Disusun Oleh :
Thalita Wilujeng Dwi Mulyana
20101440121067
C. Rumusan Masalah
1. Konsep Lansia
2. Konsep Demensia
BAB II DASAR
TEORI
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Usia Lanjut (Lansia)
Usia lanjut (lansia) adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada
umumya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,
psikologis, soaial, ekonomi (BKKBN, 1995 dalam Mubarok, 2006). Menurut
WHO lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia
45 tahun sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun,
lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 tahun sampai 90 tahun dan usia sangat
tua(very old) yaitu diatas 90 tahun (Nugroho, 2008) Penuaan (proses menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono,
1994 dalam Nugroho, 2008). Masa dewasa tua (lansia), dimulai setelah pensiun
biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua adalah proses alamiah, yang berarti seseorang telah melewati 3 tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008). Penuaan adalah
suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
menerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999)
dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2008).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi pada lansia menurut Maryam, dkk (2008) antaralain lansia
yaitu sesorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi yaitu
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang masih
mampu melaksanakan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang atau jasa serta lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008) lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal
1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan), kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dan rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan
tempat tinggal yang bervariasi.
4. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh
kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik
serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya,
makapada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan
pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi
bercocok tanam, dan lain-lain.Tugas perkembangan lansia menurut Maryam,
dkk (2008) antara lain: mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun,
mempersiapkan diri untuk pensiun, membentuk hubungan baik dengan orang
seusianya, mempersiapkan kehidupan baru,
melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakt secara santai,
mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial dan
psikososial (Maryam, dkk, 2008). Perubahan fisik meliputi perubahan sel
(jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
intraseluler menurun), perubahan kardiovaskular(katub jantung menebal dan
kaku, kemampuan memompa darah menurun, menurunnya kontraksi dan
volume, elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat), respirasi (otot-otot
pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas
residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadinya penyempitan
pada bronkus), persarafan (saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khusunya yang
berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson,
sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks),
muskuloskeletal (cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,
persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis),gastrointestinal (esofagus melebar, asam lambung
menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut
menurun.Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan),
genitouinaria (ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasi urin juga ikut menurun), vesika urinaria (otot-otot melemah,
kapasitasnya menurun, dan retensi urin. Prostat akan mengalami hipertrofi pada
75% lansia),vagina (selaput lendir mengering dan sekresi menurun),
pendengaran (membran tympani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan), penglihatan
(respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,akomodasi
menurun, lapang pandang menurun, dan katarak), endokrin(produksi hormon
menurun), kulit (keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitasmenurun, vasikularisasi menurun,
rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku
kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk), belajar dan memori (kemampuan
belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori atau daya ingat menurun
karena proses incoding menurun), intelegensi (secara umum tidak banyak
berubah), personality dan adjusment (pengaturan) (tidak banyak berubah,
hampir seperti saat muda), pencapaian (sains,filosofi, seeni, dan musik sangat
mempengaruhi).Perubahan sosial, meliputi perubahan peran, keluarga,
teman,masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan,
transportasi,politik, pendidikan, agama dan panti jompo. Perubahan psikologis
meliputi frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematia, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.Pada saat orang tua
terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidk berguna dan
kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu mengaktualisasikan
potensinnya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup dan
cara dia memandang suatu makna kehidupan maka sampai ajal menjeemput
mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang(Maryam,
dkk, 2008) 10 kebutuhan lansia menurut Darmojo (2001) dalam Maryam, dkk,
(2008) adalah sebagai berikut.
a. Makan cukup dan sehat.
b. Pakaian dan kelengkapannya.
c. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh.
d. Perawatan dan pengawasan kesehatan.
e. Bantuan teknis praktik sehari-hari/bantuan hukum.
f. Transportasi umum.
g. Kunjungan/teman bicara/informasi.
h. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya.
i. Rasa aman dan tentram.
j. Bantuan alat-alat pancaindra. Kesinambungan bantuan dana dan fasilitas
C. Konsep Penyakit
1. Definisi
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata
mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari.
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi
vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran
abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu.
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan
gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan mood dan tingkah
lakusehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita
(Aspiani R. Y., 2014).
2. Etiologi
Demensia melibatkan kerusakan pada sel-sel saraf di otak, yang dapat
terjadi pada beberapa area di otak. Gangguan ini dapat muncul dalam
bentuk yang berbeda-beda pada tiap penderita, tergantung area otak yang
terkena.
Pikun karena demensia juga dapat terjadi akibat kerusakan otak yang
disebabkan karena berkurangnya aliran darah di dalam pembuluh darah
otak. Masalah pada pembuluh darah ini bisa terjadi karena banyak hal.
Beberapa diantaranya adalah stroke, infeksi katup jantung, atau kondisi lain
pada pembuluh darah. Gejala biasanya muncul mendadak dan seringkali
didapatkan pada orang-orang dengan tekanan darah tinggi atau yang pernah
mengalami stroke atau serangan jantung sebelumnya.
3. Manifestasi Klinis
a. Meningkatknya kesulitan dalam melaksakan kegiatan sehari-hari.
b. Mengabaikan kebersihan diri
c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan yang
makin berat, sehingga orang yang berada disekitarnya seperti keluarga
dilupakan.
d. Pertanyaan atau kata-kata yang diulang.
e. Tidak dapat mengenal waktu, ruang atau tempat.
f. Sifat dan perilaku menjadi keras kepala dan cepat marah.
g. Menjadi depresi dan menganis tanpa alasan yang jelas.
4. Patafisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di
susun saraf pusat yaitu berat otak aan menurun sebanyak sekitar 10% pada
penuaan antara umur 30 – 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah
disebutkan ditas merupakan kondisi – kondisi yang dapat mempengaruhi sel
– sel neuron korteks serebri.
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vascular dan penyakit
lainnya serta gangguan nutrisi, metabolic dan toksitasi serta langsung
maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan
melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
ataupun sub kortikal.
Disamping itu kadar neurotransmitter di otak yang diperukan untuk
proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir, dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi, dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena maanifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio
akut demensia.
5. Komplikasi
a. Nutrisi yang tidak tercukupi
Banyak orang dengan pikun karena dimensia akan mengurangi
atau berhenti makan dan minum pada akhirnya. Mereka bisa jadi lupa
untuk makan dan berpikiran bahwa mereka sudah makan. Perubahan
waktu makan atau gangguan suara berisik di sekitarnya juga dapat
mengganggu kegiatan makan mereka. Seringkali, pikun atau demensia
yang sudah berat membuat kehilangan kontrol pada otot-otot yang
digunakan untuk mengunyah dan menelan.
b. Penurunan higenitas
Pada kasus demensia yang sedang hingga berat, penderitanya
dapat kehilangan kemampuannya dalam melakukan tugas sehari-
harinya secara mandiri. Seseorang bisa menjadi tidak mampu mandi,
berpakaian, mencuci rambut, menggosok gigi, atau menggunakan toilet
sendiri.
6. Kesulitan minum obat
Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan mengingat penderita
demensia. Karena itu, mengingat untuk meminum obat dalam jumlah yang
benar pada waktu yang benar dapat menjadi tantangan tersendiri.
7. Kemunduran kesehatan emosional
Sementara perubahan perilaku dan kepribadian yang mungkin terjadi
disebabkan oleh reaksi emosional dalam menghadapi perubahan yang
terjadi di otak. Demensia dapat berujung pada depresi, sifat agresif,
kebingungan, frustasi, rasa cemas, dan gangguan disorientasi.
8. Kesulitan dalam berkomunikasi
Dengan hambatan beratnya demensia, penderitanya dapat kehilangan
kemampuan dalam mengingat nama orang dan benda serta masalah dalam
berkomunikasi dengan orang lain atau memahami orang lain. Gangguan
dalam berkomunikasi ini dapat menimbulkan perasaan gelisah, terisolai,
dan depresi
9. Delusi dan halusinasi
Penderita dapat mengalami delusi, yaitu ide/ pikiran yang salah tentang
orang lain atau situasi yang ada. Beberapa orang, khususnya orang dengan
demensia yang dapat memiliki halusinasi visual.
10. Kesulitan tidur
Seseorang dapat mengalami kesulitan tidur, seperti bangun terlalu pagi.
Sebagian lagi dapat memiliki sindrom tungkai gelisah atau gangguan
perilaku tidur rapid eye movement (REM) yang dapat mempengaruhi tidur.
11. Masalah keamanan diri
Oleh karena berkurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan dan
menyelesaikan masalah, beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan
ketidakamanan bagi penderita demensia. Contohnya saat menyetir,
memasak, terjatuh, tersesat, dan mengatasi rintangan.
12. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan tes kognitif dan neuropsikologis.
b. Pemeriksaan neurologis/ saraf.
c. Pemeriksaan CT scan atau MRI otak.
d. Pemeriksaan tes darah.
e. Pemeriksaan psikiatri.
13. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,
margarin, kacang-kacangan, minyak sayur, biasa menurunkan resiko
demenisa alzheimer. Vitamin c dapat mengurani radikal bebas (mis.
Sayuran, stroberi, melon, tomat, brokoli).
b. Terapi non-farmakologi meliputi :
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga.
2) Program harian untuk pasien.
3) Istirahat yang cukup.
4) Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas.
5) Validasi/rehabilitasi/reminiscence.
6) Terapi music.
7) Terapi rekreasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 72 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jalan rambutan
b. Riwayat keluarga
1. Pasangan
Ny. S masih memiliki suami
2. Anak – anak
Hanya mempunyai satu anak yang bernama Maryati
c. Riwayat pekerjaan
1) pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
2) pekerjaan sebelumnya : Pedagang
3) sumber pendapatan : Dari pemerintah
d. Riwayat lingkungan hidup
tipe tempat tinngal : permanen
jumlah kamar : 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi
jumlah orang yang tingal : 3 orang
e. Riwayat rekreasi
hobi / minat : hanya menonton tv bersama keluarga
liburan : klien mengatakan tidak pernah lliburan
f. Riwayat kesehatan saat ini
1. keluhan
a. status kesehatan umum selama setahun terakhir: pelupa dan badan gatal
b. status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir: demam, batuk, pilek
c. keluhan utama saat ini: mengalami lupa yang sangat parah sehingga lupa untuk
mandi
2. pola makan
Klien makan 3 kali sehari
3. pola tidur:
Klien mengatakan dapat tidur setiap hari tanpa ada gangguan.
g. Keadaan umum
1. tingkat kesadaran: KU : Baik: Composmentis
2. TTV:
TD: 120/70 mmHg
Nadi: 88x/mnt
Rr: 20x/menit
Suhu: 36,2°C
Bb: 45kg
Tb: 148 cm
h. pemeriksan fisik
Mata: kojungtiva merah muda, sklera putih, jika melihat jauh pandangan kabur
Telinga: simetris, mengalami perubahan pendengaran
Hidung: hidung bersih, tidak ada luka / lesi.
Mulut dan tenggorokan: tidak ada karien gigi karena sudah ompong
Leher: tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembessran
kelenjar tiroid
Payudara: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, adanya perubahan putih
susu (menyusut)
Gastrointestinal: tidak ada hemoroid, tidak ada pendarahan rektum, peristaltik
usus 24x/menit
Kardiovaskuler: tidak ada nyeri dada, sesak napas, bunyi jantung normal.
Genitalia: sudah mneopouse, tidak ada nyeri panggul, tidak ada luka.
Perkemihan: BAB 1 kali/hari, BAK 3-4 kali/hari, tidak ada nyeri saat berkemih
i. status fungsional
INDEKS BARTHEL
no Jenis aktivitas Kemampuan Skor
1 Makan / minum Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain 1
2 Pindah ke kursi roda atau Mandiri 3
tempat tidur Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
3 Kebersihan: cuci muka, Mandiri 1
menyisir, dll
4 Keluar / masuk WC Mandiri 2
5 Mandi Mandiri 1
6 Berjalan (datar) Mandiri 3
Dibantu satu orang 2
7 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
8 Berpakaian / bersepatu Mandiri 1
9 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang kadang 1
10 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang kadang 1
Jumlah 20
Kesimpulan: Lansia
Mandiri
j. Status kognitif
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONARE (SPMSQ)
NO Pertanyaan Jawaban + -
1 Tanggal berapa hari ini? Tidak tau -
2 Hari apa sekarang? Jumat +
Apa nama tempat ini? Cemara
Berapa nomor telepon anda?, Di bellu, atambua +
alamat anda
Kapan anda lahir? Tidak respon -
Berapa umur anda? 89 +
Siapa presiden Indonesia Tidak tau -
sekarang?
Siapa presdisen indonesia Soekarno -
sebelumnya?
Siapa nama ibu anda? Maria soi +
Angka 20 dikurangi 3, dan 20-3=17-3=15-3=12-3=9- -
seterusnya dikurangi 3 3=6-3=3-3=0
Jumlah 5 5
Kesimpulan: kerusakan
intelektual sedang
TOTAL 8
Kesimpulan: gangguan kognisi berat
l. status fungsi sosial
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaption Saya puas bisa kembali pd keluarga (teman) 2
saya untuk membantu saya pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2 Paetherenship Saya puas dengan cara keluarga (teman) 2
saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan maslah dengan saya
3 Growth Saya puas bahwa keluarga ( teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas
4 Affection Saya puas dengan cara keluarga (teman) 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi saya seperti marah, sedih,
atau mencintai
5 Resolve Saya puas dengan cara teman saya 2
menyediakan waktu bersama-sama
Total 10
Kesimpulan:
disfungsi
keluarga sangat
tinggi
m. Status fungsional
Tingkat Kemandirian (KATZ)
No Aktivitas Mandiri = 1 Bergantung=0
lansia
1 Mandi Tidak membutuhkan bantuan Tidak membutuhkan
Skor=0 atau menerima bantuan saat bantuan atau menerima
mandi hanya pada bagian bantuan saat mandi
tubuh tertentu seperti hanya pada bagian tubuh
punggung tertentu seperti
punggung
2 Berpakaian Mampu mengambil dan Memerlukan bantuan
Skore=0 mengenakan secara lengkap mengambil dan
tanpa memerlukan bantuan mengenakan pakaian
kecil saat menalikan sepatu atau bila tidak pasien
tidak akan berpakaian
lengkap atau tidak
berpakaian sama sekali
3 Berpindah Bergerak naik turun dari Tidak turun dari tempat
Skore=0 tempat tidur dan kursi tanpa tidur sama sekali apabila
memerlukan bantuan turun membutuhkan
(mungkin membutuhkan waktu
pegangan atau walker).
2. Analisa Data
No Data Fokus Masalah Etiologi TTD
Keperawatan
1 Ds : Pasien mengatakan Gangguan Ketidakadekuatan Putri
Memori stimulasi
bahwa pasien
(D.0062) inelektual
mengetahui, waktu, bulan
dan tahun serta nama
tempat saat ini dia
tinggal. akan tetapi pasien
tidak mengetahui nama
kelurahan, kecamatan,
kabupaten dan provinsi
saat dia tinggal kini.
Do :
- Klien tampak mudah
lupa
- Klien tidak mampu
mengulang kata-kata
yang diucapkan
petugas
- Klien tidak mampu
melakukan perintah
yang ditulis petugas
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Memori berhubungan dengan Ketidakadekuatan stimulasi
intelektual
2. Defisit perawatan diri berhungan dengan Kelemahan
4. Intervensi Keperawatan
No dx. Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan Latihan Memori (I.06188)
memori tindakan keperawatan
Observasi
selama 3x24 jam
kunjungan diharapkan - identifikasi masalah
masalah memori dapat memori yang
teratasi dengan kriteria
hasil : dialami
Memori (L.09079)
- identifikasi
- Verbalisasi
kemampuan kesalahan terhadap
mempelajari hal baru orientasi
dari skala 1
(menurun) ke skala 4 - monitor perilaku
(cukup meningkat) dan perubahan
- Verbalisasi
memori selama
kemampuan
mengingat informasi terapi
dari skala 1 Terapeutik
(menurun) ke skala 4
- rencanakan metode
(cukup meningkat)
- Verbalisasi mengajar sesuai
kemampuan kemampuan pasien
mengingat perilaku - stimulasi memori
tertentu yang pernah
dilakukan dari skala 1 dengan mengulang
(menurun) ke skala 4 pikiran yang
(cukup meningkat) terakhir kali
diucapkan, jika
perlu
- koreksi kesalahan
orientasi
- fasilitasi mengingat
kembali
pengalaman masa
lalu, jika perlu
- fasilitasi tugas
pembelajaran
- fasilitasi
kemampuan
konsentrasi
- stimulasi
menggunakan
memori pada
peristiwa yang baru
terjadi
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
- ajarkan teknik
memori yang tepat
Kolaborasi
- rujuk pada terapi
okupasi, jika perlu
1
08.30
Ds : klien mengatakan senang
Melakukan
review tentang karena dapat menyebutkan
angka dan huruf
huruf A-E
Do : klien terlihat mampu
mengingat huruf A-E
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan Ny. S umur 72 tahun, dari hasil
pengkajian subjektif dan objektif , ketika ditanya ia mengatakan sudah mandi namun
lupa tidak menggunakan sabun. Dan juga tidak mengetahui jam, hari, tanggal, bulan,
tahun. Ny.S juga jarang berkomunikasi dengan orang disekelilingnya. Dari hasil studi
kasus ini untuk tahap pengkajian tidak di temukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus nyata karena pada pengkajian dengan menggunakan format pengkajian tabel
MMSE pada teori didapatkan Ny. S dengan nilai skor 8 yaitu kerusakan kognitif berat.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis
terdapat 9 diagnosa keperawatan dengan “Demensia”, yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan Memori
2. Defisit Perawatan Diri
3. Perencanaam Keperawatan
Pada perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti. Adapun hal
yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk menuliskan
rencana tindakan, sehingga tidak terjadi miskomunikasi secara langsung antara
perawat. Dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil sudah dibuat sesuai tinjauan
teoritis yaitu mencakup variable SMART sehingga tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat bersifat spesifi dan dapat diukur, dapat dicapai. Rasional dan dapat
mencakup batas waktu pencapaian tujuan yang diharapkan dari setiap masalah
keperawatan yang ada.
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evalusi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat
evaluasi bedasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan
perencanaan. Pada kasus Ny. S terdapat dua diagnosa yang teratasi.
BAB V
1. Kesimpulan
2. Saran
Dengan adanya penyuluhan kesehatan kepada lansia entang demensia diharapkan
lansia dapat menoptimalkan atau mempertahankan aktivitas sehari-hari secara
mandiri dan tetap menjaga ketajaman daya ingat dengan cara terapi puzzle atau
senam.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA