Anda di halaman 1dari 155

MODUL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG
TAHUN AJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana
yang telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan
hanya kepada-Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya degan suri tauladan-
Nya yang baik .

Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan


anugrah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini. Makanlah ini merupakan pengetahuan
tentang konsep aqidah dalam islam, semua ini di rangkup dalam makalah
ini, agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan
lebih singkat dan akurat.

Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan


apersepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut.
Selanjutnya, membaca akan masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri
dengan kesimpulan, saran dan makalah ini. Diharapkan pembaca dapat
mengkaji berbagai permasalahan, kami penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan modul ini. Semoga modul ini bermanfaaat bagi kita semua.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


DAFTAR ISI

halaman
MODUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
MODUL 1..........................................................................................................................1
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIA.................................................................................1
MODUL 2........................................................................................................................15
IDENTITAS NASIONAL................................................................................................15
MODUL 3........................................................................................................................47
NEGARA DAN KONSTITUSI......................................................................................47
MODUL 4........................................................................................................................68
Hak dan Kewajiban Warga Negara.............................................................................68
MODUL 5........................................................................................................................78
DEMOKRASI DI INDONESIA......................................................................................78
MODUL 6........................................................................................................................92
Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)........................................................92
MODUL 7......................................................................................................................106
GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA.......................................................106
MODUL 8......................................................................................................................118
MODUL 9......................................................................................................................119
INTEGRASI NASIONAL.............................................................................................119
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................126
MODUL 1

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH


PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi


(PT)

Pendidikan kewarganegaran sebenarnya dilakukan dan


dikembangkan diseluruh dunia, meskipun dengan berbagai macam
istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai civic
education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut
sebagai democracy education. Mata kuliah ini memiliki peran yang
strategis dalam mempersiapkan warganegara yang cerdas,
bertanggung jawab dan berkeadaban. Berdasarkan Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang
rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi terdiri atas mata kuliah
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa
Indonesia. Berdasarkan kelompok tersebut maka kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian tersebut wajib diberikan di semua
fakultas dan jurusan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) adalah suatu


program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui proses
pembelajaran di Perguruan Tinggi dan berfungsi sebagai model
pengembangan jati diri dan kepribadian para mahasiswa, bertujuan
membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan
mandiri, serta mempunyai rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Iriyanto Ws, 2005:2 ). Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian termasuk Pendidikan Kewarganegaraan
yang termuat dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi tahun akademik
2002-2003 dirancang berbasis kompetensi. Secara umum Kurikulum
Berbasis Kompetensi selalu menekankan kejelasan hasil didik sebagai
seorang yang memiliki kemampuan dalam hal; (1) Menguasai ilmu dan
ketrampilan tertentu; (2) Menguasai penerapan ilmu dan ketrampilan
dalam bentuk kekaryaan; (3) Menguasai sikap berkarya secara
profesional; (4) Menguasai hakikat dan kemampuan dalam
berkehidupan bermasyarakat. Keempat kompetensi program
pembelajaran KBK tersebut di atas dikembangkan dengan
menempatkan MPK sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, yaitu
sebagai pedoman dan dasar kekaryaan. Seorang lulusan pendidikan
tinggi diharapkan mampu menerapkan bekal pendidikannya sebagai
cara-cara penemuan, pisau analisis (a method of inquiry) dalam
memerankan dirinya sebagai pencerah masyarakat, kehidupan
berbangsa dan bernegara (Hamdan Mansoer, 2004: 5).
Negara Indonesia terlahir sebagai bangsa yang besar, terdiri dari
berbagai macam suku, agama, ras dan budaya. Indonesia adalah
Negara paling heterogen di dunia. Terdapat 14 (empat belas) etnis
utama dan 300 kelompok etnik. Bentang alam geografis dan
topografisnya yang terpisah dan terisolasi dengan satu pulau dan yang
lainnya, ini adalah kondisi yang mendorong bertumbuhnya ciri – ciri
suku bangsa, bahasa dan kebudayaan yang beraneka ragam sesuai
dengan wilayahnya masing-masing. Dengan sifat yang plural ini,
negara Indonesia sangat rawan timbul sebuah konflik karena lebih sulit
menjaganya dari pada ketentraman dan keamanan masyarakat yang
homogeny sehingga sering terjadi konflik di beberapa daerah. Oleh
karena itu, dibutuhkan sebuah pendidikan yang dapat membekali para
siswa dan mahasiswa dimana di dalamnya diajarkan bagaimana
bernegara yang baik dan benar.
Selain itu, Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang
dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian
dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan
sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan
tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh
Bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai–nilai perjuangan
bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai–
nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan.
Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong
proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
wadah Nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada
kemerdekaan 17 Agustus 1945 tersebut dilandasi oleh keimanan serta
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keikhlasan untuk
berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai– nilai
perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus dimiliki
oleh setiap warga negara Republik Indonesia.
Tetapi semangat perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut
sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan
pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh
globalisasi.
Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga–lembaga
kemasyarakatan internasional, negara–negara maju yang ikut
mengatur percaturan politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan
dan keamanan global. Disamping itu, isu global yang meliputi
demokratisasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup turut pula
mempengaruhi keadaan nasional.
Globalisasi juga ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang informasi,
komunikasi, dan transportasi. Hingga membuat dunia menjadi
transparan seolah–olah tanpa mengenal batas negara. Semangat
perjuangan bangsa ynag merupakan kekuatan mental spiritual telah
melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik.
Sedangkan dalam era globalisasi dan masa yang akan datang kita
memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi
masing–masing. Perjuangan non fisik ini memerlukan sarana kegiatan
pendidikan bagi setiap warga Negara Indonesia pada umumnya dan
mahasiswa sebagai calon cendikiawan pada khususnya, yaitu melalui
Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Nilai – nilai Pancasila Sebagai Orientasi Pendidikan


Kewarganegaraan

Eksistensi pemikiran dalam bidang ini tertuang dalam realisalisasi


pancasila sebagai pondasi utama untuk membangun pendidikan,
budaya, agama, dan mencoba untuk menghilangkan kasta atau tingkat
dalam konteks keturunan, dan ras. Sebagai ideologi terbuka, pancasila
terdapat nilai kreativitas dan inovatifitas serta spirit yang bertujuan
untuk mengubah dinamika, pola pikir sekaligus kehidupan masyarakat
guna membentuk tatanan kehidupan yang lebih baik.
Pancasila menjadi landasan dalam menyeleenggarakan setiap
aktivitas negara, karena mempunyai nila- nilai positif yang terkandung
di dalamnya, selain itu pancasila juga menjadi cita-cita hukum, yang
harus di jadikan dasar hukum dari setiap hukum bernegara di
Indonesia, dan hukum tersebut di realisasikan dengan sebaik-baiknya,
tanpa adanyacampur tangan dari pihak yang bisa tidak mengindahkan
terhadap nilai pancasila. Jika di tinjau dari segi posisi, pancasila
sebagai ideologi pemersatu bangsa, karena pada hakikatnya pancasila
di ambil dari semua sisi kehidupan yang ada di Indonesia.
Dari itu, pancasila di pandang perlu untuk di pelajari dan di
amalkan sejak berada di bangku sekolah. Karena jika hal tersebut
tidak di perhatikan dan tidak di tanamkan, maka besar kemungkinan
pengetahuan dan penguasaan tentang pancasila sangat minim dan di
khawatir akan terbawa hingga dewasa. Dalam situasi seperti ini jelas
sangat berbahaya, bagaimana tidak, jika anak didik sudah tidak
menguasai dasar negaranya, maka kesadaran dan kecintaannya
terhadap bangsa tidak akan tumbuh apalagi berkembang. Padahal
mereka adalah tonggak estafet bangsa, yang akan membawa dan
memimpin negara ke depan. Jika orang yang mempunyai
pengetahuan dangkal tentang pancasila menjadi seorang pemimpin,
maka itu adalah awal dari kehancuran negara Indonesia.
Sikap peserta didik, peneliti, ilmuan, calon doctor di tuntut untuk
mengaplikasikan nilai-nilai pancasila dalam semua karya yang akan ia
rilis, jika hal ini terlaksana, maka secara otomatis karyanya akan
menjadi suatu hal yang sangat berarti, dibandingkan dengan berbagai
macam karya yang tidak berlandaskan pada nilai-nilai pancasila.
Karena jika nilai pancasila diwujudkan dalam karyanya sudah bisa di
pastikan bahwa dia telah menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Karena nilai dasar pancasila tidak akan pernah
merugikan orang lain, meskipun ada berarti orang yang rugi berada di
jalan yang tidak sesuai dengan norma pancasila.
Pembelajaran tentang pancasila dalam ruang lingkup pendidikan
kewarganegaran adalah mengajari seseorang khususnya anak didik
menjadi warga yang bertanggung jawab, karena hal semacam itu tidak
dapat di wariskan begitu saja tanpa adanya pembelajaran oleh
masing-masing orang. Tanggung jawab sangat mudah untuk kita
cermati dan kita telaah, tapi merealisasikannya bukanlah suatu hal
yang mudah. Jika pembelajaran sudah dilaksanakan,, kompetensi atau
out put yang di harapkan adalah setiap anak didik mampu menguasai
nilai-nilai pancasila, sehingga dapat berpartisipasi dan berkontribusi
dalam upaya mencegah berbagai macam kekerasan dan pelanggaran
HAM yang terjadi. Semua itu di lakukan dengan sikap yang cerdas,
adil, bijaksana, jujur dan konsisiten. Selain itu juga sangat di perlukan
adanya aplikasi moral, agama dan nilai-nilai umum yang tidak
menghilangkan nilai dasar pancasila.
Pancasila adalah lima dasar atau lima asas yang di jadikan dasar
Negara Indonesia, istilah pancasila sudah lumrah pada abad ke XIV
tepatnya saat zaman kerajaan majapahit yang terdapat dalam kitab
sutasoma karangan Empu tantular, dalam kitab sutasoma selain
mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” juga memiliki arti
“pelaksanaan kesusilaan yang lima (pancasila krama)” yaitu sebagai
berikut:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak bolehmempunyai sifat dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk
Sebenarnya nilai-nila pancasila sudah ada sejak zaman dahulu.
Pancasila menjadi khasanah budaya Indonesia, hal itu bisa terlihat
pada zaman kerajaan, seperti :
1. Kerajaan kutai sebagai kerajaan pertama dalam sejarah dinasti
monarki di Indonesia, dalam kehidupan rakyatnya mereka talah
mampu berpolitik, seistem ketuhanannya berbentuk kerajan, dan
melakukan sedekah kepada para brahmana.
2. Kerajaan kutai, menurut Mr. Muhammad Yamin mengemukakan
bahwa Negara Indonesia adalah Negara pertama dengan dasar
kedaulatan, hal itu dapat di temukan dari rasa persatuan yang
begitu erat satu sama lain. Selain itu raja di jadikan tuhan dalam
setiap kekuasaan. Rasa persaudaraan dan internasionalisme juga
terlihat perdagangan yang dilakukan dengan berbagai Negara.
Sesuai dengan perkembangan zaman, pancasila di jadikan
sebagai dasar dan ideologi negara, dan pancasila telah di tetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945, Maka semua aturan dan prilaku warga
negara harus berdasarkan pancasila.
Pancasila sebagai Nilai Dasar PKn untuk Berkarya Bagi Lulusan
PT Program pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
sebagai pendidikan nilai di Perguruan Tinggi memiliki fungsi
meletakkan dasar nilai sebagai pedoman berkarya bagi lulusan
perguruan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MPK
diarahkan mampu mengemban misi tersebut. Konsekuensi PKn
sebagai MPK, keseluruhan materi program pembelajaran PKn disirati
nilai-nilai Pancasila. Pengertian nilai dasar harus difahami bahwa nilai-
nilai Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan sumber orientasi
pengembangan kekaryaan setiap lulusan PT. Peran nilai-nilai dalam
setiap Sila Pancasila adalah sebagai berikut.

1. Ketuhanan yang maha Esa

Semua orang yang berdomisili di Negara Indonesia harus


berketuhan atau menyatakan dan bertaqwa kepada tuhan sesuai
dengan kepercayaan rakyat masing-masing, dan sangat tidak di
benarkan dan tidak atheis, jika rakyat Indonesia ternyata tidak
berketuhanan (atheis). Karena tidak sesuai dengan ideologi Negara.
Selain itu, ada unsur saling menghormati dan menghargai agama
lain serta kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing, dan tidak memaksakan satu agama pada orang
lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


Dalam sila ini kehidupan berbangsa dan bernegara lebih
menitik beratkan pada keadilan serta adab atau rasa menghargai
satu sama lain, mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban
antar sesama, tidak semena-mena, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, dan berani membela kebenaran tanpa ada rasa takut
pada pihak-pihak tertentu.

3. Persatuan Indonesia

Telah kita ketahui bersama, Indonesia tidak hanya kaya akan


sumber daya alamnya, namun juga kaya akan aneka ragam agama,
suku, adat, budaya, bahasa, dan ras. Namun, dengan
keanekaragaman tersebut jangan di jadikan alasan untuk pecah
belah, jangan mengedepankan kepentingan pribadi atau kelaompok
di atas kepentingan negara, tetaplah menjunjung tinggi “Bhinneka
tunggal ika” demi kesatuan bangsa Indonesia. Mempunyai iktikad
yang tingi dalam berkorban untuk bangsa dan Negara yang di
landasi dengan cinta tanah air.

4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan

Semua rakyat Indonesia ketika mencari solusi dari suatu


masalah tidak boleh atas kehendak sendiri namun,tetap
mengedepankan musyawarah sebagai sarana yang pertama dan
utama, dalam musyawarah tersebut tetap tidak boleh
mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok di atas
kepentingan khalayak banyak, Pembahasan harus menggunakan
akal sehat, hikmat dan menghasilkan keputusan yang bijaksana,
berani di pertanggung jawabkan secara moral kepada yang maha
Esa, Serta menjalankan hasil keputusan mufakat dengan penuh
rasa tanggung jawab. Menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Di Indonesia ada Dewan Perwakilan Rakyat, maka
lembaga tersebut di jadikan sebagai perwakilan atau fasilitator
seluruh rakyat Indonesia tanpa harus menyampaikan satu persatu.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif.
Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan
individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh
terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan
yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi. Kelima dasar
nilai tersebut sebagai pedoman dan sumber orientasi dalam
penyusunan dan pengembangan substansi kajian Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai MPK mencerminkan pendidikan
demokrasi, HAM dan persoalan kewarganegaraan lainnya
berperspektif Pancasila. Jadi, meskipun setiap bangsa sama-sama
menyebut Pendidikan Kewarganegaraan sebagai “civic education,
democracy education, civil education” dsb, tetapi arah
pengembangan kompetensi keilmuan PKn di perguruan tinggi
Indonesia memiliki karakter sendiri. Nilai sila tersebut adalah dalam
kehidupan sehari-hari mengutamakan keadilan bagi seluruh rakyat,
tanpa ada diskriminasi atau perbedaan yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi salah satunya. Suka memberi pertolongan kepada
orang lain, menjauhi pemerasan,tidak melakukan kegiatan yang
merugikan kepentingan umum, menghargai karya orang lain.

Kelima nilai tersebut menjadi sumber dan pedoman hidup bagi


seluruh rakyat Indonesia, khususnya menjadi orientasi dalam
pengembangan dan eksistensi pendidikan kewarganegaraan di
perguruan tinggi. Karena jika nilai pancasila di hilangkan di tingkat
perguruan tinggi, di khawatirkan lembaga tersebut akan mencetak
kader yang tidak mempunyai jiwa nasionalisme dan patriotisme.
Mahasiswa adalah bibit unggul yang harus di pertahankan, tapi
meskipun bibit unggul perlu kiranya adanya penambahan wawasan
kebangsaan yang tinggi, agar mempunyai dasar dan komitmen yang
tinggi sebagai warga negara yang ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa.

C. Pengertian dan Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
digunakan sebagai pemahaman untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan
dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai macam
istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai civic
education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut
sebagai democracy eduation. Mata kuliah ini memiliki peran yang
strategis dalam mempersiapkan warganegara yang cerdas,
bertanggung jawab dan berkeadaban. Berdasarkan rumusan “Civic
International” (1995), disepakati bahwa pendidikan demokrasi penting
untuk pertumbuhan civic culture, untuk keberhasilan pengembangan
dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi ( Mansoer, 2005)
Perilaku-perilaku yang dimaksudkan di atas adalah seperti yang
tercantum di dalam penjelasan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 39 ayat (2), yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang mendukung
persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat
ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat, serta
perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa di setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa, Pendidikan
Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kep. Mendikbud No.
056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa
“Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan termasuk dalam Mata Kuliah Umum (MKU) dan
wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi”.
Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep.
Dirjen dikti No. 267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan disamping
membahas tentang PPBN juga dimembahas tentang hubungan antara
warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan Kewiraan diganti
dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan adalah tentang hubungan warga negara dengan
negara, dan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN).
Sejarah pendidikan kewarganegaraan untuk tingkat perguruan
tinggi di Indonesia dimulai sejak adanya matakuliah Civic (1957),
MANIPOL dan US[2]DEK, Pancasila dan UUD 1945 (1960-an),
Pendidikan Kemasyarakatan (1964), Pendidikan Kewargaan Negara
(1968-1969), Pendidikan Civic dan Hukum (1973), Pendidikan
Kewiraan (1989-1999), dan Pendidikan Kewarganegaraan (2000-
sekarang).3
Hal yang patut disayangkan dalam rentang sejarah tersebut
adalah terjadinya distorsi hakikat pendidikan kebangsaan dan
kewarganegaraan yang diintervensi kepentingan penguasa, dimana
pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan pada masa lalu
seringkali dimanfaatkan penguasa untuk melenggangkan
kekuasaannya dan menciptakan status quo.
D. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk meningkatkan


pengetahuan dan mengembangkan kemampuan memahami,
mengahayati dan meyakini nilai-nilai pancasila sebagai pedoman
berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab
dan dapat diandalkan serta memberi bekal kemampuan untuk belajar
lebih lanjut.2

Selain itu, Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan memberikan


kompetensi sbb:

1. Berfikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara mutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan tujuan diadakannya Pendidikan Kewarganegaraan


untuk tataran mahasiswa jika berdasarkan Keputusan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan diadakannya
Pendidikan Kewarganegaraan telah dirumuskan dalam visi dan misi
sebagai berikut:

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah


merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan
penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiaannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini
berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa
adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual,
religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan
bangsanya.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah


untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar
secara konsisten mampu mewujudkan nilai – nilai dasar Pancasila,
rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni dengan
rasa tanggung jawab dan bermoral.

Menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa tujuan negara


mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga
negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yakni
warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik
intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga
dan tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat.

Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui PKn siswa


diharapkan:
a. Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma
Pancasila sebagai falsafah, dasar ideologi,   dan pandangan hidup
negara RI.
b. Melek konstitusi (UUD NKRI 1945) dan hukum yang berlaku dalam
negara RI.
c. Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam
butir di atas.
d. Mengamalkan dan membakukan hal-hal di atas sebagai sikap
perilaku diri dan kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar 4
Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan
dinamika internal bangsa Indonesia, program pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus mampu
mencapai tujuan:
a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang
mengapresiasi nilai-nilai moral-etika dan religius.
b. Menjadi warganegara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan
c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa
cinta pada tanah air.
d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan
bertanggungjawab, serta mengembangkan kemampuan kompetitif
bangsa di era globalisasi.
e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
MODUL 2
IDENTITAS NASIONAL

A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas nasional berasal dari kata identity yang berarti ciri, tanda


atau jati diri yang melekat pada sesuatu yang membedakan dengan
yang lain dan kata nasional yang berarti kelompok lebih besar yang
diikat oleh kesamaan fisik seperti budaya, agama, dan bahasa dan
kesamaan non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. 

Pada hakikatnya identitas nasional merupakan manifestasi nilai-


nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek
kehidupan dengan suatu cirikhas yang menjadikannya berbeda
dengan bangsa lain.

Pada konteks ke-Indonesiaan, identitas nasional bangsa Indonesia


adalah Identitas yang bersumber dari nilai luhur Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakaat, berbangsa dan bernegara. 

Identitas tersebut menunjuk pada lambung, simbol atau identitas


yang bersifat nasional seperti bahasa Indonesia, bendera merah putih,
lagu Indonesia Raya, Garuda Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.guna
menjaga identitas nasional, maka rasa cinta tanah airdan integrasi
nasional menjadi satu hal yang penting.

Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak
yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan
pihak yang lain. Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti
suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu
harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.Identitas nasional
adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu
bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya.
Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu
pada kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara.
Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam
simbol-simbol kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih,
Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu
Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila,
Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan
negara Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan
daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat
dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan
bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan
jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan
sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan.
Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk
mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang
tidak pernah ada padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-
suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah
suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu
bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena
pengaruh kekuasaan internasional.
Ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan
response. Jika challence cukup besar sementara response kecil maka
bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada
bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun
demikian jika challance kecil sementara response besar maka bangsa
tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam
menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan
identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia
sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era
globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

B. SEJARAH KELAHIRAN PAHAM NASIONALISME


Nasionalisme berasal dari kata nasional atau nation (bahasa
Inggris) atau natie (bahasa Belanda) yang artinya bangsa. Nasional
artinya kebangsaan. Bangsa adalah sekelompok manusia yang diam
di wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan untuk bersatu,
karena adanya persamaan nasib, cita-cita dan tujuan. Dengan
demikian nasionalisme dapat diartikan semangat kebangsaan, yaitu
semangat cinta kepada bangsa dan negara. Suatu paham yang
menyadarkan harga diri suatu kelompok masyarakat sebagai suatu
bangsa......
Dengan kata lain nasionalisme adalah suatu paham yang
menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi seseorang ditujukan kepada
negara kebangsaannya. Nasionalisme untuk pertama kalinya muncul
di Eropa pada akhir abad ke –18.
Lahirnya paham nasionalisme diikuti dengan terbentuknya negara-
negara kebangsan yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor persamaan
keturunan, bahasa, adat-istiadat, tradisi dan agama. Akan tetapi
paham nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup
bersama dalam negara kebangsaan. Rakyat Amerika Serikat tidak
menyatakan satu keturunan untuk membentuk suatu negara, sebab
disadari bahwa penduduk AS terdiri dari berbagai suku, asal usul,
adat-istiadat dan agama yang berbeda. Nasionalisme timbul karena
unsur-unsur sebagai berikut:
1. ikatan rasa senasib dan seperjuangan;
2. bertempat tinggal dalam satu wilayah yang sama;
3. campur tangan bangsa lain (penjajahan) dalam wilayahnya;
4. persamaan ras (tetapi hal ini tidak mutlak);
5. keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu
kekuasaan absolut agar manusia mendapatkan hak-haknya secara
wajar sebagai warga negara.
Kebangkitan nasional yang muncul di negara-negara Eropa
dipengaruhi dan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.
1. Pecahnya Revolusi Prancis (1789)
Masyarakat Prancis sebelum terjadi Revolusi Perancis terdiri
atas kaum bangsawan, pengusaha, dan pedagang (borjuis) dan
kaum jelata (proletar). Kaum borjuis menindas kehidupan kaum
proletar. Pada suatu masa, kaum proletar menuntut kaum borjuis
agar bersedia menjamin hak-hak asasinya yang berupa kebebasan
dan persamaan. Tuntutan itu diilhami pemikiran Rousseau yang
tertuang di dalam buku berjudul Du Contract Social (Perjanjian
Sosial). Selain itu, rakyat sebagai suatu bangsa juga menuntut
pembagian kekuasaan politik yang adil, yaitu kekuasaan raja harus
dibatasi oleh undang-undang dan rakyat harus mempunyai wakil
dalam parlemen. Dalam pemerintahan pun harus ada tiga
kekuasaan yang satu sama lain terpisah, yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Tuntutan itu diilhami oleh karya besar
Montesquieu yang disebut Trias Politica. Penguasaan beberapa
negara di Eropa oleh Napoleon menimbulkan semangat
kebangsaan dan persatuan di antara beberapa negara tersebut
untuk bergabung dalam suatu koalisi melawannya.
2. Revolusi Industri di Inggris
Revolusi Industri di Inggris yang didasari paham liberal
melahirkan golongan kapitalis yang menjurus pada tindakan
imperialisme. Dalam praktik imperialisme tentu terjadi pengurangan
kemerdekaan, perampasan hak asasi, hak politik, serta eksploitasi
ekonomi terhadap daerah jajahan. Akibat perlakuan yang
sewenang- wenang dari penjajah, semangat nasionalisme rakyat di
daerah jajahan bangkit untuk mencapai kemerdekaan dan berdaulat
penuh.
3. Lahirnya Nasionalisme di Eropa
Munculnya nasionalisme di Eropa karena pengaruh Revolusi
Industri dan Revolusi Perancis. Semangat persaingan yang bebas
dari paham liberalisme menimbulkan
chauvinisme/ultranasionalisme, suatu paham nasionalisme yang
berlebihan. Nasionalisme di eropa melahirkan kolonialisme yaitu
nafsu untuk memperoleh tanah jajahan sebayak mungkin. Dengan
demikian negara-negara di Eropa menjelma menjadi imperialisme,
yang saling berlomba untuk mencari dan mendapatkan tanah
jajahan di luar wilayahnya dengan sasaran Asia dan Afrika. Banyak
negara yang dikuasai oleh bangsa-bangsa Eropa yang berpaham
liberal dan kapital. Bangsa-bangsa Eropa cenderung menindas
bangsa-bangsa yang dijajah. Dampaknya bangkitlah semangat
nasionalisme di negara-negara jajahan yang diwujudkan dalam
bentuk revolusi atau perang hingga mencapai kemerdekaan.
Gerakan nasionalisme untuk memperoleh kemerdekaan terjadi di
negara negara sebagai berikut.
a) Gerakan nasionalisme di Amerika Serikat menuntut persamaan
hak dan status warga negara yang sederajat dengan warga
negara di Inggris. Gerakan nasionalisme yang dipimpin George
Washington itu akhirnya berhasil memperoleh kemerdekaan
(1783).
b) Gerakan nasionalisme di Amerika Latin menentang penjajahan
Spanyol dan Portugal. Gerakan yang dipimpin Simon Bolivar itu
akhirnya berhasil mencapai kemerdekaan. Gerakan itu
berlangsung dari tahun 1815 sampai dengan tahun 1828 yang
diilhami oleh Revolusi Amerika (1774–1783) dan Revolusi
Prancis (1789–1815).
c) Gerakan nasionalisme di Jerman di bawah pimpinan Otto von
Bismark (1862–1890) berhasil mengalahkan musuh-musuhnya
(Denmark, Austria, dan Prancis). Gerakan itu kemudian
melahirkan negara kesatuan Jerman dan menobatkan Kaisar
Wilhem I di Istana Versailles sebagai penguasa Jerman (1871).
d) Gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika, antara lain terjadi di
negara Jepang, Cina, India, Turki, Mesir, dan Indonesia.
Gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika pada akhirnya
melahirkan negara-negara yang merdeka dan terbebas dari
belenggu penjajahan bangsa Barat.

C. HUBUNGAN ANTARA IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI


KARAKTER BANGSA
Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam
pengertian politik, yaitu bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya
ada satu bangsa (homogen), tetapi umumnya terdiri dari banyak
bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan identitas
kebangsaan atau identitas nasional, yang merupakan kesepakatan
dari banyak bangsa di dalamnya.
Identitas nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang
kemudian disepakati oleh bangsa-bangsa lainnya yang ada dalam
negara itu atau juga dari identitas beberapa bangsa-negara.
Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa-negara untuk mendukung
identitas nasional perlu ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan
terus-menerus. Warga lebih dulu memiliki identitas kelompoknya,
sehingga jangan sampai melunturkan identitas nasional. Di sini perlu
ditekankan bahwa kesetiaan pada identitas nasional akan
mempersatukan warga bangsa itu sebagai “satu bangsa” dalam
negara.
Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu mengetahui proses
terjadinya pembentukan negara ini, sehingga dapat menambah
kecintaan kita pada tanah air ini.
Para pendiri negara Indonesia (the founding fathers) menyadari
bahwa negara Indonesia yang hendak didirikan haruslah mampu
berada di atas semua kelompok dan golongan yang beragam. Hal
yang diharapkan adalah keinginan hidup bersatu sebagai satu
keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib, citacita, dan karena
berasal dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama. Kesadaran
demikian melahirkan paham nasionalisme, paham kebangsaan, yang
pada gilirannya melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari
belenggu penjajahan. Selanjutnya nasionalisme memunculkan
semangat untuk mendirikan negara bangsa dalam merealisasikan cita-
cita, yaitu merdeka dan tercapainya masyarakat yang adil dan
makmur.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
penting bagi pembentukan bangsa Indonesia antara lain:
1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah
penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
belenggu penjajahan.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke.
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan
keadilan suatu bangsa.
Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan
Indonesia diraih dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan
pemberian. Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau
rangkaian tahap yang berkesinambungan. Rangkaian tahap
perkembangan tersebut digambarkan sesuai dengan keempat alinea
dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis, perkembangan negara
Indonesia terjadi sebagai berikut:

1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi


adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan
dirinya. Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus
segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain.
Inilah yang menjadi sumber motivasi perjuangan (Alinea I
Pembukaan UUD 1945).
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan.
Perjuangan panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi.
Proklamasi barulah mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan.
Jadi, dengan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara. Negara
yang kita cita-citakan adalah menuju pada keadaan merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur (Alinea II Pembukaan UUD
1945).
3. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh
bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di
samping itu adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha
Kuasa. Ini membuktikan bangsa 11 Indonesia adalah bangsa yang
religius dan mengakui adanya motivasi spiritual (Alinea III
Pembukaan UUD 1945).
4. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara
yang meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan
negara, UUD negara, dan dasar negara. Dengan demikian,
semakin sempurna proses terjadinya negara Indonesia (Alinea IV
Pembukaan UUD 1945).
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya
negara Indonesia bukan melalui pendudukan, pemisahan,
penggabungan, pemecahan, atau penyerahan. Bukti menunjukkan
bahwa negara Indonesia terbentuk melalui proses perjuangan
(revolusi). Dokumentasi proses perjuangan dan pengorbanan dalam
pembentukan negara ini tertata rapi dalam unsur produk hukum
negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945.

Wawasan kebangsaan yang kita anut sebagai kepribadian bangsa


adalah wawasan kebangsaan yang berlandaskan Pancasila yaitu
wawasan kebangsaan yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa
dan oleh karena nya memeliki landasan moral, etik dan spiritiual serta
yang berkeinginan untuk membangun masa kini dan masa depan
bangsa yang sejahtera lahir dan batin, material dan spiritual, di dunia
dan di akhirat.

Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat


bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada
nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat Pancasila itu bukan muncul
secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa,
melainkan melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila
sebelum dirumuskan secara formal yuridis dalam Pembukaan UUD
1945 sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada
pada bangsa Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu
pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai
tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri.

Menurut Notonegoro, bangsa Indonesia adalah sebagai kausa


materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan secara formal 12 oleh para pendiri Negara untuk dijadikan
sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Proses perumusan materi
Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang
BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”, sidang BPUPKI kedua, serta
akhirnya disahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia.

D. PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA SEBAGAI IDENTITAS


NASIONAL
Bangsa adalah sekelompok besar manusia yang memiliki
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga memiliki
persamaan watak dan karakter yang kuat untuk tinggal bersama
disuatu wilayah tertentu untuk membentuk suatu kesatuan nasional.
Negara merupakan suatu wilayah dimana terdapat sekelompok
manusia yang melakukan kegiatan pemerintahan. Pengertian bangsa
dan negara menurut para ahli: Otto Bauer Bangsa adalah suatu
peresatuan perangai yang timbul dari persamaan nasib Rawink
Bangsa adalah sekumpulan manusia yang bersatu pada satu wilayah
dan mempunyai keterikatan dengan wilayah tersebut.
Dengan batas teritori tertentu dan terletak dalam geografis
tertentu. Hans Khon Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia
dalam sejarah Ernest Renan Bangsa terbentuk karena adanya
keinginan untuk hidup bersama (sejarah & cita-cita) Pengertian Negara
menurut para ahli: Benedictus de Spinoza Negara adalah susunan
masyarakat yang integral (kesatuan) antara semua golongan dan
bagian dari seluruh anggota masyarakat (persatuan masyarakat
organis) Prof.Mr. Kranenburg Negara adalah suatu organisasi
kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut
bangsa. Prof.Mr. Soenarko 14 Negara adalah organisasi masyarakat di
wilayah tertentu dengan kekuasaan yang berlaku sepenuhnya sebagai
kedaulatan. Hakikat Negara , Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Negara mempunyai pengertian :
1. Negara adalah organisasi disuatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya
2. Negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi dibawah lembaga politik dan
pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya. Unsur-unsur
Negara meliputi
a) Unsur Konstitutif atau Unsur Pembentuk
1) Rakyat Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal diwilayah
itu, tunduk pada kekuasaan negara dan mendukung negara
yang bersangkutan.
2) WilayahYaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta
menjadi tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga
menjadi sumber kehidupan rakyat negara . Wilayah negara
mencakup wilayah darat, laut dan udara
3) Pemerintah yang berdaulat Yaitu penyelenggaraan negara
yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di
negara tersebut. Pemerintahan tersebut memiliki kedaulatan
baik kedalam maupun keluar. Kedaulatan kedalam berarti
negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh masyarakatnya.
Kedaulatan keluar artinya negara mempunyai kemampuan
mempertahankan diri dari serangan negara yang lain
b) Unsur Deklaratif, yaitu pengakuan dari negara lain. Unsur
deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur
yang mutlak.

Sifat-sifat Negara
Sebagai organisasi kekuasaan negara mempunyai sifat :
a. Memaksa
b. Monopoli
c. Mencakup semua

Teori Terjadinya Negara

Proses terjadinya Negara secara teoritis

a. Teori Hukum Alam Kondisi alam tempat tumbuhnya manusia yang


terus berkembang dan membutuhkan aturan dan ketertiban hingga
membentuk suatu pemerintahan, dan menjadi negara.
b. Teori Ketuhanan Segala sesuatu terjadi karena kehendak dan
ciptaan Tuhan.
c. Teori Perjanjian Manusia menghadapi kondisi alam dan
menimbulkan manusia akan musnaj bila tidak mengubah hidupnya.
Akhirnya mereka bersatu untuk mengatasi tantangan dan
menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan
bersama.
Proses terjadinya Negara di Zaman Modern

1) Penaklukan
2) Peleburan atau fusi
3) Pemecahan
4) Pemisahan diri
5) Perjuangan atau Revolusi
6) Penyerahan atau pemberian
7) Pendudukan atas wilayah yang belum ada pemerintahan
sebelumnya

Bangsa dan Negara Indonesia

Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia sebagai


berikut :
a. Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah
penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun
b. Adanya keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari
belenggu penjajahan
c. Adanya kesatuan tempat tinggal , yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke
d. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan
keadilan sebagai suatu bangsa

Cita- Cita, Tujuan dan Visi Negara Indonesia

Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu,


berdaulat, adil dan makmur. Dengan rumusan singkat, negara
Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai
dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV


Pembukaan UUD 1945. Secara rinci sbagai berikut :

1. Melindungi seganap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan Kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan , perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat


Indonesia yang damai , demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju
dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa dan berahklak mulia, cita tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, mengausai ilmu pengetahuandan teknologi, serta memiliki
etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Setelah tidak adanya GBHN
makan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka mengenah
(RPJM) Nasional 2004-2009, disebutkan bahwa Visi pembangunan
nasional adalah :

1. Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang


aman, bersatu, rukun dan damai.
2. Terwujudnya masyarakat , bangsa dan negara yang menjujung
tinggi hukum, kesetaraan, dan hak asasi manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan
kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang
kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum
kemerdekaan lebih berorientasi pada perjuangan dalam melawan
penjajah. Dari tinjauan sejarah zaman Sriwijaya pada abad VII dan
Kerajaan Majapahit abad XIII telah ada upaya untuk menyatukan
nusantara. Namun para penguasa belum memiliki kemampuan yang
cukup untuk mempertahankan kejayaan yang telah dicapai yang
menyebabkan kehancuran. Di samping itu kehancuran juga
disebabkan karena kerajaan tradisional tersebut belum memahami
konsep kebangsaan dalam arti luas.

Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang


sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan ke seluruh nusantara. Dalam
periode selanjutnya secara nyata mulai dipersiapkan kemerdekaan
Indonesia pada masa pendudukan Jepang, yaitu dengan dibentuknya
Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Dan puncaknya adalah ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Negara adalah organisasi kekeasaan dari persekutuan hidup
manusia. Terjadinya negara-bangsa Indonesia merupakan proses atau
rangkaian tahaptahap yang berkesinambungan. Proses terbentuknya
negara-bangsa Indonesia secara teoritis dilukiskan sebagaimana
dalam keempat alinea Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut:

1. Terjadinya negara tidak sekedar dimulai dari proklamasi tetapi


adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan
dirinya. Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus
segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa yang
lain. Inilah sumber motifasi perjuangan. (alinea I pembukaan UUD
1945).
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan dan
menghasilkan proklamasi. Jadi dengan proklamasi tidaklah selesai
kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah menuju pada
keadaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
(alinea II pembukaan UUD 1945)
3. Terjadinya bangsa Indonesia adalah kehendak seluruh bangsa
Indonesia. Disamping itu adalah kehendak dan atas rahmat Allah
Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa Indonesia adalah
bangsa yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual.
(alinea III pembukaan UUD 1945).
Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara
yang meliputi tujuan negara, bentuk negara, system pemerintahan
negara, UUD negara dan dasar negara. Dengan demikian semakin
sempurna proses terjadinya negara Indonesia. (alinea IV pembukaan
UUD 1945).

Proses bernegara sejak tahun 1908, masyarakat mempunyai


kesadaran untuk bersatu membentuk suatu organisasi yang
dinamakan Budi Utomo. Proses untuk membentuk suatu negara itu
berjalan 10 tahun dan baru membentuk negara pada tahun 1945. Ada
kesan betapa susahnya proses yang dilalui untuk membentuk negara.
Akan tetapi rentang waktu antara tahun 1908 sampai tahun 1945, itu
bisa kita sebut sebagai pematangan yang ujungnya terjadi pada tahun
1945.

Sejarah Proses Berbangsa dan bernegara

1. 1908 Budi Oetomo Berbasis Sub Kultur Jawa


2. 1911 Sarikat Dagang Islam Kaum Entrepeneur Islam Bersifat
Ekstrovert Dan Politik
3. 1912. Muhammadiya Dari Subkultur Islam Modernis Bersifat
Introvert Dan Sosial
4. 1912. Indische Party Dari Sub Kultur Campuran, Yg
Memncerminkan Elemin Politis Na-Sionalisme Non rasial dg
selogan “TEMPAT YANG MEMBERI NAFKAH YANG
MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI TANAH AIRNYA” .
5. 1913. Indische Social Democratiche Vereniging Mengejawantahkan
Nasionalisme Politik Radikal Dan Berorientasi Marxist.
6. 1915. Trikoro Dharmo Sebagai Emberio Yong Java
7. 1918 Yong Java
8. 1925. Manifisto Politik
9. 1926. Nahdatoel Oelama (Nu)Dari Sub Kultur Santri Dan Ulama
Serta Pergerakan Lain Seperti Sub Ethnis Jong Ambon, Jong
Sumatwera, Jong Selebes Yang Melahiorkan Pergerakan
Nasionalisme Yg Berjati Diri Indonmesianess
10. 1928. Soempah Pemoeda 28 Okt 1928
11. 1931. Indonesia Muda Proses berbangsa dan bernegara pada
masa sekarang.
Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat
kaitannya dengan hakikat pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya
sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi
warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara,
demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu
tentang tata negara, menumbuhkan kepercayaan dan jati diri bangsa
serta moral bangsa,maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan
kehidupan dan kejayaan Indonesia dalam proses berbangsa dan
bernegara.

Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat


kaitannya dengan hakikat pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya
sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi
warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam membela
negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan
negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi
ilmu tentang tata negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri
bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga
kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia dalam proses
berbangsa dan bernegara.

Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan


negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar
dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas, dengan
semangat loyalitas yang tinggi. Negara di dorong untuk mengunggah
masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta
rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk segera
mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang
sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaan, moral dan lain-
lain. Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar
timbul rasa bangga dan keinginan untuk melindungi serta
mempertahankan negara itu sendiri. Pendidikan kewarganegaraan
adalah sarana yang tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang
kewarganegaraan pada masyarakat sehingga proses berbangsa dan
bernegara dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Dalam upaya memahami proses berbangsa dan bernegara,


merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan
kehidupan masyarakat. Kesadaran terhadap sejarah menjadi penting
ketika suatu masyarakat mulai menyadari bagaimana posisinya
sekarang dan seperti apa jati dirinya atau identitasnya serta apa yang
dilakukan ke depanya. Penciptaan suatu identitas bersama berkisar
pada perkembangan keyakinan dan nilai-nilai yang dianut bersama
yang dapat memberikan suatu perasaan solidaritas sosial pada suatu
masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu identitas bersama
menunjukan bahwa individu-individu tersebut setuju atas pendefinisian
diri mereka yang saling diakui, yakni suatu kesadaran mengenai
perbedaan dengan orang lain dan suatu perasaan akan harga diri.

Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan


penciptaan identitas bersama. Identitas sebagai bangsa dan negara
Indonesia dapat di lihat pada:

1. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih


2. Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
3. Slogan/Semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika
4. Sarana komunikasi/bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia
5. Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
6. Pahlawan-pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain-lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan
negara Indonesia dapat mengingat eksistensinya serta memberikan
daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat
dalam hubungan Internasional akan dihargai dan sejajar dengan
bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat mununjukan
jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan
sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan.
Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk
mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.

Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan


negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar
dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas,
dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk
menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan
kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk
segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan,
moral dan lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada
masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk melindungi
serta mempertahankan negara itu sendiri. Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana yang tepat untuk
memberikan gambaran secara langsung tentang hal-hal yang
bersangkutan tentang kewarganegaraan pada masyarakat sehingga
proses berbangsa dan bernegara dapat berlangsung dengan efektif
dan efisien.

Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara,


merupakan bagian yang tidak dapat dipisahakan dengan
perkembangan kehidupan masyarakat. Kesadaran terhadap sejarah
menjadi penting ketika suatu masyarakat mulai menyadari bagaimana
posisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya serta apa
yang dilakukan ke depan. Penciptaan suatu identitas bersama berkisar
pada perkembangan keyakinan dan nilai – nilai yang dianut bersama
yang dapat memberi suatu perasaan solidaritas sosial pada suatu
masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu identitas bersama
menunjukkan bahwa individu – individu tersebut setuju atas
pendefinisian diri mereka yang saling diakui, yakni suatu kesadaran
mengenai perbedaan dengan orang lain, dan suatu 22 perasaan akan
harga diri. Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan
penciptaan identitas bersama.

Proses Terbentuknya Bangsa dan Negara Indonesia


Keberadaan bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun lewat
proses panjang dengan berbagai hambatan dan rintangan.
Kepribadian, jati diri serta identitas nasioanl Indonesia dapat dilacak
dari sejarah terbentuknya bangsa Indonesia dari zaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya serta kerajaankerajaan lain sebelum kolonialisme dan
imperialisme masuk ke Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila sudah ada pada zaman itu, tidak hanya pada
era kolonial atau pasca kolonial. Proses terbentuknya nasionalisme
yang berakar pada budaya ini menurut Mohammad Yamin diistilahkan
sebagai fase nasionalisme lama (Kaelan, 2007: 52).

Pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh


para tokoh pejuang kemerdekaan dimulai dari tahun 1908 berdirinya
organisasi pergerakan Budi Utomo, kemudian dicetuskannya Sumpah
Pemuda pada tahun 1928. Perjuangan terus bergulir hingga mencapai
titik kulminasinya pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tonggak
berdirinya negara Republik Indonesia (Kaelan, 2007: 53). Indonesia
adalah negara yang terdiri atas banyak pulau, suku, agama, budaya
maupun bahasa, sehingga diperlukan satu pengikat untuk menyatukan
keragaman tersebut. Nasionalisme menjadi syarat mutlak bagi
pembentukan identitas bangsa.

1. Peristiwa proses berbangsa Salah satu perkataan Soekarno yang


sangat terkenal adalah ‘jas merah’ yang maknanya jangan sampai
melupakan sejarah. Sejarah akan membuat seseorang hati-hati dan
bijaksana. Orang berati-hati untuk tidak melakukan kesalahan yang
dilakukan pada masa lalu. Orang menjadi bijaksana karena mampu
membuat perencanaan ke depan dengan seksama.
Dengan belajar sejarah kita juga mengerti posisi kita saat ini
bahwa ada perjalanan panjang sebelum keberadaan kita sekarang
dan mengerti sebenarnya siapa kita sebenarnya, siapa nenek
moyang kita, bagaimana karakter mereka, apa yang mereka cita-
citakan selama ini. Sejarah adalah ibarat spion kendaraan yang
digunakan untuk mengerti keadaan di belakang kita, namun
demikian kita tidak boleh terpaku dalam melihat ke belakang. Masa
lalu yang tragis bisa jadi mengurangi semangat kita untuk maju.
Peristiwa tragis yang pernah dialami oleh bangsa ini adalah
penjajahan yang terjadi berabad-abad, sehingga menciptakan watak
bangsa yang minder wardeh (kehilangan kepercayaan diri).
Peristiwa tersebut hendaknya menjadi pemicu untuk mengejar
ketertinggalan dan berusaha lebih maju dari negara yang dulu
pernah menjajah kita. Proses berbangsa dapat dilihat dari rangkaian
peristiwa berikut:
a) Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno dan
berhuruf Pallawa, bertuliskan “marvuat vanua Sriwijaya
siddhayatra subhiksa, yang artinya kurang lebih adalah
membentuk negara Sriwijaya yang jaya, adil, makmur, sejahtera
dan sentosa. Prasasti ini berada di bukit Siguntang dekat dengan
Palembang yang bertarikh syaka 605 atau 683 Masehi. Kerajaan
Sriwijaya yang dipimpin oleh wangsa Syailendra ini merupakan
kerajaan maritim yang memiliki kekuatan laut yang handal dan
disegani pada zamannya. Bukan hanya kekuatan maritimnya
yang terkenal, Sriwijaya juga sudah mengembangkan pendidikan
agama dengan didirikannya Universitas Agama Budha yang
terkenal di kawasan Asia (Bakry, 2009: 88)
b) Kerajaan Majapahit (1293-1525). Kalau Sriwijaya sistem
pemerintahnnya dikenal dengan sistem ke-datu-an, maka
Majapahit dikenal dengan sistem keprabuan. Kerajaan ini
berpusat di Jawa Timur di bawah pimpinan dinasti Rajasa, dan
raja yang paling terkenal adalah Brawijaya. Majapahit mencapai
keemasan pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan
Mahapatih Gadjah Mada yang tekenal dengan sumpah Palapa.
Sumpah tersebut dia ucapkan dalam sidang Ratu dan Menteri-
menteri di paseban Keprabuan Majapahit pada tahun 1331 yang
berbumyi: “Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa,
jikalau seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara,
jikalau Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dempo, Bali,
Sunda, Palembang dan Tumasik sudah dikalahkan” (Bakry,
2009: 89).
c) Berdirinya organisasi massa bernama Budi Utomo oleh Sutomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang menjadi pelopor berdirinya
organisasi-organisasi pergerakan nasional yang lain di belakang
hari. Di belakang Sutomo ada dr. Wahidin Sudirohusodo yang
selalu membangkitkan motivasi dan kesadaran berbangsa
terutama kepada para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding
van Indische Artsen). Budi Utomo adalah gerakan sosio kultural
yang merupakan awal pergerakan nasional yang merintis
kebangkitan nasional menuju cita-cita Indonesia merdeka (Bakry,
2009: 89)
d) Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh para pemuda pelopor
persatuan bangsa Indonesia dalam Kongres Pemuda di Jakarta
pada 28 Oktober 1928. Ikrar tersebut berbunyi: Pertama : Kami
putra dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
Bangsa Indonesia Kedua : Kami putra dan puteri Indonesia
mengaku bertanah air yang satu, Tumpah Darah Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan puteri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, Bahasa Indonesia.
2. Peristiwa proses bernegara Proses bernegara merupakan kehendak
untuk melepaskan diri dari penjajahan, mengandung upaya memiliki
kemerdekaan untuk mengatur negaranya sendiri secara berdaulat
tidak dibawah cengkeraman dan kendali bangsa lain. Dua peristiwa
penting dalam proses bernegara adalah sidang-sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) dan sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
a) Pemerintah Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Janji
itu disampaikan oleh Perdana menteri Jepang Jenderal Kunaiki
Koisu (Pengganti Perdana Menteri Tojo) dalam 25 Sidang
Teikuku Gikoi (Parlemen Jepang). Realisasi dari janji itu maka
dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada 29 April 1945 dan dilantik pada
28 Mei 1945 yang diketuai oleh Dr. KRT. Radjiman
Wedyodiningrat. Peristiwa inilah yang menjadi tonggak pertama
proses Indonesia menjadi negara. Pada sidang ini mulai
dirumuskan syarat-syarat yang diperlukan untuk mendirikan
negara yang merdeka (Bakry, 2009: 91).
b) Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
setelah sebelumnya membubarkan BPUPKI pada 9 Agustus
1945. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan wakil ketua adalah
Drs. Moh. Hatta. Badan yang mula-mula buatan Jepang untuk
memersiapkan kemerdekaan Indonesia, setelah Jepang takluk
pada Sekutu dan setelah diproklamirkan Kemerdekaan
Indonesia, maka badan ini mempunyai sifat ‘Badan Nasional’
yang mewakili seluruh bangsa Indonesia. Dengan penyerahan
Jepang pada sekutu maka janji Jepang tidak terpenuhi, sehingga
bangsa Indonesia dapat memproklamirkan diri menjadi negara
yang merdeka.
c) Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan
penetapan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Peristiwa ini merupakan momentum yang paling penting dan
bersejarah karena merupakan titik balik dari negara yang terjajah
menjadi negara yang merdeka.

E. FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL


Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional
yaitu faktor primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau
faktor objektif adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang
melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan demografi.
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai
wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan
jalan komunikasi anta rwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis,
sosial dan kultural bangsa Indonesia. Sedangkan faktor kondisional
atau faktor subyektif adalah keadaan yang mempengaruhi
terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi faktor
historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan
bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai
faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor
tersebut.
Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa
kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner
yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi
merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara.
Faktor sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru.
Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh
kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh
masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa
negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap sebagai penyambung
lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang
bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di
Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.
Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity
in deversity) juga menjadi faktor pembentuk identitas nasional. Yang
disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa
untuk setia pada lembaga yang disebut 6 negara dan pemerintahnya
tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras,
agamanya. Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda
(multiloyalities). Warga setia pada identitas primordialnya dan warga
juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan negara, namun mereka
menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang
terwujud dalam bangsa negara di bawah satu pemerintah yang sah.
Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah satu bangsa meskipun
berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu
memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu
identitas bersama yang tujuannya adalah menegakkan Bhinneka
Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in deversity) suatu
solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).
Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama
diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan
diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman
masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak
hanya melahirkan solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan
yang sama antar anggota masyarakat itu.
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan
spesialisasi pekerjaan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan
masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat,
semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan
saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat
saling ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan
ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan dalam
masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi
oleh Emile Durkheim disebut Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di
masyarkat industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa Barat.
Lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga
itu seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai
politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan mempertemukan warga
tanpa membeda-bedakan asal usul dan 7 golongannya dalam
masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan
orang sebagai satu bangsa.
Faktor persamaan turunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat-
istiadat dan tradisi, atau persamaan agama. Akan tetapi teranglah
bahwa tiada satupun di antara faktor – faktor ini bersifat hakiki untuk
menentukan ada - tidaknya atau untuk merumuskan bahwa mereka
harus seketurunan untuk merupakan suatu bangsa. Faktor – faktor
obyektif itu penting, namun unsur yang terpenting ialah kemauan
bersama yang hidup nyata. Kemauan inilah yang kita namakan
Nasionalisme.

F. UNSUR-UNSUR IDENTITAS NASIONAL


Identitas nasional merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk
identitas yaitu sebagai berikut:
1. Suku Bangsa, adalah golongan sosial yang khusus bersifat
Askriftip (ada sejak lahir),yang sama coraknya dengan golongan
umur dan jenis kelamin. Di indonesia terdapat banyak sekali suku
bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek
bangsa.
2. Agama , bangsa indonesia di kenal sebagai masyarakat yang
agamis. Agama-agama yangtumbuh dan berkembang di nusantara
adalah agama islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Kong
Hu Cu.
3. Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat dan model-model
pengetahuan yang kolektif di gunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
di hadapi dan di gunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan)sesuai dengan lingkungan yang di hadapi.
4. Bahasa, merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain.
Bahasa di pahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter
di bentuk unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang di gunakan
sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
5. Wilayah Nusantara, yaitu wilayah indonesia yang terdiri dari
beribu-ribu pulau yang terbentang di khatulistiwa.
6. Ideologi Pancasila, sebagai ideologi dan dasar negara.

G. SIFAT IDENTITAS NASIONAL


Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis
dan khas yang menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita
dan tujuan hidup bersama. Pada era globalisasi ini eksistensi bangsa-
bangsa di dunia sedang dihadapkan oleh tantangan yang sangat kuat
dari kekuatan internasional baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan
politik. Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak mampu
mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya,
maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan terombang-ambing oleh
tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu mempertahankan
identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam
mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Kondisi suatu bangsa yang sedemikianrupa sudah tentu
merupakan hal yang mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk
menguasai bahkan untuk menghancurkan bangsa yang lemah
tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional sangat mutlak diperlukan
supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan
mencapai hal-hal yang menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.

H. Pengertian Politik Identitas


Politik Identitas adalah nama untuk menjelaskan situasi yang
ditandai dengan kebangkitan kelompok-kelompok identitas sebagai
tanggapan untuk represi yang memarjinalisasikan mereka di masa lalu.
Identitas berubah menjadi politik identitas ketika menjadi basis
perjuangan (Bagir, 2011: 18). Identitas bukan hanya persoalan sosio-
psikologis namun juga politis. Ada politisasi atas identitas.
Identitas yang dalam konteks kebangsaan seharusnya digunakan
untuk merangkum kebinekaan bangsa ini, namun justru mulai tampak
penguaan identitas-identitas sektarian baik dalam agama suku, daerah
dan lainlain.
Identitas yang menjadi salah satu dasar konsep kewarganegaraan
(citizenship) adalah kesadaran atas kesetaraan manusia sebagai
warganegara. Identitas sebagai warganegara ini menjadi bingkai politik
untuk semua orang, terlepas dari identitas lain apapun yang dimilikinya
seperti identitas agama, etnis, daerah dan lain-lain (Bagir, 2011: 17).
Pada era reformasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan
kebebasan lain dibuka. Dalam perkembangannya kebebasan (yang
berlebihan) ini telah menghancurkan pondasi dan pilar-pilar yang
pernah dibangun oleh pemerintah sebelumnya. Masyarakat tidak lagi
kritis dalam melihat apa yang perlu diganti dan apa yang perlu
dipertahankan. Ada euphoria untuk mengganti semua. Perkembangan
lebih lanjut adalah menguatnya wacana hak asasi manusia dan
otonomi daerah yang memberikan warna baru bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara yang menunjukkan sisi positif dan
negatifnya.
Perjuangkan menuntut hak asasi menguat. Perjuangan tersebut
muncul dalam berbagai bidang dengan berbagai permasalahan
seperti: kedaerahan, agama dan partai politik. Mereka masing-masing
ingin menunjukkan identitasnya, sehingga tampak kesan ada ‘perang’
identitas. Munculnya istilah ‘putra daerah’, organisasi keagamaan baru,
lahirnya partai-partai politik yang begitu banyak, kalau tidak hati-hati
dapat memunculkan ‘konflik identitas’.
Sebagai negara-bangsa, perbedaan-perbedaan tersebut harus
dilihat sebagai realitas yang wajar dan niscaya. Perlu dibangun
jembatan-jembatan relasi yang menghubungkan keragaman itu
sebagai upaya membangun konsep kesatuan dalam keragaman.
Kelahiran Pancasila diniatkan untuk itu yaitu sebagai alat pemersatu.
Keragaman adalah mozaik yang mempercantik gambaran tentang
Indonesia secara keseluruhan. Idealnya dalam suatu negara-bangsa,
semua identitas dari kelompok yang berbeda-beda itu dilampaui,
idealitas terpenting adalah identitas nasional (Bagir, 2011: 18).
Politik identitas bisa bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif
berarti menjadi dorongan untuk mengakui dan mengakomodasi
adanya perbedaan, bahkan sampai pada tingkat mengakui predikat
keistimewaan suatu daerah terhadap daerah lain karena alasan yang
dapat dipahami secara historis dan logis. Bersifat negatif ketika terjadi
diskriminasi antar kelompok satu dengan yang lain, misalnya dominasi
mayoritas atas minoritas. Dominasi bisa lahir dari perjuangan
kelompok tersebut, dan lebih berbahaya apabila dilegitimasi oleh
negara. Negara bersifat mengatasi setiap kelompok dengan segala
kebutuhan dan kepentingannya serta mengatur dan membuat regulasi
untuk menciptakan suatu harmoni (Bagir, 2011: 20). Menurut
Lukmantoro (2008:2) Politik identiti adalah tindakan politis untuk
mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu
kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik
berbasiskan pada ras, etnisitas, jender, atau keagamaan. Politik
identitas merupakan rumusan lain dari politik perbedaan. Kemunculan
politik identitas merupakan respon terhadap pelaksanaan hak-hak
asasi manusia yang seringkali diterapkan secara tidak adil.Lebih lanjut
dikatakannya bahwa secara konkret, kehadiran politik identitas sengaja
dijalankan kelompok- kelompok masyarakat yang mengalami
marginalisasi. Hak-hak politik serta kebebasan untuk berkeyakinan
mereka selama ini mendapatkan hambatan yang sangat signifikan.
Politik Identitas ini terkait dengan upaya-upaya muali sekedar
penyaluran aspirasi untuk mempengaruhi kebijakan, penguasaan atas
distribusi nilai-nilai yang dipandang berharga hingga tuntutan yang
paling fundamental, yakni penentuan nasib sendiri atas dasar
keprimordialan. Dalam format keetnisan, politik identitas tercermin
mula dari upaya memasukan nilai-nilai kedalam peraturan daerah,
memisahkan wilayah pemerintahan, keinginan mendaratkan otonomi
khusus sampai dengan munculnya gerakan separatis. Sementara
dalam konteks keagamaan politik identitas terefleksikan dari beragam
upaya untuk memasukan nilai-nilai keagamaan dalam proses
pembuatan kebijakan, termasuk menggejalanya perda syariah,
maupun upaya menjadikan sebuah kota identik dengan agama
tertentu.
Secara teoritis munculnya politik identitas merupakan fenomena
yang disebabkan oleh banyaknya faktor seperti: aspek struktural
berupa disparitas ekonomi masa lalu dan juga masih berlanjutnya
kesulitan ekonomi saat ini yang telah memberikan alasan pembenaran
upaya pemisahan diri sebuah kelompok primordial yang bertautan
dengan aspek keterwakilan politik dan istitusional.
Dalam konteks keterwakilan politik belum meluas dan
melembaganya partisipasi danketerwakilan politik masyarakat secara
komprehensif telah memicu munculnya kebijakan yang diskriinatif dan
eksklusif yang pada akhirnya memperkuat alasan kebangkitan politik
identitas.
Menurut Barker (2005:217), Karena terdorong perjuangan politik
serta minat terhadap filsafat dan bahasa, ’identitas’ berkembang
menjadi tema utama kajian budaya di era 1990-an. Politik feminisme,
etnisitas, dan orientasi seks, juga tematema lain, menjadi minat utama
yang memiliki kaitan erat dengan politik identitas.
Politik Identitas didasarkan pada esensialisme strategis, dimana
kita bertindak seolah-olah identitas merupakan entitas yang stabil demi
tujuan politis dan praktis tertentu. Hall (1993:136) mengatakan bahwa
setiap gagasan mengenai diri, identitas, komunitas identifikasi
(bangsa, etnisitas, seksualitas, kelas, dan lain-lain), dan politik yang
mengalir darinya hanyalah fiksi yang menandai pembakuan makna
secara temporer, parsial, dan arbitrer. Politik tanpa penyisipan kuasa
secara arbitrer kedalam bahasa, pemotongan ideologi, pemosisian,
persilangan arah, retakan adalah mustahil.
Camen dan Champion mengatakan Bahwa, “identitas dari suatu
etnik adalah integrasi dari etnisiti dan perasaan kesamaan ras dalam
sutu konsep diri. Harus diakui bahwa etnisitas juga merupakan salah
satu akibat dari identitas diri yang mengalir dari nilai, tata cara, gaya,
dan latar belakang individu seseorang. Identitas etnik tidak mengalir
dari opini atau prasangka yang berkembang dalam suatu masyarakat
luas. Identitas etnik dibangun dari dalam” (Carmen GuanipaHo, 1998).
Ini juga berarti setiap orang mempunyai identitas personal mulai dari
jenis kelamin, warna suara, gaya bicara, tipe wajah hingga status
perkawinan, jumlah anak, tingkat pendidikan dan tempat tinggal.
Setiap orang juga mempunyai identitas etnik atau suku bangsa yang
dapat dikenal melalui pakaian dan makanan, bahasa, adat-istiadat
dalam perkawinan, kelahiran, inisiasi, dan kematian. Identitas
kelompok etnik merupakan kunci untuk membentuk identitas manusia
sebagai perkembangan manusia.
Konsep- konsep tentang identitas dan bahkan identitas itu sendiri
semakin dipandang sebagai akibat dari adanya sebuah interaksi yang
dinamis antara konteks (dan sejarah) dengan construct. Eriksen (1993)
telah menunjukan sebagian dari proses proses yang terlibat dalam
konstruksi histories identitas etnik dalam kasus orang-orang India yang
bermigrasi ke Mauritius dan Trinidat. (Mauneti, 2004:25).
Picard (1997) dalam Mauneti (2004:29) mengatakan bahwa
identitas etnis dibangun sesuai dengan situasi yang ada. Demikianpun
Eriksen (1993:117) mengatakan bahwa identitas itu sifatnya situasional
dan bisa berubah. Sifat 30 penanda identitas yang stuasional dan
selalu dapat berubah ini tampak jelas dengan dimasukannya
perbedaan agama ke dalam konstruksi identitas. Dalam konteks
Kalimantan misalnya ke-dayak-an seseorang pun dikaitkan dengan
agama Kristen dan dipertentangkan dengan Islam. Bila seorang Dayak
masuk Islam, mereka tidak lagi dianggap sebagai Dayak, tetapi justeru
menjadi orang ’Melayu’ (lihat Coomans, 1987). Sejalan dengan itu
Winzeller (1997:219) menengarai bahwa dikalangan Dayak Bidayuh”
biasanya menjadi Muslim berarti tidak lagi menjadi Bidayuh. King
(1982:38) juga mengatakan hal yang sama suku Taman di Kapuas
Hulu yang memeluk Islam akan menjadi seorang Melayu.
Penanda-penanda identitas ’budaya’ bisa berasal dari sebuah
kekhasan yang diyakini ada pada agama, bahasa dan adat pada
masyarakat yang bersangkutan (Mauneti,2004:30). Namun tidak
sesederhana itu pula, karena King juga mengatakan bahwa konstruksi
identitas budaya bersifat kompleks sebahagian karena konstruksi ini
merupakan salah satu produk sejarah.
MODUL 3

NEGARA DAN KONSTITUSI

A. PENGERTIAN NEGARA

Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau


beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendalami
wilayah (trritorial) tertentu, dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok
atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Organisasi
negara dalam suatu wilayah bukanalah satu-satunya organisasi, ada
beberapa organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian,
kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki
kepribadian yang terlepas dari masalah kenegaraan). Secara umum
negara diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada didalam
suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan
mampu untuk ikut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-
organisasi lainnya.

B. Unsur-unsur Terbentuknya Negara


Unsur-unsur negara adalah bagian yang penting untuk membentuk
suatu negara, sehingga negara memiliki pengertian yang utuh. Jika
salah satu unsur tidak terpenuhi, maka tidak sempurnalah negara itu.
Negara dapat memiliki status yang kokoh jika didukung oleh minimal
tiga unsur utama, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah berdaulat.
Selain itu, ada satu unsur tambahan, yaitu pengakuan dari negara lain.

1. Rakyat
Suatu negara harus memiliki rakyat yang tetap. Rakyat
merupakan unsur terpenting dari terbentuknya negara. Rakyat
menjadi pendukung utama keberadaan sebuah negara. Hal ini
karena rakyatlah yang merencanakan, mengendalikan, dan
menyelenggarakan sebuah negara. Dalam hal ini rakyat adalah
semua orang yang berada di wilayah suatu negara serta tunduk
pada kekuasaan negara tersebut.

2. Wilayah

Adanya wilayah merupakan suatu keharusan bagi negara.


Wilayah adalah tempat bangsa atau rakyat suatu negara tinggal dan
menetap. Wilayah yang dimaksud dalam hal ini meliputi daratan,
lautan, udara, ekstrateritorial, dan batas wilayah negara.Wilayah
merupakan unsur kedua setelah rakyat. Dengan adanya wilayah
yang didiami oleh manusia, negara akan terbentuk. Jika wilayah
tersebut tidak ditempati secara permanen oleh manusia, mustahil
untuk membentuk suatu negara. Wilayah memiliki batas wilayah
tempat kekuasaan negara itu berlaku. Wilayah suatu negara
sebagai berikut.

a. Wilayah daratan, meliputi seluruh wilayah daratan dengan batas-


batas tertentu dengan negara lain.
b. Wilayah lautan, meliputi seluruh perairan wilayah laut dengan
batas-batas yang ditentukan menurut hukum internasional.
c. Wilayah udara atau dirgantara, meliputi wilayah di atas daratan
dan lautan negara yang bersangkutan.

3. Pemerintahan yang Berdaulat


Kedaulatan sangat diperlukan bagi sebuah negara. Tanpa
kedaulatan, sebuah negara tidak akan berdiri tegak. Negara tidak
memiliki kekuasaan untuk mengatur rakyatnya sendiri, terlebih
mempertahankan diri dari negara lain. Oleh karena itu, kedaulatan
merupakan unsur penting berdirinya negara. Jadi, pemerintah yang
berdaulat berarti pemerintah yang mempunyai kekuasaan penuh
untuk memerintah baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan suatu
negara mempunyai empat sifat sebagai berikut.

a. Permanen. Artinya, kedaulatan itu tetap ada pada negara selama


negara itu tetap ada (berdiri) sekalipun mungkin negara itu
mengalami perubahan organisasinya.
b. Asli. Artinya, kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain
yang lebih tinggi, tetapi asli dari negara itu sendiri.
c. Bulat/tidak terbagi-bagi. Artinya, kedaulatan itu merupakan
satusatunya kekuasaan yang tertinggi dalam negara dan tidak
dapat dibagi-bagi. Jadi, dalam negara hanya ada satu kedaulatan.
d. Tidak terbatas/absolut. Artinya, kedaulatan itu tidak dibatasi oleh
siapa pun sebab apabila bisa dibatasi berarti ciri kedaulatan yang
merupakan kekuasaan tertinggi akan hilang.

4. Pengakuan dari Negara Lain

Pengakuan dari negara lain diperlukan sebagai suatu


pernyataan dalam hubungan internasional. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya ancaman dari dalam (kudeta) atau campur
tangan negara lain. Selain itu, pengakuan dari negara lain
diperlukan untuk menjalin hubungan terutama dalam bidang
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.
Macam-macam bentuk pengakuan ialah sebagai berikut.

a. Pengakuan de facto, artinya pengakuan menurut kenyataan.


Suatu negara diakui karena memang secara nyata telah
memenuhi unsur-unsurnya sebagai negara.
b. Pengakuan de jure, artinya pengakuan berdasarkan hukum.
Dalam hal ini, suatu negara diakui secara formal memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh hukum internasional untuk
dapat berpartisipasi aktif dalam tata pergaulan internasional.
C. Sifat Negara
Miriam Budiardjo menyatakan bahwa setiap negara mempunyai sifat-
sifat berikut:

a. Memaksa

Sifat memaksa artinya negara mempunyai kekuasaan untuk


memaksa kekerasan fisik secara sah. Tujuannya ialah agar
peraturan perundang-undangan ditaati, ketertiban dalam
masyarakat tercapai, serta anarki (kekacauan) alam masyarakat
dapat dicegah. Alat pemaksanya bermacam-macam, seperti polisi,
tentara, dan berbagai persenjataan lainnya. Contohnya, setiap
warga negara harus membayar pajak. Orang yang menghindari
kewajiban ini dapat dikenakan denda atau harta miliknya disita,
bahkan dapat dikenakan hukuman kurungan.

b. Monopoli

Sifat monopoli yaitu hak negara guna melaksanakan sesuatu


sesuai dengan tujuan bersama dari masyarakat. Contohnya,
menjatuhkan hukuman kepada setiap warga negara yang
melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan
warga negaranya untuk mengangkat senjata jika negaranya
diserang musuh, memungut pajak, menentukan mata uang yang
berlaku dalam wilayahnya, serta melarang aliran kepercayaan atau
aliran politik tertentu yang dinilai bertentangan dengan tujuan
masyarakat.

c. Mencakup semua

Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang-


undangan (misalnya keharusan membayar pajak) barlaku untuk
semua orang tanpa terkecuali. Hal ini memang diperlukan karena
kalau sesorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup aktivitas
negara, maka usaha negara kearah tercapainya cita-cita negara.

D. PENGERTIAN KONSTITUSI

Konstitusi berarti pembentukan, yang berasal dari kata kerja


“Constituer” (Prancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara,
yang mengandung arti awal atau permulaan dari segala peraturan
perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah
“Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar
(grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet
menjadi Undang-Undang Dasar. 

Dulu konstitusi digunakan sebagai petunjuk hukum penting


biasanya biasanya dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan
secara luas dalam hukum kanon untuk menandakan keputusan
subsitusi  trtentu terutama dari Paus. Konstitusi pada umumnya
bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan
untuk menjalankan suatu organisasi pemerintah negara, namun dalam
pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam arti tidak semuanya
berupa dokumen tertulis (formal). Tetapi menurut para ahli ilmu hukum
maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk
kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan, dan distibusi maupun alokasi konstitusi bagi organisasi
pemerintah negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan
kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan
tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi.

Kontitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang


menopang suatu negara. Ada dua jenis konstitusi, yaitu konstitusi
tertuis  (Written Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten
Constitution). Yang diartikan seperti halnya “Hukum
Tertulis” (Geschreven Recht) yang temuat dalam undang-undang dan
“Hukum Tidak Tertulis” (Ongeschreven Recht) yang berdasar adat
kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of Nation”, Amos J. Peaslee
menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi
tertulis, kecuali inggris dan kanada. Dibeberapa negara terdapat
dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara tersebut
tidak disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul “The Law
and The Constitution”, Ivor Jenning menyebutkan didalam dokumen
konstitusi tertulis yang dianut oleh negara-negara tertentu mengatur
tentang :

1. Adanya wewenang dan tata cara bekerja disuatu lembaga


kenegaraan.
2. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang
diakui dan dilindungi oleh pemerintah.

Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam


poin 1 dan tidak semua warga negara diatur dalam poin 2. Seperti
halnya negara inggris. Dokumen-dokumen yang tertulis hanya
mengatur beberapa lembaga dan beberapa hak asasi yang dimiliki
oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen lainnya tidak sama. Ada
konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek.
Kntitusi yang terpanjang yaitu dinegara India yang mempunyai 394
pasal. Kemudian Amerika Latin seperti Uruguay mempunyai 332 pasal,
Nicaragua 328 pasal, Cuba mempunyai 286 pasal, Panama
mempunyai 271 pasal, Peru mempunyai 236 pasal, Brazil dan
Colombia 286 pasal, selanjutnya di Asia Burma mempunyai 234 pasal,
di Eropa Belanda mempunyai 210 pasal. Konstitusi terpendek adalah
Spanyol yang mempunyai 36 pasal, Indonesia mempunyai 37 pasal,
Laos mempunyai 44 pasal, Guatemala mempunyai 45 pasal, Ethiopia
mempunyai 55, Ceylon mempunyai 91 pasal dan Finlandia mempunyai
95 pasal.

Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat


menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun
tidak tertulis.
Selain itu, beberapa ahli juga mengemukakan pengertian
konstitusi sebagai berikut.
1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas
pokok dari badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
2. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk an
mengatur pemerintahan negara.
3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian,
yaitu:
a. Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik masyarakat.
b. Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan
kesatuan kaidah yang hidup di dalam mayarakat.
c. Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam
suatu naskah sebagai undang-undang.
4. CF. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang
didasarkan pada kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah,
serta hubungan-hubungan antara keduanya yang diatur
5. Sri Soemantri
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan
negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ada dua pengertian konstitusi, yaitu
a. Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan
dasar (hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum
dasar tidak tertulis yang mengatur mengenai suatu pemerintahan
yang diselenggarakan di dalam suatu negara;
b. Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu
dokumen yang berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang
bersifat pokok dari ketatanegaran suatu negara.

1. Tujuan Dari Konstitusi

Pada umumnya hukum bertujuan agar adanya tata tertib untuk


keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara
berbagai kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan
hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama
dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang
Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu
sendiri. Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang
dinamakan dengan konstitusionalisme. Maksud dari
konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang
pemerintah (penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu
kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama
rakyat.
Konstitusi juga memiliki tujuan hampir sama dengan hukum,
namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan :

a. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan


tugasnya masing-masing.
b. Hubungan antara lembaga negara.
c. Hubungan antara lembaga (pemerintah) dengan warga negara
(rakyat).
d. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan
jaman.

Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu


konstitusi  tidak menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Buktinya,
banyak negara yang memiliki lembaga-lembaga yang tidak
tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peran yang tidak
kalah penting dengan lembaga –lembaga yang terdapat di dalam
konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur
diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan
dengan yang di atur di dalam konstitusi. Dengan demikian banyak
negara yang memiliki aturan-aturan tertulis diluar konstitusi memiliki
kekuatan yang sama dalam pasal-pasal yang terdapat pada
konstitusi. Konstitusi selalu terkait dengan paham
konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan
“Constitutionalisme is the name given to the trust which men repose
in the power of words engrossed on parchment to keep a
government in order. Untuk tujuan to keep a government in order
itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga
dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi
dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan
membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul kareana adanya
kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relatif kekuasaan
umum dalam kehidupan umat manusia.t manusia.

2. Jenis-jenis Konstitusi
Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.
a. Konstitusi tertulis,
yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan)
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan serta menentukan cara kerja dari badan-badan
pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini dikenal dengan
sebutan undang-undang dasar.

b. Konstitusi tidak tertulis,


merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada dan
dipelihara dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu
negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan
konvensi.

3. Klasifikasi Konstitusi

Hampir semua negara memiliki konstitusi, namun antara


negara satu dengan  negara lainya tentu memiliki perbedaan dan
persamaan. Dengan demikian akan sampai pada klasifikasi dari
konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata
negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi
berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain K. C.
Wheare, C. F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya. Dalam buku
K. C Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi
konstitusi  sebagai berikut :

a. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis (Written Constitution and


Unwritten Constitution).
b. Konstitusi fleksibelitas dan konstitusi rigid (Flexible and Rigid
Constitution).

Konstitusi flesibelitas memiliki ciri-ciri pokok:

a. Sifat elastis artinya dapat disesuaikan dengan mudah.


b. Dinyatakan dan dilakukan perubahan dengan mudah seperti
mengubah udang-undang.
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak tinggi
(Supreme and Not Supreme Constitution).
Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan
tinggi dalam negara (tingkat peraturan perundang-undang).
Konstitusi tidak derajat tinggi yaotu konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan seperti yang pertama.

d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and


Unitary Constitution)

Bentuk negara  akan sangat menentukan kostitusi negara yang


bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-
negara bagian. Hal itu diatur dalam kostitusinya. Pembagian
kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara
kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di
tangan pemerintah pusat.

e. Konstitusi Pemerintah Presidensial dan Pemerintah Parlementer


(President Executive dan Parliamentary Executive Constitution).

Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri


antara lain :

a. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara,


tetapi juga memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
c. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan
tidak dapat memerintah pemilihan umum.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai dasar hukum yang


mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip
kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu
menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi
konstitusi adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham
kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya
suatu konstitusi. Hal ini disebut para ahli sebagai constituent power
yang merupakan kewenangan yang diluar dan sekaligus diatas
sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara
demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu
konstitusi.

4. Unsur-unsur Konstitusi

Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut


pendapat Lohman adalah:
a. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan
perjanjian dari kesepakatan antara warga negara dengan
pemerintah;
b. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu
merupakan penentu hak dan kewajiban warga negara dan
badan-badan pemerintah;
c. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka
pembangunan pemerintah.
5. Sifat Konstitusi

Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo:


1985), suatu konstitusi dapat bersifat kaku atau bisa juga supel
tergantung pada apakah prosedur untuk mengubah konstitusi itu
sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di negara
yang bersangkutan atau belum. Dengan demikian, sifat dari
konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui
prosedur yang berbeda dengan prosedur membuat undang-
undang pada negara yang bersangkutan;
b. Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan
bahwa konstitusi dapat diubah melalui prosedur yang sama
dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang
bersangkutan.
6. Fungsi Konstitusi
Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut.
a. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar
dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya.
b. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan
masyarakat yang dicita-citakan dalam tahap berikutnya.
c. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu
sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua
warga negaranya, baik penguasa maupun rakyat (sebagai
landasan struktural).

E. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa indonesia,


pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms
atau kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul suatu permasalahan
yang  mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk
mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila
cenderung menjadi ideologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahawa pancasila berada diatas dan diluar konstitusi.
Pancasila disebut sebagai konstitusi norma fundamental negara
(Staats Fundamental Norm) dan menggunakan teori  Hans Kelsen dan
Hans Nawaiasky.

Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah


hierarki norma hukum dan rantai validitas yang membentuk piramida
hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan
teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori
Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung.
Susunan norma menurut teori tersebut adalah

1. Norma fundamental negara (Staats Fundamental Norm)


2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz)
3. Undang-undang formal (formell gesetz)
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en
autonome satzung).

Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar


bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar
(staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu
Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu
konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi
suatu negara. Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S.
Attamimi membandingkannya dengan teori Kelsen dan
menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi
menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan
menggunakan teori Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata
hukum Indonesia adalah

1. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).


2. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan
Konvensi Ketatanegaraan.
3. Formell gesetz: Undang-Undang.
4. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari
Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di


kemukakan pertama kali oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan
pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam
Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan
ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm maka
pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat
dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.  Dengan menempatkan pancasila
sebagi Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan pancasila berada di
atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk dalam
pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi.

Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah


pancasila merupakan staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian
dari konstitusi?

Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai


Philosofische grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya yang di atasnya akan didirikan bangunan negara
Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah
Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar
atau lima asas.

Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai


Philosofische grondslag ataupun Weltanschauung, maka hasil dari
persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam Jakarta yang
selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa
Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, termasuk di dalamnya
Pancasila.

F. PENTINGNYA KONSTITUSI BAGI NEGARA

Seperti yang telah saya singgung di awal tadi, bahwa konstitusi


sangatlah penting bagi suatu negara, konstitusi akan mencegah
terjadinya penyalahgunaan atau penyelewengan kekuasaan yang
dilakukan oleh pemerintah atau penguasa serta menjamin agar
manusia tidak saling melanggar hak hak asasi manusia. Konstitusi
sangat penting sebab mempunyai fungsi yang sangat penting, fungsi
utamanya ada dua yaitu :

1. Membagi kekuasaan dalam negara


2. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negar
Ada tiga hal yang diatur dalam sebuah konstitusi yaitu sebagai berikut :

1. Jaminan hak asasi manusia bagi seluruh warga negara dan


penduduk

2. Sistem ketatanegaraan yang mendasar

3. Kedudukan, tugas, dan wewenang lembaga-lembaga negara

G. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA INDONESIA

Atas dasar pemahaman tersebut, konstitusi disamakan


pengertiannya dengan hukum dasar, yang berarti sifatnya bisa tertulis
dan tidak tertulis. Sedangkan undang-undang dasar adalah hukum
dasar yang tertulis atau yang tertuang dalam suatu naskah/dokumen.
Dengan demikian undang-undang dasar merupakan bagian dari
konstitusi. Sedangkan di samping undang-undang masih ada bagian
lain dari hukum dasar yakni yang sifatnya tidak tertulis, dan biasa
disebut dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan. Konvensi ini
merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan negara walaupun tidak tertulis.

Perbedaan Undang-Undang Dasar dengan Konstitusi

Undang-undang dasar adalah suatu kitab atau dokumen yang


memuat aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang
pokok-pokok atau dasar-dasar yang sifatnya tertulis, yang
menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara.
Sedangkan konstitusi adalah dokumen yang memuat aturan-aturan
hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-
dasar, yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis, yang
menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara.
(Soehino, 1985:182).

Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia


UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

RIS 1949 (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)

UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)

UUD 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999)

UUD 1945 hasil amandemen (19 Oktober 1999-Sekarang)

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia

Undang-Undang 1945 merupakan konstitusi bagi Negara


Indonesia. Sebagai dasar hukum, UUD 1945 berperan dalam
mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ideologi bangsa
Indonesia yaitu pancasila. Pancasila sendiri merupakan hukum diatas
segala hukum (staats fundamental norm). Artinya UUD 1945 sebagai
dasar hukum, dalam pembuatannya tidak boleh bertentangan dan
harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada pancasila, sebab UUD
1945 adalah hokum yang setingkat dibawah Pancasila. Maka dari itu
dikenallah asas yang berbunyi “hukum yang lebih tinggi menjadi acuan
bagi hukum yang lebih rendah”.

UUD 1945 dalam prosesnya tidak bersifat absolut, maksudnya


UUD 1945 dapat diamandemen sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan Negara Indonesia. Bahkan dalam perubahan UUD ini telah
tercantum sendiri pada pasa 37. Dan dalam perubahannya juga harus
mematuhi asas “hukum yang lebih tinggi menjadi acuan bagi hukum
yang lebih rendah”.

Pada dasarnya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi


Negara Indonesia maksudnya adalah UUD 1945 menjadi dasar atau
landasan struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan menurut
sistem ketatanegaraan. Undang-Undang Dasar 1945 juga memiliki
fungsi khusus sebagai perwujudan hukum tertinggi yang harus ditaati,
bukan hanya oleh rakyat akan tetapi oleh pemerintahan dan penguasa
juga.

Intinya setiap warga Negara Indonesia beserta pemerintah wajib


mematuhi apa yang sudah tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan
cara ini, tujuan Negara dalam menyelenggarakan kepentingan umum
tanpa menyingkirkan kepentingan pribadi dapat terlaksana dengan
baik dan bijaksana.

H. PERILAKU KONSTITUSIONAL

Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah
memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD 1945, konstitusi RIS,
UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah.
Konstitusi diharapkan bisa hidup dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain, konstitusi benar-
benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara.
          Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan
semua yang digariskan oleh konstitusi. Demikian juga halnya dengan
warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan terhadap konstitusi
ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional
adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak
pada aturan-aturan penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam
UUD 1945. Perilaku konstitusional juga dapat diartikan sebagai
perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Sebaliknya, perilaku
inkonstitusional adalah perilaku yang menyimpang dari konstitusi
negara.
(Jimly Assiddiqlie:21) konsensus yang menjamin tegaknya perilaku
kosntitusional di zaman modern :
1. Kesepakatan tentang adanya tujuan atau cita cita bersama. Karena
cita cita bersama itulah yang pada puncak abstraknya paling
mungkin mencerminkan kesamaan kesamaan kepentingan diantara
sesama warga masyarakat.
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan
pemerintahan atau penyelenggaraan negara. Yang berarti bahwa
basis pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan kostitusi.
3. Kesepakatan antara institusi-institusi dan prosedur-prosedur
ketatanegaraan . dengan adanya kesepakatan itu maka isi kontitusi
dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-benar
mencerminkan keinginan bersama.
Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua
warga negara, karena perilaku konstitusional dapat menciptakan
keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan hukum.
Berikut adalah contoh sikap konstitusional :
A.   Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara
Berdasarkan konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini
penyelenggaraan Nagara dilaksanakan oleh lembaga-lembaga
Negara meliputi : MPR, Presiden, Kementrian Negara, DPR, DPD,
KPU, Badan Pemeriksa Keuangan, MA, MK, TNI, dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Lembaga-lembaga penyelenggara Negara tersebut melaksanakan
tugas atau kewajibannya berdasarkan wewenang yang dimiliki
berdasarkan ketetapan konstitusi lain :
1. MPR
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD

2. Presiden dan Kementrian Negara


 Tidak pernah menghianati Negara
 Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan
tugas sebagai Pres dan Wapres
 Mengajukan rancangan UU kepada DPR
 Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


 Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
 Membentuk undang-undang
 Membahas rancangan undang-undang bersama dengan
Presiden
B. Perilaku Konstitusional Warga Negara
1. Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain.
2. Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, baik peraturan
lalu lintas, sekolah, dan lain sebagainya.
3. Tidak main hakim sendiri.
4. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5. Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu
permasalahan.
6. Mengembangkan sikap sadar dan rasional.
7. Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.
8. Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan
bebas, serta sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9. Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan
suara, tidak dengan money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.
10. Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan
dengan kekerasan, infiltrasi, atau revolusi.
11. Membayar pajak tepat waktu
12. Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan
kemampuan, hak dan kewajiban.
13. Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil
rakyat.
Perilaku konstitusional harus dilaksanakan oleh penyelenggara
dan warga negara secara seimbang. Untuk mengembangkan perilaku
konstitusional, pertama kali dengan mengetahui dan memahami
aturan-aturan penyelenggaraan negara yang tecantum dalam UUD
1945.
MODUL 4

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara


Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk
didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih
berada dalam kandungan. Hak pada umumnya didapat dengan cara
diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Contoh
Hak Warga Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum dan di dalam pemerintahan.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang
dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara
kesatuan Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan
tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu


keharusan / kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai
anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk
didapat . Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan /
kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota
warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai
dengan pelaksanaan kewajiban tersebut . Contoh Kewajiban Warga
Negara Indonesia ;

1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta


dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia
dari serangan musuh.
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(pemda).
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar
negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan
dengan sebaik-baiknya.
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap
segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju
ke arah yang lebih baik

Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945 :


1. Membayar pajak.
2. Membela pertahanan dan keamanan.
3. Menghormati hak asasi.
4. Menjunjung hukum dan pemerintahan.
5.  Ikut serta membela negara.
6. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
7.  Wajib mengikuti pendidikan dasar.
Berikut adalah isi dari pasal yang menyatakan HAK dan
KEWAJIBAN warga Negara dalam UUD 1945 ;
1. Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan  dengan undang-undang  sebagai warga Negara pada
ayat 2, syarat –syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dgn
undang-undang.
2. Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukan nya didalam hukum dan pemerintahan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya
ditetapkan dgn undang-undang.
4. Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut
serta dalam pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan
lebih lanjut diatur dengan UU.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur
oleh Pemerintah Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya
sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai
tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.

Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia (2002) adalah sebuah penduduk sebuah negara atau
bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya,
yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga
dari negara itu. Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk itu sendiri.
Beberapa pengertian tentang warga negara juga diatur oleh
UUD 1945, pasal 26 menyatakan : “ warga negara adalah bangsa
Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai
warga negara”.
Pasal 1 UU No.  22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, menekankan kepada peraturan
yang menyatakan bahwa warga negara RI adalah orang yang
berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan
atau peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah
menjadi warga negara RI.
Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan
penanggung jawab kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh
karena itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga suatu negara
haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara tersebut.
Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka
negara harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana diatur pasal 28 E
ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang
tinggal dalam wilayah negara dapat diklasifikasikian menjadi :
a. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara.
b. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara
bersifat sementara sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki
suatu negara dan tinggal sementara yang diberikan oleh pejabat
suatu negara yang dituju) yang diberikan negara melalui kantor
imigrasi.
B. Konsep hak dan kewajiban warga negara UUD 1945
 hak dan kewajiban warga negara
1. wujud hubungan warga negara dengan negara wujud
hubungan warga negara dan negara pada umumnya
berupa peranan (role).
2. Hak dan kewajiban warga negara indonesia hak
kewajiban warga negaraa indonesia tercantum dalam
pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

 Hak warga negara indonesia


1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan :
“setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya” (pasal 28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah (pasal 28B ayat
1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. “setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup,tumbuh dan berkembang”
5. Hak untuk menembangkan diri dan melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya dan berhak mendapat pendidikan,
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan
hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,
bangsa dan negaranya. (pasal 28C ayat 2)
7. Hak atas pengakuan,jaminan,perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan
hukum. (pasal 28D ayat 1)
8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi hak untuk hidup,
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1)

 Kewajiban warga negara indonesia


1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat
(1) UUD 1945 berbunyi : segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal
27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan : setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal
28J ayat 1 mengatakan : setiap orang wajib menghormati
hak asasi manusia orang lain
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan :
“dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan
dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. Menyatakan : “tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.”

 Hak dan kewajiban telah di cantumkan dalam UUD 945 pasal


26,27,28 dan 30 yaitu :

1. Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-


orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan  dengan undang-undang  sebagai warga
Negara pada ayat 2, syarat –syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dgn undang-undang.
2. Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukan nya didalam hukum dan pemerintahan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya
ditetapkan dgn undang-undang.
4. Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara
untuk ikut serta dalam pembelaan negara dan ayat 2
mengatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan UU.

C. Hak dan Kewajiban Negara/ Pemerintah


Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang
seharusnya diterima dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam
melindungi dan menjamin kelangsungan kehidupan negara serta
terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945.
1. Hak negara atau pemerintah adalah meliputi  :
a. Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan keamanan.
b. Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat hidup
orang banyak.
c. Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.

2. Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :


a. Melindungi wilayah dan warga negara.
b.  Memajukan kesejahteraan umum.
c.  Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
e. Menjamin kemerdekaan penduduk memeluk agama.
f.  Membiayai pendidikan dasar.
g. Menyelenggarakan sistem  pendidikan nasional.
h. Memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari
anggaran belanja negara dan belanja daerah.
i. Memajukan pendidikan dan kebudayaan.
j. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
k. Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kebudayaan nasional.
l. Menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan
menguasai hidup orang banyak.
m. Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran
rakyat.
n. Memelihara fakir miskin.
o. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
p. Menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang layak.

Pasal 27 Ayat 2 Uud 1945 Dan Hubungan Dengan Warga Negara


Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “ Tiap - tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
“ . Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap individu sebagai anggota
warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan serta kehidupan
yang layak dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa , dan
bernegara .
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna
menghasilkan pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan
kehidupan yang layak . Penghidupan yang layak diartikan sebagai
kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar , seperti :
pangan , sandang , dan papan .
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan
tuntutan hak tanpa diimbangi dengan kewajiban . Disisi lain , masih
terdapat pula hak yang kian tak bersambut dengan kewajiban yang
telah dilakukan . Kedua hal tersebut merupakan pemicu terjadinya
ketimpangan antara hak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak dengan kewajiban yang tak kunjung
dilaksanakan .
Tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi dengan
kewajiban , pada umumnya disebabkan oleh adanya sifat malas dan
kurangnya kemampuan dalam suatu bidang pekerjaan . Sifat malas
tersebut dapat menghambat individu sebagai tenaga kerja untuk
menjadi lebih produktif dan inovatif yang menyebabkan tertundanya
penghidupan yang layak , sedangkan kurangnya kemampuan memicu
pola pikir individu menjadi pesimistis yang menyebabkan individu tidak
dapat bergerak kearah tingkat kehidupan yang lebih layak .
Hak yang tak kunjung bersambut atas pelaksanaan kewajiban yang
telah dilakukan , pada umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian
baik dari pihak pemerintah maupun swasta atas upah yang tidak
sesuai dengan pelaksanaan kewajiban yang telah dilakukan .
Hal tersebut, dapat memicu gejolak masyarakat atas terjadinya
ketimpangan akan hak dengan kewajiban. Gejolak masyarakat timbul
akibat adanya rasa ketidakpuasan terhadap ketimpangan tersebut
yang menyebabkan timbulnya  berbagai demo hingga mogok kerja .
Fenomena tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak perlu
dijumpai dalam kehidupan kewarganegaraan .

D. Asas Kewarganegaraan
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga
negara, digunakan 2 kriterium, yaitu:
1. Kriterium kelahiran.
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut
pula Ius Sanguinis. Di dalam asas ini, seseorang memperoleh
kewarganegaraan suatu negara berdasarkan asas
kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli.
Di dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya
berdasarkan negara tempat di mana dia dilahirkan, meskipun
orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama


dengan mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang
satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan
terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak
mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-patride).
Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan kewarga
negaraan seseorang digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di
samping kedua asas di atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif.
Pelaksanaan kedua stelselo ini kita bedakan dalam:
a. Hak Opsi : ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan
(pelaksanaan stelsel aktif);
b. Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan
(pelaksana stelsel pasif).

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan


Adalah suatu proses hukum yang menyebabkan seseorang
dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan negara
lain.
Di indonesia, siapa-siapa yang menjadi warga negara telah
disebutkan di dalam pasal 26 UUD 1945, yaitu:
a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Syarat-syarat mengenai kewarganeraan ditetapkan dengan
undang-undang.

Pelaksanaan selanjutnya dari pasal 26 UUD 1945 ini diatur


dalam UU nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, yang pasal 1-nya menyebutkan: Warga Negara
Republik Indonesia adalah:
a. Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau
perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku
sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah warga negara
Republik Indonesia.
b.  Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya, seorang warga negara RI,
dengan pengertian bahwa kewarganegaraan karena RI tersebut
dimulai sejak adanya hubungan hukum kekeluargaan ini
diadakan sebelum orang itu berumur 18 tahun, atau sebelum ia
kawin pada usia di bawah umur 18 tahun.
c. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia, apabila ayah itu pada waktu meninggal dunia warga
negara RI.
d.  Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI,
apabila ia pada waktu itu tidak mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya.
e. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, jika
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau selama tidak
diketahui kewarganegaraan ayahnya.
f. Orang yang lahir di dalam wilayah RI selama kedua orang
tuanya tidak diketahui.
g. Seseorang yang diketemukan di dalam wilayah RI selama tidak
diketahui kedua orang tuanya.
h. Orang yang lahir di dalam wilayah RI, jika kedua orang tuanya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau selama
kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak diketahui.
i. Orang yang lahir di dalam wilayah RI yang pada waktu lahirnya
tidak mendapat kewarganegaraan ayah atau ibunya itu.
j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan RI menurut aturan
undang-undang ini.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Umum UU No. 62 Tahun 1958


ini dikatakan bahwa kewarganegaraan RI diperoleh:
a. Karena kelahiran;
b. Karena pengangkatan;
c. Karena dikabulkan permohonan;
d. Karena pewarganegaraan;
e. Karena atau sebagai akibat dari perkawinan
f.  Karena turut ayah/ibunya;
g. Karena pernyataan.
      
Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 62 Tahun
ini disebutkan: b, c, d, dan e. Sudah selayaknya keturunan warga
negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah diterangkan di atas
dalam bab I huruf a yang menentukan status anak ialah ayahnya.
Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya
atau apabila ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan ataupun
(selama) tidak diketahui kewarganegaraannya, maka barulah
ibunya yang menentukan status anak itu. Hubungan hukum
kekeluargaan antara ibu dan anak selalu mengadakan hukum
secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan ayahnya, setelah
ayah itu mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila
hubungan hukum itu baru diadakan setelah anak itu menjadi
dewasa, maka ia tidak turut kewarganegaraan ayahnya.
Menjalankan ius soli supaya orang-orang yang lahir di Indonesia
tidak ada yang tanpa kewarganegaraan.

E. Contoh Kasus
a. Perlindungan hukum
Kita sebagai warga negara berhak mendapatkan perlindungan
hukum tetapi kenyataannya masih banyak dari kita yang belum
mendapatkaan perlindungan hukum dengan baik. Contoh kasus
belakangan yang marak terjadi yaitu “begal” dimana pemerintah
(dalam hal ini di wakilkan oleh aparat keamanan ) lebih banyak
bertindak setelah adanya kejadian bukan sebelumnya kejadian.
b. Membayar pajak dan menaati hukum lalu lintas
Keajiban kita sebagai warga negara yaitu membayar pajak ( pajak
bumi & bangunan,pajak kendaraan,pajak bea & cukai,dll),menaati
UU,menaati perpu,hukum lalu lintas,mengikuti wajib militer bila
negara dalam keadaan darurat,dll.
MODUL 5

DEMOKRASI DI INDONESIA

A. Definisi Demokrasi Indonesia


Demokrasi di Indonesia adalah suatu proses sejarah dan
politik perkembangan demokrasi di dunia secara umum, hingga
khususnya di Indonesia, mulai dari pengertian dan konsepsi
demokrasi menurut para tokoh dan founding fathers Kemerdekaan
Indonesia, terutama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Soetan
Sjahrir. Selain itu juga proses ini menggambarkan perkembangan
demokrasi di Indonesia, dimulai saat Kemerdekaan Indonesia,
berdirinya Republik Indonesia Serikat, kemunculan fase
kediktatoran Soekarno dalam Orde Lama dan Soeharto dalam
Orde Baru, hingga proses konsolidasi demokrasi pasca Reformasi
1998 hingga saat ini.

B. Makna Demokrasi dan Prinsip-prinsipnya


1. Makna Demokrasi di Indonesia
Oleh Bani Saksono (wartawan Harian Ekonomi Neraca). Kata
Demokrasi dilihat dari sudut bahasa atau etimologis, berasal dari
bahasa unani, yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau
cratein yang artinya pemerintahan atau kekuasaan. Jadi secara
bahasa demis-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan
rakyat atau kekuasaan rakyat.
Robert Dahl menyebutkan bahwa demokrasi adalah sikap
pemerintah terhadap kehendak rakyatnya. Dalam kancah
kebangsaan dab bernegara, belakangan timbullah istilah
demokrasi ekonomi, demokrasi kebudayaan, dan demokrasi
sebagai jati diri suatu bangsa. Ada pula muncul istilah demokrasi
Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Repubik Indonesia.
Bagaimana dengan praktik berdemokrasi di Indonesia? Salah
satu sila dalam Pancasila adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan. Ada
dua cara untuk membuat kebijaksanaan atau satu keputusan.
Yaitu dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat
atau kata sepakat. Kata sepakat tentu diambil dengan
memperhatikan suara atau aspirasi mayoritas dan minoritas.
Itu sebabnya, dalam demokrasi Pancasila tidak dikenal istilah
diktator mayoritas dan tirani minoritas. Ketika mayoritas
berkuasa, kelompok minoritas akan mendapat pengayoman
hingga dapat hidup berdampingan. Hal itu sejalan dengan ajaran
Rahmatan lil alamin yang dibawa Nabi Muhammad.
Dulu, saat masih diajarkan mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila (PMP), para siswa di sekolah maupun di kampus-
kampus diajarkan pendidikan berperilaku atau berbudi pekerti. Di
situ terdapat ajaran untuk saling menghormati satu sama lain,
menghormati perbedaan, tapi perbedaan itu jangan diterapkan
dengan cara memaksakan kehendak. Pelajaran lainnya adalah
sikap tenggang rasa.
Namun, kini, dalam praktiknya, sikap tenggang rasa itu sudah
mulai luntur atau sirna di kalbu masyarakat. Terbuktinya, masih
banyak anak muda yang gagah perkasa enggan memberikan
tempat duduknya di kereta atau angkutanumum kepada para
orang tua (lansia), ibu hamil, dan yang membawa anak-anak.
Tertib Demokrasi
Dalam alam demokrasi sekarang ini, setiap orang dilindungi
hak pribadinya, termasuk untuk menyamaikan gagasan,
aspirasinya, serta berperan dalam setiap pengambilan
keputusan. Di balik hak itu, tentu ada kewajiban. Setiap individu
juga dikenai kewajiban untuk melaksanakan atau mengikuti
kebijakan atau keputusan yang telah ditetapkan bersama. Lalu
bagaimana dengan kasus sikap mbalelo yang dilakukan para
kader partai politik dalam pemilihan presiden (Pilpres) yang akan
dilaksanakan pada 9 Juli mendatang? Jika kita menganut azas
demokrasi, sikap individu tidak boleh bertentangan dengan
keputusan kolektif.
Negara Indonesia menjamin hak setiap orang, warga negara,
elite politik, tokoh masyarakat. Namun, dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara, semuanya harus sejalan dengan
peraturan yang telah dibuat melalui proses pengambilan
keputusan yang demokratis, baik secara aklamasi atau
musyawarah untuk mufakat maupun pemungutan suara. Jika
tidak, akan timbullah berbagai tindakan pemaksaan kehendak
dan anarkis.

2. Prinsip-prinsip demokrasi
Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi
telah terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.[42] Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat
Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi". [43]
Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah: [43]
 Kedaulatan rakyat;
 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
 Kekuasaan mayoritas;
 Hak-hak minoritas;
 Jaminan hak asasi manusia;
 Pemilihan yang bebas, adil dan jujur;
 Persamaan di depan hukum;
 Proses hukum yang wajar;
 Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
 Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
 Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

C. Demokrasi Indonesia (demokrasi pancasila)


Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang
berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi
Pancasila.
Ada juga yang menyebutkan bahwa demokrasi Pancasila
adalah suatu paham demokrasi yang sumbernya berasal dari
falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali berdasarkan
kepribadian rakyat Indonesia itu sendiri. Falsafah hidup bangsa
Indonesia tersebut kemudian melahirkan dasar falsafah negara
Indonesia, yaitu Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945.
Jadi secara ringkas penjelasan poin-poin penting mengenai
sistem demokrasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Demokrasi dilaksanakan berdasarkan kekeluargaan dan
musyawarah untuk mufakat untuk kesejahteraan rakyat.
2. Sistem organisasi negara dilaksanakan sesuai dengan persetujuan
rakyat.
3. Kebebasan individu dijamin namun tidak bersifat mutlak dan harus
disesuaikan dengan tanggung jawab sosial.
4. Dalam pelaksanaan demokrasi ini tidak ada dominasi mayoritas
atau minoritas, namun harus dijiwai oleh semangat kekeluargaan
untuk mewujudkan cita-cita hidup bangsa Indonesia.
Baca juga:
 Pengertian Demokrasi
 Pengertian Pancasila
Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami mengenai sistem demokrasi ini, maka


kita dapat merujuk pada pendapat para ahli berikut:

1. Drs. C.S.T. Kansil, SH.


Menurut Drs. C.S.T. Kansil, SH., pengertian demokrasi
Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, yang
merupakan sila keempat dari dasar Negara Pancasila seperti
yang tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945.
2. Prof. R.M. Sukamto Notonagoro
Menurut Prof. R.M. Sukamto Notonagoro, pengertian
demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
yang ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Prof. Dardji Darmo Diharjo
Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, pengertian demokrasi
Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan
UUD 1945.
4. Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
Berdasarkan GBHN tahun 1978 dan tahun 1983, demokrasi
Pancasila adalah tujuan dari pembangunan politik di Indonesia
dimana dalam pelaksanaannya diperlukan pemantapan
kehidupan konstitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya
hukum.
Asas-Asas Demokrasi Pancasila
Ada dua asas yang terkandung di dalam sistem demokrasi
Pancasila. Adapun asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas Kerakyatan
Maksud dari asas ini adalah agar bangsa Indonesia memiliki
kesadaran dasar rasa cinta dan padu dengan rakyat, sehingga
dapat mewujudkan cita-citanya yang satu.
2. Asas Musyawarah
Maksud dari asas ini adalah agar bangsa Indonesia
memperhatikan aspirasi dan kehendak seluruh rakyat melalui
permusyawaratan untuk mencapai kesepakatan bersama.
Dalam hal ini, musyawarah menjadi media untuk
mempersatukan pendapat dengan memberikan pengorbanan
dan kasih sayang untuk kebahagiaan rakyat Indonesia.

Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila


Pada dasarnya sistem demokrasi ini memiliki kesamaan dengan
demokrasi universal, namun terdapat perbedaan di dalamnya. Adapun
ciri-ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan konstitusi.
2. Dilakukan kegiatan Pemilihan Umum (PEMILU) secara
berkesinambungan.
3. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan melindungi hak
masyarakat minoritas.
4. Proses demokrasi dapat menjadi ajang kompetisi berbagai ide dan
cara menyelesaikan masalah.
5. Ide-ide yang paling baik bagi Indonesia akan diterima, dan bukan
berdasarkan suara terbanyak.
Prinsip Demokrasi Pancasila
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sistem demokrasi ini sesuai
dengan budaya dan karakter bangsa Indoensia. Adapun beberapa
prinsip sistem demokrasi ini adalah sebagai berikut:
1. Memastikan adanya perlindungan HAM.
2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah.
3. Adanya badan peradilan independen yang bebas dari intervensi
pemerintah atau kekuasaan lainnya.
4. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik sebagai media
untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
5. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan dan dilaksanakan
berdasarkan UUD 1945.
6. Berperan sebagai pelaksana dalam PEMILU.
7. Adanya keseimbangan antara kewajiban dan hak.
8. Kebebasan individu harus bertanggungjawab secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, dan negara.
9. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
10. Penyelenggaraan pemerintah berdasarkan hukum, sistem
konstitusi, dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.

Fungsi Demokrasi Pancasila


Tujuan utama dari sistem demokrasi ini adalah untuk menjamin
hak-hak rakyat Indonesia dalam penyelenggaraan negara. Berikut ini
adalah beberapa fungsi demokrasi Pancasila secara umum:
1. Memastikan keterlibatan rakyat dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Misalnya ikut memilih dalam PEMILU, ikut serta dalam
pembangunan, menjadi anggota Badan Perwakilan.
2. Memastikan berdirinya dan berjalannya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Memastikan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
dengan sistem konstitusional.
4. Memastikan tegaknya hukum yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945.
5. Memastikan terjadinya hubungan yang serasi dan seimbang antar
lembaga negara.
6. Memastikan penyelenggaraan pemerintahan yang
bertanggungjawab.

D. Pelaksanaan Demokrasi Indonesia

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga


negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang
dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Penerapan demokrasi di Indonesia berbeda dengan demokrasi
yang di praktekan di negara-negara lain di dunia. Hal Tersebut di
karenakan sejarah pertumbuhan dan perkembangan bangsia
Indonesia berbeda. Perbedaan tersebut juga de sebabkan karena
perbedaan tata nilai sosial budaya yang di anutnya, yaitu Pancasila,
maka demokrasi yang di terapkan di namakan demokrasi Pancasila.
Pelaksanaan demokrasi di Indosnesia pun mengalami pasang surut
sejalan dengan sejarah ketatanegaraan Indonesia yang berubah pula
dari sejak kita merdeka pada tahun 1945 sampai sekarang.

1. Pelaksanaan demokrasi masa 1945 – 1949 (masa Undang-


Undang Dasar 1945 kurun waktu yang pertama)
Sebagai negara yang baru merdeka Indonesia menghadapi
berbagai rongrongan. Mempertahankan kemerdekaan. Oleh karna
itu kita dapat memahami terjadinya perubahan ketatanegaraan
seperti :
a. Tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat
No. X/1945 yang memberikan kewenangan yang luar biasa
kepada BP KNIP untuk menjalankan kekuasaan legislatif dan
menetapkan GBHN.
b. Tanggal 3 Nopember 1945 di keluarkan maklumat Pemerintah
agar rakyat di beri kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mendirikan partai politik. Setelah di keluarkan Maklumat
tersebut secara resmi berdiri 10 partai politik.
c. Maklumjat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 yang
merubah sistem pemerintahan presidensiil menjadi kabinet
parlementer yang berdasarkan asas-asas demokrasi liberal
yang di pimpin oleh perdana mentri Syahrir. Dlam kabinet ini
mentri-mentri tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung
jawab kepada Presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.
2. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1949 – 1950, masa
konstitusi RIS
Pada masa ini telah terjadi perubahan konstitusi dari Undang-
Undang Dasar 1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serkat. Sejak berlakunya konstitusi RIS yang berlaku
adalah demokrasi liberal dengan sistim parlementer. Pelaksanaan
demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena bentuk
negara serikat yang di anut dalam konstitusi RIS tidak cocok
dengan bangsa Indonesia oleh karenanya pada tanggal 17 Agustus
1950 kita kembali lagi ke bentuk negara kesatuan RI.

3. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1950 -1959, masa


UUDS
Pada masa berlakunyaUUDS 1950 pemerintah berdasarkan
sistem parlementer dengan demokrasinya liberal. Pada masa ini
bangsa Indonesia untuk pertama kalinya menyelenggarakan pemilu
untuk memilih anggota konstituante dan anggota DPR. Lembaga
konstituante yang di beri tugas untuk membentuk UUD ternyata
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini
disebabkan oleh adanya konflik antar partai dalam tubuh
konstituante. Akibat macetnya tugas penyusunan UUD, keadaan
ketatanegaraan menjadi sangat rawan, dan sangat membahayakn
kelangsungan hidup bangsa Indonesia, maka Presiden
mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959 yang isinya menetapkan :
a. Pembubara konstituante
b. Berlakunya UUD 1945 tidak berlakunya UUD Sementara Tahun
1950.
c. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR di tambah
utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPAS.

4. Pelaksanaan Demokrasi kurun waktu tahun 1959 – 1966


Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945
berlaku kembali, Demokrasi yang berlaku adalah Demokrasi
terpimpin dengan sistem pemerintahaan Presidensil, menggantikan
demokrasi liberal dengan sistem pemerintahan parlementer.
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang sesuai dengan sila
keempat pancasila, yaitu demokrasi khas indonesia yang dipimpin
oleh hikmah kebikjasanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Akhirnya semua kebijaksanaan yang di tempuh harus bisa di
kembalikan dengan sila keempat Pancasila.
Presiden Soekarno mengungkapkan demokrasi terpimpin
tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta
budaya bangsa namun identik dengan Demokrasi pancasila.Namun
dalam prakteknya yang di maksud dengan terpimpin adalah di
pimpin oleh Presiden, sehingga terjadi pemusatan kekuasaan pada
satu tangan yaitu Presiden. Kekuasaan presiden sangat dominan,
kepemimpinannya jauh lebih besar dari pada demokrasinya.
Kebijakan-kebijakannya seringkali bertentangan dan menyimpang
dari ketentuan dalam UUD 1945. Pada masa ini politik di Indonesia
didominasi oleh penyimpangan-penyimpangan tersebut
pemerintahan tidak berjalan sesuai dengan UUD 1945, keadan
politik, keamanan dan ekonomi semakin memburuk. PKI
memanfaatkan keadaan itu untuk melakukan pemberontakan,
dengan kegagalan pemberontakan tersebut berakhir pelaksanaan
demokrasi terpimpin dan berlakunya demokrasi Pancasila.

5. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1966 – 1998


Pelaksanaan Demokrasi liberal dan Demokrasi terpimpin telah
membuat bangsa Indonesia Hancur karna telah terjadi
Peyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan cita-cita
Proklamasi , UUD 1945 dan Pancasila.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis diperlukan
adanya keberanian dan peran aktif dari lembaga kontrol terhadap
penyelengaraan pemerintahan sehingga demokrtatisasi dapat
berjalan dengan baik.
Sebaliknya berdasarkan pengalaman sejarah kehidupan
berbangsa dan bernegara pada kurun waktu tahun 1996 sampai
dengan 1998, membuktikan bahwa dengan lemahnya kontrol
terhadap pemerintahan demokratisasi tidak berjalan. Hal ini terjadi
karna orde baru tidak kosekwen dalam pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945. Di mana kekuasa Presiden sangat sentralistik
mendominasi supra struktur maupun infra struktur, Pancasila
sebagai satu satunya asas bagi parpol dan ormas sehingga
menimbulkan budaya KKN yang memicu terjadinya krisis diseluruh
aspek kehidupan bangsa, terjadinya ketidak adilan, pelanggaran
Hak Asasi Manusia dan munculnya gejolak sosial yang mengarah
pada gejala disintegrasi bangsa.
Pada masa ini pancasila di jadikan sumber tindakan otoriter
dengan diikuti manipulasi pasal-pasal dalam UUD 1945. Maka dari
itu rakyat menuntut reformasi untuk mengembalikan Pancasila
pada fungsi dan kedudukan yang sebenarnya yaitu sebagai dasar
negara buikan alat untuk memperkokoh kedudukan penguasa.
Akhirnya lahirlah gerakan reformasi yang ditandai dengan
tumbangnya orde baru pada tanggal 21 Mei 1998.
6. Pelaksanan Demokrasi kurun waktu tahun 1988 sampai sekarang
Dalam praktek orede baru hanya membawa kebahagiaan semu,
Perekonomian merosot, Ekonomi mengarah pada kapitalis dan banyak
lagi. Puncaknya di tandai dengan hancurnya ekonomi nasional. Maka
timbul sebagai gerakan masyarakat yang menuntut roformasi di segala
bidang terutama politik, ekonomi, hukum.
Maka reformasi saat ini banyak di salah artikan sebagai gerakan
masyarakat untuk melakukan pemaksaan kehendak, merusak fasilitas
umum, dan penganiyayaan yang hakekatnya merupakan pelanggaran Hak
Asasi Manusia.
Menurut Riswanda Imawan 1998 makna reformasi pada
hakekatnya sebagai suatu gerakan untuk menata ulang terhadap hal-hal
yang menyimpang untuk di kembalikan ke bentuk semula dengan nilai
nilai idial yang di cita citakan rakyat.
Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono X, 1998, gerakan reformasi
harus tetap ada diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai
landasan cita-cita dan mengarah pada disintergasi, anarchisme, brutalisme
dan pada akhirnya menuju ke arah kehancuran bangsa dan negara
indonesia. Agar gerakan reformasi berhasil harus memiliki kondisi dan
syarat tertentu yaitu :
a. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu
penyimpangan-penyimpangan.
b. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang
jelas,dalam hal ini pancasila sebagai idiologi bangsa dan negara
Indonesia.
c. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu
kerangka struktural tertentu, dalam hal ini UUD sebagai kerangka
acuan reformasi.
d. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta
keadaan yang lebih baik.
e. Reformaswi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai
manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa serta terjaminnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan gerakan reformasi tersebut telah terjadi perubahan-perubahan
dalam bidang politik, adanya pembagian kewenangan secara tegas dan
legislatif, eksekutuf dan yudikatif, peran serta masyarakat semakin
meningkatdan berkurangnya dominasi pemerintah. Demokrasi yang di
kembangkan pada masa ini dalah demokrasi yang berdasarkan pancasila
dan UUD 1945 dengan penyempurnaan dan perbaikan peraturan-peraturan
agar lebih demokratis,mingingkatkan peran lembaga-lembaga demokrasi
dan penegakkan sepremasi hukum sehinga hukum yang demokratis dapat
terwujud.

7. MEMBANGUN DEMOKRASI DI INDONESIA


Negara Indonesia adalah negara demokrasi, dalam dekade terakhir negara
ini banyak mengalami kemajuan dalam berdemokrasi. Para pimpinan
lembaga negara sepakat bahwa kunci membangun demokrasi Indonesia
adalah dengan memperkuat “4 pilar kebangsaan”,  empat pilar itu adalah;
a.  Pancasila
b. UUD 1945
c. NKRI
d. Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan memperkuat empat pilar tersebut diharapkan oleh para
Pimpinan Lembaga Negara dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
yang dihadapi oleh “Negara Indonesia”. Empat pilar tersebut merupakan
pondasi yang kuat yang telah dicetuskan oleh founding father/Bapak
Pendiri Bangsa kita dalam membangun demokrasi. Diharapkan
kesemuanya dapat berjalan balance sehingga tercipta suasana yang
harmonis dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Tidak ada peraturan
yang sempurna jika tidak ada yang patuh dan taat kepadanya, namun
peraturan yang sederhana dan jelek sekalipun jika ditaati dan dilaksanakan
secara bersama-sama maka akan menjadi peraturan yang sempurna.
Keteladanan dari para penyelenggara
Negara sangat diperlukan untuk menciptakan pemerintahan yang
bersih dengan memahami dan melaksanakan nilai-nilai luhur bangsa yang
terangkum dalam 4 pilar berbangsa dan Bernegara. Jadi cukup dengan
empat pilar tersebut jika semuanya menjalankan dengan baik dan benar
karena sebuah ketulusan maka kemungkinan besar Indonesia akan menjadi
Negara Besar dan berdaulat penuh.
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar.
Keduanya menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya.
Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua
warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan
keputusan pemerintahan.
Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih
merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya
dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut
demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide
dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era
Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.
MODUL 6

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

A. Indonesia sebagai Negara hukum


1. Defenisi Negara Hukum
Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang
berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga
negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar
ia menjadi warganegara yang baik. Peraturan yang sebenarnya
menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan keadilan
bagi pergaulan antar warga negaranya. maka menurutnya yang
memerintah Negara bukanlah manusia melainkan “pikiran yang
adil”. Penguasa hanyalah pemegang hukum dan keseimbangan
saja.

Penjelasan UUD 1945 mengatakan, antara lain, “Negara


Indonesia berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (machsstaat)”. Jadi jelas bahwa cita-cita Negara
hukum (rule of  law) yang tekandung dalam UUD 1945 bukanlah
sekedar Negara yang berlandaskan sembarang hukum. Hukum
yang didambakan bukalah hukum yang ditetapkan semata-mata
atas dasar kekeuasaan, yang dapat menuju atau mencerminkan
kekuasaan mutlak atau otoriter. Hukum yang demikian bukanlah
hukum yang adil (just law), yang didasarkan pada keadilan bagi
rakyat.

2. Unsur-unsur, Ciri-ciri, dan Tujuan Hukum


 Unsur-unsur Negara Hukum
 Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia
 Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk
menjamin hak-hak itu
 Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan
perundang-undangan
 Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara
rakyat dengan pemerintahannya

 Ciri-ciri Negara Hukum


1.Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang
berlaku
2.Kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan
kehakiman yang efektif
3.Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
4.Menuntut pembagian kekuasaan

 Tujuan Negara hukum


Di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum
adalah menciptakan ketertiban dan keadilan. Dalam membahas
masalah tujuan hukum, banyak pendapat dikemukakan oleh
para sarjana. Namun demikian secara umum dapat
dikemukakan bahwa tujuan hukum adalah sesuatu yang ingin
dicapai oleh hukum. Menurut L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum
adalah untuk memepertahankan ketertiban masyarakat. Dalam
mempertahankan ketertiban tersebut hukum harus secara
seimbang melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam
masyarakat. Mengenai kepentingan-kepentingan yang ada
dalam masyarakat ini, Roscoe Pond membedakan antara
kepentingan pribadi, kepentingan publik, dan kepentingan
sosial. Apabila pandangan Van Apeldoorn dikaitkan dengan
pandangan Roscoe Pond tersebut, berarti masyarakat, hukum
harus mampu menyeimbangkan kepentingan-kepentingan
pribadi, publik, dan sosial. Pengaturan yang didalamnya
terdapat keseimbangan antara kepentingan-kepentingan
tersebut oleh Van Apeldoorn dikatakan sebagai pengaturan
yang adil.

Negara Hukum Indonesia  diilhami oleh ide dasar rechtsstaat dan


rule of law. Langkah ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
negara hukum Republik Indonesia pada dasarnya adalah negara
hukum, artinya bahwa dalam konsep negara hukum Pancasila
pada hakikatnya juga memiliki elemen yang terkandung dalam
konsep rechtsstaat maupun dalam konsep rule of law.

Yamin menjelaskan pengertian Negara hukum dalam penjelasan


UUD 1945, yaitu dalam Negara dan masyarakat Indonesia, yang
berkuasa bukannya manusia lagi seperti berlaku dalam Negara-
negara Indonesia lama atau dalam Negara Asing yang
menjalankan kekuasaan penjajahan sebelum hari proklamasi,
melainkan warga Indonesia dalam suasana kemerdekaan yang
dikuasai semata-mata oleh peraturan Negara berupa peraturan
perundang-undangan yang dibuatnya sendiri

Indonesia berdasarkan UUD 1945 berikut perubahan-


perubahannya adalah negara hukum artinya negara yang
berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka.
Negara hukum didirikan berdasarkan ide kedaulatan hukum
sebagai kekuasaan tertinggi
 Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH ada dua belas ciri
penting dari negara hukum diantaranya adalah :
a. Supremasi hokum
b. Persamaan dalam hokum
c. Asas legalitas
d. Pembatasan kekuasaan
e. Organ eksekutif yang independent
f. Peradilan bebas dan tidak memihak
g. Peradilan tata usaha Negara
h. Peradilan tata Negara
i. Perlindungan hak asasi manusia
j. Bersifat demokratis
k. Sarana untuk mewujudkan tujuan Negara
l. Transparansi dan kontrol sosial. 
 menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3
ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara hukum, yakni:
1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap
perorangan, aksudnya negara tidak dapat bertindak
sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh hukum,
individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat
mempunyai hak terhadap penguasa.
2. Azas Legalitas, Setiap tindakan negara harus berdasarkan
hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang harus
ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
3. Pemisahan Kekuasaan, Agar hak-hak azasi itu betul-betul
terlindung adalah dengan pemisahan kekuasaan yaitu badan
yang membuat peraturan perundang-undangan,
melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu sama lain
tidak berada dalam satu tangan.
Namun apabila dikaji secara mendalam bahwa pendapat
yang menyatakan orientasi konsepsi Negara Hukum Indonesia
hanya pada tradisi hukum Eropa Continental ternyata tidak
sepenuhnya benar, sebab apabila disimak Pembukaan UUD 1945
alinea I (satu) yang menyatakan “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” menunjukkan
keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi
masalah kemerdekaan melawan penjajahan. Dengan pernyataan
itu bukan saja bangsa Indonesia bertekad untuk merdeka, tetapi
akan tetap berdiri di barisan yang paling depan dalam menentang
dan menghapuskan penjajahan di atas dunia.

Alinea ini mengungkapkan suatu dalil objektif, yaitu bahwa


penjajahan tidak sesuai  dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
dan oleh karenanya harus ditentang dan dihapuskan agar semua
bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak atas kemerdekaan
sebagai hak asasinya. Di samping itu dalam Batang Tubuh UUD
1945 naskah asli, terdapat pasal-pasal yang memuat tentang hak
asasi manusia antara lain: Pasal 27, 28, 29, 30, dan 31. Begitu pula
dalam UUD 1945 setelah perubahan pasal-pasal yang memuat
tentang hak asasi manusia di samping Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31
juga dimuat secara khusus tentang hak asasi manusia dalam Bab
XA tentang Hak Asasi Manusia yang terdiri dari Pasal 28A, 28B,
28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I dan Pasal 28J. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam konsep negara hukum Indonesia juga
masuk di dalamnya konsepsi negara hukum Anglo Saxon yang
terkenal dengan rule of law.
Dari penjelasan dua konsep tersebut dapat disimpulkan
bahwa konsep negara hukum Indonesia tidak dapat begitu saja
dikatakan mengadopsi konsep rechtsstaat maupun konsep the rule
of law, karena latar belakang yang menopang kedua konsep
tersebut berbeda dengan latar belakang negara Republik
Indonesia, walaupun kita sadar bahwa kehadiran istilah negara
hukum berkat pengaruh konsep rechtsstaat maupun pengaruh
konsep the rule of law.

Selain istilah rechtstaat, sejak tahun 1966 dikenal pula istilah


The rule of law yang diartikan sama dengan negara hukum.

Dari berbagai macam pendapat, nampak bahwa di Indonesia


baik the rule of law  maupun rechtsstaat diterjemahkan dengan
negara hukum. Hal ini sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar,
sebab sejak tahun 1945 The rule of law merupakan suatu topik
diskusi internasional, sejalan dengan gerakan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia. Dengan demikian, sulitlah untuk
saat ini, dalam perkembangan konsep the rule of law dan dalam
perkembangan konsep rechtsstaat untuk mencoba menarik
perbedaan yang hakiki antara kedua konsep tersebut, lebih-lebih
lagi dengan mengingat bahwa dalam rangka perlindungan terhadap
hak-hak dasar yang selalu dikaitkan dengan konsep the rule of law,
Inggris bersama rekan-rekannya dari Eropa daratan ikut bersama-
sama menandatangani dan melaksanakan The European
Convention of Human Rights.

Dengan demikian, lebih tepat apabila dikatakan bahwa


konsep negara hukum Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945
merupakan campuran antara konsep negara hukum tradisi Eropa
Continental yang terkenal dengan rechtsstaat dengan tradisi hukum
Anglo Saxon yang terkenal dengan the rule of law. Hal ini sesuai
dengan fungsi negara dalam menciptakan hukum yakni
mentransformasikan nilai-nilai dan kesadaran hukum yang hidup di
tengah-tengah masyarakatnya. Mekanisme ini merupakan
penciptaan hukum yang demokratis dan tentu saja tidak mungkin
bagi negara untuk menciptakan hukum yang bertentangan dengan
kesadaran hukum rakyatnya. Oleh karena itu kesadaran hukum
rakyat itulah yang diangkat, yang direfleksikan dan
ditransformasikan ke dalam bentuk kaidah-kaidah hukum nasional
yang baru.

Apabila dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945


naskah asli, tidak secara eksplisit terdapat pernyataan bahwa
Indonesia adalah negara hukum, lain halnya dalam Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS). Dalam KRIS dinyatakan secara
tegas dalam kalimat terakhir dari bagian Mukadimah dan juga
dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa Indonesia adalah negara hukum.

3. Prinsip-prinsip Negara hukum

 Asas legalitas, yaitu suatu pembatasan kebebasan warga


negara (pemerintah) yang bisa ditemukan dasarnya dalam
undang-undang yang merupakan u suataturan umum. Hukum
umum harus memberikan suatu jaminan (untuk penduduk)
tindakan (pemerintah) yang sewenang-wenang, kolusi, dan
berbagai jenis suatu tindakan yang tidak benar. Dalam
pelaksanaan kekuasaan oleh organ pemerintah bisa ditemukan
dasarnya dalam undang-undang (hukum formal).
 Perlindungan hak asasi manusia.
 Pemerintah terikat oleh hukum.
Pemerintah-dikenakan monopoli untuk memastikan suatu
penegakan hukum. Hukum harus ditegakkan, ketika hukum itu
dilanggar. Pemerintah harus memastikan bahwa orang tidak
instrumen yuridis penegakan hukum. Pemerintah bisa memaksa
seseorang yang melanggar suatu hukum melalui sebuah sistem
peradilan negara. Hukum publik pada prinsipnya untuk
memaksakan tugas pemerintah. Pengawasan oleh hakim
independen. Hukum keuntungan yang tidak bisa ditampilkan,
jika sebuah aturan hukum yang mengatur organ hanya
dilaksanakan. Oleh karena itu, di setiap negara hukum
diperlukan sebuah pengawasan oleh dewan juri independen.

B. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki
setiap manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Mustafa Kamal Pasha (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan Hak Asasi Manusia adalah hal-hak dasar yang dibawa sejak
lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah SWT.

Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan


bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan
martabat yang sama. Dengan pengakuan akan prinsip tersebut maka
setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut Hak Asasi Manusia.

Pertanyaan mendasar yang dikemukakan pada bagian ini adalah;


apa hubungan negara hukum dengan hak asasi manusia?. Jawaban
atasa pertanyaan ini sudah barang tentu, tidak begitu sulit mengkajinya
dari sudut ilmu hukum, sebab antara negara hukum dan hak asasi
manusia, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argumentasi hukum
yang dapat diajukan tentang hal ini, ditunjukan dengan cirri negara
hukum itu sendiri, bahwa salah satu diantranya adalah perlindungan
terhadap hak asasi manusia. Dalam negara hukum hak asasi manusia
terlindungi, jika dalam suatu negara hak asasi manusia tidak dilindungi,
negara tersebut bukan negara hukum akan tetapi negara dictator
dengan pemerintahan yang sangat otoriter. Perlindungan terhadap hak
asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk
penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan
untuk selanjutnya penegakannya melalui badan-badan peradilan
sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan


merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam undang-undang.
Konstitusi melarang campur tangan pihak eksekutif atatupun legislative
terhadap kekuasaan kehakiman, bahkan pihak atasan langsung dari
hakim yang bersangkutanpun, tidak mempunyai kewenangan untuk
mepengaruhi atau mendiktekan kehendaknya kepada hakim bawahan.
Pada hakekatnya, kebebasan peradilan ini merupakan sifat bawaan
dari setiap peradilan hanya saja batas dan isi kebebasannya
dipengaruhi oleh sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan
sebagainya.

Asas perlindungan dalam negara hukum tampak antara lain


dalam Declaration of Independent, deklarasi tersebut mengandung
asas bahwa orang yang hidup di dunia ini, sebenarnya telah diciptakan
merdeka oleh Tuhan, dengan dikaruniai beberapa hak yang tidak
dirampas atau dimusnahkan, hak tersebut mendapat perlindungan
secara tegas dalam negara hukum. Peradilan tidak semata-mata
melindungi hak asasi perorangan, melainkan fungsinya adalah untuk
mengayomi masyarakat sebagai totalitas agar supaya cita-cita luhur
bangsa tercapai dan terpelihara.
Mengenai asas perlindungan , dalam setiap konstitusi dimuat
ketentuan yang menjamin hak-hak asasi manusia. Ketentuan tersebut
antara lain:
a.    Kebebasan berserikat dan berkumpul;
b.   Kebebasan mengeluarkan pikiran baik lisan dan tulisan;
c.    Hak bekerja dan penghidupan yang layak;
d.   Kebebasan beragama;
e.    Hak untuk ikut mempertahankan negara;
f.    Hak lain-lain dalam pasal-pasal tentang hak asasi manusia.

Setiap orang dapat menuntut atau mengajukan gugatan kepada


negara, bila negara melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum
(onrechtmatigadaad), bahwa seorang dapat melakukan gugatan
terhadap penguasa, jika putusan pejabat yang berwenang dirasa tidak
adil. Banyak peraturan-peraturan yang member jaminan kepada para
warga negara, untuk menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-
tuntutan di muka pengadilan, bila hak-hak dasarnya atau
kebebasannya dilanggar.

Dalam pengkajian indonesia, penekanan negara hukum akan


diletakan pada pemikiran bahwa kekuasaan kehakiman indonesia juga
tunduk pada hukum. Pemikiran demikian angat penting untuk
mengantarkan persepsi, bahwa tunduknya kekuasaan kehakiman
pada hukum menyebabkan munculnya pemahaman akanadanya
batas-batas kebebasan kekuasaan kehakiman, dalam memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia. Sehingga dari apa yang
diuraikan diatas sangat jelas hubungan antara negara hukum dengan
hak asasi manusia.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan
secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, sebagai ciri yang
penting suatu negara hukum yang demokratis. Terbentuknya negara
dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu negara, tidak
boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi
kemanusiaan itu, oleh karena itu adanya perlindungan dan
penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan pilar yang
sangat penting dalam setiap negara yang disebut sebagai negara
hukum. Jika dalam suatu negara hak asasi manusia terabaikan atau
dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak
dapat diatasi secara adil, negara yang bersangkutan tidak dapat
disebut sebagai negara huku dalam arti sesungguhnya.

Untuk melihat lebih lanjut hubungan negara hukum dengan hak


asasi manusia, dapat dikaji dari sudut pandang demokrasi, sebab hak
asasi manusia dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan
relasi social yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia diseluruh
penjuru dunia. Hak asasi manusia dan demokrasi juga dapat dimakna
sebagai hasil perjuangan manusia, untuk mempertahankan dan
mencapai harkat kemanusiaannya, sebab hingga saat ini hanya
konsepsi hak asasi manusia dan demokrasi yang terbuktipaling
mengakui dan menjamin harkat kemanusiaan.

Sebagaimana telah dirumuskan dalam naskah perubahan kedua


UUD Tahun 1945, ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia telah
mendapatkan jaminan konstitusional yang sangat kuat dalam Undang-
Undang Dasar. Sebagian besar materi UUD ini sebenarnya berasal
dari rumusan Undang-Undang yang telah disahkan sebelumnya, yaitu
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Ketentuan-ketentuan yang memberikan jaminan konstitusional
terhadap hak-hak asasi manusia sangat penting dan bahkan dianggap
merupakan salah satu ciri pokok dianutnya prinsip negara hukum di
suatu negara.

Bangsa indonesia memahami bahwa The Universal Declaraton of


Human Rights yang dicetuskan pada tahun 1948, merupakan
pernyataan umat manusia yang mengandung nilai-nilai universal yang
wajib dihormati. Bersamaan dengan itu, bangsa indonesia juga
memandang bahwa The Universal Declaration of Human
Responsibility yang dicetuskan oleh Inter Action Council pada tahun
1997 juga mengandung nilai universal yang wajib dijunjung tinggi untuk
melengkapi The Universal Declaraton of Human Rights tersebut.
Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia
itu menjiwai keseluruhan sistem hukum dan konstitusi indonesia, oleh
karena itu perlu diadopsikan kedalam rumusan Undang-Undang Dasar
atas pengertian-pengertian dasar yang dikembangkan sendiri oleh
bangsa indonesia. Sehingga dengan demikian  perumusannya dalam
Undang-Undang Dasar ini mencakup warisan-warisan pemikiran yang
masih terus akan berkembang dimasa-masa yang akan datang.

Dari uraian diatas terlihat jelas hubungan antara negara hukum dan
hak asasi manusia, hubungan mana bukan hanya dalam bentuk formal
semata-mata, dalam arti bahwa perlindungan hak asasi manusia
merupakan cirri utama konsep negara hukum, tapi juga hubungan
tersebut dilihat secara materil. Hubungan secara materil ini dilukiskan
atau digambarkan dengan setiap sikap tindak penyelenggara negara
harus bertumpuh pada aturan hukum sebagai asas legalitas.
Konstruksi yang demikian ini menunjukan pada hakekatnya semua
kebijakan dan sikap tindak penguasa bertujuan untuk melindungi hak
asasi manusia. Pada sisi lain, kekuasaan kehakiman yang bebas dan
merdeka, tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan manapun, merupakan
wujud perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
dalam negara hukum.

C. Penegakan HAM di Indonesia


HAM adalah singkatan dari Hak Asasi Manusia yang berarti hak yang
telah dimiliki semenjak lahir. HAM perlu dilindungi. Untuk itu,
dibentuklah upaya untuk penegakkan HAM diantaranya :

1. Membentuk kerjasama internasional dalam upaya penegakkan


HAM. Indonesia telah menyampaikan kecaman terhadap invasi
Israel terhadap Palestina yang telah menewaskan banyak sekali
warga sipil.
2. Membentuk lembaga terkait penegakkan HAM. Contoh : Komnas
HAM
3. Membentuk undang-undang terkait penegakkan HAM. Contoh :
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai hak asasi
manusia, Undang-undang nomor 26 tahun 2000 mengenai
pengadilan HAM
4. Membentuk pengadilan HAM. Pengadilan HAM berfungsi untuk
memutuskan perkara terkait pelanggaran HAM yang bersifat berat.
5. Dan lain-lain
 Pencegahan pelanggaran HAM
pencegahan pelanggaran ham merupakan upaya
pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan kondisi yang
kondusif dalam penghormatan ham secara persuasif. Secara tidak
langsung hal ini juga bersenggolan dengan upaya penegakan ham
di Indonesia. adapun bentuk upaya pencegahan pelanggaran ham
di Indonesia adalah sebagai berikut:
o Menciptakan tata perundang-undangan ham secara lengkap
dan jelas.
o Menciptakan lembaga lembaga terkait dengan proses
pengawasan serta pemantauan ham.
o Menciptakan undang undang dengan pembentukan lembaga
peradilan yang khusus menangani ham.
o Melaksanakan pendidikan Hak asasi pada masyarakat dengan
melalui perantara keluarga, lingkungan, sekolah dan
masyarakat.
 Penindakan pelanggaran HAM
upaya pemerintah dalam menindak pelanggaran ham
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku adalah sebagai
berikut:
o Munculnya pelayanan, pendampingan, advokasi hukum,
konsultasi bagi masyarakat yang tengah menghadapi kasus
berkaitan dengan ham.
o Penerimaan pengaduan kasus pelanggaran ham dari korban.
o Dilakukannya investigasi dengan cara melakukan pencarian
data, informasi informasi serta fakta terkait dengan peristiwa
yang tengah berlangsung di masyarakat.
o Menyelesaikan perkara melalui jalur damai, negosiasi,
konsiliasi, nediaasi maupun penilaian para ahli.
o Penyelesaian kasus pelanggaran ham berat yang dilakukan
oleh peradilan ham.
MODUL 7

GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA

A. Pengertian Geopolitik
Kata geopolitik berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi
dan “Politik” berasal dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan teia yang berarti urusan.
Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas
(prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-
cita atau tujuan tertentu.
Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai
makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik
merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara, dan
alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita
kehendaki.
Secara umum geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri, lingkungan, yang berwujud Negara kepulauan
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani)
yang berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari
kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau
negara ; dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa. Sebagai acuan bersama,
geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap
kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah
atau tempat tinggal suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan
istilah ilmu bumi politik (political geography), Rudolf Kjellen menyebut
geographical politic dan disingkat geopolitik.
Konsep Geopolitik Indonesia
Geopolitik Indonesia tiada lain adalah Wawasan Nusantara :
1. Wawasan Nusantara tidak mengandung unsur-unsur
ekspansionisme maupun kekerasan
2. Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD
1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka,
berdaulat dan bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak
kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional.
3. Wawasan nusantara juga sering dimaknai sebagai cara pandang,
cara memahami, cara menghayati, cara bertindak, berfikir dan
bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi
proses psikologis, sosiokultural dengan aspek-aspek ASTAGATRA

Komponen strategi asta gatra : 


1. TRI GATRA (tangible) bersifat kehidupan alamiah
a. Letak geografi Negara
b. Keadaan dan kekayaan alam (flora, fauna, dan mineral baik yang
di atmosfer, muka maupun perut bumi) dikelola denga dasar 3
asas : asas maksimal, lestari, dan daya saing.
c. Keadaan dan kemampuan penduduk (jumlah, komposisi, dan
distribusi)
d. Pancagatra
2. (itanggible) kehidupan sosial
a. IDEOLOGI → Value system
b. POLITIK → Penetapan alokasi nilai di sektor pemerintahan dan
kehidupan pololitik masyarakat. sistem politik harus mampu
memenuhi lima fungsi utama :
1) Usaha mempertahankan pola, struktur, proses politik
2) Pengaturan & penyelesaian pertentangan / konflik
3) Penyesuaian dengan perubahan dalam masyarakat
4) Pencapaian tujuan
5) Usaha integrasi

c. EKONOMI (Sumber Daya Alam, Tenaga kerja, Modal, Teknologi)


d. SOSBUD (Tradisi, Pendidikan, Kepemimpinan nasional,
Kepribadian nasional)
e. HANKAM meliputi faktor- faktor :
1) Doktrin
2) Wawasan Nasional
3) Sistem pertahanan keamanan
4) Geografi
5) Manusia
6) Integrasi angkatan bersenjata dan rakyat
7) Material
8) Ilmu pengetahuan dan teknologi
9) Kepemimpinan
10) Pengaruh luar negeri

B. Teori Geopolitik
Istilah geopolitik awalnya sebagai ilmu bumi politik kemudian
berkembang menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan
dengan konstelasi ciri khas negara. Teori geopolitik kemudian
berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional. Oleh karena itu,
geopolitik selalu mengacu pada wawasan nasional. Berikut ini adalah
teori-teori mengenai geopolitik yang pernah ada di dunia;

1. Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844–1904). Berpendapat


bahwa negara itu seperti organisme yang hidup. Negera identik
dengan ruangan yang ditempati oleh sekelompok masyarakat
(bangsa) pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang cukup
agar dapat tumbuh dengan subur. Semakin luas ruang hidup maka
negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju. Oleh karena itu, jika
negara ingin tetap hidup dan berkembang butuh ekspansi
(perluasan wilayah sebagai ruang hidup). Teori ini dikenal sebagai
teori organisme atau teori biologis.
2. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1964–1922). melanjutkan ajaran
Ratzel, tentang teori organisme. Berbeda dengan Ratzel yang
menyatakan negara seperti organisme, maka ia menyatakan
dengan tegas bahwa negara adalah suatu organisme, bukan hanya
mirip. Negara adalah satuan dan sistem politik yang menyeluruh
yang meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial
politik, dan krato politik. Negara sebagai organisme yang hidup dan
intelektual harus mampu mempertahankan dan mengembangkan
dirinya dengan melakukan ekspansi. Paham ekspansionisme
dikembangkan. Batas negara bersifat sementara karena bisa
diperluas. Strategi yang dilakukan adalah membangun kekuatan
darat yang dilanjutkan kekuatan laut.
3. Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896–1946). Melanjutkan
pandangan Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang
lebensraum dan paham ekspansionisme. Jika jumlah penduduk
suatu wilayah negara semakin banyak sehingga tidak sebanding lagi
dengan luas wilayah, maka negara tersebut harus berupaya
memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup (lebensraum) bagi
warga negara.
4. Teori Geopolitik Halford Mackinder (1861–1947). Mempunyai
konsepsi geopolitik yang lebih strategik, yaitu dengan penguasaan
daerah-daerah „jantung‟ dunia, sehingga pendapatnya dikenal
dengan teori Daerah Jantung. Barang siapa menguasai „daerah
jantung‟ (Eropa Timur dan Rusia) maka ia akan menguasai pulau
dunia (Eropa, Asia, dan Afrika) yang pada akhirnya akan menguasai
dunia. Untuk menguasai dunia dengan menguasai daerah jantung
dibutuhkan kekuatan darat yang besar sebagai prasyaratnya.
Berdasarkan hal ini muncullah konsep Wawasan Benua atau
konsep kekuatan di darat.
5. Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan (1840–1914).
Mengembangkan lebih lanjut konsepsi geopolitik dengan
memperhatikan perlunya memanfaatkan serta mempertahankan
sumber daya laut, termasuk akses laut. Sehingga tidak hanya
pembangunan armada laut saja yang diperlukan, namun lebih luas
juga membangun kekuatan maritim. Berdasarkan hal tersebut,
muncul konsep Wawasan Bahari atau konsep kekuatan di laut.
Barang siapa menguasai lautan akan menguasai kekayaan dunia.
6. Teori Geopolitik Saversky, JFC Fuller Guilio Douhet (1869–1930)
dan William Mitchel (1878–1939) mempunyai pendapat lain
dibandingkan dengan para pendahulunya. Keduanya melihat
kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan
peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka berkesimpulan
bahwa membangun armada atau angkatan udara lebih
menguntungkan sebab angkatan udara memungkinkan beroperasi
sendiri tanpa dibantu oleh angkatan lainnya. Di samping itu,
angkatan udara dapat menghancurkan musuh di kandangnya
musuh itu sendiri atau di garis belakang medan peperangan.
Berdasarkan hal ini maka muncullah konsepsi Wawasan Dirgantara
atau konsep kekuatan di udara.
7. Teori Geopolitik Nicholas J. Spijkman (1879–1936) terkenal dengan
teori Daerah Batas. Dalam teorinya, ia membagi dunia dalam empat
wilayah atau area : Pivot Area, mencakup wilayah daerah jantung,
Offshore Continent Land, mencakup wilayah pantai benua Eropa –
Asia, Oceanic Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa – Asia,
Afrika Selatan. New World, mencakup wilayah Amerika.
C. Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara berasal dari kata wawasan dan nusantara.


Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul
kata mawas yang berarti memandang, meninjau atau melihat.
Wawasan berarti pula cara pandang, cara melihat. Dibuatnya
pandangan mengenai wawasan nusantara bukan serta merta tidak
memiliki tujuan. Tujuan wawasan nusantara sebagai geopolitik
Indonesia sendiri dibagi menjadi dua.

Konsep geopolitik Indonesia berlandaskan pada pandangan


kewilayahan dan kehidupan bangsa. Sebagai negara yang sangat luas
dengan berbagai keragaman di dalamnya, Indonesia memiliki
wawasan nusantara sebagai dasar pengembangan wawasan nasional.

Tujuan Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

Tujuan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia secara


umum dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah 'Untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial.'.

Tujuan wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia dibagi


menjadi 2 macam, yaitu:

1. Sebagai Geopolitik Indonesia Keluar


Tujuan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia keluar
adalah menjamin kepentingan nasional dalam era globalisasi yang
semakin mendunia maupun kehidupan dalam negeri. Selain itu turut
serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, keadilan sosial, serta kerjasama dan sikap saling
hormat menghormati.

Artinya, bangsa Indonesia harus terus-menerus mengamankan


dan menjaga kepentingan nasionalnya dalam kehidupan
internasionalnya dalam semua aspek kehidupan, baik politik,
ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan demi
tercapainya tujuan nasional sesuai tertera dalam UUD 1945.

2. Sebagai Geopolitik Indonesia Ke Dalam

Tujuan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia ke


dalam adalah menjamin persatuan dan kesatuan di segenap aspek
kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
Bangsa Indonesia harus meningkatkan kepekaannya dan berusaha
untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor
penyebab timbulnya disintregasi bangsa dan terus-menerus
mengupayakan dan terjaganya persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan.

D. Fungsi Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

Secara umum, berperan sebagai pedoman, motivasi, dorongan dan


rambu-rambu dalam memastikan semua kebijaksanaan, ketentuan,
tindakan, serta perbuatan untuk penyelenggaraan negara di pusat
serta daerah ataupun untuk semua rakyat Indonesia dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa serta bernegara.
Selain itu, wawasan nusantara juga berfungsi untuk membentuk dan
membina persatuan kesatuan bangsa dan negara Indonesia serta
merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakan serta
langkah pembangunan di Indonesia.

E. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik


Indonesia

Geopolitik merupakan pertimbangan dasar dalam penyelenggaraan


negara berdasarkan letak geografisnya. Untuk memenangkan suatu
perlombaan, sebagai warga negara wajib memahami medan sehingga
mengetahui strategi terbaik apa yang harus diterapkan dalam
perlombaan tersebut.

Sama halnya dengan negara, suatu negara membutuhkan geopolitik


untuk menentukan pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan
situasi geografis dalam mencapai tujuan negara tersebut. Indonesia
sebagai negara kepulauan dan bangsa yang majemuk mempunyai
geopolitik tersendiri, yaitu wawasan nusantara.

Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia


terhadap lingkungannya. Bangsa Indonesia memandang wawasan
nusantara sebagai visi dan perwujudan kebhinekaan (keberagaman)
yang ada di Indonesia. Hakikat dari wawasan nusantara ini adalah
menyatukan perbedaan dan batasan wilayah di seluruh Indonesia dari
Sabang sampai Merauke sehingga terwujudnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang bersatu dan utuh dalam mencapai
tujuan nasional Indonesia.

Wawasan nusantara Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh


pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berdasarkan falsafah
Pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berdasarkan
pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Hal itu
karena dasar pemikiran wawasan nusantara terdiri atas dasar
pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan
kesejarahan.

F. Manfaat Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

1. Diterima dan diakuinya konsepsi nusantara di forum internasional.


2. Wawasan nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional.
3. Penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang
tentang keutuhan wilayah nusantara yang perlu dipertahankan oleh
bangsa Indonesia.
4. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan
potensi sumber daya yang besar bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat.
5. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.

G. Implementasi Wawasan Nusantara


Implementasi wawasan nusantara di era global merupakan
pelaksanaan atau penerapan suatu wawasan pada zaman dimana
kebudayaan, morale, maupun tingkat ketergantungan masyarakat
menaik. Globalisasi menjadi dampak nomor 1 bagi perubahan budaya,
pikiran maupun sikap. Wawasan nusantara adalah wawasan nasional
bangsa Indonesia. Wawasan nusantara bertujuan untuk mewujudkan
kesatuan dalam segenap aspek kehidupan baik aspek ilmiah maupun
aspek sosial. Implementasi wawasan nusantara di era global harus
disusun secara matang dengan rencana yang sudah dibuat untuk
ditrerapkan dikalangan masyarakat dengan berbagai aspek dan
mewujudkan kebahagiaan dan ketertiban masyarakat Indonesia yang
dimana di era globalisasi ini banyak permasalahan yang disebabkan
karena kurangnya penerapan dan pemahaman konsep wawasan
nusantara tersebut. Dan wawasan nusantara sebagai landasan
visional mutlak perlu ditanamkan kembali dalam tatanan kehidupan
masyarakat Indonesia.

Imlementasi wawasan nusantara bertujuan untuk menerapkan


wawasan nusantara dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup
bidng politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan nasional :

4. Implementasi dalam Kehidupan Politik.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


mengimplementasikan wawasan nusantara, yaitu:

Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang -


undang, seperti UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum, dan UU
Pemilihan Presiden.Pelaksanaan undang-undang tersebut harus
sesuai hukum dan mementingkan persatuan bangsa.Contohnya
seperti dalam pemilihan presiden, anggota DPR, dan kepala
daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan keadilan,
sehingga tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di


Indonesia harus sesuai denga hukum yang berlaku.Seluruh bangsa
Indonesia harus mempunyai dasar hukum yang sama bagi setiap
warga negara, tanpa pengecualian. Di Indonesia terdapat banyak
produk hukum yang dapat diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten
dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku secara nasional.

Mengembagkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme


untuk mempersatukan berbagai suku, agama, dan bahasa yamg
berbeda, sehingga menumbuhkan sikap toleransi.

Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga


pemerintahan untuk menigkatkan semangat kebangsaan dan
kesatuan
Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan
memperkuat korps diplomatik ebagai upaya penjagaan wilayah
Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan pulau kosong.

5. Implementasi dalam Kehidupan Ekonomi

Wilayah nusantara mempunyai potensi ekonomi yang tinggi,


seperti posisi khatulistiwa, wilayah laut yang luas, hutan tropis yang
besar, hasil tambang dan minyak yang besar, serta memeliki
penduduk dalam  jumlah cukup besar.Oleh karena itu,
implementasi dalam kehidupan ekonomi harus berorientasi pada
sektor pemerintahan, pertanian, dan perindustrian. 

Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan


keseimbangan antardaerah.Oleh sebab itu, dengan adanya
otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam keadilan ekonomi.

Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat,


seperti dengan memberikan fasilitas kredit mikro dalam
pengembangan usaha kecil.

6. Implementasi dalam Kehidupan Sosial dan Budaya

Tari pendet dari Bali merupakan budaya Indonesia yang harus


dilestarikan sebagai implementasi dalam kehidupan sosial.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial, yaitu

Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara


masyarakat yang berbeda, dari segi budaya, status sosial, maupun
daerah. Contohnya dengan pemerataan pendidikan di semua
daerah dan program wajib belajar harus diprioritaskan bagi daerah
tertinggal.
Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan kekayaan
Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang
memberikan sumber pendapatan nasional maupun daerah.
Contohnya dengan pelestarian budaya, pengembangan
museum, dan cagar budaya. 

7. Implementasi dalam Kehidupan Pertahanan dan Keamanan

Membagun TNI Profesional merupakan implementasi dalam


kehidupan pertahanan keamanan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam kehidupan pertahanan dan keamanan, yaitu :

Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus


memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
berperan aktif, karena kegiatan tersebut merupakan kewajiban
setiap warga negara, seperti memelihara lingkungan tempat
tinggal, meningkatkan kemampuan disiplin, melaporkan hal-hal
yang menganggu keamanan kepada aparat dan belajar kemiliteran.

 Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah


atau pulau juga menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan
ini dapat diciptakan dengan membangun solidaritas dan hubungan
erat antara warga negara yang berbeda daerah dengan kekuatan
keamanan.

Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana


dan prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah
Indonesia, terutama pulau dan wilayah terluar Indonesia
MODUL 8

A. PENGERTIAN GEOSTRATEGI
Geostrategi di artikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan dan
kepurusan dan keputusan terukur dan terimajinasi guna mewujudkan
masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat.
Bagi bangsa Indonesia geostrategi di artikan sebagai metode untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional.
Karena tujuan itulah maka hal itu sebagai pegangang atau bahkan
doktrin pembangunan dan hal ini lazim disebut sebagai suatu
ketahanan nasional.
Berdasarkan pengertian tersebut maka perkembangan geostrategi
Indonesia sangat terkait erat dengan hakikat terbentuknya bangsa
Indonesia yang terbentuk dari berbagai macam etnis, suku, ras,
golongan, agama, bahkan terletak dalam teritorial yang terpisahkan
oleh pulau-pulau dan lautan. Selain itu, hal itu terwujud karena adanya
proses sejarah, nasib serta tujuan untuk mencapai martabat
kehidupan yang lebih baik.
Menurut Notonagor, terbentuknya bangsa Indonesia merupakan
proses monopluralis. Oleh karena itu prinsip-prinsip nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan
berkembang dalam suatu proses sejarah, sejak zaman prasejarah,
Sriwijaya, Majapahit, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan
sampai proklamasi 17 Agustus 1945, dan kemudian membentuk
bangsa dan Negara Indonesia.
b. Kesatuan nasib, yaitu segenap unsur bangsa berada dalm suatu
proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang sama, yaitu
penderitaan penjajahan dan kebahagiaan yang sama.
c. Kesatuan budaya, yaitu beraneka ragam kebudayaan tumbuh dan
berkembang dan secara bersama-sama membentuk puncak-
puncak kebudayaan nasional Indonesia.
d. Kesatuan wilayah, yaitu segenap unsur bangsa Indonesia berdiam
disegenap wilayah territorial yang dalam wujud berbagai pulau
dengan lautannya, namun merupakan satu kesatuan wilayah
tumpah darah Negara dan bangsa Indonesia.
e. Kesatuan asas kerohanian, yaitu adanya kesatuan ide, tujuan, cita-
cita dan nilai-nilai kerohanian yang secara filosofi Negara
Indonesia Pancasila.
B. Pengertian dan Sejarah Ketahanan Nasional Indonesia

1. Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan
nasional yang harus senangtiasa diwujudkan dan dibina secara
terus menerus secara sinergi. Hal demikian itu, dimulai dari
lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa
dan Negara dengan modal dasar keuletan dan ketangguhan yang
mampu mengembangkan kekuatan nasional.
Ketahanan nasional merupakan istilah khas Indonesia yang
muncul pada tahun 1960-an. Istilah ketahanan nasional dalam
bahasa inggris bias disebut sebagai national resilience. Dalam
terminologi barat dikenal dengan istilah national power (ketahanan
nasional).
Terdapat 3 sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan
nasional :
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi. Perspektif ini melihat
ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran keadaan
yang seharusnya terpenuhi. Keadaan atau kondisi ideal
demikian memungkinkan suatu Negara memiliki kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional sehingga mampu
menghadapi segala macam ancaman dan gangguan bagi
kelangsungan hidup bangsa yang bersangkutan.
2. Ketahanan nasional sebagai pendekatan, strategi, metode, atau
cara dalam menjalankan suatu kegiatan, khususnya
pembangunan Negara, pendekatan disebut bersifat integral
yang mencerminkan segala aspek saat membangun maupun
memecahkan masalah kehidupan, dengan menggunakan
pemikiran (system thinking).
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin atau konsepsi. Ketahanan
nasional merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang
berupa ajaran konseptual tentang pengaturan bernegara. Fokus
diarahkan pada upaya menata hubungan antara aspek
kesejahteraan dan keamanan dalam arti luas. Sebagai doktrin
dasar nasional, konsep ketahanan nasional dimasukkan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) agar setiap
masyarakat dan penyelenggara Negara menerima dan
menjalankannya.
Ketahanan nasional adalah konsepsi politik kenegaraan
Republik Indonesia. Ketahanan nasional merupakan landasan
konsepsional bagi pembangunan nasional di Indonesia. Sebagai
konsepsi politik ketahanan nasional dimasukkan pada GBHN
sebagaimana halnya dengan wawasan nusantara.
Pada bahasan ini, kajian mengenai ketahanan nasional lebih
menitik beratkan pada ketahanan nasional sebagai kondisi dan
secara tidak lansung sebagai sebuah doktrin dasar nasional
Indonesia serta pendekatan dalam pelaksananaa pembangunan.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ketahanan nasional
adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat
menjamin kelangsungan hidupnya, menuju kejayaan bangsa dan
Negara. Hakikat ketahanan nasional Indonesia adalah keuletan
dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
menggambarkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam mencapai tujuan
nasional.
2. Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional
Konsepsi ketahanan nasional memiliki latar belakang sejarah
lahirnnya di Indonesia.
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal
tahun 1960-an pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD
yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi,19997). Masa itu
adalah sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari
Uni Soviet dan China. Pengaruh komunisme menjalar sampai
kawasan Indo Cina sehingga satu persatu kawasan Indo Cina
menjadi Negara komunis, seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja.
Tahun 1960-an terjadi komunis Fhilipina, Malaysia,
Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan komunis Indonesia
berhasil mengadakan pemberontakan pada 30 September 1965,
tetapi tetap akhirnya dpat diatasi. Menyadari atas berbagai kejadian
tersebut, semakin memperkuat gagasan pemikiran tentang
kekuatan apa yang seharusnya ada dalam masyarakat dan bangsa
Indonesia agar kedaulatan dan keutuhan bangsa Indonesia
terjamin di masa mendatang jawaban atas pertanyaan ekspotatif
tersebut adalah adanya kekuatan nasional yang diantara lain
berupa unsur kesatuan dan persatuan, serta kekuatan nasional.
Pengembangan atas pemikiran awal tersebut semakin kuat
setelah berakhirnya G 30 S PKI. Pada tahun 1968, pemikiran di
lingkungan SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga
Pertahanan Nasional). Tantangan dan ancaman terhadap bangsa
harus diwujudkan dalm bentuk ketahanan bangsa yang
dimanifestasikan dalm bentuk tameng yang terdiri dari unsur-unsur
ideologi, ekonomi, sosial, dan militer. Tameng yang dimaksud
adalah sublimasi dari konsep kekuatan sebagai manifestasi konsep
dari SSKAD.
Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang
menjadi pertanda dari ditinggalkannya konsep kekuatan, meskipun
dalam ketahanan nasional sendiri terdapat konsep kekuatan.
Kesadaran untuk mempertahankan Negara dari segala ancaman
dan kekuatan yang membahayakan hidup Negara Indonesia.
Kesadaran ini diperluas pada tahun 1927 menjadi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG). Konsepsi ketahanan
nasional Indonesia berawal dari konsepsi kekuatan nasional yang
dikembangkan oleh kalangan militer. Pemikiran konseptual
Ketahanan Nasional ini dimulai menjadi doktrin dasar nasional
setelah dimasukkannya ke dalalam GBHN.
C. UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL

1. Gatra dalam Ketahanan Nasional


Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi
kekuatan/ketahanan nasional suatu Negara terdiri atas beberapa
aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur
kekuatan nasional suatu Negara.
a. Unsur kekuatan nasional Hans J. Morgenthou,
Unsur ketahanan nasional Negara terbagi menjadi beberapa
factor, yaitu :
 Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber
daya alam
 Factor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan
industry, militer, demografi, karakter nasional, modal
nasional, moral nasional, dan kualitas diplomasi.
b. Unsur kekuatan nasional Negara terdiri menjadi dua factor, yaitu
 Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industry,
dan militer.
 Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral
nasional, dan kualitas kepemimpinan.
c. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra,
Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu :
 Alamiah terdiri atas geografi, sumber daya, dan penduduk
 Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik,
budaya dan moral nasional.
 Lain-lain: ide, intelegensi, dan diplomasi, kebijakan
kepemimpinan.
d. Unsur kekuatan nasional model Indonesia
Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan
gatra dalam ketahanan nasional Indonesia. Pemikiran tentang
gatra dalam ketahanan nasional dirumuskan dan dikembangkan
oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia
dikenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan
Pancagatra.
 Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas
penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
 Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri atas
idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan.
 Bila dibandingkan perumusan unsur-unsur ketahanan
nasional di atas, pada hakikatnya dapat dilihat adanya
persamaan. Unsur-unsur demikian dianggap mempengaruhi
Negara dalam mengembangan kekuatan sebuah bangsa,
dan seterusnya. Jawaban eksploratif atas pertanyaan
tersebut sampai pada kesimpulan bahwa pada hakikatnya
ketahanan nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.
Dalam praktinya kondisi ketahanan nasional dapat
diketahui melalui pengamatan atas sejumlah gatra dalam
suatu kurun waktu tertentu. Hasil pengamatan yang
mendalam itu akan menggambarkan tingkat ketahanan
nasional. Apakah ketahanan
 Nasional Indonesia kuat/meningkat atau lemah/menurun.
Lemah atau turunnya tingkat ketahanan nasional akan
menurun kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman
yang terjadi. Apakah pengamatan tersebut kita lakukan pada
sejumlah gatra yang ada pada tingkat wilayah atau regional
maka akan menghasilkan ketahanan nasional.
2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional
a. Unsur atau Gatra Penduduk

Penduduk suatu Negara menentukan kekuatan atau ketahanan


nasional Negara yang bersangkutan, faktor yang berkaitan
dengan penduduk Negara meliputi dua hal berikut.

 Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, pertumbuhan,


persebaran; peralatan dan pertimbangan penduduk di tiap
wilayah Negara. Terkait dengan unsur penduduk adalah
faktor moral nasional dan karakter nasional. Moral nasional
menunjukan pada dukungan rakyat secara penuh terhadap
negaranya kita menghadapi ancaman. Karakter nasional
menunjukan pada cirri-ciri khusus yang dimiliki suatu bangsa
sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan
karakter nasional mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.
b. Unsur atau Gatra Wilayah
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional Negara. Hal
yang terkait dengan wilayah Negara meliputi :
 Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara
kepulauan atau Negara continental;
 Luas wilayah Negara; ada Negara dengan wilayah yang luas
dan Negara dengan wilayah yang sempit (kecil);
 Posisi geografis, astronomi dan geologi Negara;
 Daya dukung wilayah Negara; ada wilayah yang habitable
dan ada wilayah yang uhabitable.
 Dalam kaitannya dengan wilayah Negara, pada masa
sekarang ini perlu dipertimbangkan adanya kemajuan
teknologi, kemajuan informasi dan komunikasi. Suatu
wilayah yang pada awalnya sama sekali tidak mendukung
kekuatan nasional, karena penggunaan teknologi maka
wilayah itu kemudian menjadi unsure kekuatan nasional
Negara. Misalnya, wilayah kering dibuat saluran atau sungai
buatan.
 Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam
 Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam
sebagai elemen ketahanan nasional, meliputi;
 Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan
mencakup sumber daya alam hewani, nabati dan tambang;
 Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam;
 Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan
masa depan lingkungan hidup;
 Kontrol sumber daya alam.
c. Unsur atau gatra di Bidang Ideologi
Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah
masyarakat tentang kebaikan bersama yang dirumuskan dalam
bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan itu. (Ramlan Surbakti,1999). Ideologo itu
berisikan serangkaian nilai (norma) atau sistem dasar yang
bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang
oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau
pandangan hidup mereka. Ideologi mengandung ketahanan
suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu bangsa memiliki
dua fungsi pokok, yaitu
 Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang
bersangkutan, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam
ideologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju secara
bersama;
 Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang
bersangkutan, artinya masyarakat yang banyak dan
beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik
bersama dan menjadikannya bersatu.
d. Unsur atau Gatra di Bidang Politik
Politik penyelenggara bernegara amat mempengaruhi
kekuatan nasional suatu Negara penyelenggara bernegara
dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti
 Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi
atau nondemokrasi;
 Sistem pemetintahan yang dijalankan apakag sistem
presidensial atau parlementer;
 Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republic atau
kerjaan;
 Suatu Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara
kesatuan atau Negara serikat.
Pemilihan suatu bangsa atas politik penyelenggaraan
bernegara tertentu saja tergantung pada nilai-nilai dan aspirasi
bangsa yang bersangkutan. Dalam realitasnya, sebuah bangsa
yang bersangkutan. Dalam realitasnya, sebuah bangsa bias
mengalami beberapa kali perubahan dan pergantian politik
penyelenggaraan bernegara. Misalnya Negara Prancis dari
bentuk kerajaan menjadi republik.
Bangsa Indonesia sekarang ini telah bertetapan untuk
mewujudkan Negara Indonesia yang bersusunan kesatuan,
berbentuk republic dengan sistem pemerintahan presidensial.
Adapaun sistem politik yang dijalankan adalah sistem politik
demokrasi (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945)

e. Unsur atau Gatra di bidang Ekonomi


Ekonomi yang dijalankan oleh suatu bangsa Negara
merupakan kekuatan nasional Negara yang bersangkutan
terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan
lansung dalam upaya pemberian dan sidtribusi kebutuhan
warga Negara. Kemajuan pusat di bidang ekonomi tertentu saja
menjadikan Negara yang bersangkutan tumbuh sebagai
kesatuan dunia. Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap Negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka
mendukung kekuatan ekonomi bangsanya. Sistem ekonomi
secara garus besar dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosiakis. Suatu
Negara dapat pula mengembangkan sistem ekonomi yang
dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi bangsa
bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem
ekonomi Pancasila yang bercorak kekeluargaan.
f. Unsur atau Ftra di Bidang Sosial Budaya
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan
nasional suatu Negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa
yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi
bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya
masyarakatnya. Contohnya, bangsa Indonesia yang heterogen
berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang relatif
homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat
penting sehingga dapat memperkuat kekuatan nasionalnya.
Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi
kebijakan, yaitu “assimilationist policy” dan “bhineka tunggal ika
policy” (Winarno,2002). Strategi pertama dengan cara
penghapusan sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil yang
berbeda menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua
dengan cara penciptaan kesetiaan nasional tanpa
menghapuskan kebudayaan lokal, tidak dapat ditentukan
strategi mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan
kombinasi dari keduanya. Kesalahan dalam strategi dapat
mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke perpecahan
bahkan perang saudara. Misal, perpecahan etnis di Yugoslavia,
pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di Rwanda, perang
saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Srilanka.
g. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan suatu Negara merupakan unsru
pokok terutama dalam menghadapi ancaman militer Negara
lain. Oleh karna itu, unsure utama pertahanan keamanan
berada di tangan (militer). Pertahanan keamanan Negara juga
merupakan salah satu fungsi pemerintahan Negara.
Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya
pertahanan Negara sebagai bentuk dari hak dan kewajiban
warga Negara dalam membela Negara. Upaya melibatkan
rakyat menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem dan politik pertahanan yang dianut oleh Negara. Politik
pertahanan Negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa,
kepentingan nasional dan konteks zamannya.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan
sesuai dengan Undang-undang nomor 3 tahun 2003 tentang
Pertahanan Negara. Pertahanan Negara Indonesia bersifat
semesta dengan menempatkan tentara sebagai komponen
utama pertahanan. Ketahanan Negara Indonesia dikelola
berdasarkan unsure Asragrata yang meliputi unsur-unsur
Geografi,
Kekayaan alam,
Kependudukan disebut Trigatra,
Idiologo,
Politik,
Ekonomi,
Sosial ekonimi,
Pertahanan keamanan disebut Pancagatra.
Kebutuhan nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana
terdapat saling hubungan antara gatra dalam keseluruhan
kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas pancasila dalam
kehidupan nasional Indonesia tersebut terintegrasi dan dalam
integrasinya dengan Trigrata. Keadaan kedelapan unsur
tersebut mencerminkan kondisi ketahanan nasional Indonesia,
apabila ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan
disalah satu gatra secara keseluruhan. Ketahanan nasional
Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan ketahanan
segenap gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang
integrative dari kondisi dinamik kehidupan bangsa di seluruh
aspek kehidupan.
D. PENDEKATAN ASTRA GRATA DALAM PEMECAHAN MASALAH
Ketahanan nasional atas 3 konsep, yakni :
a. Ketahanan Nasional sebagai kondisi
b. Ketahanan Nasional sebagai metode atau pendekatan
c. Ketahanan Nasional sebagai doktrin pengaturan bernegara
Sebagai kajian akademik, kita menggunakan konsepsi ketahanan
sebagai doktrin tetapi sebagao kondisi. Ketahanan nasional adalah
kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek
kehidupan bangsa dan Negara. Aspek kehidupan tersebut telah
dielaborasi dalam wujud Astra Gatra yang meliputi Tri Gatra (aspek
alamiah) dan Panca (aspek sosial). Aspek tersebut akan semakin kuat
dan kokoh, jika dilakukan upaya pembinaan dan pengembangan
terhadap setiap aspek (gatra) secara terencana, terpadu, dan
berkesinambungan. Pembinaan Ketahanan Nasional dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Astra Gatra (delapan aspek), yang
merupakan keseluruhan dari aspek-aspek kehidupan bangsa dan
Negara Indonesia, diantarannya :
 Pembinaan terhadap aspek sosial
Aspek ini bersifat dinamis, mudah berubah dan termasuk
dalam factor intangible.
 Pembinaan terhadap aspek ideologi
Yakni ideologi pancasila adalah berkaitan dengan 5 nilai
dasar yang dikandungnya, yang terjabarkan dalam nilai
instrumental dalam UUD 1945. Amandemen atas UUD 1945 serta
adanya rencana perubahan yang akan datang harus terus dapat
dikembalikan pada nilai dasar Pancasila. Pembinaan kehidupan
politik.
Mengarah pada sistem politik demokrasi dan budaya
demokrasi. Pengembangan budaya politik yang dititik beratkan
pada penanaman nilai-nilai demokratis harus terus diupayakan
melalui penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai
politik demokratis, terutama penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-
nilai persamaan, anti-kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui
berbagai wacana dan media serta upaya mewujudkan berbagai
wacana dialog bagi peningkatan kesadaran mengenai pentingnya
memelihara persatuan bangsa. Jika kehidupan politik berlangsung
demokratis dan stabil maka ketahanan politik bangsa akan terjaga.
Gatra ekonomi diarahkan pada landasan yang bertumpu
pada kekuatan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas
ekonimi. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi harus dilakukan
dengan pendekatan yang menyeluruh dan seimbang, konsisten
dan adil. Kemiskinan terjadi bukan sekedar karena belum
terpenuhinya kebutuhan pokok, tetapi karena tidak adanya hak dan
akses untuk memenuhi kebutuhan pokok, tetapi karena tidak
adanya hak dan akses untuk memenuhi kebutuhan pokok. Rakyat
Indonesia akan menjadi sejahtera bila hak dan aksesnya untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya terjamin.
Dalam gatra sosial budaya ancaman yang muncul adalah
mudahnya infiltrasi nilai-nilai budaya barat yang sekuler,liberal, dan
materialistic kemasyarakat Indonesia. Pembinaan yang dilakukan
terutama dengan meningkatkan pemahaman, kesadaran dan
penghargaan terhadap nilai-nilai budaya bangsa sendiri.
Dalam gatra pertahanan dan keamanan, kepentingan nasional
Indonesia yang vital dan permanen adalah tetap tegak dan utuhnya
NKRI yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dalam
mewujudkan kepentingan nasional tersebut, pertahanan Negara
Indonesia diselenggarakan untuk menangkal dan mencegah segala
bentuk ancaman dan gangguan, baik yang bersumber dari dalam
maupun luar negeri.
E. POTENSI ANCAMAN DI ERA GLOBAL
Beberapa ancaman Dalam dan Luar Negeri
1. Ancaman dari dalam Negeri
a. Disintegrasi bangsa
Sentiment kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan
Pemerintah pusat melalui gerakan-gerakan separatis.
 Contoh : berbagai pemberontak PKI, RMS (Republik Maluku
Selatan), PRRI Permesta
Dan juga gerakan sparatis di Timor-Timur yang pernah
menyatakan dirinya berintegrasi dengan Indonesia, meskipun
akhirnya kenyataan politik menyebabkan lepasnya kembali
daerah tersebut. Ancaman sparatis dewasa ini ditunjukan
dengan banyaknya wilayah atau provinsi di Indonesia yang
mengiginkan dirinya merdeka lepas dari Indonesia seperti Aceh,
Riau, Irian Jaya, dan beberapa daerah lain begitu pula
beberapa aksi provokasi yang mengganggu kestabilan
kehidupan sampai terjadinya berbagai kerusuhan yang diwarnai
nuansa etnis dan agama.
b. Keresahan sosial akibat ketimpangan ekonomi dan pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan
huru-hara / kerusuhan massa
c. Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi lain yang
ekstrim atau yang tidak
Sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa
Indonesia.
 Contoh kasus 1 : Ancaman terhadap pancasila pada masa
lalu dilakukan oleh sekelompok golongan yang ingin
menggantikan Pancasila dengan paham ideologi lain, seperti
Komunis yang berpaham Atheis dengan peristiwa
pemberontakan Madium 1948 dan peristiwa penghianatan
G-30 S/PKI tahun 1926. Usaha PKI yang hendak
menggantikan ideologi pancasila dengan ideologi komunis
pasca pemilu tahun 1955 juga mengalami kegagalan.
Namun peristiwa itu hampir membawa Negara Indonesia
dalam keadaan yang sangat membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
 Contoh kasus 2 : Seperti yang marak terjadi baru-baru ini
adalah kasus FPI yang secara berani mengatasnamakan
kepentingan agama ataupun kelompok untuk
menghancurkan kelompok lain. Ini merupakan pelanggaran
dari ideologi pancasila yang kita kenal selama ini yang selalu
mengajarkan kita bahwa Persatuan dan Kesatuan bangsa
Indonesia.
d. Potensi konflik antar kelompok/golongan baik akibat perbedaan
pendapat dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA.
 Contoh : Warga muslim dan Kristen saling berhadapan
dalam kasus Ambon 9/11
e. Maker atau penggulingan pemerintah yang sah dan
konstitusional
f. Masalah kependudukan yang mempengaruhi ketahanan
nasional : jumlah penduduk; pertumbuhan jumlah penduduk
dipengaruhi oleh mortalitas, fertilitas, dan migrasi. Segi negatif
dari pertambahan penduduk adalah bila pertambahan ini tidak
seimbang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tidak
diikuti dengan usaha peningkatan kualitas penduduk sehingga
akan menimbulkan permasalahan sosial seperti pengangguran
yang lansung maupun tidak lansung akan melemahkan
ketahanan nasional
2. Ancaman dari luar negeri
Gangguan dari luar adalah gangguan yang datangnya dari Negara
lain.
a. Adanya Negara lain yang ingin menguasai pulau-pulau kecil
yang masih berada di dalam
Wilayah NKRI namun dekat dengan wilayah Negara lain.
 Contoh : kasus perebutan pulau sipadan dan ligitan dengan
Negara Malaysia
b. Potensi ancaman dari luar lainnya adlag dalam bentuk
“penjarahan” sumber daya alam Indonesia melalui eksploitasi
sumber daya alam yang tidak terkontrol yang pada gilirannya
dapat merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak
seimbang baik yang dilakukan secara “illegal” maupun yang
dilakukan melalui kolusi dengan pejabat pemerintah terkait
sehingga menyebabkan kerugian bagi Negara.
 Contoh : kasus Freeport di Papua, kasus PT Newmont di
NTT
Gangguan dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya
menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi,
propaganda, peredaran narkotika obat-obat terlarang.
Ketahanan nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar
nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola
piker, pola sikap, pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan
langkah bangsa yang bersifat inter-regional (wilayah), inter-
sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya
tidak ada cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu
alasan adalah bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan
timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan
dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan
arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan nasional
disegala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang
dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.

BANGSA INDONESIA DIERA GLOBALISASI


Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata Global,
yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan
globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai cirri dari setiap individu di dunia ini tanpa di batasi
oleh wilayah. Jadi, globalisasi adalah proses integrasi internasional
yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran,
dan aspek-aspek kebudayaan lainnya, kemajuan infrastruktur
transportasi telekomunikasi,termasuk kemunculan telegraf dan
internet, merupakan factor utama dalam globalisasi yang semakin
mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi
dan budaya. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa
manusia di seluruh dunia melalui perdangangan, investasi, perjalanan,
budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-
batas suatu Negara menjadi biasa. Globalisasi dapar mempengaruhi
ketahanan nasional suatu Negara, dikarenakan adanya keterkaitan
dan ketergantungan antar bangsa di seluruh dunia tidak menutup
kemungkinan aka nada campur tangan bangsa maupun pengaruh
asing dalam sistem ketahanan nasional bangsa. Di era globalisasi saat
ini dan di masa mendatang menegakkan nilai-nilai HAM, demokrasi,
penegakan hokum dan lingkungan hidup, di balik kepentingan
nasional. Situasi seperti ini kemungkinan besar dapat terjadi apabila
unsure-unsur utama kekuatan hankam dan komponen bangsa yang
lain tidak mampu mengatasi permasalahan dalam negeri. Untuk itu
ancaman yang paling realistic adalah adanya “link-up” antara kekuatan
dalam negeri dengan luar negeri. Pengaruh asing ini dapat
dianalogikan sebagai virus yang menakutkan, namun selama
ketahanan nasional sebagai sistem kekebalan tubuh cukup kuat, virus
tersebut seharusnya tidak menjadi kekuatan yang mengancam.
Namun demikian tidak selamanya globalisasi memiliki dampak
negative, globalisasi juga memiliki dampak positif bagi bangsa
Indonesia.
MODUL 9

INTEGRASI NASIONAL
A. Pengertian Integrasi Nasional
Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi
dan nasional. Istilah integrasi mempunyai arti
pembauran atau penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh /
bulat. Sedangkan istilah nasional mempunyai pengertian kebangsaan,
bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti cita-cita
nasional, tarian nasional, perusahaan nasional.
Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah diatas maka
interasi nasional mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau
pembaruan berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah
dan pembentukan identitas nasional atau bangsa yang harus dapat
menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan
dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.
Nazaruddin  berpendapat istilah integrasi nasional merujuk
kepada  seluruh unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan
bangsa, meliputi sosial, budaya ekonomi, maka pada intinya integrasi
nasional lebih menekankan persatuan persepsi dan prilaku diantara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan 
bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu
keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.
Proses Integrasi Nasional biasanya akan dipengaruhi oleh
aspek-aspek sosiologis dan antropologis. Dalam prosesnya, integrasi
dituntut adanya kesepakatan terhadap nilai-nilai umum yang ada
didalam masyarakat melalui proses :
1. Sosialisasi
            Sosialisasi adalah sebuah proses seumur hidup yang
berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup,
norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat
berkenbangan menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya.
2. Akulturasi
            Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala
suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
3. Asimilasi
            Asimilasi adalah pebauran dua kebudayaan yang disertai
dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk
kebudayaan baru.
4. Enkulturasi
            Enkulturasi merupakan proses mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem
norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya.
Contoh bentuk integrasi nasional adalah sumpah pemuda yang
menghasilkan nasionalisme dan menyatukan rakyat Indonesia secara
sosial dan politik, melalui semboyan “satu tanah air, satu bahasa, satu
bangsa”.
Proses Integrasi Nasional harus melalui fase-fase sosial dan politik :
1. Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara
banyak perbedaa, keinginan, dan ukuran penilaian.
2. Mengembangkan sikap toleransi didalam kelompok sosial.
3. Terciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu
konsensus.
4. Mengidentifikasi akar persamaan diantara kultur-kultur etnis yang
ada.
5. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara
bersama-sama dalam kehidupan busaya dan politik.
6. Mengakomodasi timbulnya etnis.
7. Adanya upaya kuat dalam melawan prasangka dan diskiriminasi.
8. Menghilangkan pengkotak-kotak kebudayaan.
Dalam konteks Indonesia, maka proses Integrasi Nasional
haruslah berjalan alamiah sesuai dengan keanekaragaman budayanya
dan harus lepas dari hegemoni pengaruh kekuasaan suatu nefara atas
negara-negara lain dan ominasi peran politik etnik tertentu.
B. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional
1. Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
a. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan
seperjuangan.
b. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928.
c. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia,
sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan
mengisi kemerdekaan.
d. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara,
sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang
gugur di medan perjuangan.
e. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan
Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera
Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa
kesatuan bahasa Indonesia.
f. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila,
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:  
a. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam
faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing
kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut,
ras dan sebagainya.
b. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan
yang dikelilingi oleh lautan luas.
c. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan
bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
d. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan
pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan
berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme
dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
e. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku
bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
f. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa,
baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.
g. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata,
sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media
cetak (majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio,
film, internet, telepon seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas
lengkap).

C. Peran Masyarakat Dalam Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional


1. Problematika
Masalah integrasi nasional di Indonesia  sangat kompleks 
dan multidimensional. Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena
adanya konflik vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan
demokrasi yang melampaui batas, konflik antara elite politik,
lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan
HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah.
Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari berbagai
aspek sebagai berikut :
a. Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan
kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah
yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang
paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya
dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang
mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata,
atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
b. Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan
pemerataan atau penyebaran penduduk yang tidak merata
merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain
masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
c. Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat
beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang tidak merata
dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi
bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan,
pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan  akibat
dari pengelolaan.
d. Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah
didalam terjadinya konflik di negara ini, hal ini disebabkan
karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut
dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan
bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya
penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai
pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan
umat beragama secara berkesinambungan.
e. Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah
untuk menyulut berbagai ketidak nyamanan atau ketidak
tenangan dalam bermasyarakat  dan  sering   mengakibatkan 
konflik   antar  masyarakat  yang berbeda faham apabila tidak
ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di
dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-
kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah
daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang
akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan
didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain
seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu
mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah
pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan
ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil
akibat ketidak pastian hukum.
f. Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin
menyebabkan sebagian besar penduduk hidup dalam taraf
kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang
semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat
miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan
dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
g. Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa
Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak ditangani
dengan bijaksana.  Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu
tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai
yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang
keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif
terbelakang.
h. Pertahanan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan
negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat multi dimensional
yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini
seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan
prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman
yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
2. Solusi
Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak
membedakan ras, suku, agama, bahasa, gender, dan sebagainya.
Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan, dan persatuan
bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina
stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya
keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan
mekanisme parlemen.
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya
integrasi nasional adalah sebagai berikut :
a. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah
air dan rasa persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan
kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
b. Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya tindakan
KKN.
c. Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-
usaha pemecahbelahan dari ancaman luar.
d. Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan
implementasi butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan
dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak
kenal kompromi.
f. Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat,
TNI dan Polri dalam memerangi separatis.
DAFTAR PUSTAKA
Erwin, Hammad (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Hamdayama, Jumanta dan Herdiawanto, Heri. Cerdas, Kritis, dan Aktif


Berwarganegara. Jakarta: Erlangga.

Kansil (1995).PPKn SMU Jilid 2A. Jakarta: Pradnya Pramita.

Kaelan dan Zubaidi, Achmad (2007). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk


Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma

Sunarso (2011). Pendidikan Kewarganegaraan Buku Pegangan


Mahasiswa. Yogyakarta: PPKP Press.

http://Gatot_sby.staff.Gunadarma.ac.id/download/files/17664/draft-1.pdf
diakses pada tanggal 4 Oktober 2019 pukul 20.59 WITA

http://mardiahoctarina19.blogspot.com/2015/03/latar-belakang-
pendidikan.html?m=1 diakses pada tanggal 4 Oktober 2019 pukul 20.59
WITA

http://nur-ratih-fib13.web.unair.ac.id/artikel_detail-94656-PPKN-
PENDIDIKAN%20KEWARGANEGARAAN%20SEBAGAI%20MATA
%20KULIAH%20PENGEMBANGAN%20KEPRIBADIAN.html diakses
pada tanggal 4 Oktober 2019 pukul 20.59 WITA

https://nusliyah11.wordpress.com/2015/05/31/15/ diakses pada tanggal 4


Oktober 2019 pukul 20.59 WITA

Ajah, Nikmah. http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-


berbangsa-dan bernegara.html (diakses pada minggu, 24 september
2017)
Ativa,Titik.“MakalahIdentitasNasional”
http://putrimedansitiativa.blogspot.co.id/ (diakses pada minggu, 24
september 2017)

Latheva. “Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa Indonesia”


https://lathevha.wordpress.com/2016/05/03/kewarganegaraan-
identitasnasional-sebagai-karakter-bangsa-indonesia/ (diakses pada
minggu, 24 september 2017).

ü www.google.com

ü www.wikipedia.com

ü www.prince-mienu.blogspot.com

ü Hady, Nuruddin. 2010. Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi.


Malang : Setara Press.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

Sadjiman, Djunaedi. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Daerah :Tanpa


Nama Penerbit.

Sumarsono, dkk. 2006. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

Sunarto, agung Hartono; Perkembangan Peserta Didik, PT. Rineka Cipta,


Jakarta, 2002

Panut Panuju, Ida Umami ; Psikologi Remaja, PT. Tiara Wacana Yogya,
Yogyakarta, 1999

Hasbullah ; Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, PT. RajaGravindo Persada,


Jakarta, 2001

https://guruppkn.com/ciri-ciri-negara-hukum

https://henssabu.blogspot.com/2015/05/hubungan-negara-hukum-dan-
hak-asasi.html
http://setia.student.umm.ac.id/about/

http://deluk12.wordpress.com/makalah-ham/

http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-macam-dan-jenis-hak-
asasi-manusia-ham-yang-berlaku-umum-global-pelajaran-ilmu-
ppkn-pmp-indonesia.html?m=1

https://henawan.blogspot.com/2014/01/makalah-lengkap-negara-hukum-
dan-ham.html

https://id.search.yahoo.com/yhs/search?hspart=itm&hsimp=yhs-
001&type=smy_ydef_19_18_xtn&p=penegakan%20ham%20di
%20indonesia&param1=1&param2=f%3D4%26b%3Dchrome
%26ip%3D140.213.74.188%26pa%3Dsearch-manager%26type
%3Dsmy_ydef_19_18_xtn%26cat%3Dweb%26a
%3Dsmy_ydef_19_18_xtn%26xlp_pers_guid%3D
%26xlp_sess_guid%3D575a8111-aabd-4fb3-8290-
a7e4d51bc320%26uref%3D%26abid%3D%26xt_abg%3D
%26xt_ver%3D10.1.3.98%26ls_ts
%3D1556802938#01DPFQQFFXYFCWDY5ZFHBE5237

https://henssabu.blogspot.com/2015/05/hubungan-negara-hukum-dan-
hak-asasi.html

https://www.pinterdisini.com/upaya-upaya-penegakan-ham-di-indonesia-
lembaga-penegakan-pencegahan-pelanggaran-kasus-
pelanggaran-ham-di-indonesia/#

Adianto, Khairul. 2011. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik


Indonesia. Kaelan. 2007.Pendidikan Kewarganegaraan .
Yogyakarta: Paradigma Sumarsono, S. 2001.

Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


http://tugassekolahdankuliah.blogspot.com/2013/08/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-wawasan.html
https://www.academia.edu/6725652/MAKALAH_-
_Geopolitik_dan_Wawasan_Nusantara
http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-fungsi-tujuan-
wawasan.html
https://www.academia.edu/5453120/Mengenal_Geopolitik_Indon
esia_dan_Wawasan_Nusantara
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=104013
http://pendidikankewarganegaraans.blogspot.com/2012/12/peng
ertian-geopolitik-dan-wawasan.html

https://ukhuwahislah.blogspot.com/2016/05/makalah-geostrategi-
indonesia.html
https://dokumen.tips/dokuments/potensi-ancaman-terhadap-ketahanan-
nasional.html
http://rima-kurniawati-feb15.web.unair.ac.id/artikel detail-158822-Makalah-
Makalah:%20Geostrategi%20Indonesia.html
https://www.kompasiana.com/oktaviolarifanda/5528512af17e61893b458e/
ketahanan-nasional
http://kuantannet.blogspot.com/2018/04/makalah-integrasi-nasional.html

Anda mungkin juga menyukai