Oleh
Kelas :G2
Asisten
UNIVERSITAS
MALANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Kelas: G2
Disetujui Oleh :
Asisten Kelas
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena tanaman jagung dapat tumbuh didataran rendah
ataupun tinggi. Produksi tanaman jagung dapat menurun apabila petani belum menerapkan
teknik budidaya yang tepat untuk tanaman jagung yaitu penggunaan jarak tanam. Petani di
daerah pedesaan masih banyak yang belum menerapkan jarak tanam yang tepat sehingga
tanaman jagung manis yang ditanam memiliki jarak tanam yang tidak beraturan sehingga akan
berpotensi perebutan unsur hara antar tanaman dan pertumbuhan tanaman jagung manis tidak
serempak. Petani rata-rata masih bergantung pada varietas hibrida karena varietas hibrida
memiliki kelebihan salah satunya lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dari pada
varietas lokal tetapi petani di desa masih menggunakan jagung varietas lokal karena jagung
manis varietas lokal tidak untuk dijual tetapi untuk konsumsi sehari- hari untuk masyarakat
sekitar sedangkan penanaman varietas hibrida tanaman jagung manis untuk dijual dipasar.
Upaya tersebut dapat di atasi dengan penggunaan jarak tanam yang sesuai dengan pemilihan
varietas yang tepat untuk memperoleh produksi yang maksimal.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Pertumbuhan
Tanaman Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt)” yang disusun dan
dibuat untuk memenuhi Praktikum analisis pertumbuhan tanaman . Pada proses penyusunan
makalah ini, kami menyadari bahwa banyak bantuan dari berbagai pihak yang terlibat.
Ucapan terima kasih kepada asisten Praktikum analisis pertumbuhan tanaman yang telah
membimbing dan mendukung kami dalam pembelajaran dan penyusunan makalah ini. Ucapan
terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Permasalahan dalam penerapan teknik budidaya tanaman jagung manis dapat diatasi
yaitu dengan cara penggunaan jarak tanam yang sesuai untuk tanaman jagung manis yang
dipengaruhi oleh varietas yang digunakan sehingga pertumbuhan tanaman jagung manis
maksimal serta dapat meningkatkan hasil panen tanaman jagung manis.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman jagung
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya
yang baik bagi tanaman jagung.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidaktumbuh pesat sehingga
tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruasterbungkus pelepah daun yang muncul dari
buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung
adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antarapelepah dan helai daun terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu tulangdaun.34Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae.
Setiap stomadikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalamrespon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun Bustami, (2012)
.Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi olehsepasang glumae (tunggal: gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncaktanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).
Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanyadapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri) Sutoro, (2012)
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah
lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8.Temperatur untuk
pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagun masa pertumbuhan
membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk
buatan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk
melindungi dari rumput liar danserangan hama.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fasepembungaan
dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasilbiji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 23º C – 30º C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang
gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Daerah
Riau khususnya, jenis tanah di dominasi oleh popsolik merah kuning (PMK) yang dikenal
mengandung sedit unsur hara, sedikit mengandung bahan organik dan phyang rendah
(Surtinah dan Lidar 2012).
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu
antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan
jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses
imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya
daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini
diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase
pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis. (Amin dan Zaenaty, 2012).
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulitbiji. Benih
jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%
(McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahanbenih jagung, mula-mula benih menyerap air
melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim
dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan
protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan
asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal
perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus
koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada
waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong
ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah.
Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung
koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul
muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah
Tanaman memiliki berbagai macam varietas seperti varietas unggul dan varietas
lokal. Varietas menurut Mangoendidjojo (2003) merupakan individu setiap tanaman
yang memiliki sifat yang dapat dipertahankan setelah melalui proses pengujian
keturunan dan varietas dibedakan terdiri dari varietas hibrida, varietas sintetik dan
varietas komposit. Pengunaan varietas dapat menunjukan respon setiap individu dalam
satu spesies mulai dari bentuk dan fungsi dari fisiologi tanaman sehingga penggunaan
varietas yang berbeda dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi berbeda.
Petani di Indonesia tidak semua menggunakan varietas hibrida dan masih ada
yang menggunakan varietas lokal. Jagung lokal menurut Polnaya (2012) yaitu jagung
varietas lokal menunjukan keragaman melalui perubahan vegetatif kemudian
menunjukan keragaman genetik mulai dari penampilan yang berbeda pada lingkungan
tumbuhnya sehingga jagung varietas lokal dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan
yang tidak menguntungkan menghaslkan produksi yang stabil tetapi rendah. Menurut
Kasno (2005) bahwa produktivitas jagung di Indonesia masih rendah dikarenakan masih
banyaknya petani yang menggunakan varietas lokal dibanding varietas hibrida padahal
tanaman jagung bisa dimanfaatkan berbagai macam olahan seperti untuk pakan ternak,
bahan baku industry makanan dan minyak jagung. Varietas unggul sendiri memiliki
keunggulan salah satunya yaitu lebih tahan serangan penyakit dibanding varietas lokal.
Menurut Rukmana (2005) bahwa varietas yang baik yaitu varietas yang sesuai dengan
keinginan petani yaitu dapat menerapkan metode-metode dalam pemuliaan tanaman.
Benih unggul yang diperoleh dari varietas hasil pemuliaan tanaman seperti varietas
hibrida. Penggunaan varietas unggul dan pemupukan yang tepat menjadi salah satu
faktor yang dapat meningkatkan produksi tanaman jagung.
Menurut penelitian dari Wiyono et al. (2013) bahwa perlakuan varietas memiliki
pengaruh pada pertumbuhan tanaman jagung mulai tinggi tanaman dan jumlah daun
yang berbeda-beda. Selain itu perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter
hasil seperti berat tongkol, bobot basah tongkol, bobot kering
tongkol dan bobot biji kering pipil. hal ini menunjukan bahwa perbedaan genetik
diantara varietas yang diuji memliki peran dan kemampuan masing-masing dalam
menerima unsur-unsur untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung.
alat yang digunkana pada praktikum ini adalahn cetok untuk mengambil
tanah,ember sebagai wadah air,penggaris untuk mengukur kedalaman tanah,alat tulis ,
alat tulis untuk mencatat dan kamera untuk dokumentasi. Bahan yang digunakan pada
praktikukm ini ialah benih jagung hibrida talenta ,pupuk kandang ,polybag untuk media tanam
3.3.Cara kerja
Persiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian siapkan tanah dan pupuk
kandang yang telah di aduk rata dengan perbandingan 50 tanah dan 50 pupuk
kandang ,setelah itu siapkan lima polybag yang suda di beri nama lalu masukan tanah
dan pupuk lalu masukan benih jagung manis sebanyak 2 pada setiap polybag kemudian
tutup dengan tanah dan lakukan penyiraman
Pengukuran tinggi tanaman jagung dilakukan pada umur 30, 45, 60 dan 75 HST.
Pengamatan tinggi tanaman pada dilakukan dengan caradiukur dari permukaan tanah
hingga ujung daun terakhir. Pengukuran diameter batang tanaman jagung dilakukan
dengan cara mengukur diameter pada bagian tengah batang menggunakan jangka
sorong
3.4.2 Parameter pengamatan diamter tongkol
Diukur dengan menimbang seluruh jagung per tanaman setelah dipanen dan
dikeringkan dengan sinar matahari sampai mencapai berat konstan dengan kadar air
14%.
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Parameter
Bobot Bobot Bobot Bobot
Data Pengamatan Diameter Tongkol Tongkol Basah Kering
tongkol
Segar Kering Tanaman Tanaman
(cm)
(gram) (gram) (gram) (gram)
Rata rata seluruh 2,56 95,56 44,95 673,2 370,2
sampel
Pada tabel diatas (Tabel 2) menunjukan data hasil pengamatan parameter hasil tanaman
jagung
Berdasarkan dari data setiap parameter diatas dapat diketahui bahwa setiap rata-
rata parameter hasil tanaman jagung memiliki nilai diamter tongkol (2,56),bobot
tongkol segar (95,56),bobot tongkol kering (44,95),bobot basah tanaman (673,2) dan
bobot kering tanaman (370,2) hal tersbut bisa terjadi dikarenkan pada prakktium ini
menggunkan jenis varietas hibridia yang dimana memiliki keungulan Menurut Riani
(2001) bahwa varietas jagung hibrida adalah varietas dari hasil perkawinan antara dua
jenis jagung yang masing-masing terdiri dari galur murni sehingga jika dikawinkan
maka akan mendapatkan perpaduan sifat unggul.
Pada budidaya tanaman jagung yang telah dilakukan didaptkan data yang
berbeda beda dari tinggi tanaman dan hasil parameter pengamtan yang
disebabkan banyaknya faktor salah satunya adalah jarak tanam yang digunakan
dikarenakan dalam polybag berisi dua benih kemudian jarak tanamn yang sempit
sehingga kemungkinan mereka berkopetisi untuk merebut unsur hara menurut
(Masoud and Ghodratolah, 2010). Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan
daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran
cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat,
disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Welde and Gebremariam, 2016).
Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan
memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu
sendiri kemudian Pertumbuhan vegetatif yang tidak optimal akan menyebabkan
petumbuhah fase generatifnya juga akan terganggu karena pertumbuhan generatif
di tunjang oleh pertumbuhan vegetatif yang yang optimal .Pertumbuhan vegetatif
yang tidak optimal akan menyababkan produksi yang juga tidak optimal, karena
organ yang berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan generatif tidak terbentuk
dengan maksimal, sebagai contoh, pada petumbuhan vegetatif tidak terbentuk
daun yang maksimal maka fotosintat yang di hasilkan sebagai pengisi buah juga
tidak iakn maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Praktikum sudah baik di laksankan tetapi alangkabaik kalo engga ada lapbes jadi hanya
laporan mingguan kak hehe
DAFTAR PUSTAKA
Armando, Y.,G. 2009. Peningkatan Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Utisol
Melalui Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji Kayu. Akta agrosia, 12(2): 124-
129.
Amin, M, dan Zaenaty. 2012. Respon Petani Terhadap Gelar Teknologi Budidaya
Jagung Hibrida Bima 5 Di Kabupaten Dongggala. Agrika, 6(1): 34-47.
Bustami, G. 2012. Upya Peningkatan Produski dan Pasar Luar Negeri. Jakarta: Warta
ekspor.
Khairiyah, S., Khadijah , dan M. Iqbal. 2017. Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas
Jagung Manis (Zea mays saccharate strut) Terhadap Berbagai Dosis Pupuk
Organik Hayati Pada Lahan Rawa Lebak. J. Agroteknologi. 42(3): 230-240.
Kasno A. 2005. Profil dan perkembangan teknik produksi kacang tanah di Indonesia.
Makalah Seminar. Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan Bogor.
Kementan . 2019. Stabilitas Hasil Jagung Varietas Hibrida Harapan Umur Genjah. J.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 35 (2): 125-132
Masoud, R., Ghodratolah, S., 2010. Water use efficiency of corn as affected by every
other furrow irrigation and planting. World Appl. Sci. J. 11 (7), 826–829.
Sutoro. 2012. Kajian Penyediaan Varietas Jagung untuk Lahan Suboptimal. Iptek
tanaman pangan, 7(2): 108-105.
Surtinah, dan Nurwati, N. 2017. Akselerasi Produksi Jagung Manis (Zea mays
saccharata,Sturt) pada Lokasi yang Berbeda di Kota Pekanbaru. Laporan
Penelitian
Syafruddin, Nurhayati dan W. Ratna. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. J. Floratek 7(1): 107-114
Surtinah. Susi, N. dan S. U. Lestari. 2016. Komparasi Tampilan dan Hasil Lima Varietas Jagung
Manis (Zea mays saccharate Strurt) di Kota Pekanbaru. J. Ilmiah Pertanian 13(1): 31
Welde, K., Gebremariam, H.L. 2016. Effect of different furrow and plant spacing on yield and
water useefficiency of maize. Agricultural Water Management 177: 215–220.
http://dx.doi.org/10.1016/j.agwat.201 6.07.026.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas
Nomor : 3634/Kpts/SR.120/10/2009