Anda di halaman 1dari 31

EFEKTIFITAS EDUKASI MELALUI METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU

PHBS PENGGUNAAN JAMBAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI

KELURAHAN BATANGKALUKU

OLEH :

NAMA : MARTAFINA JAWAR

NIM : 120201804

SEMESTER : VII

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA

MAKASSAR 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamban adalah sebuah ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan

feses maupun urin manusia yang terdiri dari tempat jongkok atau

tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)

yang di lengkapi dengan unit penampungan feses dan air untuk

membersihkannnya (Rohmah,2016). Hasil penelitian Awyono (2016)

kejadian diare cenderung terjadi pada perilaku mencuci tangan yang

buruk. Salah satu upaya untuk mencegah masalah kesehatan tersebut

adalah program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Proverawati &

Rahmawati,2012).

Anak usia sekolah merupakan titik awal dari pembentukan perilaku

sehat. Berdasarkan jumlah anak usia sekolah (6-12 tahun) di Indonesia

menempati urutan terbanyak sebesar 26.504.160 jiwa. Oleh karena itu,

anak usia sekolah dasar menjadi sasaran yang strategis terhadap

perilaku program peningkatan kesehatan di Indonesia. Anak usia

sekolah termasuk ke dalam kelompok beresiko karena di pengaruhi

factor risiko biologi, perilaku, lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Resiko biologi terjadi karena kondisi fisik anak seperti daya tahan tubuh

anak dan status gizi yang buruk akan lebih mudah terinfeksi penyakit.

Resiko perilaku berpengharu pada kesehatan anak terkena penyakit


seperti gaya hidup dan kebersihan diri anak. Resiko lingkungan terdiri

dari lingkungan fisik dan sosial. Anak usia sekolah sering melakukan

aktifitas fisik di luar rumah,saat bersekolah, maupun bermain dengan

teman sebayanya.

Kepemilikan dan penggunaan jamban sehat merupakan salah satu

indikator program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan

sekolah. Berdasarkan hasil kajian PHBS, secara nasional presentase

sekolah dasar menggunakan jamban pada kondisi sanitasi sekolah di

Indonesia yaitu 12,9%/19.123 belum memiliki jamban, 31,40%/46.458

memiliki jamban layak terpisah dan dalam kondisi baik, 64,7%/96.002

memiliki akses terhadap air bersih yang layak. Penggunaan jamban

berhubungan dengan kejadian diare sehingga upaya pemberantasan

kejadian diare pada anak dan balita khusunya orang dewasa pada

umumnya tidak hanya terfokus pada kesehatan lingkungannya kebiasaan

dan perilaku hidup bersih dan sehat juga mendapatkan perhatian.

Kebiasaan perilaku yang baik dalam menyediakan air bersih,

menggunakan air bersih, membuang sampah pada tempatnya,

penggunaan jamban keluarga sebagai sarana pembuangan tinja, dapat

mmencegah terjadinya diare. Penggunaan jamban sehat dapat

menghindari pembuangan tinja yang sembarangan, tinja yang di buang

tidak pada semestinya, misalnya pada air sungai, dapat membuat sungai

terkontaminasi bakteri, sehingga jika masyarakat menggunakan air

sungai tersebut dapat menjadi penyebab menularnya penyakit.


Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak

didik. Dalam bentuk pelaksanaannya metode bercerita di laksanakan

dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau

penjelasan tentang hal-hal baru dalam rangka penyampaian

pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar.

Edukasi merupakan suatu proses pembelajaran baik secara formal

maupun non formal. Jadi efektifitas edukasi merupakan suatu aktifitas

yang di lakukan di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat

yang bertujuan untuk mendidik, memberikan ilmu pengetahuan, serta

mengembangkan potensi diri yang ada dalam diri stiap manusia.

Kemudian mewujudkan proses pembelajaran tersebut dengan lebih

baik.Kurangnya persediaan jamban bersih dan sehat menyebabkan

peningkatan diare.

Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat dan penyebab

kematian di dunia terhitung 5-10 juta kematian per-tahun. Penyakit diare

masih menjadi masalah global dan tingkat mobilitas serta mortalitas yang

tinggi di berbagai negara terutama negara berkembang. Pada saat ini

angka mortalitas di sebabkan diare adalah 3,8 episode per 1000 per-

tahun 3,2 episode anak per-tahun pada anak usia di bawa 6-12

tahun.Dan setial tahun dari 1,9 juta anak-anak di bawah umur 5 tahun
meninggal yang sebagian besar terjadi di negara berkembang (World

Gastroentelogy Organisation,2012).

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari dana anak-anak

perserikatan bangsa-bangsa (UNICEF) memperkirakan 2 milyar kasus

diare di dunia.

Di Indonesia data dari anak-anak menggunakan air bersih baru

mencapai 67,3% dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang

memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan anak-anak yang

menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit

diare sebagai salah satu penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang

di tularkan melalui air kotor merupakan masalah kesehatan di lingkungan

sekolah dengan angka kesakitan 374 per 1000 anak. penggunaan

jamban di berbagai daera di Indonesia masih menggunakan

pembuangan air yang tidak sehat.

Kejadian diare di provinsi Maluku Kota Ambon pada tahun 2012

terdapat 3.120 kasus diare, tahun 2013 terdapat .305 kasus diare, tahun

2014 terdapat 3.658 kasus diare dengan proporsi umur 6-12 tahun di

Kecamatan Teluk Ambon kota Ambon adalah sebagai berikut tahun

2012 terdapat 1.675 kasus diare, tahun 2013 terdapat 1.890 kasus diare

tahun 2014 terdapat 2050 kasus diare. Dari data tersebut ternyata

kejadian diare cenderung mengalami perubahan.


Berdasarkan informasi di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “efektifitas edukasi melalui metode bercerita terhadap

perilaku (PHBS) penggunaan jamban pada anak usia sekolah di

kelurahan Batangkaluku

B. Rumusan Masalah

Apakakah ada hubungan antara efektifitas melalui metode bercerita

terhadap perilaku (PHBS) penggunaan jamban pada anak usia sekolah

di kelurahan Batangkaluku.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum adalah

untuk mengetahui efektifitas edukasi melalui metode bercerita

terhadap perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia

sekolah di kelurahan Batangkaluku

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh metode bercerita terhadap

motivasi PHBS pada lingkungan penelitian anak usia sekolah

di kelurahan Batangkaluku

b. Untuk mengetahui tingkat perilaku PHBS penggunaan jamban

pada anak usia sekolah di kelurahan Batangkaluku

c. Untuk menganalisis serta mencegah ketidakpatuhan perilaku

PHBS pada anak usia sekolah


D. Manfaat penelitian

1.Manfaat teoritis :

Dari hasil penelitian ini bisa menjadi sumber pengetahuan dan tolak

ukur yang bermanfaat bagi para peneliti untuk bahan penelitian

selanjutnya tentang “efektifitas edukasi melalui metode bercerita

terhada perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia sekolah

di kelurahan Batangkaluku”

2. Manfaat praktis :

a. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian

menambah pengetahuan kepada peneliti yang nantinya akan

bermanfat di lapangan pekerjaan di bidang institusi

b. Bagi institusi

Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan keperawatan sebagai dokumen yang bisa di jadikan

bahan bacaan dan sumber informasi untuk peneliti selanjutnya

c. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan bagi masyarakat di kelurahan

Batangkaluku untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

terhadap perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia

sekolah di kelurahan Batangkaluku.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Edukasi Metode bercerita

1. Pengertian

Edukasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga di

sebut dengan pendidikan yang artinya proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan

perbuatan mendidik. Edukasi atau pendidikan secara umum adalah

upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa

yang di harapkan oleh pelaku pendidikan, yang tersirat dalam

pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan (individu,

kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku pendidikan),

proses adalah (upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang

lain), output adalah (melakukan apa yang di harapkan atau perilaku)

(Notoatmodjo, 2012).

Kata “metode” secara kebahasaan berasal dari bahasa yunani

yaitu methodos, dan dalam bahasa Inggris ditulis method yang berarti

cara atau jalan. Dalam bahasa Arab disebut tariqoh , dan adakalanya

disebut uslub. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah

cara kerja yang konsisten untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan

guna mencapai apa yang telah ditentukan (Nursyaidah, 2016).


Sedangkan pengertian dari cerita yakni suatu bentuk karya sastra

yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri dan akan

memberikan pengaruh baik bagi anak-anak maupun orang dewasa,

dikarenakan dapat mengasah akal dan rasa. cerita adalah salah satu

bentuk sastra yang bisa di baca atau hanya di dengar oleh orang yang

tidak bisa membaca. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cerita

adalah karangan yang menunturkan perbuatan, pengalaman atau

penderitaan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-

sunguh terjadi maupun hanya rekaya belaka) (Nursyaidah,2016).

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat menentukan

sebuah pembelajaran. Metode dipilih dalam rangkah mencapai tujuan

pembelajaran. Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh

bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung

kemana kegiatan interaksi edukatif berproses dalam mencapai tujuan.

Metode pembelajaran yang biasa diaplikasikan di SD ada beberapa

macam salah satunya adalah adalah metode bercerita (Nursyaidah,

2016).

2. Tujuan Metode Bercerita

Tujuan metode bercerita bagi anak adalah agar anak mampu

mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang akan disampaikan

orang lain dan anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, serta

anak dapat menjawab pertanyaan selanjutnya anak dapat menceritakan

dan mengekspresikan terhadap apa yang didengar dan diceritakan


sehingga hikmah dari isi cerita dapat di pahami dan lambat laun di

dengarkan, di perhatikan, di laksanakan, dan di ceritakannya pada orang

lain (Primawidia, 2017).

Tujuan dari pada kelebihan metode bercerita (Primawidia, 2017)

a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatih lebih banyak

b. Memanfaatkan waktu yang tersedia lebih efektif dan efisien

c. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana

d. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah

e. Secara relative tidak banyak membutuhkan biaya

3. Faktor-faktor memengaruhi metode bercerita (Fauziddin, 2017:23)

a) Cerita yang disampaikan adapun cerita yang akan di ceritakan

kepada anak tidak boleh mengandung unsur kesedihan yang

terlalu berlebihan atau kejahatan yang berlebihan karena hal ini

dianggap tidak cocok dengan karakteristik anak usia dini

b) Dalam menyampaikan cerita tidak boleh menggunakan fantasi

yang berlebihan tanpa diiringi dengan penjelasan yang logis

kepada anak

c) Cerita yang disajikan ke anak haruslah sejalan dengan keadaan

lingkungan sekitar anak

d) Cerita yang akan disajikan haruslah terkandung nilai kebaikan,

bukan sekedar cerita yang dapat meracuni jiwa anak

4. Macam-macam metode bercerita

Hal ini di jelaskan Moslichatoen dalam (Amalia, 2015:8) yakni :


1) Membaca buku cerita

2) Menggunakan gambar ilustrasi yang ada pada buku

3) Membacakan dongeng

4) Bercerita melalui papan flannel

5) Bercerita dengan boneka tangan

6) Bercerita dengan boneka jari

B. Tinjaun Umum tentang Perilaku PHBS Penggunaan Jamban

1. Pengertian

Jamban adalah sebuah ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan

feses maupun urin manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat

duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang di

lengkapi dengan unit penampungan feses dan air untuk

membersihkannya (Rohmah, 2017).

2. Syarat Jamban Sehat

Syarat jamban sehat menurut Depkes RI dalam Rohmah (2016)

mempunyai beberapa syarat, antara tidak mencemari sumber air minum,

jarak sepic tank 10-15 meter dari sumber air minum, tidak berbau dan

tinja tidak dapat dijangkau oleh vector, cukup luas dan landau atau miring

kearah lubang jongkong sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya,

mudah dibersihkan dan aman digunakan, terdapat dinding dan atap

pelindung yang kedap air, mempunyai penerangan yang cukup lantai

tidak licin dan ventilasi yang cukup baik (Rohmah & Syahrul, 2017).

3. Penggunaan Jamban Sehat


Salah satu bentuk keberhasilan masyarakat dalam penyediaan

sarana sanitasi dasar dan akses jamban sehat ditandai dengan deklarasi

ODF (Qudsiyah et al..,2015)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penggunaan Jamban sehat adalah :

1. Tindakan

Tindakan masyarakat dalam menggunakan jamban di Desa

Ilomangga Kecamatan Tabongo berada pada kategori “tinggi”

depan presentase 75%, dengan kata lain masyarakat selalu

bertindak positif dalam penggunaan jamban. Namun sebagian

besar responden memiliki tindakan yang positif dalam

menggunakan jamban, tetapi ada sebagian besar responden yang

masih netral bahkan negatif untuk melakukan tindakan tersebut.

(Otaya, 2013)

2. Ketersediaan air bersih

Tersedianya air bersih di rumah akan diikuti dengan pemanfaat

jamban yang baik. Tidak tersediannya air bersih dirumah yang

dapat di gunakan untuk membersihkan jamban akan memengaruhi

kondisi jamban. Kondisi jamban yang kotor akibat tidak

tersediannya air, membuat seseorang tidak mau menggunakan

jamban (Ibrahim dkk, 2013)

3. Kebiasaan

Faktor yang paling dominan adalah factor kebiasaan dengan kata

lain masyarakat memiliki penilaian yang sama terhadap jenis


jamban, tapi tidak mempengaruhi keputusan seseorang untuk

menggunakan atau tidak. Hal ini di sebabkan oleh kebiasaan

masyarakat. (Qudsiyah et al, 2015)

4. Kondisi air

Praktik atau tindakan dapat diwujudkan dengan adanya faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain

adalah fasilitas atau sarana dan prasarana. Hal ini berarti sarana

dan prasarana sangat menunjang seseorang untuk berperilaku

hidup sehat. Salah satu sarana dan prasarana yang mempengaruhi

perilaku penggunaan jamban adalah sarana penyediaan air bersih.

Masyarakat yang tidak mempunyai sarana air bersih yang

memadai, maka akan cenderung berperilaku buang air besar

sembarangan. Kondisi air yang meliputi kualitas dan kuantitas air

juga mempengaruhi masyarakat dalam perilaku penggunaan

jamban (Nurmalawati, 2013)

5. Jenis-jenis Jamban

Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan maka

kita semua harus buang air besar (BAB) di jamban, ada 3 jenis jamban

yaitu :

1) Jamban leher angsa

Jamban perlu air untuk megelontor kotoran. Air yang terdapat

pada leher angsa adalah untuk menghindari bau dan mencegah

masuknya lalat, kecoa dan hewan serangga lainnya. Jamban


leher angsa atau angsa latrine adalah jamban degan leher

lubang kloset yang berbentuk lengkung (rohmah dan Syahrul,

2017).

2) Jamban cemplung

Jamban ini tidak memerlukan air untuk tidak menggelontor

kotoran, untuk mengurangi baud an sarang lalat, kecoa dan

hewan serangga lainnya maka lubang jamban perlu ditutup.

Jamban cemplung ini dimana tempat penampungan tinja di

bangun di bawah tempat pijakan (Rohmah dan Syahrul, 2017)

3) Jamban empang atau overhung latrine

Jamban empang ini merupakan dimana jamban yang dibangun

diastas empang, sungai, maupun rawa (Rohmah dan Syahrul,

2017).

6. Penggunaan Sarana Air Bersih

Menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti masak,

mandi, hingga kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak

mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit . air bersih adalah salah satu jenis sumber daya

berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia

untuk di konsumsi atau dalam melakukan aktifitas mereka sehari-hari

termasuk diantaranya adalah sanitasi. (Gani et al, 2015)


Keberhasilan dalam akses air bersih dapat di tandai dengan

menurunya angka kejadian penyakit diare. (Utami, 2015)

a) Kebutuhan air bersih

Kebutuhan air per jiwa per hari menurut SNI 19-6728.1-2002

tentang penyusunan Neraca Sumber Daya tercantum

100L/jiwa/hari pada pedesaan. (Ester South, 2018)

b) Instalansi PAM Desa

Program PAMSIMAS atau PAM Desa merupakan salah satu

program pemerintah untuk meningkatkan akses jumlah warga

miskin yang dapat terlayani perbaikan pelayanan serta fasilitas air

minum dan sanitasi serta untuk meningkatkan nilai dan perilaku

hidup bersih dan sehat menggunakan pendekatan partisipasi

masyarakat. Dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang

dimiliki detiap desa, maka dapat merasakan perubahan kehidupan

yang lebih baik dan mencapai kesejahteraan hidup. Partisipasi

masyarakat melalui program PAMSIMAS atau PAM Desa dalam

meningkatkan kesehatan dan keberhasilan lingkungan desa ini

menjadi hal yang penting dan utama sebagai keberhasilan

program. Pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan

dipedesaan dengan menempatkan tenaga pendamping/fasilitator

di setiap desa yang melaksanakan program PAMSIMAS atau PAM

Desa selama satu tahun mulai dari tahap perencanaan,


pelaksanaan dan pemeliharaan untuk keberlanjutan program

(Chaerunissa, 2014)

7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat mencuci tangan pakai sabun

Mencuci tangan dengan 7 langkah adalah prosedur lengkap

membersihkan jari-jari, telapak tangan, punggung tangan, dan

pergelangan tangan dari semua kotoran yang terlihat maupun tidak

terlihat serta kuman penyebab penyakit dengan media sabun dan air

mengalir. Mencuci tangan sebaiknya di lakukan setelah atau sebelum

beraktifitas, dan setelah buang air besar atau kecil. Berikut ini adalah 7

langkah mencuci tangan yang benar :

1. Menggosok telapak tangan secara bersamaan

2. Menggosok punggung kedua tangan

3. Menggosok sela-sela jari kedua tangan

4. Menggosok bagian belakang sela-sela jari kedua tangan

5. Menggosok dan memutar jempol diikuti oleh area jari telunjuk

dan jempol kedua tangan

6. Menggosok ujung jari di telapak tangan untuk kedua tangan

7. Menggosok pergelangan tangan dengan cara memutar secara

bergantian. Setelah itu bilas seluruh bagian tangan dengan air

bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk bersih atau

tisu (Rohmah dan Syahrul, 2017)

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Air Bersih

1. Sikap
Sikap kurang baik dapat dipengaruhi oleh rendahnya

pendidikan, umur yang mudah serta letak tempat tinggal yang

dekat dari aliran air sungai sehingga hal tersebut mendorong

masyarakat untuk melakukan perilaku penggunaan air bersih.

Sedangkan sikap baik di dukung oleh pengetahuan yang baik

di dukung oleh pengetahuan yang baik, pendidikan yang tinggi,

dan umur yang cukup yang dimiliki oleh masyarakat sehingga

hal tersebut mendorong masyarakat memiliki sikap yang baik

dalam perilaku penggunaan air bersih. (Yunida, 2018)

2. Dukunga sosial

Dukungan sosial merupakan dukungan dari nilai-nilai sosial

kemasyarakatan yang dianut dan di patuhi oleh masyarakat,

yang diduga dapat mempengaruhi sikap dan partisipasi

masyarakat. Faktor ini terdiri dari dukungan tokoh masyarakat,

peranan kelompok, media informasi dan peran pemerintah.

(Ocbrianto, 2012)

3. Sosial ekonomi

Status ekonomi adalah keadaan seseorang atau suatu

masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran

itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya.

Status ekonomi merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.

Factor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang yaitu


pendidikan, pekerjaan, keadan ekonomi, latar belakang budaya

dan pendapatan. (Indartini, 2017)


KUISIONER
A. Identitas :

Inisial :

Umur :

Pendidikan :

Kelas :

Jenis kelamin :

Laki-Laki

Perempuan

B. Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kotak yang anda pilih
1. Sangat setuju (SS) :4
2. Setuju (S) :3
3. Kurang Setuju (S) :2
4. Tidak Setuju (TS) :1

a. Perilaku PHBS Penggunaan Jamban

NO PERNYATAAN 1 2 3 4
1 Syarat jamban sehat antara tidak mencemari
sumber air minum, jarak sepic tank 10-15 meter
dari sumber air minum, tidak berbau dan tinja
tidak dapat dijangkau oleh vector, cukup luas dan
landau atau miring kearah lubang jongkong
sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya,
mudah dibersihkan dan aman digunakan,
terdapat dinding dan atap pelindung yang kedap
air, mempunyai penerangan yang cukup lantai
tidak licin dan ventilasi yang cukup baik.
2 Salah satu bentuk keberhasilan masyarakat
dalam penyediaan sarana sanitasi dasar dan
akses jamban sehat ditandai dengan deklarasi
ODF (Deklarasi Open Defecation Free) di Desa.
3 Tidak tersediannya air bersih dirumah yang dapat
di gunakan untuk membersihkan jamban akan
memengaruhi kondisi jamban.
4 Kondisi jamban yang kotor akibat tidak
tersediannya air, membuat seseorang tidak mau
menggunakan jamban.
5 Sarana dan prasarana sangat menunjang
seseorang untuk berperilaku hidup sehat.
6 Kondisi air yang meliputi kualitas dan kuantitas air
juga mempengaruhi masyarakat dalam perilaku
penggunaan jamban.
7 Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman
dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit.
8 Partisipasi masyarakat melalui program
PAMSIMAS atau PAM Desa dalam meningkatkan
kesehatan dan keberhasilan lingkungan desa ini
menjadi hal yang penting dan utama sebagai
keberhasilan program. Pemberdayaan
masyarakat.
9 Mencuci tangan sebaiknya di lakukan setelah
atau sebelum beraktifitas, dan setelah buang air
besar atau kecil.
10 Pendidikan yang tinggi, dan umur yang cukup
yang dimiliki oleh masyarakat sehingga hal
tersebut mendorong masyarakat memiliki sikap
yang baik dalam perilaku penggunaan air bersih

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konseptual Penelitian


Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat menentukan

sebuah pembelajaran. Metode dipilih dalam rangkah mencapai tujuan

pembelajaran. Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh

bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung

kemana kegiatan interaksi edukatif berproses dalam mencapai tujuan.

Metode pembelajaran yang biasa diaplikasikan di SD ada beberapa

macam salah satunya adalah adalah metode bercerita (Nursyaidah,

2016).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang yang di lakukan karena kesadaran pribadi sebagai

hasil pembelajaran sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu

menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif

dalam aktivitas masyarakat (Permenkes, 2011).

Jamban adalah sebuah ruangan yang memiliki fasilitas

pembuangan feses maupun urin manusia yang terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

(cemplung) yang di lengkapi dengan unit penampungan feses dan air

untuk membersihkannya (Rohmah, 2017).

Masyarakat pada umumnya memahami manfaat dari perilaku

PHBS yang menuju pada penggunaan jamban, terkhusunya di

kalangan anak-anak yang pada usia Sekolah Dasar (SD) yang dari

berbagai kalangan ekonomi tinggi dan rendah. Pada anak-anak yang


berasal dari kalangan ekonomi rendah yang berada pada daerah

perkampungan terkadang mempunyai kebiasaan yang tidak sehat

dalam penerapan perilaku PHBS penggunaan jamban. Maka di

perlukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode bercerita

yang menarik dan mudah di terapkan oleh anak-anak usia sekolah.

Oleh karena itu peneliti ingin memfokuskan penelitian ini untuk

mengetahui adanya pengaruh efektifitas edukasi melalui metode

bercerita terhadap perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia

sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka konsep

berikut :

Metode Bercerita Perilaku PHBS


Penggunaan Jamban
Keterangan :

: Variabel independen yang di teliti

: Variabel dependen yang di teliti

: Penghubung antara variabel yang di teliti

B. Variabel Peneliti

1. Variabel Independen : Metode Bercerita

2. Variabel Dependen : Perilaku PHBS Penggunaan Jamban

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Metode bercerita dalam penelitian ini adalah memberikan

pendidikan kesehatan dengan cara penyampaian atau penyajian

materi secara lisan dalam bentuk cerita

2. Perilaku PHBS penggunaan jamban dalam penelitian ini adalah

memutuskan hubungan antara tinja dan lingkungan masyarakat

yang akan bermanfaat bagi penggunannya.

Dengan kriteria :

Baik : jika responden menjawab total skor > 15

Kurang jika responden menjawab total skor < 15

D. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan metode bercerita terhadap perilaku PHBS

penggunaan jamban pada anak usia sekolah di kelurahan

Batangkaluku.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang di gunakan adalah desain penelitian

praeksperimen dengan pendekatan pre-post test design yaitu, menilai

responden sebelum di lakukan tindakan dan menilai responden setelah

di lakukan tindakan, dapat di lihat pada tabel berikut

Pre test X Post test

Keterangan :

Pre test : penilaian sebelum dilakukan tindakan penyuluhan

X : edukasi kesehatan reproduksi

Post test : penilaian sesudah tindakanpenyuluhan

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua anak usia sekolah di

kelurahan Batangkaluku
2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah anak usia sekolah kelas 4,5, dan

6 di kelurahan Batangkaluku. Responden yang dipilih dengan

teknik Systematic Random Sampling yaitu teknik pengambilan

sampel secara acak sistematis

Kriteria Inklusi :

a. Anak usia sekolah

b. Siswa di kelurahan Batangkaluku

c. Bersedia menjadi responden

Kriteria Ekslusi :

a. Siswa di kelurahan Batangkaluku kelas 1,2,dan 3

b. Siswa yang berhalangan di lingkungan sekitar tempat

penelitian

c. Tidak bersedia menjadi responden penelitian

C. Pengumpulan Data Dan Analisa Data

1. Instrument penelitian

Instrument yang di gunakan dalam penelitian adalah kuisioner

sebagai instrument pengumpulan data yang di kembangkan

berdasarkan referensi dan literature tentang edukasi kesehatan

dengan menggunakan leafletnya tentang perilaku PHBS

penggunaan jamban penilaian variabel di ukur melalui pernyataan

sebanyak 10 nomor dengan pengukuran skala likert berdasarkan


jawaban “Sangat Setuju skor 4, Setuju skor 3, Kurang Setuju skor

2, Tidak Setuju skor 1 dengan kriteria baik jika responden

menjawab total skor >15 dan kurang jika responden menjawab total

skor <15

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

a) Lokasi

Penelitian akan di laksanakan di Kelurahan Batangkaluku

b) Waktu

Penelitian di rencanakan akan di laksanakan pada tanggal 21

april 2022

3. Prosedur Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data yang di ambil secara langsung dari responden dengan

menggunakan instrument penelitian yaitu membagikan

kuisioner untuk penilaian atau pengukuran setelah itu di

lakukan tindakan penyuluhan kemudian diedarkan lembar

kuisioner kedua untuk menilai atau mengukur respon setelah di

lakukan penyuluhan kesehatan

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari peneliti melalui dokumentasi dari

anak usia sekolah di kelurahan Batangkaluku

4. Pengolahan data dan analisa data


a. Pengolahan data

Adapun pengolahan data melalui tahap sebagai berikut :

1) Data diambil atau diedit kembali serta dikoreksi untuk

melengkapi data yang mungkin masih kurang atau tiidak

lengkap

2) Data yang dikoding atau diberikan kode-kode pada option-

option yang sudah lengkap untuk memudahkan dalam proses

analisa data

3) Data ditabulasi atau dikelompokan dalam bentuk tabel

kemudian dilanjutkan dengan analisa data

b. Analisa data

1) Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan dalam tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisa ini mrnghasilkan frekuensi dan presentase

dari setiap variabel yang diteliti

2) Analisa bivariat

Analisa bavariat dilakukan untuk melihat pengaruh edukasi

kesehatan reproduksi terhadap peningkatan pengetahuan

bahaya seks pranikah dengan mengunakan uji statistik diolah

dalam komputer dengan menggunakan program SPSS versi 20

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen (edukasi kesehatan reproduksi ) dengan

variabel dependen ( pengetahuan bahaya seks pra nikah)


ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Selanjutnya untuk

mengetahui apakah data penelitian terdistribusi normal pada

data tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

intervensi penyuluhan, maka digunakan uji Shapiro-Wilk test.

Setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa semua data tidak

terdistribusi secara normal. Sehingga uji perbandingan tingkat

pengetahuan pre-test dan post-test untuk kelompok intervensi

dan kontrol yang digunakan adalah uji alternatif (Uji Wilcoxon

Test)

A. Etika peneitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat perlu adanya

rekomendasi dri institusinya aatas pihak dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian

setelah mendapat persetujuan barulah melakukan peneltian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informen concent ( lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian. Bila

subjek menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak

dan tetap menghormati hak-hak subjek

2. Anonymity( tanpa nama )


Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode,

3. Confodentiality ( kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasik

peneliti.

Daftar Pustaka

Amalia & Sa’diyah. (2015). Bercerita sebagai Metode Mengajar Bagi Guru
Raudhatul Athfal Dalam Mengembangkan Kemampuan Dasar Bahasa AUD.
Jurnal STAIN Kudus Volume 3 Nomor 2.

Chaerunisa, Fifi. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mmempengaruhi Minat


Mahasiswa Akuntansi Untuk Berkarir Sebagai Akuntan Publik. Jurnal Audit
dan Akuntansi, fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura.

Ester South, A. (2018). Pola konsumsi air pada perumahan teratur: studi kasus
konsumsi air di perumahan griya Serpong Tangerang Selatan. Jurnal
Ecolab, 12(2), 62-70. doi://10.20886/jklh.2018.12.2.62-70.

Fauziddin , Mohammad. Pembelajaran PAUD: Bermain, Cerita, dan Menyanyi


Secara Islami. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2017.

Gani , I., & Amalia, S, (2015). Alat Analisis Data:Aplikasi Statistik Untuk Penelitian
Bidang Ekonomi Dan Sosial. Yogyakarta: penerbit Andi.
Hartini dan Munandar, K. 2016. Sifat dan Perilaku Keluarga tentang Manfaat
Jamban dengan Kejadian Diare di Bondowoso. Jurnal Biologi dan
Pembelajaran Biologi. 1(1).p.1-13

Ibrahim dan Nur 2013. Karakteristik model pembelajaran PBL. Jogjakarta :


PT.Bumi Aksara.

Mintarti Indartini dan ML Endang Edi Rahaju, (2017). Pengaruh Lokasi Harga dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Konsumsi dalam Melakukan
Kunjungan Wisata Medium Ngumbul Square. Jurnal Ekomaks, 1(5).p.1-30.

Nursyaidah. (2016). Efektifitas Metode Bercerita dengan Buku Cerita Bergambar


Berbasis Islam dalam Membina Akhlak Siswa SDIT Bunayya
Padangsidimpuan. Tazkir Vol. 02 No. 7 Januari-Juni, 1-16.

Nurmalawati, N.I.M. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Penggunaan Jamban oleh Masyaraka di Desa Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat. Universitas Teuku Umar Meulaboh.

Notoatmodjo S. 2012. Pendidikan Kesehatan dengan Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka Cipta

Ocbrianti, H. 2012. Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu dalam Upaya


Pelayanan Kesehatan Balita. Skripsi. Httpp
://lomtar.ui.ac.id/filr?=digital/20280831-%20Ocbrianto.pdf[akases tanggal 1
September 2012].

Otaya, G. L. (2012). Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Masyarakat Terhadap


Penggunaan Jamban Keluarga (studi Kasus di Desa Ilomanga Kecamatan
Tobango Kabupaten Gorontalo). IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Utami, T. N., et al. (2015) Perspektif Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Budi Utama.

Primawida, Esa (2017). Penerapan Bercerita Untuk Mengembangkan Nilai-Nilai


Agama dan Moral Anak Usia Dini di TK Dwi Pertiwi Sukarame Bandar
Lampung. Undergraduate thesis, IAIN Raden Intan Lampung.

Qudsiyah, W. A., Pujiati, R. S., & Ningrum, P.T. (2015). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Tingginya angka open defection (OD) di Kabupaten
Jember (studi di desa Sumber Kalong Kecamatan Kalisat). E-Jurnal pustaka
kesehatan, 3(2), 362-369. Avalaible from:
https://jurnal.unej.ac.id./index.php/JPK/articlle/view/2679
Rohmah, N,& Syahrul, F. (2017). Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan dan
Penggunaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare Balita. Jurnal Berkala
Epidomologi Vloume 5 Nomor 1, 96-106.

Yunida, Shara Monica. 2018. “Perilaku Penggunaan Air Sungai (Studi di Wilayah
Kerja Puskersmas Martapura 2).” Indonesian Journal of Public
Health,13(12):232-43.

Anda mungkin juga menyukai