitasi
kemampuan
konsentrasi
- stimulasi
menggunakan
memori pada
peristiwa yang baru
terjadi
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
- ajarkan teknik
memori yang tepat
Kolaborasi
- rujuk pada terapi
okupasi, jika perlu

2 Defisit Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri


perawatan diri tindakan keperawatan
(I.11348)
selama 3x24 jam
kunjungan diharapkan Observasi
masalah perawatan diri
dapat teratasi dengan - identifikasi
kriteria hasil : kebiasaan aktivitas
Perawatan Diri (L.11103)
perawatan diri
- Kemampuan mandi
sesuai usia
dari skala 1
- monitor tingkat
(menurun) ke sakal 4
kemandirian
(cukup meningkat)
- identifikasi
- Mempertahankan
kebutuhan alat
kebersihan diri dari
bantu kebersihan
skala 1 (menurun) ke
diri, berpakaian,
skala 4 (cukup
berhias, dan makan
meningkat)
Terapeutik
- Mempertahankan
kebersihan mulut dari
skala 2 (cukup - sediakan
menurun) ke skala 5 lingkungan yang
(meningkat) terapeutik
- siapkan keperluan
pribadi
- dampingi dalam
melakukan
perawatan diri
sampai mandiri
- fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
- fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
- jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
- anjurkan melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan
5. Implementasi Keperawatan
Tgl/jam No.dx Implementasi Respon klien TTD
Senin 25 1 Mengkaji Ds: pasien mengatakan Thalita
September keadaan proses bersedia menjadi responden
2023 pola pikir klien Do:
14.00 dengan - pasien tidak mampu
pengkajian
menjawab 5 pertanyaan
menggunakan
kuisioner dari 5 pertanyaan
pengurangan
- pasien mampu
menyebutkan 1 dari 3
benda yang ditunjuk oleh
1
14.30 perawat
Melakukan
pendekatan pada
klien secara
Ds : klien mengatakan senang
verbal
bertemu perawat
Do : klien terlihat senang dan
2
15.00 Monitor mudah dekat dengan perawat
kemampuan klien
untuk perawatan Ds : Klien mengatakan dapat
diri yang mandiri
melakukan mandi dengan
mandiri, walau sering lupa
menggunakan sabun dan
keramas tanpa sampo
Do : Klien terlihat bersih dan
rapih namun tercium agak bau
pada badannya karena klien
mandi tidak menggunakan
sabun
Selasa 26 1 Memanggil nama Ds : Klien mengatakan senang Thalita
september klien
dipanggil namanya
09.00
Do : Klien terlihat senang dan
menjadi percaya dengan
perawat
09.20 1 Melakukan terapi
puzzle Ds : Klien mengatakan
bingung saat bermain puzzle
Do : Klien tampak bingung
09.35 2 Berikan
informasi kepada Ds : Klien mengatakan sudah
klien pentingnya mengerti namun masih sering
perawatan diri
lupa
Do : klien terlihat mengerti
Rabu 27 1 Melakukan terapi Ds : pasien mengatakan Thalita
september puzzle dan senam
sekarang ia lebih suka terapi
2023 lansia
08.00 puzzle dan senam lansia
Do : pasien tampak semangat

1
08.30
Ds : klien mengatakan senang
Melakukan
review tentang karena dapat menyebutkan
angka dan huruf
huruf A-E
Do : klien terlihat mampu
mengingat huruf A-E

08.40 2 Ds : klien mengatakan masih


Mendampingi
sering lupa untuk
klien dalam
melakukan menggunakan sabun dan
perawatan diri
sampo saat mandi
Do : klien tampak bingung
6. Evaluasi Keperawatan
Hari / tgl No.dx Evaluasi TTD
Kamis 28 1 S : pasien mengatakan senang bermain Thalita
september
2023 puzzle dan sudah mampu menyebutkan huruf
A-E
O : pasien tampak senang saat bermain
puzzle
A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2 S : Klien mengatakan sudah dapat mandi Thalita
secara mandiri namun untuk memakai sabun
klien masih perlu untuk diingatkan
O : Klien terlihat bersih dan rapi
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian

Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan Ny. S umur 72 tahun, dari hasil
pengkajian subjektif dan objektif , ketika ditanya ia mengatakan sudah mandi namun
lupa tidak menggunakan sabun. Dan juga tidak mengetahui jam, hari, tanggal, bulan,
tahun. Ny.S juga jarang berkomunikasi dengan orang disekelilingnya. Dari hasil studi
kasus ini untuk tahap pengkajian tidak di temukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus nyata karena pada pengkajian dengan menggunakan format pengkajian tabel
MMSE pada teori didapatkan Ny. S dengan nilai skor 8 yaitu kerusakan kognitif berat.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis
terdapat 9 diagnosa keperawatan dengan “Demensia”, yaitu sebagai berikut:

1. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perasaan tidak berdaya


2. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan kurangnya pendidikan
tentang keamanan
3. Perbahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori/ingatan
4. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan pembatasan lingkungan
secara teraupetik.
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif
7. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan perubahan sensori
8. Perubahan pola eliminasi urinarius atau konstipasi/inkontinensia
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
9. Ketidakefektifan koping keluarga : menurun atau tidak mampu berhubungan
dengan hubungan keluarga sangat ambivalen
Pada kasus Ny. S ada 2 diagosa keperawatan yang muncul, yaitu :

1. Gangguan Memori
2. Defisit Perawatan Diri

3. Perencanaam Keperawatan

Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat


dalam tinjauan teoritis, perencanaannya terdiri dari 4 tahap yaitu menentukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan melaksanakan tindakan
keperawatan. Adapun yang menjadi prioritas masalah pada Ny. S adalah perubahan
proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori/ingatan. Hal ini menjadi
prioritas karena data – data yang menunjang. Prioritas yang ada pada teori sudah
sesuai dengan kasus Ny. S

Pada perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti. Adapun hal
yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk menuliskan
rencana tindakan, sehingga tidak terjadi miskomunikasi secara langsung antara
perawat. Dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil sudah dibuat sesuai tinjauan
teoritis yaitu mencakup variable SMART sehingga tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat bersifat spesifi dan dapat diukur, dapat dicapai. Rasional dan dapat
mencakup batas waktu pencapaian tujuan yang diharapkan dari setiap masalah
keperawatan yang ada.

Tujuan yang ditetapkan pada masing – masing diagnosa disesuaikan


berdasarkan kondisi klien, beratnya masalah dan study diagnostic, sehingga dibuat
dengan tujuan jika tujuan tersebut belum teratasi pada batas waktu yang ditentukan,
maka rencana tindakan yang telah dibuat dapat dilimpahkan kepada pihak
keluarga. Sedangkan dalam merencanakan tindakan keperawatan, penulis
tidak banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan klien kooperatif dan mau
diajak bekerjasama.

4. Implementasi keperawatan

Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai


dengan intervensi yang telah dibuat penulis. Pada tahap pelaksanaan penulis
melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai pada rencana tindakan sampai
dengan hari ketiga

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evalusi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat
evaluasi bedasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan
perencanaan. Pada kasus Ny. S terdapat dua diagnosa yang teratasi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Ny. S berusia 72 tahun mengatakan ia sudah mandi namun lupa tidak


menggunakan sabun. Dan juga tidak mengetahui jam, hari, tanggal, bulan, tahun.
Hanya mengetahui namanya sendiri, tidak dapat menjawab hari tanggal wakti
tahun. pasien hanya Menjawab nama saja. Menggunakan pegkajiaan MMSE skor
8 : Kesimpulannya pasien memiliki kognitif Berat, mengatakan lupa nama teman
disamping rumahnya, Ny. S mengatakan hanya mengenal wajah tapi lupa nama.
Ny. S mengatakan lupa masa lalu, tidak ingin berkomunikasi dengan orang
disekelilingnya.pasien mengatakan tidak mandi karena dingin, mengeluh seluruh
tubuhnya terasa gatal- gatal. kulit pasien tampak kotor dan bersisik,tampak pakaian
pasien kotor dan berbau, serta keaadan umum berantakkan, pasien tampak
menggaruk-garuk badan.

2. Saran
Dengan adanya penyuluhan kesehatan kepada lansia entang demensia diharapkan
lansia dapat menoptimalkan atau mempertahankan aktivitas sehari-hari secara
mandiri dan tetap menjaga ketajaman daya ingat dengan cara terapi puzzle atau
senam.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba


Medika.
Nugroho, H. wahjudi. (2006).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi
3. Jakarta: EGC
Nugroho, H. wahjudi. (2009).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi
3. Jakarta: EGC
Santoso, H Dan Ismail A.(2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta :
Gunung Mulia.
PDF. Kemenkes RI.(2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. Jakarta di unduh tanggal 23 juni 2018
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
PDF Alzheimer’s Disease International, (2009). The global voice on
Dementia. Diunduh tanggal 22 juni 2018.
Worl Healt Organitation (2010). Proposes definitation of An Order
person in word. Di unduh tanggal 23 juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai