STUDI ISLAMIC
Dosen Pengampu:
OLEH:
KELOMPOK III
TAHUN 2022-2023
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa,karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa adanya halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Malang, ,sep,2022
Kelompok III
Daftar isi
Cover………………………………………………………………………………………………..…….I
Kata penganta…………………………………………………………………………..…………..II
Daftar Isi.…………………………………………………………………………….………………III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan……………………………………………………………………………………...
1.2 Rumusan masalah.……………………………………………………………………………..
1.4 Tujuan penulisan………..………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Materi pertama………………………….………………………………………………………..
2.2 Materi Kedua………………………………………………………………………………………
2.3 Materi ketiga……………………………………………………………………………………….
2.4 Materi keempat…………………………………………………………………………………..
2.5 Materi kelima…………………………………………………………………………….
……….. BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..……….
3.2 Saran………………………………………………………………………………….…………….....
DAFTAR PUSTAKA ……….…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
secara etimologis hadits dimaknai sebagai jadid, qarib, dan khabar. Jadid
adalah lawan dari qadim yang artinya yang baru. Sedangkan qarib artinya
yang dekat, yang belum lama terjadi.khabar artinya warta yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada yang lainnya.
1. At-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayat at-Ta'kid dan bayan at-Isbat.
Dalam hal ini hadits berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa yang
telah diterangkan dalam Al Quran.
2. At-Tafsir
Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran
terhadap ayat-ayat Al Quran yang masih mujmal (samar atau tidak dapat
diketahui), memberikan pesyaratan ayat-ayat yang masih mutlak, dan
memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang masih umum.
3. At-Tasyri
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak
didapati dalam Al Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan za'id ala al
kitab al-karim.
4. An-Nasakh
Secara bahasa, an-naskh memiliki arti yang beragam, di antaranya al ibtal
(membatalkan), al ijalah (menghilangkan), at tahwil (memindahkan) atay at
taqyir (mengubah). Adapun yang disebut dengan bayan an nasakh adalah
adanya dalil syara' (yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada)
karena datangnya dalil berikutnya.
Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwa makna dari studi filologi adalah
historical and comparative linguistics (linguistik sejarah dan perbandingan).
Atau lebih ringkasnya, filologi adalah the studi of chronological development
of language (studi perkembangan kronologis dari bahasa). Historical
linguistics di sini berarti diacronical studi (mempelajari sejarah bahasa).
Sedangkan comparative linguistics di sini berarti filologi perbandingan. Ia
adalah salah satu studi bahasa yang telah lama berkembang. Filologi
perbandingan ini mempelajari perbandingan bahasa. Dengan begitu, ia sering
juga mempelajari bahasa-bahasa yang sudah mati, bahasa yang tinggal
berbentuk tulisan.
Dalam bahasa Arab, filologi adalah ilmu taqq an-Nu,dalam kitab Ass al-Balgah
disebutkan bahwa menaqq sebuah teks atau na, yaitu melihat sejauh mana
hakekat teks yang sesungguhnya, yang terkandung di dalam teks itu,
mengetahui suatu berita dan menjadi yakin akan kebenarannya. Oleh sebab
itu yang dimaksud dengan taqq dalam bahasa ialah: Pengetahuan yang
sesungguhnya dan berarti juga mengetahui hakekat suatu tulisan
Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi Ulama Hadits. Dari
segi bahasa ilmu hadist terdiri dari dua kata yakni ilmu dan hadist, secara
sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledg, dan science, sedangkan
secara etimologis, hadist memiliki makna jadid, qorib, dan khabar. Adapun
pengertian Ulumul Hadist secara terminologis menurut Ahli Hadist : Ulumul
Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi
SAW. Bisa juga berarti ilmu tentang keadaan atau sifat para perawi dan yang
diriwayatkan.
Penulisan ilmu hadits secara lebih lengkap baru terjadi ketika Al-Qadli Abu
Muhammad al-Hasan bin Abd. Rahman al-Ramahurmudzi (wafat 360 H)
menulis buku Al-Muhaddits al-Fashil Baina al-Rawi wa al-Wai. Kemudian
disusul al-Hakim al-Naisaburi (wafat 405 H) menulis Marifatu Ulum al-
Hadits,al-Khathib Abu Bakar al-Baghdadi menulis kitab Al-Jami li Adab al-
Syaikh wa al-Sami, al-Kifayah fi Ilmi al-Riwayat dan al-Jami li Akhlaq al-Rawi
wa Adab al-Sami.
Menurut Ibnu Hajar Al-'Asqalani, kitab yang disusun oleh Al-Qadi Abu
Muhammad Al-Hasan bin Abdullah Ar-Rahman bin Khalad Ar-Rahmahurmuzi
(265-360 H) dalam kitabnya, Al-Muhaddits, Al-Fashil bain Ar-Rawi wa Al-Wa'i
ini belum membahas masalah-masalah ilmu hadis secara lengkap. Meskipun
demikian, menurutnnya lebih lanjut, kitab ini sampai pada masanya
merupakan kitab terlengkap, yang kemudian dikembangkan oleh para ulama
berikutn
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Hadis pada dasarnya hanyalah langkah awal dari penelitian hadis dari
langkah-langkah penting berikutnya yang harus dilakukan dalam kerangka
penelitian hadis adalah kritik matan (naqd AL-MATN) dan kritik sanad. Hadis
sangat penting kehidupanya untuk diteliti, karena hadis Nabi sebagai salah
satu sumber ajaran islam yang kedua setelah AL-QURAN. Penelitian hadis
dimaksud agar mengetahui kualitas hadis karena banyak hadis yang tidak
sahih.
3.2 Saran