1
HALAMAN PERSETUJUAN
(NIP.196701291987032002) (NIP.197001291991032002)
(NIP.196312031996031001) (NIP.197008161993032002)
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Tujuan Kegiatan ..........................................................................
1. Tujuan Umum.........................................................................
2. Tujuan Khusus.......................................................................
3. Manfaat Kegiatan...................................................................
A. Analisis Situasi...........................................................................
B. Modifikasi (Keunggulan Bahan Makanan).................................
C. Menu Lama (Bahan, Cara Membuat, Porsi, Harga Nilai Gizi)
D. Menu Baru (Bahan, Cara Membuat, Porsi, Harga Nilai Gizi)
A. Uji Coba....................................................................................
B. Uji Panelis.................................................................................
C. Hasil Penilaian dan Pembahasan.............................................
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
disintesis dalam hati yang kemudian disekresi ke dalam empedu
kemudian akan kembali menuju hati melalui reabsorbsi dalam usus halus.
Proses ini disebut juga dengan siklus entero hepatik. Untuk mencegah
kembalinya asam empedu ke hati maka serat akan mengikat asam
empedu dan membawanya keluar tubuh melalui feses (Almatsier, 2003).
Sebanyak 80% penduduk Indonesia saat ini masih memiliki kebiasaan
mengkonsumsi serat yang rendah yaitu sebanyak 15 gram/orang/hari.
Sedangkan konsumsi serat yang dianjurkan yaitu 19-30 gram/hari
(Soerjodibroto, 2004 & WNPG, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh
Aryati (2004) yang menyatakan bahwa mengkonsumsi serat sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) mampu menurunkan risiko
terhadap kejadian penyakit jantung koroner.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mengurangi
pembentukan radikal bebas yang dapat diperoleh dari asupan makanan
(Wibowo, 2003), salah satu bagian dari antioksidan yaitu vitamin E. Fungsi
utama vitamin E di dalam tubuh yaitu sebagai antioksidan alami yang
berperan menangkap dan menghambat terjadinya proses oksidasi lipid di
dalam tubuh (Baraas, 2011 & Rohmatussolihat, 2009). Terdapat empat
unsur lemak di dalam tubuh, yaitu kolesterol, trigliserida, LDL (Low Density
Lypoprotein) dan HDL (High Density Lypoprotein).
Kolesterol LDL yang terbentuk di dalam tubuh berkemampuan masuk
ke dalam pembuluh arteri apabila mengalami oksidasi. Untuk
menghambat terjadinya oksidasi, vitamin E akan memberikan satu atom
hidrogen dari gugus OH ke dalam lipid peroksida yang bersifat radikal
sehingga terbentuk vitamin E yang stabil dan tidak mudah rusak yang
mampu menghentikan rangkaian radikal bebas dengan lemak (Hariyatmi,
2004). Rangkaian yang terputus akan ditangkap oleh reseptor untuk
dimetabolisme ulang di dalam hati (Anies, 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Nikmah terhadap penderita penyakit jantung koroner
pasien rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 menyatakan
bahwa rata-rata pasien memiliki tingkat konsumsi vitamin E dibawah AKG.
6
Konsumsi vitamin E yang dianjurkan menurut Grober (2012) untuk
penderita penyakit jantung koroner adalah sebesar 200-1000 IU atau
sama dengan 134-670 mg/hari.
Kadar kolesterol darah dalam tubuh manusia seharusnya tetap dalam
batas normal, baik kolesterol yang berasal dari makanan maupun yang
dibuat sendiri oleh tubuh di dalam hati. Apabila kadar lemak dan kolesterol
di dalam darah berada dalam keadaan abnormal, maka akan
menimbulkan kembali penyempitan dan pengerasan pembuluh darah
(Soeharto, 2004). Dengan menerapkan pola makan yang baik, yaitu
dengan cara meningkatkan asupan serat dan sumber antioksidan akan
membantu mengurangi kadar kolesterol di dalam darah (Tensiska, 2008).
7
berturut-turut menunjukkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg,
dan/atau pembacaan tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang
lebih besar dari 90 mmHg.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Memodifikasi resep menu yang telah ada di rumah sakit sehingga
lebih bervariasi.
2. Tujuan khusus
a. Memperoleh resep baru dari resep lama dengan cara dimodifikasi
b. Menilai kandungan zat gizi menu yang dimodifikasi
c. Meningkatkan nilai gizi dari menu sebelumnya dan sesudahnya
d. Menilai uji organoleptik yang meliputi warna, tekstur, rasa, dan
aroma modifikasi resep.
3. Manfaat Kegiatan
a. Menambah nafsu makan pasien
b. Menambah variasi menu makanan pasien
c. Menambah daya tarik pasien untuk mengkonsumsi makanan (Lauk
Hewani)
8
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
9
a) Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk
Factors) Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah terdiri dari
keturunan, jenis kelamin, umur dan stress.
1. Keturunan
mengambil peranan penting dalam menentukan resiko alamiah dari
PJK. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota
keluarga menderita PJK di bawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa
ada anggota lain dari keluarga tersebut yang mempunyai penyakit jantung
yang bersifat premature. Beberapa kelompok keluarga yang mempunyai
predisposisi PJK adalah ayah (37%), ibu (9,98%), saudara sekandung
(27,6%), saudara kembar laki-laki ( 43%) dan saudara kembar perempuan
21%, (Bustan, 2000).
2. Jenis Kelamin
Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita,
setelah manopause frekuensinya sama antara pria dan wanita. Pria
beresiko terkena PJK setelah berusia 40 tahun, sedangkan wanita setelah
berusia 50 tahun. Wanita lebih terlindungi dari PJK mungkin karena
hormon estrogen pada wanita (Soeharto, 200) Pravalensi PJK lebih tinggi
pada laki-laki dari pada wanita. Pada umur 45-54 tahun rasio terkena PJK
pada laki-laki 6 kali dari pada wanita. Pada umur 50 tahun ASDR laki-laki
dan wanita akibat PJK tidak berbeda, dan pada umur 80 tahun ASDR
pada kedua jenis kelamin sama (Sitepu, M, 1997).
3. Umur
Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh
terhadap terjadinya PJK, terutama terhadap terjadinya pengendapan
aterosklerosis pada arteri Universitas Sumatera Utara koroner. Saluran
arteri koroner ini dapat dibandingkan dengan saluran pipa ledeng, makin
tua umurnya makin besar kemungkinan timbulnya ”kerak” di dindingnya,
yang menyebabkan terganggunya aliran dalam pipa (Soeharto,2000).
4. Stress
10
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan
katekolamin yang tinggi dan dapat berakibat mempercepat kekejangan
arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu. Dalam
jangka panjang, terlalu banyak peristiwa yang menegangkan dalam satu
tahun dapat menjadi awal serangan jantung (Payne, 1995).
b) Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)
1. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus beban pembuluh
arteri perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan, menjadi tebal
dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya. Tekanan darah yang terus
menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding arteri rusak atau luka
dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri
koroner (aterosklerosis). Proses ini menyempitkan lumen yang terdapat
pada pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi terhalang. Dengan
demikian hipertensi merupakan salah satu resiko PJK (Soeharto, 2000).
2. Kolesterol
Kolesterol dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan
kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang
dengan kebutuhan, tubuh akan tetap sehat, tetapi kelebihan kolesterol
dapat mengendap di dalam pembuluh darah arteri, sehingga
menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal aterosklerosis,
sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup
Universitas Sumatera Utara jumlahnya sehingga timbul sakit atau nyeri
dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung
(Soeharto, 2000).
3. Pola Makan
Pola makan adalah frekuensi jumlah serta jenis makanan yang
dikonsumsi. Tujuannya untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan
status gizi optimal, untuk itu tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari-
hari yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang sesuai Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS). Yang dimaksud dengan PUGS adalah
11
pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun
pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar.
Berdasarkan fungsi utama zat gizi makanan harus mengandung sumber
energi, sumber protein dan sumber zat pengatur. Untuk memudahkan
penyusunan menu sehari-hari yang bervariasi dan bergizi dapat
digunakan daftar bahan makanan penukar. Penukar ini dapat digunakan
dalam keadaan sehat maupun sakit (Almatsier, 2004).
4. Merokok
Asap merokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-
zat seperti adrenalin, zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan
darah. Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO2) yang memiliki
kemampuan jauh lebih kuat dari pada sel darah merah untuk menyerap
oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk
membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung (Irawan, 1998).
Universitas Sumatera Utara
5. Diabetes melitus
Diabetes menyebabkan faktor resiko PJK yaitu bila kadar glukosa
darah naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, gula
darah tersebut dapat mendorong terjadinya pengendapan (arterosklerosis)
pada arteri koroner. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa
yang tinggi dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan
trigliserida. Kadar glukosa darah stabil berkisar antara 70-140 mg/dl. Jika
kadar glukosa darah melebihi angka tadi maka dapat dipastikan jika
seseorang telah positif menderita diabetes melitus (Vitahealth, 2004).
6. Kegemukan dan kurang aktivitas
Kegemukan dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko
PJK, namun berbeda dengan faktor risiko yang lain, kegemukan
mendorong timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus,
hipertensi yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Tekanan
darah tinggi tidak jarang terjadi pada penderita obesitas. Kelebihan berat
badan memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya beban ekstra bagi
12
jantung itu, ditambah dengan terjadinya pengerasan pembuluh darah
arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya kegagalan jantung
(Soeharto, 2000).
13
k) Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat
diberikan tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau
suplemen gizi.
14
nangka matang
Lemak Minyak jagung, minyak kedelai, Minyak kelapa, minyak
mentega dalam jumlah terbatas, tidak kelapa sawit, santan
untuk menggoreng tetapi untuk kental
menumis, kelapa dan santan dalam
jumlah terbatas
Minuman The encer, coklat, sirup The/kopi kental,
minuman yang
mengandung soda dan
alcohol, seperti bird an
wiski
Bumbu Semua bumbu selain bumbu tajam Lombok, cabe rawit, dan
dalam jumlah terbatas bumbu-bumbu lain yang
tajam.
B. PENYAKIT HIPERTENSI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan
tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai
90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
15
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
16
Diet Garam Rendah III(1000-1200 mg Na)
Diberikan kepada pasien dengan edema atau hipertensi ringan
.Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I .Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt (4g) garam dapur
4. Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
17
Buah-buahan Semua buah-buahan segar buah Buah-buahan yang diawet
yang diawet tanpa garam dapur dan dengan garam dapur dan
natrium benzoat lain ikatan natrium seperti
buah dalam kaleng.
C. PENGEMBANGAN RESEP
1. Pengertian
Pengembangan resep adalah upaya memodifikasi standar
resep yang ada untuk menciptakan makanan baru yang
berbeda, baik warna, bentuk, tekstur, aroma, maupun rasa
dengan tetap memperhatikan prinsip dasar dari resep awalnya
dan makanan mengandung nilai gizi yang standar.
2. Tujuan
Tujuan pengembangan resep secara umum adalah :
a. Membuat variasi dari resep lama menjadi resep baru baik
penampilan, maupun cara pemasakan.
b. Meningkatkan cita rasa, bentuk, dan penampilan serta nilai gizi.
c. Meningkatkan daya terima pasien melalui asupan makan yang
disajikan di rumah sakit sehingga secara langsung dapat
membantu meningkatkan keadaan serta kesehatan pasien
terutama pada pasien yang sedang berdiet khusus
d. Menyediakan makanan yang lebih bervariasi serta menarik agar
pasien tidak mudah merasa bosan serta dapat meringankan
stress yang diakibatkan dari penyakit yang sedang diderita.
18
d. Penggunaan bahan makanan yang segar dan tidak rusak serta
disesuaikan dengan tujuan pemberian makanan dan penyakit.
19
tersebut dapat memperkuat sistem imun sehingga tubuh
tidak mudah terkena penyakit dan infeksi.
4. Menjaga kekuatan tulang
Tak hanya kaya akan kandungan protein, ikan tongkol
juga mengandung banyak vitamin D dan kalsium. Kedua
nutrisi ini baik untuk memperkuat dan menjaga kesehatan
tulang.
5. Menjaga berat badan
Selain menjaga kesehatan organ tubuh, kandungan
protein dalam ikan tongkol juga bisa membuat Anda
merasa kenyang lebih lama dan menunda munculnya
rasa lapar. Oleh karena itu, ikan tongkol bisa menjadi
pilihan makanan yang tepat bila Anda ingin menjaga
berat badan tetap ideal.
6. Memelihara kesehatan dan fungsi jantung
Konsumsi ikan tongkol secara rutin diketahui dapat
memberi efek baik bagi jantung. Kandungan protein dan
omega-3 yang tinggi pada ikan tongkol berperan penting
dalam mencegah peningkatan kolesterol dan mengatur
tekanan darah tetap stabil. Dengan demikian, fungsi dan
kesehatan jantung dapat terjaga dengan baik.
Tahu : mengandung protein nabati yang tinggi dan
mengandung 9 asam amino esensial. Selain itu kaya
akan serat, kalsium, zat besi, magnesium dan potassium
serta zinc. Protein kedelai dalam tahu juga bisa
membantu menurunkan kolesterol jahat. Tinggi Isoflavon
yang membantu menjaga kesehatan jantung dan
menurunkan kolesterol jahat. isoflavon kedelai dapat
mengurangi peradangan pembuluh darah dan
meningkatkan elastisitasnya.
20
Nori :Nori atau rumput laut kering yang digunakan
sebagai pembungkus mengandung nutrisi yodium yang
penting bagi tubuh. Yodium penting untuk mengatur
sistem hormon, khususnya kelenjar tiroid. Dengan
adanya asupan yodium yang cukup, hormon tubuh akan
seimbang, dan bisa mencegah munculnya berbagai
penyakit kronis. mengandung omega-3 asam lemak yang
mampu meningkatkan kolesterol baik atau HDL, serta
mengurangi kolesterol jahat atau LDL, sehingga dapat
mencegah penyumbatan arteri, memperlancar peredaran
darah dan menjaga jantung tetap sehat.
A. Resep awal
Pepes Ikan
I. Bahan dan bumbu
150 Ikan Kembung
80 gr Tomat
15 gr atau 1 sdm Gula Pair
½ sdt garam
10 gr atau 2 sdt Minyak Kelapa Sawit
2 batang daun bawang, iris tipis
21
4 lembar daun salam
1 ikat daun kemangi
10 buah cabai rawit merah
Potongan lidi untuk penyemat
2 tangkai daun sereh, ikat simpul
Daun pisang secukupnya
II. Alat
Waskom
Kukusan
Pisau
Pising
Sendok
Pisau
Cara pertama kita aduk rata bumbu halus dan bahan-bahan ikan
lainnya dalam sebuah wadah.
Lalu lumurkan bahan-bahan ini pada ikan kembung seara merata
dibagain dalam dan bagian luar, termasuk bagian perut ikan.
Setelah itu, bungku ikan dengan daun pisang dengan rapih dan
semat bagian ujung daun dengan lidi hingga merata.
Setelah ikan dibungkus, silahkan siapkan kukusan dan kukus ikan
kembung selama kurang lebih 35 menit hingga ikan matang secara
merata.
Angkat ikan jika sudah matang dan sebelum disajikan silahkan bakar
sebentar ikan hingga berwarna kecoklatan.
22
IV. Nilai Zat Gizi
Rp.19.000/k
6 Cabai rawit 5 gr 5 Rp. 1.000
g
23
B. Resep Modifikasi
Alat
Pisau
Mangkuk
Sarung tangan
Kukusan
Piring
Cara Membuat
Bersihkan ikan gembung, lalu fillet dan pisahkan dari durinya
Campurkan daging ikan dengan telur,tahu, bawang putih
goreng,bawang merah goreng,irisan daun bawang,merica bubuk,garam
dan kaldu bubuk,lalu blender hingga smua bahan halus.
Setelah daging dan bumbu sudah halus,keluarkan dari blender/Chopper
lalu campurkan tepung kanji/tapioka dan wortel lalu aduk hingga semua
adonan tercampur rata.
Rebus air dipanci hingga mendidih lalu cetak adonan roll ikannya, dan
luarannya dibalut dengan nori dan dikukus
24
Fish roll nori sudah selesai.
Nilai Zat Gizi
Energi : 274,7 kkal/porsi
Protein : 32,63 gr/porsi
Lemak : 7,56 gr/porsi
Kh : 17,1 gr/porsi
2
6 Nori 2 Rp. 1.000 Rp. 500
lembar
25
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Coba
Modifikasi menu lauk hewani “Fish Roll Nori” dilakukan dirumah pada
hari Sabtu, 25 September 2021. Tahap uji coba ini dilakukan dua kali
sampai hasil menu modifikasi lauk hewani pada umumnya sesuai dengan
karakteristik dari segi penampilan, rasa, tekstur dan aroma. Selanjutnya
dilakukan uji penerimaan. Tahap uji penerimaan dilakukan untuk
mengetahui penilaian konsumen terhadap produk. Produk yang disajikan
adalah produk yang telah memenuhi standar dengan menggunakan
panelis untuk mengujinya terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan uji
panelis/uji organoleptik.
B. Uji Panelis
Uji panelis dilakukan kepada panelis tidak terlatih sebanyak 10 orang
untuk tingkat penerimaan konsumen terhadap produk yang
dikembangkan. Uji organoleptik merupakan uji yang didasarkan pada
proses penginderaan dan penilaian mutu makanan secara fisik meliputi
warna, aroma, tekstur dan rasa. Pengumpulan data menggunakan uji
daya terima dengan pemberian kuesioner, hal ini, hal ini dilakukan untuk
mengetahui berapa persentase daya terima panelis terhadap “Fish Roll
Nori”, yang meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa.
26
C. Hasil Penilaian dan Pembahasan
Hasil uji panelis “Fish Roll Nori” adalah sebagai berikut:
1. Warna
Warna 0%
sangat sukasukabiasa kurang sukatidak suka
0% 0%
40%
60%
2. Aroma
Aroma
Sangat SukaSukaBiasaKurang SukaTidak Suka 0% 0%
20%
80%
27
3. Tekstur
Tekstur
Sangat SukaSukaBiasaKurang SukaTidak Suka 00%% 0%
22%
78%
4. Rasa
Rasa
Sangat SukaSukaBiasaKurang SukaTidak Suka
00%% 10%
30%
60%
28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Fish roll nori sangat cocok untuk dijadikan menu lauk hewani untuk
penderita penyakit jantung+hipertensi. Seperti yang kita ketahui
bahwa konsumsi lemak pada penderita jantung sangat dibatasi
karna adapat memperberat kerja jantung dan berpotensi untuk
menambah penyumbatan di jantung. Fish roll nori berbahan dasar
ikan kembung dan di olah dengan cara di kukus. Pemilihan ikan
kembung dan cara pengolahan nya sangat tepat untuk dijadikan
salah satu menu lauk hewani untuk penderita jantung
koroner+hipertensi.
2. Hasil analisa modifikasi resep didapatkan nilai gizi (Energi : 274,7
kkal/porsi Protein:32,63 gr/porsi Lemak:7,56 gr/pors Kh:17,1
gr/porsi) dan harga bahan per porsi sebesar Rp.5.000,
3. Hasil uji cita rasa untuk aspek warna sebesar 60%
menyatakan suka dan 40% menyatakan sangat suka.
4. Hasil uji cita rasa untuk aspek aroma sebesar 80%
menyatakan suka dan 20% menyatakan sangat suka.
5. Hasil uji cita rasa untuk aspek tekstur sebesar 78%
menyatakan suka dan 22% menyatakan sangat suka.
6. Hasil uji cita rasa untuk aspek rasa sebesar 60% menyatakan
suka, 30% menyatakan sangat suka dan 10% biasa.
B. Saran
Untuk sebuah hidangan tampilan sangat menarik, jauh dari
kesan, makanan rumah sakit yang dalam anggapan banya orang
kurang menarik, sebuah sajian yang unik dan menarik agar pasien
tidak mudah bosan.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
A. Form Uji Panelis
MODIFIKASI RESEP : Fish Roll Nori
DIET : Jantung+Hipertensi
TANGGAL / JAM :
Beri tanda () pada wajah yang memperlihatkan perasaan anda tentang makanan yang dihidangkan
SANGAT SUKA SUKA BIASA KURANG SUKA TIDAK SUKA
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
SARAN :
31
B. Hasil Uji Panelis
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
C. Dokumentasi
42