Anda di halaman 1dari 12

Judul Kuliah

STUDI AL- HADITS (Pendekatan Sejarah Dan Filologi)

Disusun guna memenui tugas mata kuliah:

STUDI ISLAMIC

Dosen Pengampu:

Dian mohammad Hakim S.Pd.

OLEH:

KELOMPOK III

NAMA AGGOTA KELOMPOK I :BRILIAN NPM:

NAMA ANGGOTA KELOMPOK II:SOFIA NPM:

NAMA ANGGOTA KELOMPOK III:ZAINI NPM:22201011139

KELAS:D PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA)

TAHUN 2022-2023
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa,karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa adanya halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak (Dian mohammad


Hakim S.Pd.) sebagai dosen pengampu mata kuliah (Studi Islamic) yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahahaman dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami.maka dari itu penyusun dapat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.maka
dari itu penyusun sangat mengharapkan keritik dan saran untuk
menyempunakan makalah ini.semoga apa yang di tulis dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan

Malang, ,sep,2022

Kelompok III
Daftar isi
Cover………………………………………………………………………………………………..…….I

Kata penganta…………………………………………………………………………..…………..II

Daftar Isi.…………………………………………………………………………….………………III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan……………………………………………………………………………………...
1.2 Rumusan masalah.……………………………………………………………………………..
1.4 Tujuan penulisan………..………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Materi pertama………………………….………………………………………………………..
2.2 Materi Kedua………………………………………………………………………………………
2.3 Materi ketiga……………………………………………………………………………………….
2.4 Materi keempat…………………………………………………………………………………..
2.5 Materi kelima…………………………………………………………………………….
……….. BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..……….
3.2 Saran………………………………………………………………………………….…………….....
DAFTAR PUSTAKA ……….…………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan ukum islam setela AL-
QURAN. Sebab hadis mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna
yang terkandung oleh teks suci tersebut. Apalagi,banyak terdapat ayat-
ayat yang masih global dan tidak jelas maknanya sehingga seringkali
seorang mufassir memakai hadis untuk mempermudah pemahamanya.

Seiring dengan perkembangan ulumul hadis, maka terdapat beberapa


kalangan yang serius sebagai pemerhati hadis. Hal ini tidak lain bertujuan
untuk mengklasifikasikan hadis dari aspek kualitas hadis baik di tinjau
dari segi matan hadis maupun sanad hadis. Sehingga dapat ditemukan
hadis-hadis yang layak sebagai hujjah dan hadis yang tidak layak sebagai
hujjah.

Posisi hadis sebagai sumber hokum. Tidak lain karena adanya


kesesuaian antara hadis dan teks suci yang di tran misikan kepada nabi
Muhammad SAW. Bisa jugak dikatakan bahwa hadis merupakan wahyu
tuhan yang tidak dikodifikasikan dalam bentuk kitab sebab lebih banyak
hasil dari proses berpikirnya Nabi dan hasil karya Nabi. Akan tetapi bukan
berarti hadis adalah AL-QURAN.

Dengan alasan itu maka selayaknya hadis mendapat perhatian yang


husus bagi tokoh cendikiawan muslim selain studi AL-QURAN. Agar
khazanah ajaran islam benar-benar mengakar dengan melakukan
kontektualisasi terhadap realitas dimana hadis itu hadir. Dalam
memahami hadis nabi, realitas mempunyai posisi yang sangat penting.
Agar hadis Nabi mampu mengakomodir segala realitas yang komplek dan
beragam. Dengan itu, maka hadis nabi tidak akan pernah mati dan terus
hidup sampai penutup zaman. Akan tetapi, dalam beberapa hal terdapat
ciri-ciri tertentu yang spesifik sehingga dalam mempelajarinya diperlikan
perhatian khusus.

Berbeda ketika posisi umat islam pada masa Rosulullah tidak


dapat begitu mendapat kesulitan dalam memecahkan berbagai macam
problematika yang berkaitan dengan masalah agama, hal tersebut
dikarenakan setiap terjadi sesuatu yang memerlukan hokum mereka
langsung dengan menemui Rosulullah dan bertanya tentang hokum dan
sekaligus solusi terhadap masalah-masalah yang terjadi pada masa itu,
Rosul pun ketika itu langsung mendapat wahyu sebagai penjelas dan
yurisprudensi terhadap masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian pendekatan sejarah?
 Apa pengertian pendekatan filologi?
 Memahami apa saja pendekatan sejarah dalam studi AL-HADIST?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa pendekatan fiologi, mengetahui apa
pengertian sejarah, memahami apa saja pendekatan sejarah dalam
studi AL-HADIST
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian hadist
Hadist adalah satu dari (empat) sumber hokum islam yang di sepakati oleh
para ulama.hadist menjadi rujukan bagi umat islam untuk menelaskan
hukum-hukum yang terdapat dalam AL-QURAN.

secara etimologis hadits dimaknai sebagai jadid, qarib, dan khabar. Jadid
adalah lawan dari qadim yang artinya yang baru. Sedangkan qarib artinya
yang dekat, yang belum lama terjadi.khabar artinya warta yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada yang lainnya.

Secara terminologis, hadits dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan


yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan secara bahasa, hadits
berarti perkataan, percakapan, berbicara."Segala ucapan, segala perbuatan,
dan segala keadaan atau perilaku Nabi Muhammad SAW,"
Definisi hadits dikategorikan menjadi tiga, yaitu perkataan nabi (qauliyah),
perbuatan nabi (fi'liyah), dan segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian
ulama seperti at-Thiby berpendapat bahwa hadits melengkapi sabda,
perbuatan, dan taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan, dan
taqrir para sabahat dan Tabi'in.
Hadits memiliki makna yang relatif sama dengan sunnah, khabar, dan atsar.
Hanya saja penyebutannya bisa disamakan atau dibedakan

2.2 Fungsi hadist


Terdapat 4 macam fungsi hadits terhadap Al Quran yang ditetapkan oleh
ulama Atsar, sebagai berikut:

1. At-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayat at-Ta'kid dan bayan at-Isbat.
Dalam hal ini hadits berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa yang
telah diterangkan dalam Al Quran.

2. At-Tafsir
Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran
terhadap ayat-ayat Al Quran yang masih mujmal (samar atau tidak dapat
diketahui), memberikan pesyaratan ayat-ayat yang masih mutlak, dan
memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang masih umum.
3. At-Tasyri
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak
didapati dalam Al Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan za'id ala al
kitab al-karim.

4. An-Nasakh
Secara bahasa, an-naskh memiliki arti yang beragam, di antaranya al ibtal
(membatalkan), al ijalah (menghilangkan), at tahwil (memindahkan) atay at
taqyir (mengubah). Adapun yang disebut dengan bayan an nasakh adalah
adanya dalil syara' (yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada)
karena datangnya dalil berikutnya.

Menurut jumhur ulama, kedudukan hadits menempati posisi kedua setelah Al


Quran. Ditinjau dari segi wurud atau tsubutnya Al Quran bersifat qath'i (pasti)
sedangkan hadits bersifat zhanni al wurud (relatif) kecuali yang berstatus
mutawatir (berturut-turut)

2.3 Macam-Macam hadis


 Hadis Qauly

Hadis Qauly ini sering juga dinamakan khabar, atau


beritaperkataan Nabi SAW. Yang didengar atau disampaikan oleh
seseorang atau beberapa orang sahabat kepada yang lain. Hadis Qauly
dapat dibedakan kepada tiga hal:

1. Diyakini benarnya, seperti kabar yang datang dari ALLAH dan


dari Rosulullah diriwayatkan oleh orang yang di percaya dan
kabar mutawattir.
2. Diyakini dustanya seperti dua berita yang berlawanan dan
berita yang menyalahi ketentuan-ketentuan syara’
3. Yang tidak diyakini kebenaranya dan tiadak diyakini dustanya
hal ini ada tiga:
o Tidak kuat kebenaranya dan tidak kuat pula dustanya.
o Kabar yang lebih dikuatkan kebenarannya daripada dustanya.
o Kabar yang lebih kuat dusyanya dari pada kebenarannya.
 Hadis fi’ly

Yaitu setiap perbuatan yang dilakukan Nabi SAW. Yang


diketahui dan di sampaikan oleh sahabat kepada orang lain. Hadis fi’ly
terbagi kepada beberapa bentuk ada yang harus diikuti oleh umatnya,
dan ada yang tidak harus di ikuti, yaitu:

o Gharizah atau nafsu yang terkendalikan oleh keinginan dan


gerakan kemanusiaan. Hadis fi’ly ini menunjuk kan tidak ada
kewajiban untuk di ikuti (bersifat mubah).
o Sesuatu yang tidak berhubungan dengan ibadah oleh sebagian
ahli ushul disebut AL-JIBILAH. Ini lebih pada urusan keduniaan,
budaya dan kebiasaan pada bagian ini tidak ada perintah untuk di
ikuti dan di perhatikan. Jumhur ulama meman dangnya kepada
jenis mubah.
o Perangai yang membawa kepada sara’ menurut kebiasaan yang
baik dan tertentu ini lebih dari sekedar urusan jibilah, tapi
sebawah dari urusan al-qurban/ibadah.
o Sesuatu yang bersifat husus bagi Nabi SAW. Dan tidak boleh
diikuti oleh umat nya adapun urusan al-qurbah ibadah yang
bersifat umum tidak hanya bagi Nabi SAW. Itu harus di ikuti oleh
muslim.
o Apa yang dilakukan Nabi SAW. Berupa penjelasan terhadap
sesuatu yang bersifat mujmal/samar tidak jelas. Maka hokum nya
sama dengan hukum mujmal tersebut.
o Apa yang dilakukan Nabi SAW. Menjelaskan akan kebolehan
/jawaz
 Hadis taqririy

Yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan Nabi


SAW. Atau pengetahuan Nabi, namun nabi diam dan tidak mencegah
nya, maka sikap diam dan tidak mencegah nya, menunjukkan
persetujuan Nabi hal ini kalua nabi tidak setuju, tentu nabi tidak akan
membiarkan sahabatnya berbuat atau melakukan yang salah, karena
Nabi itu ma’sum (terjaga dari berbuat dosa atau terpelihara dari
berbuat dosa,kesalahan dan kekeliruan). Karena membiarkan dan
menyetujui atas kemungkaran sama saja dengan berbuat
kemungkaran.

2.4Pengertian hadist pendekatan sejarah


dalam agama Islam, hadis memiliki perbedaan dengan Alquran, baik dari segi
tingkat kepastian (kebenaran) teks maupun pada taraf kepastian argumen.
Mengenai kepastian hadis sebagai sebuah teks suci, ia dihadapkan pada
permasalahan dan fakta mengenai tidak adanya jaminan otentik yang secara
eksplisit menjamin keotentikan dan kepastiannya sebagai sebuah teks suci,
sebagaimana yang dimiliki oleh Alquran.

Ketiadaan jaminan otentisitas teks inilah memaksa para pengkajinya untuk


melakukan usaha perumusan konsep yang dapat menjamin keotentikannya.
Hal inilah yang menjadi alasan perlu dilakukannya penelitian terhadap hadis
ditinjau dari pendekatan sejarah.

Bagaimana sebuah hadis dipahami, diterima, dan diakui statusnya sebagai


sebuah hadis. Perlunya pengkajian terhadap hadis Nabi dilatarbelakangi oleh
enam alasan. Alasan - alasan tersebut adalah
1. hadis Nabi: hadis nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam
2. tidak semua hadis telah tertulis pada zaman nabi.
3. terjadinya manipulasi dan pemalsuan hadis.
4. proses penghimpunan hadis memakan waktu yang sangat lama.
5. banyaknya jumlah kitab hadis.
6. terjadinya periwayatan hadis secara makna.

Alasan-alasan mengenai pentingnya penelitian terhadap hadis di atas,


memberikan pemahaman bahwa alasan pertama berkaitan dengan posisi dan
fungsi hadis. Sedangkan lima alasan lainnya sangat berkaitan erat dengan
perjalanan sejarah atau historisitas hadis.

Mengenai peranan, posisi, dan fungsi hadis terhadap Alquran, pengkajian


terhadap hadis penting untuk dilakukan karena posisi hadis sebagai sumber
hukum menuntut dan mengharuskan umat Islam untuk berargumentasi
dengan data dan dalil yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan
kevalidannya.

Memahami dan mempraktikkan ajaran agama harus didasarkan pada dalil-


dalil yang valid dan berkualitas sahih, tidak bisa didasarkan pada dalil yang
kesahihannya diragukan atau dipertanyakan. Kelima alasan lainnya
merupakan kajian dari aspek historisitas hadis. Lima alasan inilah yang
semakin menguatkan untuk dilakukan penelitian dan pengkajian terhadap
hadis Nabi

2.5Pengertian hadits filologi


Pada mulanya, istilah "filologi (philologia)" lahir dan berkembang di kawasan
kerajaan Yunani, yaitu kota Iskandariyah pada abad ke-3 S.M. Saat itu filologi
diartikan sebagai suatu keahlian yang diperlukan untuk mengkaji peninggalan
berupa tulisan yang berasal dari kurun waktu beratus-ratus tahun
sebelumnya. Salah satu tujuan dari diadakannya pengkajian terhadap teks
yang ada di dalam naskah lama pada saat itu adalah untuk menemukan
bentuk teks yang asli serta untuk mengetahui maksud dari pengarangnya
dengan jalan menyisihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya.

Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwa makna dari studi filologi adalah
historical and comparative linguistics (linguistik sejarah dan perbandingan).
Atau lebih ringkasnya, filologi adalah the studi of chronological development
of language (studi perkembangan kronologis dari bahasa). Historical
linguistics di sini berarti diacronical studi (mempelajari sejarah bahasa).
Sedangkan comparative linguistics di sini berarti filologi perbandingan. Ia
adalah salah satu studi bahasa yang telah lama berkembang. Filologi
perbandingan ini mempelajari perbandingan bahasa. Dengan begitu, ia sering
juga mempelajari bahasa-bahasa yang sudah mati, bahasa yang tinggal
berbentuk tulisan.
Dalam bahasa Arab, filologi adalah ilmu taqq an-Nu,dalam kitab Ass al-Balgah
disebutkan bahwa menaqq sebuah teks atau na, yaitu melihat sejauh mana
hakekat teks yang sesungguhnya, yang terkandung di dalam teks itu,
mengetahui suatu berita dan menjadi yakin akan kebenarannya. Oleh sebab
itu yang dimaksud dengan taqq dalam bahasa ialah: Pengetahuan yang
sesungguhnya dan berarti juga mengetahui hakekat suatu tulisan

Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi Ulama Hadits. Dari
segi bahasa ilmu hadist terdiri dari dua kata yakni ilmu dan hadist, secara
sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledg, dan science, sedangkan
secara etimologis, hadist memiliki makna jadid, qorib, dan khabar. Adapun
pengertian Ulumul Hadist secara terminologis menurut Ahli Hadist : Ulumul
Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi
SAW. Bisa juga berarti ilmu tentang keadaan atau sifat para perawi dan yang
diriwayatkan.

Perkembangan ilmu hadits selalu beriringan dengan pertumbuhan pembinaan


hadits itu sendiri. Pada saat Rasulullah SAW masih hidup ditengah-tengah
kaum muslimin, ilmu ini masih wujud dalam bentuk prinsip-prinsip dasar,
yang merupakan embrio bagi pertumbuhan ilmu hadits dikemudian hari.
Sepeninggal Rasulullah SAW, para sahabat Nabi sangat hati-hati dalam
periwayatan hadits, karena konsentrasi mereka masih banyak tercurahkan
kepada al-Quran, yang baru mulai dibukukan pada zaman khalifah Abu Bakar
dan disempurnakan pada saat sahabat Utsman bin Affan menjadi Khalifah.

Penulisan ilmu hadits secara lebih lengkap baru terjadi ketika Al-Qadli Abu
Muhammad al-Hasan bin Abd. Rahman al-Ramahurmudzi (wafat 360 H)
menulis buku Al-Muhaddits al-Fashil Baina al-Rawi wa al-Wai. Kemudian
disusul al-Hakim al-Naisaburi (wafat 405 H) menulis Marifatu Ulum al-
Hadits,al-Khathib Abu Bakar al-Baghdadi menulis kitab Al-Jami li Adab al-
Syaikh wa al-Sami, al-Kifayah fi Ilmi al-Riwayat dan al-Jami li Akhlaq al-Rawi
wa Adab al-Sami.

Menurut Ibnu Hajar Al-'Asqalani, kitab yang disusun oleh Al-Qadi Abu
Muhammad Al-Hasan bin Abdullah Ar-Rahman bin Khalad Ar-Rahmahurmuzi
(265-360 H) dalam kitabnya, Al-Muhaddits, Al-Fashil bain Ar-Rawi wa Al-Wa'i
ini belum membahas masalah-masalah ilmu hadis secara lengkap. Meskipun
demikian, menurutnnya lebih lanjut, kitab ini sampai pada masanya
merupakan kitab terlengkap, yang kemudian dikembangkan oleh para ulama
berikutn
BAB III

PENUTUP
3.1 kesimpulan

Hadis pada dasarnya hanyalah langkah awal dari penelitian hadis dari
langkah-langkah penting berikutnya yang harus dilakukan dalam kerangka
penelitian hadis adalah kritik matan (naqd AL-MATN) dan kritik sanad. Hadis
sangat penting kehidupanya untuk diteliti, karena hadis Nabi sebagai salah
satu sumber ajaran islam yang kedua setelah AL-QURAN. Penelitian hadis
dimaksud agar mengetahui kualitas hadis karena banyak hadis yang tidak
sahih.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sebagai


pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesemputnaan. Untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Dan aknir kata,
pemakalah minta maaf apa bila terdapat kesalahan baik berupa sistematika
penulisan, maupun isi dalam makalah ini
Daftar pustaka

 "Pengertian Hadits Menurut Bahasa, Fungsi, Dan Kedudukannya".


2022. Detiknews. https://news.detik.com/berita/d-5588482/pengertian-
hadits-menurut-bahasa-fungsi-dan-kedudukannya.

 Blog, P. (2022). Pengertian dan Macam-Macam Hadits (Qouliyah, Fi'liyah,


Taqririyah dan Sifat) - Pelangi Blog. Retrieved 2 October 2022, from
https://www.pelangiblog.com/2019/02/pengertian-dan-macam-macam-
hadist.html

 marsuki, m. j. (11, juni 2020). kompasiana.

muhammad, j. M. (2020, juni 11). Kajian Teks dalam Perspektif Filologi


dan Ulumul Hadist. Retrieved oktober 1, 2022, from kompasiana:
https://www.kompasiana.com

 SYaikh, A. S. (2020, juni 1). Kontroversi Pendekatan Sejarah dalam Kajian


Hadis. Retrieved oktober 1, 2022, from jurnal.lp2msasbabe:
https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai