Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020 p-ISSN 2715-6443

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah e-ISSN 2721-9429

GAMBARAN DEPRIVASI AFEK, EMOSIONAL DAN ISOLASI SOSIAL PADA


LANSIA KESEPIAN
Ulfatun Nadhiroh, Rina Anggraeni*, Novi Indrayati
Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln Laut 31A
Kendal, Jawa Tengah, Indonesia 51311
*rina.nanggroy78@gmail.com

ABSTRAK
Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan adanya kemunduran fisik, kondisi lanjut usia dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi psikologis. Kondisi psikologis ini akan berdampak pada kebahagiaan
lansia. Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kesepian. Prevalensi lansia
yang mengalami kesepian di Amerika sebesar 62%, dan di Indonesia menunjukkan angka kesepian
ringan sebesar 69%, kesepian sedang 11%, kesepian berat 2%, dan sisanya sebanyak 16% tidak
mengalami kesepian. Faktor risiko yang dapat terjadi akibat kesepian diantaranya yaitu: deprivasi
afek, deprivasi emosional, dan isolasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran
Deprivasi Afek Emosional Dan Isolasi Sosial Pada Lansia Kesepian Di Desa Sendangdawuhan
Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dan
design deskriptif analisis. Responden berjumlah 60 responden berusia 60–90 tahun dan mengalami
kesepian dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian ini diperoleh mayoritas usia lansia
yang mengalami kesepian adalah 68.02 tahun, mayoritas perempuan yang mengalami kesepian
sebanyak 38 orang (63.3%). Mayoritas tingkat pendidikan responden adalah tidak sekolah/ tidak tamat
SD sebanyak 41 responden (68.3%). Responden yang mengalami deprivasi afek dengan skor >5
sebanyak 41 responden. Responden yang mengalami deprivasi emosional dengan skor >56.82
sebanyak 34 responden. Responden yang mengalami isolasi sosial dengan skor >27.50 sebanyak 26
responden. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan petugas kesehatan perlu melakukan kegiatan
posyandu lansia secara rutin pada masing-masing RW dan melakukan kegiatan senam lansia serta
terapi lainnya seperti: TAK, konseling, dan pendidikan kesehatan tentang resiko kesepian lansia untuk
mengurangi tingkat kesepian pada lansia.

Kata kunci: deprivasi afek; emosional; isolasi; lansia; kesepian

OVERVIEW OF DEPRIVACY AFEK, EMOTIONAL AND SOCIAL ISOLATION IN


LONELY ELDERLY

ABSTRACT
Elderly are not only characterized by physical decline, elderly conditions can also affect
psychological conditions. This psychological condition will affect elderly happiness. The most
common psychological problem in the elderly is loneliness. The prevalence of elderly individuals
experiencing loneliness in America amounted to 62%, and in Indonesia showed a mild lonely figure of
69%, being 11% lonely, lonely weight 2%, and the rest as much as 16% did not experience loneliness.
The risk factors that can occur due to loneliness include: Deprivacy of Afek, emotional deprivacy, and
social isolation. This research aims to know the description of deprivacy of emotional Afek and social
isolation in lonely elderly in the village Sendangdawuhan Rowosari District Kendal. This research
uses a total sampling technique and descriptive design analysis. Respondents numbered 60
respondents aged 60 – 90 years and experienced loneliness using a total sampling. The results of this
study gained the majority of elderly people who experience loneliness are 68.02 years, the majority of
women who experience loneliness as much as 38 (63.3%). The majority of the level of education of
respondents was not school/did not finish as much as 41 respondents (68.3%). Respondents who
experienced the deprivacy of the > 5 with a score of 41 respondents. Respondents who experienced
emotional deprivacy with a score of > 56.82 as many as 34 respondents. Respondents experienced
social isolation with a score of > 27.50 as many as 26 respondents. Based on the results of this
research expected health workers need to conduct regular elderly posyandu activities in each RW and
conduct senior gymnastics activities as well as other therapies such as: TAK, counseling, and health
education about the risk of elderly loneliness to reduce the level of loneliness in the elderly.

111
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Keywords: elderly; loneliness; affective deprivation; emotional; social isolation

PENDAHULUAN
Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada proses kehidupan manusia. Menurut UU
No. 13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia menyebutkan bahwa lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun [1]. Lansia diklasifikasikan sebagai
kelompok usia lanjut yang berusia 60 tahun atau lebih. Kelompok usia lanjut dengan resiko
tinggi merupakan kelompok berusia 70 tahun atau lebih, dengan masalah kesehatan [1].
Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat, baik di negara maju maupun negara
berkembang. Peningkatan lansia disebabkan oleh penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan
mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup (life expectancy) yang
mengubah struktur penduduk secara keseluruhan [2]

Jumlah lansia di Dunia pada tahun 2015 menunjukkan angka 12,3%. Lansia di dunia
diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 14,9% pada tahun 2025, dan 16,4%
pada tahun 2030. Di Indonesia pada tahun 2015 menunjukkan jumlah lansia pada angka
8,1% dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 sehingga menunjukkan peningkatan
sebesar 9,03% (23,66 juta). Jumlah penduduk lansia di Indonesia diprediksi tahun 2020
sebanyak 27,08 Juta, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta, tahun 2030 sebanyak 40,95 juta dan
2035 sebanyak 48,19 juta. Jumlah lansia di Indonesia akan mengalami peningkatan pada
tahun 2025 sebesar 11,1% dan tahun 2030 sebesar 12,9%. Indonesia memiliki tiga provinsi
dengan persentase lansia terbesar dan salah satunya yaitu provinsi Jawa Tengah dengan
persentase 12,59% dari seluruh jumlah lansia di Indonesia [2].

Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan adanya kemunduran fisik, kondisi lanjut usia dapat
pula berpengaruh terhadap kondisi psikologis. Semakin lanjut usia seseorang, maka akan
semakin berkurang pula kesibukan sosialnya. Kondisi psikologis ini akan berdampak pada
kebahagiaan lansia [1]. Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah
kesepian. Kesepian merupakan suatu kondisi saat anggota keluarga hidup terpisah dari
lansia, kehilangan pasangan hidup, dan kehilangan teman sebaya. Ketidakberdayaan untuk
hidup mandiri juga merupakan kondisi kesepian yang sering mengancam kehidupan lansia
[3]. Lansia yang mengalami kesepian seringkali merasa tidak berdaya, kurang percaya
diri, ketergantungan, jenuh, merasa tidak berharga, tidak diperhatikan dan merasa tidak
dicintai [4].

Treacy et al (2004) menyebutkan bahwa sebanyak 62% lansia di Amerika merasakan


kesepian. Selain itu Ryan and Patterson menemukan bahwa kesepian menduduki ranking ke-
2 terbanyak sebagai masalah yang terjadi pada lansia di Amerika (Johson et al, 1993
dalam Sanjaya, Rusdi, 2012). National Council on Aging and Older People melaporkan
bahwa prevalensi lansia di Amerika yang mengalami kesepian menunjukkan angka yang
cukup tinggi yaitu sebanyak 62% lansia (Damayanti, 2013 dalam Rifiyanto, 2018).
Persentase lansia yang mengalami kesepian ringan di Indonesia menunjukkan angka 69%,
kesepian sedang 11%, kesepian berat 2%, dan sisanya sebanyak 16% tidak mengalami
kesepian [5].

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairani menunjukkn bahwa sebagian besar lansia
mengalami kesepian emosional dengan frekuensi 24 orang (52,2%). Hasil tersebut didukung
oleh banyaknya jumlah lansia yang mengalami perasaan kesepian. Lansia yang mengalami
kesepian kognitif dengan frekuensi 15 orang (32,6%) karena adanya lansia yang
menyatakan bahwa keluarga jarang mau mendengarkan keluh kesahnya. Hasil dari lansia

112
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

yang mengalami kesepian perilaku diperoleh data sebanyak 17 orang lansia (37,0%). Hasil
tersebut digambarkan dengan lansia yang kurang aktif dalam berbagai kegiatan,
sehingga tercipta kurangnya hubungan sosialisasi yang baik [6].

Risiko kesepian yaitu suatu kondisi yang rentan mengalami ketidaknyamanan yang berkaitan
dengan keinginan atau kebutuhan seseorang untuk melakukan lebih banyak kontak dengan
orang lain, yang dapat mengganggu kesehatan. Kesepian dapat diterima secara normal bagi
sebagian orang, namun juga dapat menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi
sebagian orang [7]. Faktor risiko yang dapat terjadi akibat kesepian diantaranya yaitu:
deprivasi afek, deprivasi emosional, dan isolasi sosial [8]. Deprivasi afek yaitu gangguan
yang sering terjadi jika seseorang dikuasai oleh afek yang kuat, misalnya seperti kemarahan
dan kesedihan. Gangguan perkembangan pikiran ini mungkin terjadi karena aktivitas dari
suatu kompleks yang dominan yang berhubungan dengan afek yang tidak menyenangkan [9].
Hasil penelitian yang berjudul Makna Hidup Dan Arti Kebahagiaan Pada Lansia Di Panti
Werdha Nirwana Puri Samarinda yang dilakukan oleh Bahkruddinsyah (2016)
menunjukkan bahwa 1 dari 8 lansia memiliki makna hidup yang negatif. Makna hidup
yang negatif ini disebabkan karena dalam menyikapi kehidupannya di panti, lansia cenderung
merasa tidak berguna karena dirinya tidak dapat bekerja lagi. Lansia merasa selama
hidupnya selalu susah dan sekarang tinggal di panti jauh dari keluarga dan tidak bebas.
Sehingga dalam hal ini lansia cenderung merasa tidak bahagia dan merasa bosan dalam
menjalani kehidupannya di panti tersebut [10].

Max et al. (2005) dalam Amalia (2013) menyatakan bahwa adanya kesepian sangat berperan
pada depresi. Depresi adalah masalah yang sering mengikuti perihal kesepian. Basuki (2015)
dalam penelitiannya menyebutkan 3 dari 120 jumlah lansia di panti sosial Tresna Werdha
Nirwana Puri mengalami depresi karena kesepian. Hal ini dikarenakan tidak adanya
hubungan yang intim antara lansia dengan pasangan hidup dan antara lansia dengan
anak. Depresi pada kasus tersebut juga disebabkan tidak adanya pasangan hidup karena
meninggal dan lansia yang tidak mempunyai anak, dengan kata lain lansia mengalami
kesepian secara emosional. Secara sosial lansia merasa tidak terlalu merasakan hal kesepian
dikarenakan lansia mempunyai cukup banyak teman di dalam panti [11]. Dampak lain dari
kesepian seperti hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara
interaksi sosial dengan kesepian pada lansia. Interaksi sosial dapat mengurangi rasa kesepian
pada lansia [12] . Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara interaksi
sosial dengan kesepian pada lansia [13] , hal ini dikarenakan semakin besar interaksi sosial
maka semakin besar perasaan tidak kesepian. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
jaringan sosial pada lansia berpotensial untuk mengurangi kesepian pada lansia [11].

Studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 01 Oktober 2019 di Desa
Sendangdawuhan menunjukkan adanya 60 lansia yang mengalami kesepian. Dari jumlah
lansia yang mengalami kesepian tersebut didapatkan data 46 orang lansia mengalami sedih
dengan tanda-tanda raut wajah yang terlihat sedih, dan menahan air mata saat bercerita, 9
orang lansia terlihat marah karena tidak senang saat diberikan pertanyaan dan merasa
terganggu. Lansia sebanyak 5 orang diantaranya tidak mau berinteraksi dengan
lingkungan sosial seperti selalu di dalam rumah dan tidak mau berkumpul dengan
lingkungan sekitar. Dari data yang diperoleh tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Gambaran Deprivasi Afek, Emosional Dan Isolasi Sosial
Pada Lansia Kesepian Di Desa Sendangdawuhan Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal”.

113
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Crossectional. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, dengan jumlah responden 60
orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas telah
dilakukan dengan hasil r hitung 0.470 – 0.616 berdasarkan uji pearson product moment
untuk kuesioner deprivasi afek, sedangkan untuk kuesioner deprivasi emosional diperoleh
nilai r hitung sebesar 0.419-0.615 dan hasil uji validitas kuesioner isolasi mandiri didapatkan
hasil r hitung antara 0.376 – 0.804, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner valid. Hasil
uji reliabilitas kuesioner deprivasi afek dengan alpha cronbach diperoleh hasil 0.838,
kuesioner deprivasi emosional 0.844 dan kuesioner isolasi mandiri sebesar 0.958, sehingga
kuesioner dikatakan reliabel.

HASIL
Tabel 1
Karakteristik Responden Usia Lansia dengan Kesepian (n= 60)
Variabel Mean Median Standar Deviasi Minimum Maksimum
Usia 68.02 66 7.257 60 90

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 60 respoden, rata – rata usia lansia dengan Kesepian di
Desa Sendangdawuhan Kecamatan Rowosari adalah 68.02 tahun, dengan usia termuda 60
tahun dan usia tertua adalah 90 tahun.

Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan pendidikan Lansia dengan
Kesepian (n= 60)
Variabel f %
Jenis Kelamin
Laki – Laki 22 36.7%
Perempuan 38 63.3%
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 41 68.3%
SD/sederajat 11 18.3%
SMP/Sederajat 5 8.3%
SMA/sederajat 2 3.3%
Perguruan Tinggi 1 1.7%

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar berjenis kelamin


perempuan yaitu sebanyak 38 responden (63,3%), sedangkan tingkat Pendidikan lansia yang
mengalami kesepian di Desa Sendangdawuhan Rowosari Kendal, menunjukkan bahwa
dari 60 responden sebagian besar Tidak Sekolah atau tidak tamat SD yaitu sebanyak 41
responden (68,3%).
Tabel 3
Tendensi Sentral Tingkat Afek Responden Lansia dengan Kesepian (n= 60)
Variable Std. Deviasi Median Min. Max
Afek 1.938 5.00 1 10

Tabel 3menunjukkan bahwa dari 60 responden memiliki skor jawaban tertinggi yaitu 10
dan skor jawaban terendah dari responden adalah 1. Nilai median skor yang diperoleh
dari 60 responden adalah 5.0 dan memiliki nilai standar deviasi 1.938.

114
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4
Tendensi Sentral Tingkat Emosional Responden Lansia dengan Kesepian (n= 60)

Variabel Mean Standar Deviasi Minimum Maksimum


Deprivasi Emosional 56.82 6.498 44 70

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 60 responden memiliki skor jawaban tertinggi yaitu 70 dan
skor jawaban terendah dari responden adalah 44. Nilai rata-rata skor yang diperoleh dari 60
responden adalah 56.82 dan memiliki nilai standar deviasi 6.498.

Tabel 5
Tendensi Sentral Tingkat isolasi sosial Responden Lansia dengan Kesepian (n= 60)
Variabel Mean Standar Deviasi Minimum Maksimum
Isolasi sosial 27.50 14.435 4 67

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 60 responden memiliki skor jawaban tertinggi yaitu 67 dan
skor jawaban terendah dari responden adalah 4. Nilai rata-rata skor yang diperoleh dari 60
responden adalah 27.50 dan memiliki nilai standar deviasi 14.435.

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Usia Responden
Hasil penelitian tentang Gambaran Deprivasi Afek, Emosional Dan Isolasi Sosial Pada
Lansia Kesepian Di Desa Sendangdawuhan Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal
berdasarkan usia menunjukkan hasil bahwa usia rata-rata responden adalah 68.02 tahun. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan teori Gunarsa yang menyatakan bahwa Lansia atau
seseorang yang berusia 60 tahun keatas rentan mengalami masalah psikologis. Salah satu
masalah psikologis yang sering dialami oleh lansia yaitu kesepian [3].

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Azizah dan Rahayu yang berjudul
Hubungan Self-Esteem Dengan Tingkat Kecenderungan Kesepian Pada Lansia menunjukkan
bahwa lansia yang mengalami kesepian yaitu berusia 60-90 tahun ke atas. Analisa
penelitian dari data tersebut adalah karena sebagian besar lansia yang bertempat tinggal di
Dinas Sosial “UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan” di Lamongan tersebut
berusia 71-80 Tahun. Dilihat dari hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa faktor utama
penyebab dari kesepian tersebut tidak disebabkan karena self-esteem melainkan disebabkan
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah usia [14].

Jenis Kelamin
Hasil penelitian tentang karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa mayoritas tingkat
kesepian di Desa Sendangdawuhan Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal adalah
perempuan. Banyaknya persentase tersebut dapat dilihat dari jumlah responden perempuan
sebanyak 38 responden (63.3%) sedangkan laki-laki sebanyak 22 responden (36.7%).
Berdasarkan angka tersebut menunjukkan bahwa pada perempuan mempunyai
proporsi/persentase mengalami kesepian lebih besar daripada laki-laki. Menurut Frisch
(2006), perempuan biasanya memiliki ciri khas seperti cenderung membuka diri, termasuk
hal-hal yang bersifat pribadi yang lebih berorientasi pada perasaan, senang terlibat dalam
diskusi-diskusi yang bersifat pribadi dan lebih terbuka dalam membicarakan perasaan
mereka kepada orang lain. Pergaulan perempuan cenderung memiliki banyak teman, senang
memperkaya persahabatan untuk berbagi cerita, mencurahkan segala masalah yang

115
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

dialaminya, serta memecahkan masalah mereka secara bersama-sama. Laki-laki umumnya


tidak suka membuka diri, terutama dalam hal yang bersifat pribadi, karena bagi laki-laki
membuka diri berarti mengungkapkan kelemahannya. Pergaulan sehari-hari laki-laki
umumnya kurang mampu untuk beradaptasi dan hanya memiliki sedikit teman, selain itu
laki-laki hanya memiliki sedikit pengalaman [15].

Berdasarkan ciri-ciri karakteristik perempuan dan laki-laki tersebut, menunjukkan bahwa


perempuan memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibanding laki-laki Borys &
Perlman, 1993 dalam Mandasari 2014. Deaux (1993) menjelaskan bahhwa Kesepian tersebut
disebabkan karena perempuan selalu menjalankan aktivitas yang aktif bersama-sama saat
masih bersama keluarga, selain itu kondisi ekonomi yang mencukupi dan pengaruh
kebutuhan sosial yang biasa dijalani bersama-sama sekarang tidak lagi bisa dijalani bersama,
yang menyebabkan perempuan lebih membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupan
tanpa keluarganya untuk berbagi pikiran dan pengalaman. Kondisi emosional laki-laki
setelah tidak bersama dengan keluarga tidak terlalu berbeda karena karakteristik laki-laki
yang tidak suka membuka diri [16].

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septiningsih juga menghasilkan perbedaan kesepian
pada laki-laki dan perempuan, perempuan memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki [4]. Hasil tersebut dikarenakan perempuan lebih mungkin
mengakui dirinya kesepian dan lebih membutuhkan teman untuk berbagi pikiran dan
pengalaman dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan laki - laki lebih banyak mengingkari
kesepian yang dialaminya. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah laki-laki yang
kesepian kurang dapat diterima dan lebih sering ditolak secara sosial, laki-laki dianggap
kurang pantas mengekspresikan emosinya, dan laki-laki yang menyatakan kesepiannya berarti
menyimpang dari masyarakat tersebut [17].

Pendidikan
Hasil penelitian tentang karakteristik pendidikan responden yang mengalami kesepian di Desa
Sendangdawuhan Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal menunjukkan bahwa mayoritas
responden adalah tidak sekolah 41 orang (68,3%). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki pendidikan rendah sehingga menyebabkan lansia sulit untuk dapat
memecahkan masalah yang terjadi pada hidupnya yaitu kesepian. Tingkat pendidikan tersebut
dapat berpengaruh terhadap koping lansia dalam mengatasi suatu masalah karena semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka toleransi dan koping dalam mengatasi suatu
masalah akan semakin baik [18] .

Afek pada Lansia Kesepian


Afek pada lansia yang mengalami kesepian di Desa Sendangdawuhan Kecamatan Rowosari
Kendal setelah dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner menunjukkan kategori afek
ringan dengan rentang skor 1-3 sebanyak 13 responden (21.7%), afek sedang dengan
rentang skor 4-6 sebanyak 34 responden (56.7%), afek berat dengan rentang skor 7-9
sebanyak 12 responden (20%), dan afek sangat berat dengan total skor 10 sebanyak 1
responden (1.7%). Hasil analisa data dari 60 responden tersebut diperoleh nilai median
5.00. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori Nanda yang mengatakan bahwa salah satu
faktor resiko kesepian adalah munculnya deprivasi afek atau gangguan alam perasaan.
Klasifikasi pada klien dengan gangguan alam perasaan diantaranya yaitu: merasa dirinya
sudah tidak berguna lagi, tidak ada tujuan hidup, mudah tersinggung, dan ketidakmampuan
berkonsentrasi [19]. Menurut Miller (2005) Gangguan afek atau gangguan alam perasaan
merupakan suatu ketidakmampuan seseorang untuk mengenali atau mengalami secara sadar

116
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

perasaan-perasaannya sendiri seperti rasa cemburu, iri hati, marah, dan rasa tak berdaya atau
gelisah [8].

Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam perasaan (afektif,
mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak
bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya
gagal, tidak berminat pada ADL sampai dengan ide bunuh diri (Yosep, 2010). Adapun
faktor yang menyebabkan depresi diantaranya; faktor sosial yang meliputi: berkurangnya
interaksi, kesepian, kemiskinan, dan kehilangan pasangan hidup (kematian); faktor psikologi
yang meliputi: rasa rendah diri, kurang rasa keakraban, ketidakberdayaan; dan faktor
biologik yang meliputi: kehilangan atau kerusakan sel saraf, risiko genetik maupun adanya
penyakit tertentu (kanker, diabetes, pasca stroke, dan lainnya).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Umah dan Handayani yang berjudul Faktor
Kesepian, Kemiskinan, Dan Kehilangan Pasangan Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia
menyebutkan hasil bahwa faktor-faktor kesepian, kemiskinan, dan kehilangan pasangan
(kematian) memiliki hubungan dengan tingkat depresi pada lansia. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar lansia sebanyak 29 orang (72,5%) mengalami kesepian
sedang dengan tingkat depresi ringan. Kesepian yang terjadi di Desa Domas Dusun Petal
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah karena tidak memiliki anak atau ditinggal
oleh anaknya yang sudah berkeluarga, dan ditinggal pasangan hidupnya yang sudah
meninggal membuat lansia tersebut merasa bahwa hidupnya sekarang menjadi sendiri, tidak
ada yang memperhatikan dan merawatnya [20].

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rohmah yang berjudul Hubungan Antara
Kesepian Dengan Kecenderungan Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Natar Lampung Selatan menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan
positif antara kesepian dengan kecenderungan depresi. Hasil tersebut dapat dilihat dari
Analisis korelasi product moment yang menghasilkan rxy= 0,320 dengan p=0,023 (p<0,05).
Hasil penelitian ini Nilai koefisien determinasi sebesar 0,102 menunjukkan persentase
sumbangan efektif sebesar 10,2% terhadap kecenderungan depresi [21]
.
Emosional pada Lansia Kesepian
Hasil emosional pada lansia yang mengalami kesepian di Desa Sendangdawuhan Kecamatan
Rowosari Kendal setelah dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner menunjukkan nilai
mean 56.82. pengukuran tersebut juga didapatkan total skor minimal 44 dan skor
maksimal 70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden dengan nilai skor <56.82
berjumlah 26 responden dan >56.82 berjumlah 34 responden. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan teori Winch yang mengatakan bahwa salah satu masalah yang disebabkan oleh rasa
kesepian adalah emosional [22]. Lebih dari 40 persen orang dewasa akan mengalami rasa
kesepian dalam hidupnya, dan rasa kesepian tersebut akan membuat mereka menganggap
diri mereka kurang baik. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain yang
dilakukan oleh Juniarti dengan judul penelitian Gambaran Jenis Dan Tingkat Kesepian Pada
Lansia Di Balai Panti Sosial Tresna Werdha Pakutandang Ciparay Bandung. Penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa lansia yang mengalami kesepian sebagian besar
mengalami kesepian emosional dengan jumlah responden 39 orang (49,4%), dan lansia
yang mengalami kesepian emosional dan sosial berjumlah 18 orang (22,8%) dari total
responden 79 orang. Hasil yang dapat dilihat dari prosentase tersebut menunjukkan bahwa
sebanyak 57 responden (72.2%) mengalami masalah emosional. Hasil lansia di BPSTW
Pakutandang mengalami kesepian emosional dikarenakan lansia lebih sering berinteraksi

117
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

hanya dengan sesama lansia yang tinggal satu wisma, hal ini diungkapkan lansia pada saat
penelitian, dan jika pada lansia yang tinggal dengan keluarga maka lansia lebih sering
bercengkrama dengan keluarganya, dan sebagian lansia kurang menyukai berinteraksi
dengan penghuni wisma lainnya dengan alasan takut akan terjadinya konflik dengan sesama
lansia dan sulitnya menciptakan kecocokan dengan lansia lain yang tinggal di wisma yang
berbeda.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Khairani tentang Gambaran Tipe Kesepian pada
Lansia di Gampong Lamme Garot Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012
menunjukkan hasil bahwa sebagian besar lansia mengalami kesepian emosional dengan
frekuensi 24 orang atau 52,2% [6]. Hasil tersebut didukung oleh banyaknya jumlah
responden wanita sebanyak 31 orang (67,4%). Tingginya perasaan kesepian emosional pada
lansia adalah karena peran gender yang sangat menentukan timbulnya perasaan kesepian
[23].

Isolasi Sosial pada Lansia Kesepian


Hasil ukur isolasi sosial pada lansia yang mengalami kesepian di Desa Sendangdawuhan
Kecamatan Rowosari Kendal setelah dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner
menunjukkan kategori isolasi sosial ringan dengan rentang skor 1-25 sebanyak 31
responden (51.7%), isolasi sosial sedang dengan rentang skor 26-50 sebanyak 24 responden
(40.0%), dan isolasi sosial berat dengan rentang skor 51-76 sebanyak 5 responden (8.3%).
Hasil analisa data diperoleh nilai mean 27.50, dengan skor minimal 4 dan maksimal 67.

Hasil analisis penelitian ini sesuai dengan teori Gunarsa yang mengatakan bahwa kesepian
merupakan kondisi yang sering mengancam kehidupan lansia, ketika anggota keluarga
hidup terpisah dari mereka, kehilangan pasangan hidup, kehilangan teman sebaya, dan
ketidakberdayaan untuk hidup mandiri [3]. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian lain yang dilakukan oleh Sanjaya yang menunjukkan hasil uji korelasi yang
signifikan dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) dengan nilai r = -0,652 dan arah hubungan
negative. Hasil tersebut bermakna bahwa semakin besar interaksi sosial maka semakin besar
perasaan tidak kesepian [13].

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil
bahwa ada hubungan antara kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan. Hasil tersebut dapat dilihat dari hasil uji statistik
Spearman Rank di dapatkan p value 0,042 yang artinya Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa interaksi
sosial sangat berperan penting dalam mengantisipasi masalah kesepian [23].

SIMPULAN
Mayoritas usia lansia yang mengalami kesepian di Desa Sendangdawuhan Rowosari Kendal
adalah 68.02 tahun, mayoritas jenis kelamin lansia yang mengalami kesepian di Desa
Sendangdawuhan Rowosari Kendal adalah perempuan sebanyak 38 orang (63.3%) dan
sebagian besar tingkat pendidikan responden di Desa Sendangdawuhan Rowosari Kendal
adalah tidak sekolah/ tidak tamat SD sebanyak 41 responden (68.3%). Hasil analisis Skor
deprivasi afek dari 60 responden didapatkan nilai median 5, skor Rata-rata deprivasi
emosional pada lansia adalah dengan 56.82 sedangkan skor rata rata skor Isolasi Sosial pada
responden adalah 27.50.

118
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA
[1] S. R. Dewi, “BuKu Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik,” in 1, Yogyakarta: Deepublish, 2014.

[2] Kemenkes RI, “Analisis Lansia di Indonesia,” Pus. data dan Inf. Kementeri. Kesehat. RI, 2017.

[3] S. D. Gunarsa, “Dari anak sampai usia lanjut: Bunga rampai psikologi perkembangan,” Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 2009.

[4] D. S. Septiningsih and T. Na‟imah, “Kesepian pada lanjut usia: studi tentang bentuk, faktor
pencetus dan strategi koping,” J. Psikol., 2012.

[5] Kemenkes RI, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Gambaran Kesehatan Lanjut
Usia di Indonesia. Jakarta: Departemen Kementerian Kesehatan RI., 2013.

[6] K. Khairani, “Gambaran Tipe Kesepian Pada Lansia Di Gampong Lamme Garot Kecamatan
Montasikkabupaten Aceh Besar Tahun 2012 Description of Loneliness on Elders in Gampong
Lamme Garot Montasik Subdistric , Aceh Besar 2012 Khairani,” J. Ilmu Keperawatan, vol. I,
no. 1, 2012.

[7] D. Astutik, R. Indarwati, and E. Misbahatul, “Kesepian dan Kesejahteraan Psikologis Lansia
yang Tinggal di Masyarakat,” (Jurnal Keperawatan Komunitas, 2019.

[8] T. H. Heather, Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. 2017.

[9] Y. Semiun, Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

[10] R. Bahkruddinsyah, “Makna Hidup dan Arti Kebahagiaan Pada Lansia di Panti Werdha
Nirwana Puri Samarinda,” J. Ilm. Psikol., vol. 4, 2016.

[11] A. Amalia, “Kesepian dan isolasi sosial yang dialami lanjut usia : tinjauan dari perspektif
sosiologi,” Informasi, 2013.

[12] Nuraini, F. H. D. Kusuma, and W. R. H., “Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada
Lansia Di Kelurahan Tlogomas Kota Malang,” Nurs. News J. Ilm. Keerawatan, vol. 3, no. 1, pp.
603–611, 2018.

[13] I. Sanjaya, A., & Rusdi, “Hubungan interaksi sosial dengan kesepian pada lansia,” Sumatera
Utara Fak. Keperawatan., 2012.

[14] A. Azizah and S. Rahayu, “Hubungan Self-esteem Dengan Tingkat Kecenderungan Kesepian
Pada Lansia,” J. Penelit. Psikol., 2016.

[15] susan puspita Mandasari, “Perbedaan Loneliness Pada Pria Dan Wanita Usia Lanjut Setelah
Mengalami Kematian Pasangan Hidup,” Universitas Gunadarma, 2012.

[16] A. Nuryani, “ESEPIAN LANSIA BERSTATUS JANDA(Studi KasusTerhadap Dua Orang


Lansia Jandadi Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia „Sudagaran‟ Kabupaten Banyumas),” Institut
Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018.

[17] D. H. Durand, V.M., Barlow, Intisari Psikologi Abnormal, Edisi IV. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006.

[18] Siswanto, Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2007.

[19] M. Zaini, Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan Komunitas.

119
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 111 - 120, Desember 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

2019.

[20] K. Umah and D. R. Handayani, “Faktor Kesepian, Kemiskinan, Dan Kehilangan Pasangan
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia,” Journals Ners Community, vol. 5, no.1, 2014.

[21] siti Rohmah, “Hubungan Antara Kesepian Dengan Kecenderungan Depresi Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Natar Lampung Selatan,” 2019.

[22] G. Winch, Emotional First Aid. Tangerang, indonesia: Penerbit Gemilang, 2017.

[23] M. B. Murdanita, “Hubungan Kesepian Lansia Dengan Interaksi Sosial Pada Lansia Di Upt
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan,” Stikes Bhakti Husada Mulia, 2018.

120

Anda mungkin juga menyukai