Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENYULUHAN

PENTINGNYA NUTRISI BAGI TUBUH


PADA PASIEN DAN KELUARGA DI RUANG IRNA III
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Oleh:
Kelompok 17
Wahyuni Zyuli Sholikatin, S.Kep, (131712143031)
Masunatul Ubudiyah, S.Kep. (131713143043)
Febyana Dwi Cahyanti, S.Kep. (131713143057)
Dewi Permata Lestari, S.Kep. (131713143071)
Zagad Budhi Dharma (131713143091)
Pipit Pitaloka (131713143110)

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2017

LEMBAR PENGESAHAN

i
Laporan Pentingnya Nutrisi Pada Tubuh Pada Pasien Di Ruang IRNA III Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya yang telah dilaksanakan mulai tanggal 25 September 7
Oktober 2017 dalam rangka pelaksanaan Profesi Keperawatan Dasar.
Telah disetujui untuk dilaksanakan seminar Profesi Keperawatan Dasar.

Disahkan tanggal, Oktober 2017

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Purwaningsih, S.Kp., M.Kes) (Rahmatul Fitriyah,S.Kep.Ns)


NIP.196611212000032001 NIP. 198506092009122003

Mengetahui,
Kepala Ruangan IRNA III

(Rahmatul Fitriyah,S.Kep.Ns)
NIP. 198506092009122003

DAFTAR ISI
ii
Halaman Judul ................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .......................................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan umum ................................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus................................................................................................... 2

BAB 2 Pembahasan
2.1 Definisi Nutrisi ......................................................................................................... 3
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi ........................................................................ 6
2.3 Manfaat Nutrisi dalam Penyembuhan Luka ............................................................. 8
2.4 Metode pemenuhan kebutuhan nutrisi .................................................................... 10
2.5 Keamanan Makanan dan Makanan Sehat ............................................................... 10

Lampiran 1.. Satuan Acara Penyuluhan ........................................................................ 12


Lampiran 2. Daftar Pertanyaan ..................................................................................... 18
Lampiran 3. Foto Kegiatan ........................................................................................... 19
Lampiran 4. Absensi ..................................................................................................... 20

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas
dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti
glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan
sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari- hari dimakan oleh manusia
(Hidayat, 2009).
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2009).
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsur-unsur/ ikatan
kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan ke dalam
tubuh. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik,
tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu (Almatsier, 2009).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar,
melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi umum dari nutrisi diantaranya adalah
sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak,
mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya (Asmadi,2008). Zat-zat gizi yang dapat memberikan
energi tertentu adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan
energi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas (Almatsier, 2009).
Masalah kurang gizi masih tersebar luas di negara-negara berkembang, termasuk di
Indonesia. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakan bagi masyarakat guna perubahan
untuk meningkatkan keadaan gizinya. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau
sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas atau
kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor
sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi yang tidak sampai di sel-sel
tubuh setelah makanan dikomsumsi. Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung
pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makan kurang dalam

1
kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses antara lain ; Pertumbuhan,
Produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, serta prilaku (Almatsier, 2009).
Data dari Kementrian Kesehatan 2016 menyatakan bahwa 54,8% normal, gemuk
27,9%, obesitas 10,6% dan kurus 6,7%. Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah
penduduk gemuk ke 7 (30,7%) dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia (Kemenkes,2017).
Berdasarkan latar belakan yang diuraikan diatas penulis tertarik untuk membahas pentingnya
nutrisi pada tubuh pada pasien di ruang IRNA III Rumah Sakit Universitas Airlangga
Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari nutrisi ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi nutrisi ?
3. Apa saja manfaat nutrisi dalam penyembuhan luka ?
4. Bagaimana metode pemenuhan kebutuhan nutrisi ?
5. Bagaimana keamanan makanan dan makanan sehat ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh pada pasien dan keluarga pasien di ruang
IRNA 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari nutrisi
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi nutrisi
3. Menjelaskan manfaat nutrisi dalam penyembuhan luka
4. Menjelaskan metode pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Menjelaskan keamanan makanan dan makanan sehat

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stroke

Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian orak (Smeltzer & Bare, 2002) Menurut
WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Menurut Price & Wilson (2006) menyatakan bahwa pengertian dari stroke adalah setiap
gangguan neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Stroke merupakan penakit neurologis yang sering dijumpai
dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008)

2.2 Penyebab Stroke

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan oleh


1. Thrombosis yaitu bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke otak
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori. Bicara, atau
sensasi. Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2007) adalah :
1. Faktor resiko yang dapat diubah : hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
penggunaan alcohol, dan obesitas
2. Faktor yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, riwayat keluarga

3
2.3. Klasifikasi Stroke
Menurut Pudiastuti (2011) stroke terbagi menjadi 2 kategori yaitu stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik atau stroke iskemik.
1. Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah otak dan merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemoragik diderita oleh
penderita hipertensi. Stroke hemoragik digolongkan menjadi 2 jenis yaitu : (1)
hemoragik intraserebral (perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak), (2)
hemoragik subaraknoid (perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid atau
ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan yang menutupi otak.
2. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah
ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri
vertebralis.. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus
aorta). Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami penyakit
stroke jenis iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi 3 jenis yaitu:
1) stroke trombotik (proses terbentuknya thrombus hingga menjadi gumpalan),
2) stroke embolik (tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah),
3) hipoperfusion sistemik (aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang
karena adanya gangguan denyut jantung).

2.4. Tanda dan Gejala Stroke

Serangan kecil atau serangan awal stroke biasanya diawali dengan daya ingat menurun
dan sering kebingungan secara tiba-tiba dan kemudian menghilang dalam waktu 24 jam selain
itu tanda dan gejala stroke dapat diamati dari beberapa hal, diantaranya :
1. Adanya serangan neurologis fokal berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan,
tungkai atau salah satu sisi tubuh
2. Melemahnya otot (hemiplegia), kaku dan menurunnya fungsi sensorik
3. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah
satu sisi tubuh seperti baal, mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, perih
bahakan seperti rasa terbakar dibagian bawah kulit
4
4. Gangguan penglihatan seperti hanya dapat melihat secara parsial ataupun tidak
dapat melihat keseluruhan karena penglihatan gelap dan pandangan ganda sesaat
5. Menurunnya kemampuan mencium bau dan mengecap
6. Berjalan menjadi sulit dan langkahnya tertatih-tatih bahkan terkadang mengalami
kelumpuhan total.
7. Hilangnya kendali terhadap kandung subaraknoid seperti gangguan sering
kencing tanpa disadari
8. Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik
9. Tidak memahami pembicaraan orang lain, tidak mampu membaca, menulis dan
berhitung dengan baik.
10. Adanya gangguan dan kesulitan dalam menelan makanan ataupun minuman
(cenderung keselek).
11. Adanya gangguan bicara dan sulit berbahasa yang ditunjukkan dengan bicara
tidak jelas (rero), sengau, pelo, gagap dan berbicara haya sepatah kata bahkan
sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
12. Menjadi Pelupa (Dimensia) dan tidak mampu mengenali bagian tubuh
13. Vertigo (pusing, puyeng) atau perasaan berputar yang menetap saat tidak
beraktifitas
14. Kelopak mata sulit dibuka
15. Menjadi lebih sensitif, mudah menangis ataupun tertawa
16. Banyak tidur dan selalu ingin tidur.
17. Gangguan kesadaran, pingsan sampai tak sadarkan diri

Selain itu gejala stoke dapat dikenali dengan kata WASPADA


1. Wajah perot
2. Anggota gerak lemah
3. Sensibilitas atau rasa raba terganggu separuh
4. Pelo atau bicara tidak jelas
5. Afasia atau sukar berkomunikasi
6. Disorientasi atau bingung mendadak
7. Apabila ada salah satu gejala diatas segera ke RS

5
2.5 Pencegahan Stroke

Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang


dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
1. Pencegahan Primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat
dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang
bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat
menarik perhatian masyarakat.
Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan
kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke
melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard.
2. Pencegaahan primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat
bebas stroke, antara lain:
1) Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
2) Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
3) Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium,
infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular
aterosklerotik lainnya.
4) Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran,
buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan
beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu
rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.
3. Penceggahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada
tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak
berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
1) Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai
obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320
mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko

6
penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan
kondisi koagulopati yang lain.
2) Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi
trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai
kontraindikasi terhadap asetosal (aspirin).
3) Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi
obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.

2.6. Diet untuk Penderita Stroke

1. Berikut beberapa jenis sumber makanan yang dapt menurunkan potensi seseorang
terkena stroke :
1) Sayuran
Sayuran merupakan sumber serat dalam tubuh. Sayuran dapat mnegikat
kelebihan kolesterol dalam saluran pencernaan dan membawanya hingga
terbuang dalam feses. Sumber sayuran terbaik yaitu wortel, asparagus, seledri,
buncis, labu siam, mentimun, bayam, selada, tomat dan polong-polongan.
2) Buah dan jus buah
Buah-buahan dapat menurunkan kadar kolesterol, mencegah penggumpalan
darah dan pengerasan pembuluh darah serta dapat menurunkan tekanan
darahyang dapat memicu stroke. Vitamin dan mineral dalam buah penting
untuk membantu penyerapan zat gizi.buah yang baik untuk penderita stroke
yaitu nanas, belimbing, melon, alpukad, jambu biji, anggur, pisang dan apel.
3) Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
Bahan makanan sumber karbohidrat diantaranya padi-padian dengan biji yang
utuh, kentang, dan gandum.
4) Ikan yang mengandung Omega-3
Penderita stroke dianjurkan untuk mengonsumsi asam lemak esensial yang
terdapat pada minyak ikan.

5) Bumbu dan rempah


7
Bumbu dan rempah tradisional dapat mengurangi resiko penyakit stroke.
Bumbu dan rempah yang dapat digunakan antara lain bawang merah, bawang
putih, jahe, kunyit, ketumbar, kemiri, merica, lengkuas, kayu manis, cengkeh
dan serai.
2. Makanan yang tidak dianjurkan
Pantangan yang harus dihindari penderita stroke yaitu makanan yang
mengandung protein tinggi, lemak dari produk olahan daging, olahan susu (seperti
mentega dan keju), makanan yang digoreng, gula dan garam. Kurangi asupan
garam, asupan garam yang dianjurkan sehari adalah 6 gram. Asupan garam yang
tinggi dapat meningkatkan tekanan darah yang dapat memicu terjadinya stroke.
1) Makanan yang mengandung garam tinggi
Makanan yang mengandung garam tinggi yaitu diantaranya berbagai
makanan instran (mie instan, bubur instan), makanan kalengan (seperti ikan,
sayur dan buah kalengan), kecap, saos tomat, ikan asin, ikan atau daging asap,
telur asin, pindang, peda, kue dan roti yang mengandung soda kue, serta
berbagai penyedap rasa.
2) Daging dan ayam
Daging sapi dengan lemaknya, daging ayam dengan kulit, daging babi, jeroan
(usus, ginjal dan hati), makanan cepat saji dan telur.
3) Lemak dan minyak
Mentega, margarin, mayonnaise serta semua makanan yang dogoreng
terutama digoreng dengan minyak kelapa.
4) Makanan mengandung protein dan kolesterol tinggi
Makanan mengandung protein dan kolesterol tinggi seperti cumi, udang,
kerang, kuning telur, ayam, telur puyuh, jeroan, mentega, susu sapi full cream
dan masakan bersantan.
5) Susu dan produk turunannya
Susu full cream, krim terutama creamer kopi, keju, es krim, youghurt full fat.
6) Makanan mengandung gula tinggi
Makanan seperti cake, pudding, coklat, biscuit, permen dengan kadar gula
tinggi, memicu obesitas yang merupakan factor pemicu stroke.
7) Alkohol dan Tembakau (Rokok)

8
Konsumsi rokok beresiko meningkatkan tekanan darah dan merangsang
peningkatan berat badan berlebih (obesitas) yang dapat menimbulkan stroke.
Nikotin dapat menyumbat pembuluh darah (Redaksi Agro Media.2009)

2.7. Latihan ROM aktif dan Pasif untuk Penderita Stroke

Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya


kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Rentang gerak
merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu
dari tiga potongan tubuh : sagital, frontal dan transversal (Potter & Perry, 2006).
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang,
membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari
sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan
transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah
(Potter & Perry, 2006).
Gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan
hiperekstensi pada pinggul merupakan rentang gerak pada potongan sagital. Pada
potongan frontal gerakannya adalah abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai,
eversi dan inverse pada kaki. Sedangkan pada potongan transversal gerakannya adalah
pronasi dan supinasi pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut dan
dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki (Potter & Perry, 2006).
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009) dan
Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
2. Mengembalikan kontrol motorik
3. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak
4. Membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial
5. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang mengalami
paralisis.
6. Memaksimalkan fungsi ADL
7. Mengurangi atau menghambat nyeri
8. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
9. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
10. Meningkatkan harga diri
9
11. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan.
ROM memiliki 3 jenis latihan, yaitu latihan ROM aktif, aktif dengan
penampingan dan latihan ROM pasif :
1. Latihan aktif.
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri.
Latihan yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan
kemandirian dan kepercayaan diri klien.
2. Latihan aktif dengan pendampingan (active-assisted).
Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri dengan didampingi oleh
perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan atau
bantuan untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.
3. Latihan pasif
Pada pasien yang sedang melakukan bedrest atau mengalami keterbatasan
dalam pergerakan latihan ROM pasif sangat tepat dilakukan dan akan
mendapatkan manfaat seperti terhindarnya dari kemungkinan kontraktur pada
sendi. Setiap gerakan yang dilakukan dengan range yang penuh, maka akan
meningkatkan kemampuan bergerak dan dapat mencegah keterbatasan dalam
beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat melakukan latihan ROM secara aktif maka
perawat bias membantunya untuk melakukan latihan. Latihan dapat dilakukan oleh
perawat atau tenaga kesehatan lain. Peran perawat dalam hal ini dimulai dengan
melakukan pengkajian untuk menentukan bagian sendi yang memerlukan latihan
dan frekuensi latihan yang dipelukan (Rhoad & Meeker, 2008).
Latihan pasif dapat dilakukan sedini mungkin pada pasien stroke walaupun
pasien belum sadar. Latihan pasif pada ekstremitas atas dapat dilakukan sebagai
berikut :
1) Gerakan menekuk dan meluruskan sendi
2) Gerakan menekuk dan meluruskan siku
3) Gerakan memutar pergelangan
4) Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan
5) Gerakan memutar jari
6) Gerakan menekuk dan meluruskan jari tangan (Cahyati, 2011).

10
Smeltzer & bare (2008) menyebutkan bahwa latihan dapat dilakukan 4 sampai
5 kali sehari, dengan waktu 10 menit untuk setiap latihan, sedangkan Perry & Poter
(2006) menganjurkan untuk melakukan latihan ROM minimal 2 kali/hari. Tseng, et al.
(2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dosis latihan yang dipergunakan yaitu
2 kali sehari, 6 hari dalam seminggu selama 4 minggu dengan intensitas masing-masing
5 gerakan untuk tiap sendi.
Latihan ROM bisa dipadukan dengan konsep latihan bilateral. Selama ini
prosedur latihan ROM dilakukan hanya tangan yang sakit, baik berupa latihan ROM
pasif maupun aktif asistif. Pendekatan terbaru yang mendukung konsep latihan bilateral
bisa diterapkan pada pasien stroke yang melakukan latihan ROM. Latihan ROM dapat
di lakukan dengan menerapkan latihan ROM bilateral. Latihan ROM bilateral
dilakukan dengan melatih kedua ekstremitas klien baik yang mengalami parese maupun
pada ekstremitas yang sehat. Pada klien stroke dengan hemiparese, latihan ROM
bilateral dapat dilakukan dengan melakukan latihan ROM pasif pada ekstremitas yang
mengalami parese dan latihan ROM aktif pada ekstremitas yang sehat. Kedua latihan
ini dilaksanakan secara simetris dan bersamaan.
Adapun prosedur latihan ROM pasif pada ektremitas atas yang mengalami
parese adalah sebagai berikut : (Kozier, et al., 2004) :
1. Latihan bahu
Satu tangan perawat menopang dan memegang siku, tangan yang lainnya
memegang pergelangan tangan. Luruskan siku pasien, angkat siku dari posisi
disamping tubuh pasien ke arah depan sampai ke posisi di atas kepala, turunkan dan
kembalikan ke posisi semula dengan siku tetap lurus.
2. Latihan siku
Perawat memegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan, tangan lainnya
menahan lengan bagian atas, kemudian lakukan gerakan menekuk dan meluruskan
siku.
3. Latihan lengan
Perawat memegang area siku pasien dengan satu tangan, tangan yang lain
menggenggam tangan pasien ke arah luar (telentang) dan ke arah dalam
(telungkup).

11
4. Latihan pergelangan tangan
Perawat memegang lengan bawah pasien dengan satu tangan, tangan lainnya
memegang pergelangan tangan pasien, serta tekuk pergelangan tangan pasien ke
atas dan ke bawah.
5. Latihan jari-jari tangan
1) Perawat memegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan, tangan
lainnya membantu pasien membuat gerakan mengepal/menekuk jari-jari tangan
dan kemudian meluruskan jari-jari tangan pasien.
2) Perawat memegang telapak tangan dan keempat jari pasien dengan satu tangan,
tangan lainnya memutar ibu jari tangan.
3) Tangan perawat membantu melebarkan jari-jari pasien kemudian merapatkan
kembali.
Latihan ROM aktif dilakukan sama dengan ROM pasif hanya pasien
melakukannya sendiri tanpa bantuan perawat. Adapun prosedur latihan ROM aktif pada
ektremitas atas adalah sebagai berikut : (Kozier, et al., 2004)
1. Latihan bahu
Luruskan siku, angkat siku dari posisi di samping tubuh pasien ke arah depan
sampai ke posisi di atas kepala, turunkan dan kembalikan ke posisi semula dengan
siku tetap lurus.
2. Latihan siku
Lakukan gerakan menekuk dan meluruskan siku.
3. Latihan lengan
Gerakkan tangan ke arah luar (telentang) dan ke arah dalam (telungkup).
4. Latihan pergelangan tangan
Tekuk pergelangan tangan pasien ke atas dan ke bawah.
5. Latihan jari-jari tangan
1) Buat gerakan mengepal/menekuk jari-jari tangan dan kemudian luruskan jari-
jari tangan.
2) Lakukan gerakan memutar ibu jari tangan.
3) Lebarkan jari-jari tangan kemudian merapatkan kembali.
Latihan ROM dengan menggunakan pendekatan bilateral bisa dilakukan dengan
melakukan latihan ROM aktif dan pasif secara bersamaan pada klien stroke dengan
hemiparese.

12
Lampiran 1.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : KEPERAWATAN DASAR


Topik : Pentingnya Nutrisi bagi Tubuh
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di ruang IRNA 3 RS Universitas
Airlangga
Hari/tanggal : Kamis, 5 Oktober 2017
Tempat : Ruang IRNA 3 RS RS Universitas Airlangga
Waktu : 13.00-14.00 WIB
Pelaksana : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
diharapkan peserta penyuluhan mendapatkan pengetahuan mengenai pemenuhan
nutrisi.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Resiko Infeksi, peserta penyuluhan
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan definisi dari nutrisi
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi nutrisi
3. Menjelaskan manfaat nutrisi dalam penyembuhan luka
4. Menjelaskan metode pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Menjelaskan keamanan makanan dan makanan sehat

III. Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah pasien dan keluarga pasien di ruang
Ruang IRNA 3 RS Universitas Airlangga.

IV. Materi
Materi yang akan disampaikan dalam penyuluhan kesehatan terdiri dari beberapa
sub pokok, diantaranya:
1. Menjelaskan definisi dari nutrisi
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi nutrisi
13
3. Menjelaskan manfaat nutrisi dalam penyembuhan luka
4. Menjelaskan metode pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Menjelaskan keamanan makanan dan makanan sehat

V. Metode
Metode dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah dan diskusi. Pertama,
Metode ceramah akan disampaikan oleh salah satu perwakilan dari kelompok 5
mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Kedua, metode diskusi akan
dilakukan setelah penyampaian materi selesai dengan dipimpin oleh moderator yang
berasal dari perwakilan kelompok 5.

VI. Media
Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah power point LCD.

VII. Setting Tempat

Nb:
: Moderator
: Penyuluh

: Observer

: Fasilitator

: Peserta Penyuluh

VIII. Pengorganisasian Kegiatan


Pembg. Akademik : Bu Purwaningsih S.Kp.M.Kes
Pembimbing Klinik :
Moderator : Masunatul Ubudiyah
14
Penyuluh : Rizkisyah Nastiti
Observer : Dewi Permata Lestari
Fasilitator : Achidah Nur S.
Diara Cintia
KSK & PUPDOK : Febyana Dwi C.

IX. Job Description


No Pengorganisasian Uraian
1. Moderator a) Membuka acara penyuluhan,
memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
b) Menyebutkan kontrak waktu penyuluhan.
c) Memotivasi peserta untuk bertanya
d) Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi
e) Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh a) Menjelaskan materi penyuluhan dengan
jelas dan bahasa yang mudah dipahami oleh
peserta
b) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan
memperhatikan proses penyuluhan
c) Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator a) Ikut bergabung dan duduk bersama di antara
peserta
b) Menjawab pertanyaan jika ada peserta yang
bertanya kepadanya.
c) Memotivasi peserta untuk bertanya materi
yang belum jelas
d) Menjelaskan tentang istilah atau hal-hal
yang di rasa kurang jelas bagi peserta
4. Observer a) Mencatat nama dan jumlah peserta, serta
menempatkan diri sehingga memungkinkan
dapat mengamankan jalannya proses

15
penyuluhan. Mencatat pertanyaan yang
diajukan peserta
b) Mengamati perilaku verbal dan non verbal
peserta selama proses penyuluhan.
c) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan
rencana penyuluhan
d) Menyampaikan evaluasi langsung kepada
penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan
rencana penyuluhan.

X. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta Pelaksana
Penyuluhan
1. 5 menit Pembukaan: 1. Menjawab salam Moderator
1. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
5. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan.
2. 15 Menit Pelaksanaan 1. Mendengarkan Penyuluh
penyampaian materi 2. Memperhatikan
tentang: penjelasan materi
1. Menjelaskan anatomi 3. Mencermati
fisiologi kornea materi
2. Menyebutkan
penyebab dari ulkus
kornea
3. Menyebutkan tanda
dan gejala ulkus kornea

16
4. Menjelaskan
perjalanan penyakit ulkus
kornea
5. Menyebutkan
penanganan ulkus kornea
6. Menjelaskan
komplikasi dari penyakit
ulkus kornea
7. Menjelaskan dugaan
kesembuhan dari ulkus
kornea
8. Menjelaskan cara cuci
tangan yang benar.
3. 20 menit Diskusi: 1. Mengajukan Moderator
1. Memberikan pertanyaan dan
kesempatan pada fasilitator
peserta untuk
mengajukan
pertanyaan kemudian
didiskusikan bersama
dan menjawab
pertanyaan.
4. 3 menit Evaluasi: 1. Menjawab Moderator
1. Menanyakan kepada pertanyaan dan dan
peserta penyuluhan menjelaskannya fasilitator
tentang materi yang
diberikan
5. 2 menit Terminasi: 1. Memperhatikan Moderator
1. Menyimpulkan hasil 2. Mendengarkan
penyuluhan 3. Menjawab salam
2. Mengucapkan
terimakasih kepada
peserta

17
3. Mengakhiri dengan
salam

XI. Evaluasi
1. Struktur
a) Kesiapan materi
b) Kesiapan SAP
c) Kesiapan media: leaflet
d) Peserta hadir di tempat penyuluhan minimal 7orang
e) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan
2. Proses
a) Fase dimulai sesuai waktu yang direncanakan
b) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Peserta mengajukan pertanyaan
d) Penyuluh, fasilitator dapat menjawab pertanyaan dari peserta
e) Suasana penyuluhan tertib dan tenang
f) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Hasil
Peserta dapat menjelaskan tentang:
1. Menjelaskan definisi dari nutrisi
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi nutrisi
3. Menjelaskan manfaat nutrisi dalam penyembuhan luka
4. Menjelaskan metode pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Menjelaskan keamanan makanan dan makanan sehat

18
Lampiran 2.

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah diperbolehkan makan putih telur sesudah operasi ?


2. Bagaimana cara memasak ikan yang tepat agar baik dikonsumsi untuk orang setelah
operasi ? apakah dengan digoreng atau direbus ?
3. Apakah benar meminuh jus buah yang berwarna merah dapat lebih cepat menyemuhkan/
mengeringkan luka bekas operasi ?
4. Apakah benar kandungan ikan kutuk verfungsi untuk mengembalikan kesehatan tubuh
setelah operasi ?
5. Apakah diperbolehkan jika setelah operasi makan ikan laut ?

19
Lampiran 3.

FOTO KEGIATAN

20
Lampiran 4.

ABSENSI

No. Nama TTD

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Muhammad. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan
Stroke. Yogyakarta: Dian Loka.
Cahyati, Yanti. 2011. Perbandingan Latihan ROM Unilateral dan Latihan ROM Bilateral
terhadap Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Akibat Stroke Iskemik di RSUD Kota
Tasikmalaya dan RSUD Kab. Ciamis. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Program
Magister Keperawatan Universitas Indonesia
Kozier,B. et al. (2004). Techniques in clinical nursing 5th edition. Canada : Cummings
Publishing Company.
Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ganggian Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis Missouri:
Mosby-Year Book, Inc
Price, S.A, Wilson , L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 6 vol 2.
Jakarta:EGC
Pudiastuti, D Ratna.2011. Buku Ajar Kebidanan. Jakarta: Nuha medika.
Redaksi Agro Media.2009.Solusi Sehat Mengatasi Stroke.Jakarta; Agro Media Pustaka
Rhoads, J. & Meeker,B.J., (2008). Davids guide to clinical nursing skills. Philadeplphia : F.A.
Davis Company
Smeltzer, S.C , Bare B.G, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol
3.Jakarta:ECG
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner & Suddarths
Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition. Philadelphia : Lippincott William
& Wilkins.
Smith, N. (2009). Range of motion, exercise. Published by Cinahl Information Systems.
http://web.ebscohost.com.
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a rangeof- motion
exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181- 191

22

Anda mungkin juga menyukai