Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN JAGUNG MANIS

(Zea mays saccharata Sturt)

Oleh

Dhia Hisanah Ramadhanty

Kelas :G2

Asisten

Luthfiana Ardhana Rezwari

UNIVERSITAS

BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2021

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN

Analisis Pertumbuhan Tanaman Dan Hasil Tanaman Jagung Manis

(Zea Mays Saccharata Sturt)


Nama: Dhia Hisanah Ramadhanty

Kelas: G2

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas

Luthfiana Ardhana Rezwari


175040207111052
RINGKASAN

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena tanaman jagung dapat tumbuh didataran rendah
ataupun tinggi. Produksi tanaman jagung dapat menurun apabila petani belum menerapkan
teknik budidaya yang tepat untuk tanaman jagung yaitu penggunaan jarak tanam. Petani di
daerah pedesaan masih banyak yang belum menerapkan jarak tanam yang tepat sehingga
tanaman jagung manis yang ditanam memiliki jarak tanam yang tidak beraturan sehingga akan
berpotensi perebutan unsur hara antar tanaman dan pertumbuhan tanaman jagung manis tidak
serempak. Petani rata-rata masih bergantung pada varietas hibrida karena varietas hibrida
memiliki kelebihan salah satunya lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dari pada
varietas lokal tetapi petani di desa masih menggunakan jagung varietas lokal karena jagung
manis varietas lokal tidak untuk dijual tetapi untuk konsumsi sehari- hari untuk masyarakat
sekitar sedangkan penanaman varietas hibrida tanaman jagung manis untuk dijual dipasar.
Upaya tersebut dapat di atasi dengan penggunaan jarak tanam yang sesuai dengan pemilihan
varietas yang tepat untuk memperoleh produksi yang maksimal.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Pertumbuhan
Tanaman Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt)” yang disusun dan
dibuat untuk memenuhi Praktikum analisis pertumbuhan tanaman . Pada proses penyusunan
makalah ini, kami menyadari bahwa banyak bantuan dari berbagai pihak yang terlibat.

Ucapan terima kasih kepada asisten Praktikum analisis pertumbuhan tanaman yang telah
membimbing dan mendukung kami dalam pembelajaran dan penyusunan makalah ini. Ucapan
terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Selaku penulis telah mencoba menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.


Namun kami menyadari keterbatasan pemahaman dan pengetahuan tentang topik yang kami
sajikan, sekiranya dapat dimaklumi apabila masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran untuk
memperbaiki laporan ini. kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang
banyak diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena tanaman jagung mudah
ditanam dan dapat tumbuh didataran rendah ataupun tinggi sehingga dapat menjadi pangan
pokok bagi masyarakat Indonesia. Tanaman jagung menjadi salah satu tanaman serealia
karena memiliki kandungan gizi dan serat kasar sehingga tanaman jagung dapat megurangi
ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras yang sudah menjadi pangan pokok
utama. Tanaman jagung manis rata-rata dipanen pada saat masak susu dan proses perubahan
gula menjadi pati sehingga biji jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih
tinggi dan kadar pati rendah.

Budidaya tanaman jagung di Indonesia hampir di setiap daerah masyarakat menanam


tanaman jagung karena dapat digunakan bahan pangan pokok sehingga secara tidak langsung
kebutuhan terhadap jagung meningkat setiap tahunnya. Menurut Kementan (2019) bahwa
produksi jagung di Indonesia mengalami peningkatan dimulai pada tahun 2015 sebesar 19,61
juta ton, tahun 2016 sebesar 23,58 juta ton, tahun 2017 sebesar 28,92 juta ton dan tahun 2018
sebesar 30,05 juta ton. Peningkatan produksi tanaman jagung disebabkan karena tanaman
jagung sudah menjadi pangan pokok kedua setelah beras bagi masyarakat Indonesia sehingga
banyak pembukaan lahan-lahan baru yang akan digunakan untuk budidaya tanaman jagung.
Produksi tanaman jagung juga dapat menurun apabila petani belum menerapkan teknik
budidaya yang tepat untuk tanaman jagung yaitu penggunaan jarak tanam. Petani di daerah
pedesaan masih banyak yang belum menerapkan jarak tanam yang tepat sehingga tanaman
jagung manis yang ditanam memiliki jarak tanam yang tidak beraturan sehingga akan
berpotensi perebutan unsur hara antar tanaman dan pertumbuhan tanaman jagung manis tidak
serempak. Pemilihan jenis varietas juga mempengaruhi dari produksi tanaman jagung manis.
Petani rata-rata masih bergantung pada varietas hibrida karena varietas hibrida memiliki
kelebihan salah satunya lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dari pada varietas
lokal tetapi petani di desa masih menggunakan jagung varietas lokal karena jagung manis
varietas lokal dikonsumsi sendiri dengankeluarga sedangkan jagung manis varietas hibrida di
jual ke pasar Produksi tanaman jagung memiliki peluang peningkatan produksi di Indonesia
dengan melalui program intentifikasi yaitu penggunaan varietas unggul, penggunaan jarak
tanam yang sesuai serta pengaplikasian pupuk yang berimbang. Penggunaan varietas hibrida
dengan tajuk lebih lebar membutuhkan jarak tanam yang sesuai untuk varietas hibrida
dibanding dengan varietas lokal.

Permasalahan dalam penerapan teknik budidaya tanaman jagung manis dapat diatasi
yaitu dengan cara penggunaan jarak tanam yang sesuai untuk tanaman jagung manis yang
dipengaruhi oleh varietas yang digunakan sehingga pertumbuhan tanaman jagung manis
maksimal serta dapat meningkatkan hasil panen tanaman jagung manis.

1.2  Tujuan
1.    Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman jagung
2.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya
yang baik bagi tanaman jagung.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan


dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun tanaman jagungumumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapaitinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas
teratassebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan( seperti
padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.Akar jagung tergolong akar
serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 mmeskipun sebagian besar berada pada kisaran 2
m. Pada tanaman yang sudahcukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yangmembantu menyangga tegaknya tanaman Armando, (2009)

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidaktumbuh pesat sehingga
tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruasterbungkus pelepah daun yang muncul dari
buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung
adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antarapelepah dan helai daun terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu tulangdaun.34Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae.
Setiap stomadikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalamrespon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun Bustami, (2012)

.Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi olehsepasang glumae (tunggal: gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncaktanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).
Serbuk sari berwarna kuning

dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanyadapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri) Sutoro, (2012)

2.2.Syarat Tumbuh tanaman Jagung

Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah
lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8.Temperatur untuk
pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagun masa pertumbuhan
membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk
buatan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk
melindungi dari rumput liar danserangan hama.

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fasepembungaan
dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasilbiji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 23º C – 30º C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang
gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Daerah
Riau khususnya, jenis tanah di dominasi oleh popsolik merah kuning (PMK) yang dikenal
mengandung sedit unsur hara, sedikit mengandung bahan organik dan phyang rendah
(Surtinah dan Lidar 2012).

2.3 Fase Pertumbuhan tanaman jagung

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu
antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan
jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses
imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya
daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini
diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase
pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis. (Amin dan Zaenaty, 2012).
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulitbiji. Benih
jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%
(McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahanbenih jagung, mula-mula benih menyerap air
melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim
dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan
protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan
asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal
perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus
koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada
waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong
ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah.
Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung
koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul
muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah

2.4.Pengaruh varietas Terhadap Hasil Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis

Rata-rata petani di Indonesia dalam melakukan budidaya tanaman selalu memilih


menggunakan varietas unggul karena lebih tahan penyakit. Hal ini sebanding dengan
pernyataan Khairiyah et al. (2017) bahwa varietas unggul memiliki kemampuan
pertumbuhan yang lebih baik mulai dari perakaran yang baik, batang tegak, toleran
rebag, cepat tumbuh dan memiliki umur panen 95 hari serta tahan terhadap serang hama
dan penyakit. Selain itu Menurut Askari (2008) bahwa varietas merupakan salah satu
faktor yang menentukan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman.

Tanaman memiliki berbagai macam varietas seperti varietas unggul dan varietas
lokal. Varietas menurut Mangoendidjojo (2003) merupakan individu setiap tanaman
yang memiliki sifat yang dapat dipertahankan setelah melalui proses pengujian
keturunan dan varietas dibedakan terdiri dari varietas hibrida, varietas sintetik dan
varietas komposit. Pengunaan varietas dapat menunjukan respon setiap individu dalam
satu spesies mulai dari bentuk dan fungsi dari fisiologi tanaman sehingga penggunaan
varietas yang berbeda dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi berbeda.

Petani di Indonesia tidak semua menggunakan varietas hibrida dan masih ada
yang menggunakan varietas lokal. Jagung lokal menurut Polnaya (2012) yaitu jagung
varietas lokal menunjukan keragaman melalui perubahan vegetatif kemudian
menunjukan keragaman genetik mulai dari penampilan yang berbeda pada lingkungan
tumbuhnya sehingga jagung varietas lokal dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan
yang tidak menguntungkan menghaslkan produksi yang stabil tetapi rendah. Menurut
Kasno (2005) bahwa produktivitas jagung di Indonesia masih rendah dikarenakan masih
banyaknya petani yang menggunakan varietas lokal dibanding varietas hibrida padahal
tanaman jagung bisa dimanfaatkan berbagai macam olahan seperti untuk pakan ternak,
bahan baku industry makanan dan minyak jagung. Varietas unggul sendiri memiliki
keunggulan salah satunya yaitu lebih tahan serangan penyakit dibanding varietas lokal.
Menurut Rukmana (2005) bahwa varietas yang baik yaitu varietas yang sesuai dengan
keinginan petani yaitu dapat menerapkan metode-metode dalam pemuliaan tanaman.
Benih unggul yang diperoleh dari varietas hasil pemuliaan tanaman seperti varietas
hibrida. Penggunaan varietas unggul dan pemupukan yang tepat menjadi salah satu
faktor yang dapat meningkatkan produksi tanaman jagung.

Menurut penelitian dari Wiyono et al. (2013) bahwa perlakuan varietas memiliki
pengaruh pada pertumbuhan tanaman jagung mulai tinggi tanaman dan jumlah daun
yang berbeda-beda. Selain itu perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter
hasil seperti berat tongkol, bobot basah tongkol, bobot kering

tongkol dan bobot biji kering pipil. hal ini menunjukan bahwa perbedaan genetik
diantara varietas yang diuji memliki peran dan kemampuan masing-masing dalam
menerima unsur-unsur untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung.

Menurut penelitian dari Khairiyah et al. (2017) bahwa perbedaan varietas


memiliki pengaruh nyata mulai dari tinggi tanaman, diameter batang, umur panen dan
komponen hasil yang menunjukan hasil yang berbeda-beda tiap varietas yang diuji. Hal
ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor genetik. Untuk penanpilan pertumbuhan
tanaman jagung yang berbeda disebabkan karena adanya perbedaan respon tiap varietas
mulai dari perbedaan kecepatan pembelahan, perbanyakan dan pembesaran sel.

Menurut hasil penelitian Syafruddin (2012) bahwa penggunaan atau perbedaan


varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis mulai dari
tinggi , batang dan daun setiap varietas yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman.
Penelitian dari Surtinah (2016) bahwa perbedaan varietas juga mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil karena setiap varietas memiliki ciri - ciri tersendiri sehingga
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis berbeda- beda.
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman “Budidaya tanaman


jagung” dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 4 maret 2021 mulai pukul 10.00 WIB
hingga selesai. Kegiatan praktikum dilaksanakan di Bandar lampung

3.2 Alat dan Bahan

alat yang digunkana pada praktikum ini adalahn cetok untuk mengambil
tanah,ember sebagai wadah air,penggaris untuk mengukur kedalaman tanah,alat tulis ,
alat tulis untuk mencatat dan kamera untuk dokumentasi. Bahan yang digunakan pada
praktikukm ini ialah benih jagung hibrida talenta ,pupuk kandang ,polybag untuk media tanam

3.3.Cara kerja

Persiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian siapkan tanah dan pupuk
kandang yang telah di aduk rata dengan perbandingan 50 tanah dan 50 pupuk
kandang ,setelah itu siapkan lima polybag yang suda di beri nama lalu masukan tanah
dan pupuk lalu masukan benih jagung manis sebanyak 2 pada setiap polybag kemudian
tutup dengan tanah dan lakukan penyiraman

3.4. Parameter Pengamatan

3.4.1 Parameter pengamatan Tinggi Tanaman Jagung

Pengukuran tinggi tanaman jagung dilakukan pada umur 30, 45, 60 dan 75 HST.
Pengamatan tinggi tanaman pada dilakukan dengan caradiukur dari permukaan tanah
hingga ujung daun terakhir. Pengukuran diameter batang tanaman jagung dilakukan
dengan cara mengukur diameter pada bagian tengah batang menggunakan jangka
sorong
3.4.2 Parameter pengamatan diamter tongkol

cara mengukur diameter pada bagian tengah batang menggunakan jangka


sorong. Pengamatan diameter batang dilakukan pada semua tanaman setelah panen

3.4.3 Parameter pengamatan Bobot Tongkol Segar

Penimbangan bobot kering jagung manis dilakukan saat tanaman Jagung


Manis berumur 70 haridengan cara mengeringkan jagungdi bawah sinar matahari,
selanjutnya jagung dibungkus dengan kertas dandioven pada suhu 700 C hingga
bobotnya konstan, selanjutnya jagung ditimbang dengan timbangan analitik.

3.4.4. Parameter pengamatan Bobot Tongkol Kering

Diukur dengan menimbang seluruh jagung per tanaman setelah dipanen dan
dikeringkan dengan sinar matahari sampai mencapai berat konstan dengan kadar air
14%.

3.4.5. Parameter pengamatan Bobot Basah Tanaman


Dihitung dengan menimbang bobot seluruh bagian tanaman jagung.secara
langsung setelah tanaman jagung dipanen. Pada saat peimbangan dilakukan
pemotongan bagian bagian tanaman dengan ukuran kurang lebih 7 cm untuk
mempermudah proses penimbangan

3.4.6. Parameter pengamatan Bobot Kering Tanaman

Dihitung dengan menimbang bobot seluruh bagian tanaman jagung setelah


dikering anginkan selama satuminggu (7 hari). Sebelum dikering anginkan
dilakukan pemotongan bagian bagian tanaman dengan ukuran kurang lebih 7 cm
untuk mempercepat proses pengeringan dan proses penimbanga
BAB IV

HASIL DAN PEMBHASAN

4.1 Parameter tinggi tanaman

Tanaman 1

Waktu Pengamatan (HST)


Parameter
7 14 21 35 42
Tinggi Tanaman 7 cm 13 cm 20 cm 25 cm 26,5 cm

Tanaman 2

Waktu Pengamatan (HST)


Parameter
7 14 21 35 42
Tinggi Tanaman 7 cm 12 cm 24 cm 27 cm 27,5 cm

Tanaman 3

Waktu Pengamatan (HST)


Parameter
7 14 21 35 42
Tinggi Tanaman 6 cm 11 cm 25 cm 27 cm 27,5 cm

Tanaman 4

Waktu Pengamatan (HST)


Parameter
7 14 21 35 42
Tinggi Tanaman 8 cm 13 cm 25 cm 29 cm 29,5 cm

Tanaman 5

Waktu Pengamatan (HST)


Parameter
7 14 21 35 42
Tinggi Tanaman 6 cm 12 cm 25 cm 30 cm 30 cm
Dari hasil tabel tersebut dapat diketahui bahwa setiap tanaman mengalami
pertumbuhan salah satunya yaitu tanaman jagung manis. Tanaman bertumbuh dapat
ditunjukan dengan tanaman mengalami pertambahan sel atau ukuran sel. Pertumbuhan
tanaman dapat ditentukan oleh adanya peningkatan tinggi tanaman, Panjang tanaman
dan berat kering tanaman. Kemudian tanaman mengalami 2 fase yaitu fase vegetatif dan
generatif. Tanaman mengalami 3 proses dalam fase vegetatif yaitu mengalami
pembelahan sel kemudian perpanjangan sel dan menjadi tahap awal dari diferensiansi
sehingga tanaman akan mengalami proses penambahan bagian-bagian tanaman seperti
batang, daun dan perakaran yang semakin besar dan kuat ,dimana tinggi tanaman jagung
pada 42 HST rata rata memiliki ketinggian,tanaman 1(26,5 cm) ,tanaman 2(27,5
cm ),tanaman 3 (27,5 cm),tanaman 4(29,5 cm) dan tanaman ke 5 (30cm) dari data
tersebut memiliki keragaman dikarenakan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
bebrapa faktor seperti faktor-faktor cuaca seperti iklim yang aakn berdampak pada sinar
matahari dikarenakan pertumbuhan tanaman, tingkat fotosintesis dan respirasi yang
berkembang secara dinamis dapat disimulasi (Setiawan, 2009). Intensitas cahaya dan
suhu udara merupakan komponen iklim yang dapat diamati. Pada skala kecil, iklim
mikro sangat mudah untuk diamati karena lingkupnya yang tidak terlalu luas.

4.1.2 Parameter Hasil

Tabel 2 Rata-rata seluruh tanaman jagung manis pada parameter hasil

Parameter
Bobot Bobot Bobot Bobot
Data Pengamatan Diameter Tongkol Tongkol Basah Kering
tongkol
Segar Kering Tanaman Tanaman
(cm)
(gram) (gram) (gram) (gram)
Rata rata seluruh 2,56 95,56 44,95 673,2 370,2
sampel
Pada tabel diatas (Tabel 2) menunjukan data hasil pengamatan parameter hasil tanaman
jagung

Berdasarkan dari data setiap parameter diatas dapat diketahui bahwa setiap rata-
rata parameter hasil tanaman jagung memiliki nilai diamter tongkol (2,56),bobot
tongkol segar (95,56),bobot tongkol kering (44,95),bobot basah tanaman (673,2) dan
bobot kering tanaman (370,2) hal tersbut bisa terjadi dikarenkan pada prakktium ini
menggunkan jenis varietas hibridia yang dimana memiliki keungulan Menurut Riani
(2001) bahwa varietas jagung hibrida adalah varietas dari hasil perkawinan antara dua
jenis jagung yang masing-masing terdiri dari galur murni sehingga jika dikawinkan
maka akan mendapatkan perpaduan sifat unggul.

4.2 Pembahasan Umum

Pada budidaya tanaman jagung yang telah dilakukan didaptkan data yang
berbeda beda dari tinggi tanaman dan hasil parameter pengamtan yang
disebabkan banyaknya faktor salah satunya adalah jarak tanam yang digunakan
dikarenakan dalam polybag berisi dua benih kemudian jarak tanamn yang sempit
sehingga kemungkinan mereka berkopetisi untuk merebut unsur hara menurut
(Masoud and Ghodratolah, 2010). Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan
daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran
cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat,
disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Welde and Gebremariam, 2016).
Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan
memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu
sendiri kemudian Pertumbuhan vegetatif yang tidak optimal akan menyebabkan
petumbuhah fase generatifnya juga akan terganggu karena pertumbuhan generatif
di tunjang oleh pertumbuhan vegetatif yang yang optimal .Pertumbuhan vegetatif
yang tidak optimal akan menyababkan produksi yang juga tidak optimal, karena
organ yang berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan generatif tidak terbentuk
dengan maksimal, sebagai contoh, pada petumbuhan vegetatif tidak terbentuk
daun yang maksimal maka fotosintat yang di hasilkan sebagai pengisi buah juga
tidak iakn maksimal.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahsan mengenaik budidaya tanaman jagung ini di dapatkan dan


disimpulan bahwa hasil produksi dari segi kulitas dan kuatitas tidak optimalnya
disebabkan oleh area lahan , jenis varieatas bibit yang digunakan pada saat
melakukan budidaya dan intensitas cahaya matahari ,Jagung pada dasarnya sangat
rakus terhadap cahaya oleh karena itu pertumbuhan dan hasil produksi tidak
optimal cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar
tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai
buah jagung. Hasil tongkol ukuran kecuk terdapat biji yang ompon ,hal
disebabkan rambut bunga betina tidak bekerja dan berfungsi secara normal pada
dasarnya bunga betina ini terletak di ketiak daun dan akan menghasilkan stigma

5.2 Saran
Praktikum sudah baik di laksankan tetapi alangkabaik kalo engga ada lapbes jadi hanya
laporan mingguan kak hehe
DAFTAR PUSTAKA
Armando, Y.,G. 2009. Peningkatan Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Utisol
Melalui Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji Kayu. Akta agrosia, 12(2): 124-
129.

Amin, M, dan Zaenaty. 2012. Respon Petani Terhadap Gelar Teknologi Budidaya
Jagung Hibrida Bima 5 Di Kabupaten Dongggala. Agrika, 6(1): 34-47.

Bustami, G. 2012. Upya Peningkatan Produski dan Pasar Luar Negeri. Jakarta: Warta
ekspor.

Khairiyah, S., Khadijah , dan M. Iqbal. 2017. Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas
Jagung Manis (Zea mays saccharate strut) Terhadap Berbagai Dosis Pupuk
Organik Hayati Pada Lahan Rawa Lebak. J. Agroteknologi. 42(3): 230-240.

Kasno A. 2005. Profil dan perkembangan teknik produksi kacang tanah di Indonesia.
Makalah Seminar. Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan Bogor.

Kementan . 2019. Stabilitas Hasil Jagung Varietas Hibrida Harapan Umur Genjah. J.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 35 (2): 125-132

Masoud, R., Ghodratolah, S., 2010. Water use efficiency of corn as affected by every
other furrow irrigation and planting. World Appl. Sci. J. 11 (7), 826–829.

Sutoro. 2012. Kajian Penyediaan Varietas Jagung untuk Lahan Suboptimal. Iptek
tanaman pangan, 7(2): 108-105.

Surtinah, dan Nurwati, N. 2017. Akselerasi Produksi Jagung Manis (Zea mays
saccharata,Sturt) pada Lokasi yang Berbeda di Kota Pekanbaru. Laporan
Penelitian

Setiawan, E. 2009. Pemanfaatan Data Cuaca Untuk Pendugaan Produktifitas (Studi


Kasus Tanaman Cabe Jamu Di Madura). BMG. Jakarta. Agrovigor 2(1):1-7.

Syafruddin, Nurhayati dan W. Ratna. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. J. Floratek 7(1): 107-114
Surtinah. Susi, N. dan S. U. Lestari. 2016. Komparasi Tampilan dan Hasil Lima Varietas Jagung
Manis (Zea mays saccharate Strurt) di Kota Pekanbaru. J. Ilmiah Pertanian 13(1): 31

Welde, K., Gebremariam, H.L. 2016. Effect of different furrow and plant spacing on yield and
water useefficiency of maize. Agricultural Water Management 177: 215–220.
http://dx.doi.org/10.1016/j.agwat.201 6.07.026.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas

a. Varietas Hibrida (Talenta)

Nomor : 3634/Kpts/SR.120/10/2009

Tanggal : 19 Oktober 2009

Asal : PT. Agri Makmur Pertiwi

Silsilah : Suw2/SF1:2-1-2-1-5-3-2-1-1-bk x Pcf5/HB6:4-4-1-1-2-3-3-2-1-bk

Golongan Varietas : Hibrida silang tunggal

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 157,7-264,0 cm

Kekuatan perakaran : Kuat Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan Bentuk


penampang batang : Bulat

Diameter batang : 2,9-3,2 cm

Warna batang : Hijau

Bentuk daun : Bangun pita

Ukuran daun : Panjang 75,0-89,4 cm, lebar 7,0-9,7 cm

Warna daun : Hijau

Tepi daun : Rata

Bentuk ujung daun : Runcing

Permukaan daun : Agak kasar

Bentuk malai (tassel) : Terbuka dan bengkok

Warna malai (anther) : Kuning


Umur panen : 67-75 hari setelah tanam

Bentuk tongkol : Kerucut

Ukuran tongkol : Panjang 19,7-23,5 cm, diameter 4,5-5,4 cm

Warna rambut : Kuning

Berat per tongkol : 221,2-336,7 g

Jumlah tongkol per tanaman : 1 tongkol

Baris biji : Lurus

Jumlah baris biji : 12-16 baris

Warna biji : Kuning

Tekstur biji : Lembut

Rasa biji : Manis

Kadar gula : 12,1-13,6 obrix

Berat 1.000 biji : 150-152 g Daya simpan tongkol pada suhu

kamar (23-270C) : 3-4 hari setelah panen

Hasil tongkol : 13,0-18,4 ton ha-1

Populasi per hektar : 51.700 tanaman

Kebutuhan benih per hektar : 10,7-11,0 kg

Keterangan : Beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium dengan


altitude 150-650 m dpl

Pengusul : PT. Agri Makmur Pertiwi

Peneliti : Andre Christantius, Moedjiono, Ahmad Muhtarom, Novia


Sriwahyuningsih (PT. Agri Makmur Pertiwi), Kuswanto (Unibraw)
Lampiran 2.Foto dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai