Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 6

ANGGOTA:
Anastasya Cahya Lestari (1914301061)
Qurrota A’yun Nurhasanah (1914301096)
Mala Sari (1914301063)
Devi Fitriyani (1914301064)
Amri Wijaya Rahman (1914301094)

1. Rentang respon sehat sakit pada keperawatan jiwa, terdidi dari 3 tahap, mulai dari
adaftif sampai dengan maldaftif, jelaskan dan beri contoh kasus yang anda ketahui
Jawab:
1. Sehat Jiwa
Sehat jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap
dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Individu dikatakan sehat jiwa
apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari gangguan
(penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang
timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu
melakukan hubungan sosial yang memuaskan.
Contoh kasus:
Seorang perempuan A umur 19 tahun merupakan mahasiswa aktif yang memiliki
banyak teman. Ia banyak mengikuti organisasi dan tentu saja banyak kegiatan yang
harus dilaksanakan. Ia juga sekarang kuliah semester 4 dan banyak tugas yang diberikan
oleh dosen. Mau tidak mau Nn.A harus bisa membagi waktunya. Suatu hari, ia kurang
tidur karena mengerjakan tugas dosen dan juga dari organisasinya, Nn.A merasa stress.
Namun, ia mencoba untuk melakukan hal-hal postif untuk mengurangi stressnya seperti
banyak minum air putih, yoga pada hari libur, mendengarkan music, bercerita dengan
keluarga dan juga teman. Dengan perlahan, kondisi stress Nn. A membaik, dan
melakukan kegiatan seperti biasanya dengan kondisi yang produktif dan ceria.

2. Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah masalah yang terjadi pada kejiwaaan dan sosialnya.
Gangguan psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa atau
gangguan kesehatan secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang
berdampak pada lingkungan social. Contohnya, berduka, keputusasaan, ansietas,
ketidakberdayaan, risiko penyimpangan perilaku sehat, gangguan citra tubuh, HDR
situasional, dll.
Contoh kasus:
Seorang laki-laki D umur 25 tahun memiliki hobi bermain gitar. Saat sedang bermain
gitar, teman-temannya mengatakan permainan gitarnya jelek dan tidak pantas
didengar. Sejak saat itu, klien menarik diri dari lingkungannya. Keluarga mengatakan,
saat berinteraksi bicara klien pelan, tidak ada kontak mata saat bicara, serta klien
mengatakan malu untuk bicara dengan orang lain karena merasa dirinya tidak punya
bakat dan tidak akan punya kesempatan untuk mengasah kemampuannya. Keluarga
mengatakan klien juga sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.

3. Gangguan Jiwa
Orang dengan gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran,
perilaku, dan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk sekumpulan gejala dan
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Contoh kasus:
Laki-laki berusia 50 tahun, sejak ibunya meninggal 2 tahun lalu ia sering gelisah dan
sering bicara sendiri. Istrinya mengatakan, klien sering mendengar suara. Klien merasa
ketakutan dan tampak gelisah. Ketika ditanya, suara apa dan siapa yang didengarnya
klien selalu menjawab ibunya berteriak memanggil namanya untuk menghampirinya.
Istrinya mengatakan, delapan bulan lalu, klien pernah dirawat di RSJ dengan keluhan
yang sama.

2. Seorang perempuan umur 38 tahun, sejak kematian suaminya karena covid-19 sering
melamun dan menangis, klien mengatakan tak sanggup menjalani kehidupan, klien
menolak diajak mengikitui pengajian rutin yang selama ini aktif diikuti. berdasarkan
rentang sehat sakit berada diretang apakah klien, jelaskan alasannya
Jawab: Klien tersebut berada di rentang masalah psikososial. Alasannya karena ditandai
dengan klien menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan yaitu menangis dan
bahkan mengatakan tidak sanggup menjalani hidup, klien yang sering melamun
menandakan prilaku tidak lazim,selain itu klien juga menarik diri dengan tidak mau
mengikuti pengajian rutin yang selama ini aktif diikuti.

3. Tuliskan perbedaan yang mendasar antara gangguan neorotik dan gangguan psikotik *
Jawab: Gangguan Psikotik yaitu gangguan jiwa dengan tanda tidak mampu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Sedangkan Gangguan neurotik gejalanya membuat distres yang tidak dapat diterima
oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin akan sangat terpengaruh tetapi biasanya
tetap dalam batas yang dapat diterima. Gangguan ini relatif bertahan lama atau
berulang tanpa pengobatan.

