Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Defenisi Depresi lanjut Usia.

Depresi merupakan respon emosional yang paling maladaptif yaitu dengan perubahan
afektif, fisiologi, kognitif dan perilaku misalnya kesedihan, gelisah dan lambat dalam
beraktifitas. Depresi juga diartikan sebagai salah satu diagnosis mood (afektif) dengan
kriteria terdapat 2 dari 3 gejala inti depresi ditemukan hampir setiap hari minimal 2 minggu
yaitu penurunan mood (sedih, tertekan dan merasa tidak bahagia) atau afek depresif,
kelelahan (merasa kelelahan atau energi berkurang) dan anhendonia atau tidak
berminat dan kegembiraan berkurang untuk melakukan aktivitas (Stuart, 2009).

Dewasa akhir atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang
dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua kelompok:
young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang
digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas .
Idealnya seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga dapat
menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Proses penuaan yang sukses merupakan
suatu kombinasi dari tiga komponen:

1) penghindaran dari penyakit dan ketidakmampuan

2) pemeliharaan kapasitas fisik dan kognitif yang tinggi di tahun-tahun berikutnya; dan

3) keterlibatan secara aktif dalam kehidupan yang berkelanjutan,

2.2. Penyebab Depresi pada lansia


Penyebab depresi adalah akumulasi ketidakpuasan, frustasi, kritikan pada diri sendiri tentang
kejadian hidup sehari-hari tanpa adanya dukungan hal positif, stres dalam pekerjaan dan
keluarga serta kehilangan. (Stuart, 2009)

Depresi terjadi pada lansia tergantung banyaknya jumlah stressor (sumber stres) kehilangan
yang dialami seperti pasangan, penghasilan, peran, kesehatan, fungsi seperti masih muda.
Penyebab depresi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi dapat saling
1
berinteraksi dengan faktor yang lain, sehingga munculnya depresi Selain itu ditambah
dengan perubahan-perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada lansia. (Townsend,
2009).

2.3. Tanda gejala depresi pada lansia

Terdapat Gejala-gejala depresi dapat dibagi menjadi gejala pada perasaan, pikiran, fisik dan
perilaku:

1) Gejala perasaan:
1. kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan
2. perasaan tidak berharga
3. tidak ada harapan dan merasa salah yang berlebihan
4. tidak dapat merasakan apa-apa,
5. perasaan hancur yang berlebihan atau akan dihukum,
6. kehilangan harga diri
7. merasa sedih
8. menangis tanpa sebab yang jelas, iritabel, tidak sabar, marah dan agresif.
2) Gejala proses pikir:
1. pikiran bingung atau melambat
2. sulit berpikir berkonsentrasi atau mengingat
3. Sulit mengambil keputusan dan menghindarinya
4. pikiran berulang akan bahaya dan kehancuran
5. ketidakpuasan personal yang menyebabkan kehilangan rasa percaya diri,
6. pikiran tentang keinginan bunuh diri
7. Pada kasus yang ekstrem dapat berpikir tidak realistis mungkin terdapat halusinasi
atau ide aneh hingga waham.
3) Gejala perilaku:
1. gagal melakukan keputusan penting
2. menelantarkan pekerjaan rumah tangga,berkebun, membayar kebutuhan sehari-
hari.
3. penurunan aktivitas fisik dan olahraga
4. penurunan perawatan diri seperti makan, dandan, mandi
2
5. peningkatan pemakaian alkohol, obat-obatan baik dari dokter maupun beli sendiri.
4) Gejala fisik:
1. perubahan nafsu makan, dengan akibat penurunan berat badan atau peningkatan
berat badan
2. gangguan tidur, kesulitan mulai tidur, tidur terbangun-bangun atau terlalu banyak
tidur, namun saat bangun tidak segar
3. penurunan energi, merasa lelah dan lemah
4. ada doronogan untuk berjalan terus; nyeri ekstremitas, sakit kepala, nyeri otot.

2.4. Faktor risiko depresi pada lansia

Faktor risiko terjadinya depresi adalah sebagai berikut, meliputi : genetik atau keturunan;
jenis kelamin wanita dua kali lebih besar berisiko menderita depresi dibandingkan laki-laki;
lama tinggal di tempat khusus; dukungan sosial terbatas; kontrol tubuh yang kurang;
kualitas tidur yang rendah; kejadian hidup yang membuat stres dan berulang; merasa tidak
berdaya dan tidak ada harapan; merasa tidak ada alasan untuk melanjutkan hidup; gangguan
fungsional menetap (misalnya: gangguan penglihatan); menderita penyakit serius
(misalnya: kanker, kerusakan persyarafan). (Miller, 2012),

2.2 Dampak-Dampak Depresi Pada Lansia.

Dampak Depresi pada Lansia Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang
bersamaan dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karena bila
tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis. Pada
depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini :

a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit


kardiovaskuler
b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk
penyakit kardiovaskular. (Misal: peningkatan hormon adrenokortikotropin akan
meningkatkan kadar kortisol).

3
c. Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek
trombogenesis.
d. Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas
termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.
f. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan
maupun rehabilitasi.

2.3. Perubahan akibat Proses Penuaan pada Lansia


1. Teori Psikososial

Teori perkembangan psikososial menurut Erikson adalah seseorang yang berusia


lebih dari 65 tahun berada pada fase integrity vs despair yaitu seseorang akan
melihat kembali (flash back) kehidupan yang telah mereka jalani dan berusaha untuk
menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan. Penerimaan terhadap prestasi,
kegagalan dan keterbatasan adalah hal utaman yang membawa dalam sebuah kesadaran
bahwa hidup seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri. Orang yang berhasil melewati
tahapan ini berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah
dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksanaan meskipun saat menghadapi
kematian. Keputusasaan dapat terjadi pada orang-orang yang menyesali cara mereka
dalam menjalani hidup atau bagaimana kehidupan mereka telah berubah (Miller, 2012).
Teori psikososial berasumsi bahwa munculnya masalah depresi pada masa tua
adalah karena hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang
tertentu, dan kontal sosial yang kurang. Faktor yang berkontribusi dalam munculnya
masalah depresi pada lansia adalah meliputi: usia; kurangnya peran sosial dan
rendahnya status sosial ekonomi; pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil;
stres sosial yang berulang termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan
sosial yang tidak adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial
misalnya ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta
kombinasi beberapa faktor-faktor (Miller, 2012).
2. Teori Gangguan Kognitif

4
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional termasuk proses mengingat,
menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Gangguan kognitif akan mempengaruhi
gambaran diri lansia, lingkungan dan pengalamannya serta pandangannya untuk masa
depan. Orang dengan depresi kurang memikirkan masa depan yang dapat membuatnya
bahagia. Lansia dengan depresi biasanya memiliki penilaian negatif terhadap kehidupannya
dengan adanya perasaan tidak berharga, menganggap kejadian kehidupan adalah suatu hal
yang buruk, berpikir tidak realistis terhadap kondisi ketidakberdayaannya (Stuart &
Sundeen, 2009)

3. Teori biologis
Teori menunjukkan bahwa penyebab depresi sebenarnya tidak datang dari luar, melainkan
dari dalam diri. Jika lansia dihadapkan pada suatu masalah, ia akan mudah menyerah dan
terjadi penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, sehingga lansia akan
cenderung mengalami keputuasaan. Penelitian membuktikan bahwa perubahan
neuroendokrin seperti penurunan kadar serotonin berkontribusi terhadap peningkatan
risiko bunuh diri (Miller, 2012).
2.5. Pengukuran tingkat depresi pada lansia

Pengukuran kondisi depresi pada lansia menggunakan kuesioner Geriatric


Depression Scale (GDS) dengan 15 item pertanyaan yang sudah valid secara
Internasional. Penilaian depresi dengan menghitung total skor seluruh jawaban, kemudian
diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu jika skor penilaian 0–4 maka kategori lansia
normal (tidak depresi), skor 5–8 kategori lansia depresi ringan, skor 9–10 kategori lansia
depresi sedang dan skor 12–15 kategori lansia depresi berat.
Lansia depresi memerlukan perhatian yang serius dengan pendekatan asuhan
keperawatan untuk menurunkan faktor risiko, meningkatkan fungsi psikososial,
memberikan latihan-latihan serta konseling oleh tenaga kesehatan yang didukung oleh
lansia itu sendiri, keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.

2.6. Unsur-unsur Penting dalam Kesehatan Komunitas

Unsur penting dalam kesehatan masyarakat adalah memprioritaskan upaya


pencegahan, proteksi dan promosi kesehatan tanpa mengesampingkan upaya kuratif sebagai
5
bentuk praktik profesional; mengukur dan menganalisis masalah kesehatan komunitas
dengan konsep epidemiologi dan biostatistik; mempengaruhi faktor dari lingkungan untuk
kesehatan aggregate atau kelompok; prinsip yang menjadi dasar dalam kesehatan
masyarakat adalah manajemen dan pengorganisasian kesehatan komunitas melalui
pengorganisasian masyarakat; analisis kebijakan dan pengembangan publik; advokasi
kesehatan serta pemahaman terhadap proses politik. Unsur-unsur penting tersebut
adalah sebagai upaya dalam mencapai kesehatan yang optimal khususnya bagi keperawatan
kesehatan komunitas lansia depresi.

2.7. Strategi Keperawatan Komunitas

1. Proses Kelompok (Group Process).

Proses kelompok dilakukan dengan proses pembentukan kelompok khusus bagi


lansia yang mengalami depresi. Kelompok lansia merupakan salah satu sarana bentuk
dukungan sosial yang dapat berkontribusi dalam promosi kesehatan. Kelompok swabantu
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang datang bersama untuk membuat kesepakatan
saling berbagi masalah yang mereka hadapi, kadang disebut juga kelompok pemberi
semangat.

Perawat dapat melibatkan lansia dalam kegiatan kelompok di masyarakat.


Kegiatan kelompok dapat dilakukan dengan kegiatan yang dipadukan dengan kegiatan
keagamaan. Kelompok dapat membantu lansia membangun integritas dan penghargaan
atas diri sendiri. Situasi kelompok juga akan membimbing lansia keluar dari
keterisolasian dan lansia akan menemukan makna dalam kehidupan mereka, sehingga
mereka dapat hidup sepenuhnya dengan fungsi sosial dan physiologis yang tinggi.
Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan memiliki kesempatan dalam memfasilitasi
kelompok dalam meningkatkan perawatan therapeutik bagi lansia dengan masalah
depresi

2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion).


Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan mengurangi
ketidakmampuan dan mengoptimalkan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu,

6
kelompok dan masyarakat. Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, perbaikan sikap dan peningkatan keterampilan, sehingga diharapkan ada
perubahan gaya hidup yang lebih baik. Perubahan perilaku sehat masyarakat dapat
mengubah penerimaan yang kondusif terhadap program promosi kesehatan yang
dilakukan. Strategi pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang memfasilitasi
pembelajaran yang mendukung perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak sehat
(Friedman Bowden, & Jones, 2010).
Pendidikan kesehatan dilakukan untuk lansia yang mengalami depresi maupun
lansia yang mengalami risiko depresi. Selain itu pendidikan kesehatan juga dilakukan
dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kegiatan keagamaan. Pendidikan
kesehatan adalah memberikan informasi kesehatan tentang masalah kesehatan lansia,
depresi pada lansia, komunikasi yang efektif bagi lansia dan keluarga, harga diri rendah
dan cara meningkatkannya.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan (empowerment) merupakan proses pemberian kekuatan atau
motivasi sehingga membentuk interaksi transformasi kepada masyarakat antara lain
dengan adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Hitchock, Scubert, & Thomas, 1999). Perawat komunitas
mendorong masyarakat untuk dapat berbuat mandiri dan berpartisipasi aktif dalam upaya
kesehatannya. Kerjasama ini dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dalam upaya
meningkatkan kesehatan lansia depresi yaitu dengan melibatkan masyarakat dan keluarga
4. Kemitraan (partnership)

Kemitraan dilakukan untuk upaya kesehatan lansia dengan depresi yaitu menjalin
kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral. Kemitraan dilakukan agar
mengoptimalkan kegiatan program yang direncanakan, karena suatu program berkaitan
langsung dengan sektor kehidupan yang lain. Misalnya upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan
saja, namun juga dapat dipengaruhi oleh politik, ekonomi, budaya dan sektor yang
lainnya.

5. Intervensi Keperawatan Langsung.

7
Perawatan yang dapat dilakukan secara langsung bagi keluarga dan lansia depresi adalah
melalui terapi interpersonal (TI), terapi kognitif perilaku (CBT), terapi relakasasi untuk
manajemen nyeri, konseling kelompok.
Menurut Miller (2012) tindakan keperawatan yang juga dapat dilakukan pada lansia dengan
depresi antara lain:
1) Promosi kesehatan dalam latihan dan intervensi nutrisi

Penelitian menyatakan bahwa latihan fisik dapat menurunkan tingkat depresi pada
lansia. Jika lansia memhami pentingnya latihan fisik untuk kesehatan fisik dan
mentalnya, maka lansia akan merasakan manfaat langsung dari program latihan
tersebut. Demikian pula dengan nutrisi yang merupakan suatu hal yang penting dalam
mencegah dan menurunkan depresi karena status nutrisi merupakan efek dari depresi
dan dapat menjadi konsekuensi negatif. Status nutrisi yang baik pada lansia adalah
merupakan efek positif dari kesehatan mental dan fungsi kognitif. Ketika depresi
terjadi, lansia cenderung mengalami malnutrisi dan dehidrasi serta mengalami
gangguan pencernaan.

2) pelaksanaan konseling
Perawat berperan dalam memberikan konseling dan dukungan emosional untuk
lansia dan pada situasi yang sama, lansia berpartisipasi dalam terapi psikososial.
Konseling didefinisikan proses yang menggunakan bantuan secara interaktif yang
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan pasien dan menggambarkan dukungan
koping, proses pemecahan masalah dan hubungan interpersonal dapat efektif untuk
menurunkan depresi.
Kegiatan intervensi yang lain dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah
depresi pada lansia meliputi: meningkatkan hubungan terapeutik; memfasilitasi dalam
mengungkapkan perasaan; mendemonstrasikan empaty, kehangatan dan perhatian;
meningkatkan kemampuan keterampilan baru jika dibutuhkan, penyediaan informasi
yang tepat dan baru jika dibutuhkan; membimbing lansia dalam mengidentifikasi
kekuatan dan memberikan dukungan bagi lansia. Dukungan emosional didefinisikan
sebagai dukungan dalam mencari sumber, penerimaan dan dukungan selama
mengalami stres (Miller, 2012).

8
Terapi yang juga dapat diberikan kepada lansia yang mengalami depresi (Miller,
2012) antara lain: terapi perilaku (misalnya pemecahan masalah, praktik asertif dan
pengaturan jadwal kegiatan harian); terapi kognitif (misalnya rekonstruksi kecemasan);
terapi interpersonal (misalnya dengan modifikasi hubungan atau ekspektasi tentang
hubungan); terapi dukungan (misalnya evaluasi kekuatan dan kelemahan individu serta
memfasilitasi dalam memilih untuk dapat meningkatkan kemampuan koping).

2.3 Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia.


Penatalaksanaan Tujuan utama terapi adalah untuk mencegah relaps, rekuren dan
kronisitas. Depresi sangat penting dideteksi pada pasien lansia dan ditangani, karena
gejalanya akan memperparah penyakit fisiknya, menambah penarikan diri, tidak patuh
pengobatan dan keputusasaan serta kematian dini. Penyembuhannya lebih lambat pada
lansia, dapat membawa dampak bantuan perawatan dini. Depresi yang tidak ditangani,
memberikan dampak kondisi kesehatan yang lebih serius seperti penyakit jantung,
infeksi, gangguan imun tubuh. Gejala depresi seperti kemarahan, iritabel dan kecemasan
dapat sangat merepotkan keluarga, membuat relasi keluarga menjadi kurang nyaman dan
menambah beban keluarga. Risiko bunuh diri pasif dan aktif dapat terjadi pada gangguan
depresi pada lansia.Depresi pada lansia dapat lebih efektif diobati dengan kombinasi
terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan interdisiplin yang menyeluruh.
Penanganan depresi pada lansia memerlukan perhatian ekstra, segala kesulitan dan
keluhan perlu didengarkan dengan sabar. Karena ketidaksabaran terapis dianggap sebagai
penolakan . Adapun strategis praktis pada individu adalah:
a. Menyusun jadwal pertemuan untuk menjaga kepatuhan dan komitmen
b. Mengetengahkan topic pembicaraan tentang kehidupan social yang umum untuk
membangun hubungan dokter – pasien yang baik
c. Secara terfokus membicarakan masalah dan menetapkan sasaran realistis yang dapat
dicapai untuk memberikan arah yang pasti bagi pasien
d. Mendorong pasien terlibat dalam kegiatan yang berarti dan berguna untuk
meningkatkan kemampuan menikmati pengalaman yang menyenangkan
e. Menunjukkan kepedulian melalui sentuhan fisis yang wajar

9
f. Meninjau kembali apa yang telah dicapai dimasa lalu untuk membangkitkan rasa
mampu dan harga diri.

DAFTAR PUSTAKA

10
Blazer DG. 2003. Depression in Late Life: Review and Commentary. Journal of
Gerontology: Medical Sciences. The Gerontological Society of America 2003,
Vol. 58A, No. 3, 249–265.

Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis : Mosby

Miller,C. A. (2012). Nursing for wellness in older Adults. Philadelphia : Lippincott


Williams & Wilkins.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in


Evidence-Based Practice. 6th edition. Philadelphia: Davis Plus Company

Friedman (2010). Keperawatan Keluarga: Research, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai