6. Jelaskan apa yang dimakasud dengan khawarij, syi’ah dan mu’tazilah pada masa
periode klasik !
Jawab:
Khawarij
Secara umum, khawarij dan berbagai sempalannya berpendapat bahwa semua
sahabat yang terlibat dalam fitnah perang jamal dan gencatan senjata (tahkim) serta
yang ridho akan hal tersebut dinilai kafir. Sehingga mereka menolak seluruh sunnah
yang diriwayatkan oleh mayoritas sahabat setelah dua peristiwa tersebut. Mereka
hanya menerima sunnah yang diriwayatkan dari beberapa sahabat yang tidak terlibat
dalam dua peristiwa tersebut.
Syi’ah
Kelompok syiah menerima sunnah dan mengamalkannya seperti ahlussunnah,
hanya mereka berbeda dalam menerima dan menetapkan kriterianya. Mereka
berpendapat bahwa mayoritas sahabat setelah rosulullah wafat adalah murtad kecuali
beberapa orang saja. Sehingga mereka tidak mau menerima sunnah yang diriwayatkan
dari mayoritas sahabat tersebut, kecuali dari kalangan ahlul bait (keluarga Nabi Saw).
Mereka mensyaratkan penuturan sebuahhadits harus dari jalur para imam, karena
menurut mereka hanya imam merekalah yang bersifat Ma’sum (terpelihara dari
dosa).
Mu’tazilah
Menurut kesimpulan al-siba’iy, bahwa sikap mu’tazilah tidak menentu apakah
menolak sunnah atau menerima seluruhnya atau menolak sunnah ahad saja. Namun
secara umum dapat dikatakan bahwa mu’tazilah dengan ushul khamsah-nya (falsafah
madzhab mu’tazilah) dan konsep-konsep yang bermuara daripadanya merupakan
kaidah yang dipatuhi oleh teks al-qur’an dan sunnah. Ayat yang kontradiksi denga
logika ditakwilkan dan sunnah yang kontradiktif dengan rasio ditolak. Harun nasution
mengungkapkan bahwa kaum mu’tazilah tidak begitu banyak berpegang pada sunnah
atau tradisi, bukan tidak percaya pada sunnah atau tradisi nabi dan para sahabat akan
tetapi mereka ragu akan keorisinalan hadits yang mengandung sunnah tersebut.
{Sumber : Abdul majid khon. Pemikiran modern dalam sunnah, pendekatan ilmu
hadits (Jakarta: Kencana,2011)}.
9. Sebutkan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi Inkar al-sunnah !
Jawab :
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi paham inkar as-sunnah
diantaranya:
a. Lebih mendalami ilmu agama agar tidak mudah terpengaruh aliran sesat.
b. Memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
c. Waspada terhadap pendapat-pendapat yang muncul, yang tidak sesuai dengan
Al-Qur’an dan Hadits.
d. Meyakini bahwa sunnah dan hadits adalah sumber kedua hukum Islam.
e. Menjauhi aliran-aliran yang menganggap bahwa sunnah dan hadits tidak
benar.
f. Pihak berwajib melarang penyebaran paham inkar al-sunnah di wilayahnya.
{sumber : M. Noor. Sulaiman, Antologi Ilmu Hadits (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), hlm 212-213}