4. Baca Riskesdas tahun 2013 dab 2018, gambarkan kondisi gangguan jiwa berat dan
gangguan memtal emosional Di Indonesia dan di Provinsi lampung *
Jawab:
a. Gangguan jiwa berat
Di Indonesia:
Pada riskesdas 2013, dilakukan riset pada ART yang mengalami gangguan jiwa berat.
Dari hasil riset, terlihat bahwa provinsi DI Yogyakarta dan Aceh memiliki prevalensi
gangguann jiwa berat yang tinggi daripada provinsi lain di Indonesia (masing-masing 2,7
5), sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat (0,7%). Di pedesaan juga banyak
rumah tangga yang melakukan pemasungan ART dengan gangguan jiwa. Metode
pemasungannya secara tradisional (menggunakan kayu / rantai pada kaki), itu juga
termasuk tindakan pengekangan lain yang membatasi gerak, pengisolasian, termasuk
mengurung, dan penelantaran.
Berbeda dengan riskesdas 2013, riskesdas 2018 memperlihatkan prevalensi rumah
tangga dengan ART gangguan jiwa berat dan terlihat di provinsi Bali adalah yang
tertinggi dengan persentase 11,0% dan yang terrendah di provinsi Kep.Riau (2,8%).
sedangkan rumah tangga yang memiliki ART dengan gangguan jiwa berat yang
dipasuung selama 3 bulan terakhir di pedesaan dan perkotaan memiliki persentase
sama yaitu 31,1%.

Di Lampung:
Pada riskesdas 2013, kondisi gangguan jiwa berat di provinsi Lampung merupakan yang
terrendah kedua setelah provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 0,8%.
Pada riskesdas 2018, kondisi rumah tangga dengan ART gangguan jiwa berat di provinsi
Lampung memiliki persentase sebesar 6,0% yang artinya terjadi peningkatan dari tahun
sebelumnya.

b. Gangguan mental emosional


Di Indonesia:
Di samping gangguan jiwa berat, Riskesdas 2013 juga melakukan penilaian gangguan
mental emosional pada penduduk Indonesia seperti pada Riskesdas 2007. Gangguan
mental emosional adalah istilah yang sama dengan distres psikologik. Kondisi ini adalah
keadaan yang mengindikasikan seseorang sedang mengalami perubahan psikologis.
Berbeda dengan gangguan jiwa berat psikosis dan skizofrenia, gangguan mental
emosional adalah gangguan yang dapat dialami semua orang pada keadaan tertentu,
tetapi dapat pulih seperti semula. Gangguan ini dapat berlanjut menjadi gangguan yang
lebih serius apabila tidak berhasil ditanggulangi.
Pada riskesdas 2013, dilakukan riset dengan kuisioner yang berisi 20 pertanyaan
mengenai gangguan mental emosional. Responden merupakan ART yang berusia ≥15
tahun. Dari hasil riset, persentase orang yang mengalami gangguan mental emosional di
Indonesia sebesar 6,0% (37.728 orang yang dianalisis) dan terlihat bahwa provinsi
Sulawesi Tengah memiliki prevalensi yang tertinggi mengalami gangguan mental
emosional yaitu 11,6%, dan disuusl Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DIY, dan NTT.
Sedangkan yang terendah di Lampung (1,2%). Gangguan mental emosional banyak
terjadi di perkotaan. Dapat dibilang berbanding terbalik dengan kondisi gangguan jiwa
berat yang lebih banyak dialami di pedesaan.
Pada riskesdas 2018, dilakukan riset mengenai gangguan mental emosional.
Responden merupakan penduduk yang berusia ≥15 tahun. Dari hasil riset, persentase
penduduk yang mengalami gangguan mental emosional di Indonesia sebesar 9,8% dan
terlihat bahwa provinsi Banten memiliki prevalensi yang tertinggi mengalami gangguan
mental emosional yaitu 14,0%. Sedangkan yang terendah di Jambi (3,6%).

Di Lampung:
Pada riskesdas 2013, Provinsi Lampung menduduki angka terrendah dengan kondisi
gangguan mental emosional yaitu sebesar 1,2%.
Sedangkan berdasarkan data Rikesdas 2018 di kota Lampung sendiri terdapat 3,2%
penduduk usia lebih dari 15 tahun yang mengalami depresi, dan terdapat 6,0%
pravelensi Rumah Tangga dengan anggota rumah tangga (ART) gangguan jiwa
skizofrenia. Selain itu peningkatan angka penderita gangguan jiwa terjadi pada pasien
rawat jalan maupun inap. Jika dirata-rata terdapat dua orang per hari yang masuk
Rumah Sakit Jiwa Lampung, data klien rawat inap tahun 2016 sebanyak 115 ruang.
Pada tahun 2015 data rawat inap 1.329 dan rawat jalan 37.490, dan pada 2016
sebanyak 2.020 orang rawat inap dan 32.391 rawat jalan. Di rumah Sakit Jiwa Kota
Bandar Lampung juga tercatat pada semester satu tahun 2017 terdapat 19.426 pasien
dan pada tahun 2018 semester 1 tercatat 20.072 pasien gangguan jiwa rawat jalan.
Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif pada skizofrenia digunakan oleh pasien
untuk menghindar dari orang lain agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam
hubungan dengan orang lain tidak terulang lagi.

5. Diskusikan dalam kelompok anda, apakah covid 19 masuk dalam kategori bencana,
sebutkan alasannya jika tidak/termasuk *
Jawab: Covid 19 termasuk dalam kategori bencana. Dilansir dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan
COVID-19 sebagai bencana nasional. Penetapan itu dinyatakan melalui Keputusan
Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non-Alam Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) Sebagai
Bencana Nasional.
Dalam Keppres tersebut, setidaknya terdapat empat poin yang menyatakan perihal
tentang penetapan COVID-19 sebagai bencana nasional.
“Menyatakan bencana nonalam yang diakibatkan oleh penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagai bencana nasional,” bunyi poin pertama dalam
Keppres tersebut.
Kemudian dalam Keppres, Presiden juga menetapkan bahwa penanggulangan bencana
nasional yang diakibatkan oleh penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) melalui sinergi antar kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah. Hal tersebut disebutkan pada poin kedua dalam Keppres.
Kemudian selanjutnya isi poin ke tiga adalah perintah kepada Gubernur, bupati dan
walikota sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) di daerah, dalam menetapkan kebijakan di daerah masing-masing harus
memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat.
Selanjutnya poin terakhir, Presiden menyatakan bahwa keputusan tersebut mulai
berlaku pada tanggal penetapan, yakni hari Senin tanggal 13 April 2020.

6. Tuliskan 2 gangguan proses pikir dan contohnya *


jawab: 1. Flight of Ideas/ lompat gagasan/ pikiran melayang : pikiran yang sangat cepat,
verbalisasi berlanjut atau permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang
konstan dari satu ide ke ide lainnya, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan
sudah disusul oleh idea yang lain. Ide biasanya berhubungan dan dalam bentuk yang
tidak parah, pendengar mungkin dapat mengikuti jalan pikirnya. contoh : seorang
pasien pernah bercerita, “Waktu saya datang ke rumah sakit kakak saya baru mendapat
rebewes, lalu untung saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah
makan…”.
2. Asosiasi longgar : gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah dari satu subyek
ke subyek lain yang tidak berhubungan sama sekali, dalam bentuk yang lebih parah
disebut inkoherensia. Misal : Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga
nuklir dan harus minum es krim…”.
7. Apakah Halusinasi Dan Ilusi Merupakan Kondisi Yang Sama, Tuliskan Alasan Jika
Ya/Tidak *
jawab: tidak. Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang
mendengar, melihat, mencium, dan merasa sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Tidak
seperti ilusi yang merupakan kesalahan dalam persepsi pancaindra, sensasi pada
halusinasi diciptakan oleh pikiran pasien sendiri tanpa adanya sumber yang nyata.
Contoh halusinasi adalah ketika penderitanya melihat objek atau mendengar sesuatu,
tapi sebenarnya hal tersebut tidak ada dan tidak dilihat oleh orang lain. Contoh dari
kondisi ini adalah seseorang merasa mendengar bisikan atau suara orang lain yang
berbicara kepadanya, padahal ia sedang sendirian di kamar.
Halusinasi biasanya disebabkan oleh gangguan kejiwaan tertentu, seperti skizofrenia,
demensia, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan bipolar atau depresi dengan
gejala psikosis. Selain itu, orang yang mengalami gangguan saraf dan otak, seperti
penyakit Parkinson, delirium, stroke, dan penyakit Alzheimer, juga bisa mengalami
halusinasi.
Sedangkan ilusi merupakan kondisi ketika rangsangan yang diperoleh dari salah satu
atau beberapa pancaindra salah diartikan, sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Kondisi ini kadang bisa dialami oleh orang yang sehat, tetapi lebih umum
terjadi pada penderita skizofrenia.
Contoh ilusi yaitu orang yang mengalami ilusi penglihatan bisa merasa melihat hewan
tertentu lewat di depannya, padahal sebetulnya yang lewat hanyalah orang bersepeda
atau naik motor. Terkadang orang yang mengalami ilusi juga bisa melihat suatu benda
dengan ukuran yang lebih besar atau lebih kecil daripada ukuran sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai