Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH LATAR BELAKANG, TUJUAN, DAN

METODE PENDIDIKAN PANCASILA.

Dosen Pengampu :
Elvira Junisa, M.Pd

Disusun Oleh :
Putri Jasmine (41223010031)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah individu ini dengan baik dan tanpa
kendala apapun.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada


pihak yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan
makalah ini, terutama dosen pengajar ibu Elvira Junisa, M.Pd, kedua orang tua
dan teman-teman seperjuangan.

Makalah berjudul “LATAR BELAKANG, TUJUAN, DAN METODE


PENDIDIKAN PANCASILA” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 1
mata kuliah Pancasila. Pemilihan judul didasarkan pada pilihan dosen pengajar
yaitu ibu Elvira Junisa, M.Pd.

Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya
tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat
membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.

Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar


sehingga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca.

Jakarta, 19 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
Judul.......................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................3
Bab 1..................................................................................................................4-6
Pendahuluan......................................................................................................4-6
Latar Belakang...................................................................................................4-5
Rumusan Masalah.................................................................................................6
Tujuan Masalah.....................................................................................................6
Manfaat Masalah...................................................................................................6
Bab 2................................................................................................................7-18
Pembahasan.....................................................................................................7-18
a. Tujuan Pendidikan Pancasila.................................................................7-
11
 Tujuan Nasional...............................................................................9-10
 Kompetensi Pendidikan Pancasila..................................................10-
11
b. Metode Pendidikan Pancasila..............................................................11-
15
c. Landasan Pendidikan Pancasila...........................................................15-
18
 Landasan Historis...........................................................................15-16
 Landasan Yuridis............................................................................16-
17
 Landasan Filosofis..........................................................................17-
18
Bab 3...................................................................................................................19
Penutup...............................................................................................................19
Saran...................................................................................................................20

3
Daftar Pustaka.....................................................................................................21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran


interdisipliner ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cakupan dari
disiplin ilmu negara, disiplin ilmu hukum, disiplin ilmu pemerintah dan realita
dari gejala – gejala kehidupan sosial masyarakat yang secara kontenporer
merupakan bagian cabang ilmu filsafat yang membicarakan tentang
pengembangan pendidikan nilai dan pendidikan pembentukan kepribadian
warga negara, bangsa dan negara.

Sebagaimana menurut pasal 6 (ayat 1) Peraturan Pemerintah Nomor 19


Tahun 2005 yang menjelaskan bahwa: “Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan
kepribadian merupakan materi pembelajaran yang memuat cakupan dari suatu
mata pelajaran di dalam pengembangan pembentuk kepribadian yang secara
tujuan dan maksudnya merupakan usaha sadar untuk peningkatan kesadaran dan
wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia.

Kesadaran dan wawasan yang dimaksud yaitu bagian yang termasuk


wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme”.

4
Sedangkan menurut Nu’man Sumantri yang mengemukakan pengertian
Pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut: “Pendidikan Pancasila adalah
program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan
sumbersumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan
sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih
para mahasiswa untuk berpikir kritis, analisis, bersikap dan bertindak
demokratis yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”.

Pendidikan pada dewasa ini telah menjangkau disetiap sendi kehidupan


manusia, begitu juga maksud dan tujuan dari usaha pendidikan yang secara
berlangsung bertujuan untuk membangun potensi-potensi sumber daya yang ada
dari dalam kehidupan manusia dengan mutu tujuan untuk meningkatkan
kualitas diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Individu, sosial,
religius, dan estetika.

Demikian menurut Ahmad Tafsir dikutip oleh Heri Gunawan di dalam


judul buku Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, yang menyebutkan
bahwa : “Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.
Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan
karakter, akhlak dan etika seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak
seseorang sangat tergantung pada pendidikan. Pendidikan ikut mematangkan
kepribadian manusia sehingga tingkah-lakunya sesuai dengan pendidikan yang
telah diterima oleh seorang baik pendidikan formal, informal maupun
nonformal”.

Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak lain ialah merupakan sesuatu


sistem dari suatu totalitas fungsional yang terarah pada suatu tujuan. Setiap dari
subsistem yang ada merupakan bagian-bagian dari dalam sistem tersebut, serta
tersusun dan tidak dapat dipisahkan dari serangkaian unsur- unsur atau
komponen-komponen yang berhubungan baik secara dinamis maupun dalam
keseluruhan pada suatu kesatuan sistem tersebut.

5
1.2 RUMUSAN MASALAH

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas


dalam makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas
dalam karya tulis ini antara lain:
1. Apa tujuan adanya Pendidikan Pancasila?
2. Bagaimana metode yang tepat untuk pembelajaran Pendidikan Pancasila.

1.3 TUJUAN MASALAH

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas,


hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
1. Untuk mengetahui apa tujuan Pendidikan Pancasila
2. Untuk memahami metode Pendidikan Pancasila

1.4 MANFAAT PENELITIAN

2 Memberikan wawasan bagi penulis untuk dapat membelajarkan Pendidikan


Pancasila dengan baik dan menyenangkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
3 Menambah pengetahuan penulis tentang penggunaan metode pembelajaran
khususnya mata pelajaran Pendidikan Pancasila.
4 Memberikan informasi tentang pelaksanaan metode pembelajaran Pendidikan
Pancasila di Universitas Mercu Buana.

6
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari masyarakat dan
pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan generasi
penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan negara secara berguna dan
bermakna.
Untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap perilaku
yang cinta tanah air pastinya perlu pengembangan wawasan dan ketahanan pada
setiap warga negara. Rakyat Indonesia melalui Majelis Perwakilannya,
menyatakan bahwa pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa , mewujudkan
manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan YME, berkualitas, dan mandiri, sehingga mampu membangun dirinya
dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang
diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan takwa kepada Tuhan YME dalam masyarakat yang
terdiri atas berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang
adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan
bersama di atas kepentingan perorangan atau golongan. Dengan demikian,
perbedaan pemikiran, pendapat, dan kepentingan diatasi melalui keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

7
Dalan UU No.2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional dan
juga termuat dalam SK Dirjen Dikti. No38/DIKTI/Kep/2003, dijelaskan bahwa
tujuan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan, perilaku yang
mendukung upaya terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Pendidikan Pancasila betujuan untuk menghasilkan masyarakat Indonesia
yang beriman dan bertaqwa Tuhan yang maha esa, dengan sikap dan perilaku :
a. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab
sesuai dengan hati nuraninya
b. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan
serta cara-cara pemecahannya.
c. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
d. Perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap tuhan yang maha
esa.
e. Perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab dan
kebudayaan
f. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai
budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
g. Beraneka kepentingan perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perorangan/golongan.

Secara spesifik tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di


Perguruan Tinggi adalah untuk :
1. Memperkuat Pancasila sebagain dasar falsafah negara dan ideologi
bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar pancasila sebagain norma
dasar kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

8
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar
Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia,
serta membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi


terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan
bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis,
berkeadilan, dan bermatabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu
berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa
Indonesia.
5. Menjadi sarana untuk mengerti dan mendalami makna Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia.
6. Menjadi sarana untuk mengerti dan mendalami makna Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia.
7. Memberikan penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila kepada
mahasiswa sebagai warga NKRI.

2.1.1 TUJUAN NASIONAL

Tujuan nasional sebagaimana dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945


alinea keempat, menyatakan: “…melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, ..,memajukan kesejahteraan Umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”.

Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan itu


diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaran Negara yang berkedaulatan

9
rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa,
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Penyelenggaraan Negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional


dalam segala aspek kehidupan bangsa oleh penyelenggara Negara, yaitu
lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara bersama-sama segenap rakyat
Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia


dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan
kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global.

Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai-nilai


luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat,
mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Dengan demikian peranan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa
Indonesia sangat penting dalam menentukan tercapainya tujuan nasional.

2.1.2 KOMPETENSI PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur filsafat Pancasila di


perguruan Tinggi dengan kompetensinya bertujuan menguasai kemampuan
berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia dan
intelektual. Kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil
sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya.
2. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengenali
masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya.
3. Mengantarkan mahasiswa mampu mengenali perubahan-perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

10
4. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memaknai
peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang
persatuan Indonesia.

Pendidikan pancasila yang berhasil akan membuahkan sikap mental


bersifat cerdas, penuh tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang:
1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME,
2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan bangsa

4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama


diatas kepentingan perseorangan, dan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial.

Diharapkan melalui pendidikan Pancasila mahasiswa akan menjadi


manusia Indonesia terlebih dahulu, sebelum menguasai dan memiliki iptek dan
seni yang dipelajarinya. Didambakan bahwa warga Negara Indonesia unggul
dalam penguasaan iptek dan seni, namun tidak kehilangan jati dirinya, apalagi
tercabut dari akar budaya bangsa dan keimanan.

2.2 METODE PENDIDIKAN PANCASILA

Upaya untuk mewujudkan visi dan misi tersebut perlu dilakukan


dalam suatu proses pembelajaran dengan pendekatan humanistik. Pendekatan
perkuliahan Pendidikan Pancasila di era sekarang ini disesuaikan dengan
tuntutan jaman, menggunakan berbagai metode pembelajaran. Metode
monolog yang lebih bersifat searah, apalagi yang bersifat indoktrinatif
berusaha untuk diminimalkan. Mahasiswa/peserta didik bukan lagi sebagai
objek, tetapi mereka benar-benar terlibat dalam keseluruhan proses
pembelajaran (Keputusan Dirjen Dikti, 2000).

Artinya mahasiswa ditempatkan sebagai subjek pendidikan, mitra


dalam proses pembelajaran. Melalui pendekatan ini mahasiswa diasumsikan
mampu untuk berpikir mandiri, kreatif, telah memiliki pengetahuan awal

11
yang diperoleh sebelumnya sebagai modal dasar bagi berlangsungnya
pembelajaran yang dialogis Metode memiliki peranan yang penting dalam
upaya mendukung tercapainya hasil belajar yang dinginkan.

Bentuk aktivitas proses pembelajaran dilakukan dengan


berbagai macam variasi yang meliputi: ceramah, diskusi interaktif, inquiry,
studi kasus, penugasan mandiri,seminar kecil dan berbagai kegiatan
akademik lainnya yang lebih menekankan kepada pengalam-an belajar
peserta didik secara bermakna.

Motif pembelajaran pengembangan kepribadian untuk menumbuhkan


kesadaran bahwa mata kuliah pengembangan kepribadian pada hakikatnya
merupakan kebutuhan hidup yang mendasar dan berlangsung seumur hidup.
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila sebagai Mata kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) difokuskan pada pengembangan sikap dan perilaku
yang ideal sebagaimana yang terdapat dalam nilai-nilai dasar Pancasila.
Akhirnya, Pendidikan Pancasila diharapkan dapat semakin
mendewasakan warga negara (good citizen), menjadi wahana pencerahan
bukan sebagai upaya pembelengguan dan pembodohan. Semuanya ini
dimaksudkan agar mahasiswa sebagai warga negara mempunyai
kemampuan untuk merefleksikan Pancasila secara kritis-analitis dan
merealisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata secara sadar dan
dewasa.
Dengan demikian metode pembelajaran yang tepat untuk mata kuliah
Pendidikan Pancasila adalah metode kritis-analitis, induksi, deduksi,
reflektif-hermeneutik melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoris
untuk meyakini kebenaran substansi materi kajian. Metode kritis-analitis
dipergunakan untuk menelaah berbagai macam permasalahan kehidupan
bangsa Indonesia yang sekarang ini semakin kompleks.
Metode induksi dipergunakan untuk melatih mahasiswa menarik
kesimpulan umum dari berbagai fenomena atau fakta-fakta kehidupan
bangsa dan negara sekarang ini. Metode deduksi ditujukan untuk
memberikan kemampuan agar mahasiswa dapat menarik kesimpulan
dan menjabarkan norma-norma umum seperti hukum dan budaya pada

12
tingkat implementasi di kehidupan masyarakat.Metode reflektif-hermeneutik
dimaksudkan untuk melatih kemampuan menafsirkan peristiwa-peristiwa,
symbol dan sejarah Indonesia dalam konteks kekinian dan
kebermaknaannya bagi kehidupan bangsa sekarang dan masa datang.
Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan, makin baik metode yang di gunakan makin efektif pula
pencapain tujuan (Winarno Surakhmad, 1979: 75) Pembelajaran atau
pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.Dalam
pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan (Hamzah B Uno, 2006 : 2).

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode


pembelajaran adalah cara yang digunakan dosen untuk menyampaikan atau
menyajikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan

Metode memiliki peranan yang penting dalam upaya mendukung


tercapainya hasil belajar yang diinginkan. Secara pedagogis metode
pembelajaran terbagi atas 3 (tiga) strategi, yaitu :
(1). Strategi Pengorganisasian: sebagai langkah untuk menentukan isi bidang
studi yang dipilih untuk pembelajaran seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, dan lainnya.
(2). Strategi Penyampaian: sebagai langkah untuk mendapatkan respons siswa
dengan menata interaksi dengan baik.
(3). Strategi Pengelolaan: langkah untuk menyiapkan strategi mengelola kelas.

Metode mengajar civics terkesan doktriner sehingga perlu adanya


pencerahan atau perbaikan dengan berorientasi mengajar dan mendorong
partisipasi peserta didik aktif, mempunyai sifat inquiry, dan pendekatan
pemecahan masalah (Somantri, 1976).
Metode tersebut secara terencana, dan terukur harus dilaksanakan di
dalam proses pembelajaran civics sebagai upaya menghindari penyakit
pembelajaran tradisional yang cenderung hafalan, isi buku yang sangat
dipengaruhi oleh verbalisme, indoktrinasi, ground covering technique, dan yang
sejenisnya adalah yang paling gampang.

13
Dalam proses pembelajaran civics atau pendidikan kewarganegaraan
perlu dikembangkan sesuai dengan pendekatan field psychology yaitu strategi
pembelajaran yang mengkombinasikan antara inkuiri dengan ekspositori.
Melalui pendekatan inquiry peserta didik dapat termotivasi untuk belajar secara
kontekstual sesuai dengan gejala-gejala/fenomena kewarganegaraan yang
sedang terjadi yang kemudian guru bersama peserta didik mencari solusi atau
jawabannya. Sedangkan dengan pendekatan ekspositori maka pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan lebih bermakna dengan penyampaian materi
secara optimal melalui materi-materi yang faktual dan aktual.

Metode lain yang dianggap paling cocok untuk memfasilitasi keperluan


strategi dan metode belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan antara
lain:
A. Metode inkuiri digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan hasil belajar peserta didik. Metode tersebut merupakan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir
kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Adapun langkah-langkahnya
mencakup: perumusan masalah, perumusan hipotesis, konseptualisasi,
pengumpulan data, pengujian dan analisis data, menguji hipotesis serta
pada akhirnya akan memulai inkuiri lagi (Wahab dan Sapriya, 2011).

B. Portofolio merupakan kumpulan informasi/data yang tersusun dengan


baik yang menggambarkan rencana kelas peserta didik berkenaan dengan
suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji oleh
mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan.

Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan


tertulis, peta grafik photography, dan karya seni asli.
Bahan-bahan tersebut menggambarkan:
1) Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan suatu
masalah yang dipilih;
2) Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan
alternatif- alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut;
3) Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat peserta didik untuk
mengatasi masalah tersebut;
4) Rencana tindakan yang telah dibuat peserta didik untuk
digunakan dalam mengusahakan agar pemerintah menerima
kebijakan yang mereka usulkan.

14
Pembelajaran berbasis portofolio mengajak peserta didik untuk bekerjasama
dengan teman-temannya di kelas dan dengan bantuan guru agar tercapai tugas-
tugas pembelajaran berikut.

1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji ;


2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan
dengan masalah yang dikaji
3. Mengkaji pemecahan masalah ;
4. Membuat kebijakan publik ;
5. Membuat rencana tindakan.

Dengan demikian maka hakikat metode pembelajaran sangat signifikan


dalam menentukan keberhasilan hasil belajar melalui strategi-strategi belajar
yang efektif, kreatif, dan relevan.

Strategi tersebut harus didukung dengan metode yang tepat sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Dilihat
dari segi pedagogis dan filosofinya, metode yang tepat dalam pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus yang berorientasi pada misi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan
demokrasi dan pembangunan nilai atau karakter agar menjadi warga negara
yang baik dan cerdas.

2.3 LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan Pancasila memiliki landasan yuridis, landasan historis,


landasan kultural dan landasan filosofis. Semua landasan ini mendukung
secara rasional akan arti pentingnya pendidikan Pancasila diberikan di
Perguruan Tinggi.

2.3.1 Landasan Historis


Keberadaan Pancasila sebagai dasar filsafat negara dapat ditelusuri
secara historis sejak adanya sejarah awal masyarakat Indonesia. Keberadaan
masyarakat ini dapat dilacak melalui berbagai peninggalan sejarah yang

15
berupa peradaban, Agama, hidup, ketatanegaraan, kegotongroyongan,
struktur sosial dari masyarakat Indonesia. Terbentuknya bangsa Indonesia
melalui proses sejarah sejak masa kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit,
masa penjajahan dan kemudian mencapai kemerdekaan merupakan proses
panjang.

Pada masa kerajaan Kutai berkuasa telah ada adat kenduri dan
memberikan sedekah kepada para brahmana. Kemudian para brahmana
membangun yupa (tiang batu) sebagai tanda terima kasih kepada raja
Mulawarman. Fenomena ini menggambarkan adanya nilai sosial politik dan
ketuhanan pada masa itu.

Sriwijaya merupakan kerajaan besar di wilayah Sumatera yang


memiliki kekuasaan mulai dari Sunda, Semenanjung Malaya dan
kepulauan di sekitarnya sampai Sri Langka. Sriwijaya dikenal sebagai
karajaan maritim yang kuat pada masa itu. Di sekitar keluarga raja
dibentuk administrasi pusat yang terdiri dari hakim raja yang menjalankan
kekuasaan raja untuk mengadili yang disebut Dandanayaka. Pada masa ini telah
dimulai adanya pembagian kekuasaan berupa Parddatunyang diperintah oleh
seorang datu yang bukan seorang anggota keluarga raja. Hal ini telah
mencerminkan adanya otonomi daerah.

Mohammad Yamin mengatakan bahwa kerajaan Sriwijaya


merupakan negara Indonesia pertama yang berdasar-kan kedatuan yang di
dalamnya ditemukan nilai-nilai material Pancasila meliputi nilai
ketuhanan, nilai kemasyarakatan, persatuan, keadilan yang terjalin satu
sama lain dengan nilai internasionalisme yang terjalin dalam bentuk hubungan
dagang dengan negeri-negeri di seberang lautan.
Nilai-nilai yang ada dalam adat-istiadat masyarakat sejak zaman
Kutai sampai Sriwijaya semakin mengkristal pada era sejarah perjuangan
bangsa yang ditandai dengan perumusan Pancasila sebagai dasar negara oleh
para pendiri negara (the founding fathers). Pancasila sebagai filsafat hidup
bangsa merupakan jati diri bangsa yang menunjukkan adanya ciri khas, sifat,
karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain.

16
2.3.2 Landasan Yuridis
Pendidikan Pancasila memiliki landasan yuridis yangdapat dilihat
dasar rasionalnya dimulai dari tujuan negara Indonesia yang termuat di
dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sebagai konsekuensi dari adanya tujuan negara tersebut, maka


negara berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
dalam suatu system pendidikan nasional untuk warga negaranya.
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003:
Bab I. Ketentuan Umum.
 Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa pendidikan nasionaladalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.
Bab II. Dasar, Fungsi dan Tujuan.
 Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Bab III. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan.
 Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.

Dari uraian pasal-pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa


pendidikan Indonesia bersumber pada Pancasila, maka tujuan pendidikan
nasional juga mencerminkan terwujudnya nilai-nilai Pancasila dalam diri
mahasiswa sebagai warga negara Indonesia.

17
2.3.3 Landasan Filosofis
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi merupakan kajian ilmiah
yang bersifat interdisipliner (kajian antar-bidang). Pembahasan ini
mendudukkan Pancasila dari dua sisi. Pertama, Pancasila diposisikan sebagai
objek kajian (objek material) untuk memahami makna yang terdalam dari
sila-sila Pancasila. Kedua, Pancasila diposisikan sebagai objek formal
(perspektif) dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di Indonesia.
Terkait dengan posisi Pancasila sebagai perspektif,terdapat tiga
landasan filosofis yang meliputi landasan ontologis, landasan
epistemologis dan landasan aksiologis. Landasan ontologis artinya
adalah dasar keberadaan pengetahuan ilmiah (substansi keilmuan).
Landasan epistemologis berkaitan dengan sumber dan metode dan
kriteria kebenaran untuk memperoleh pengetahuan.
Landasan aksiologis berkaitan dengan nilai-nilai etik dan estetik
yang melandasi pengetahuan. Landasan ontologis Pancasila bertitik
tolak dari keberadaan manusia Indonesia.
Manusia Indonesia yang memiliki adat-istiadat, budaya dan sistem
nilai sendiri yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia
sendiri yang menjadi identitasnya. Dengan kata lain adanya Pancasila tidak
dapat dilepaskan dari keberadaan manusia Indonesia sebagai pemilik,
pendukung dan pengembang nilai-nilai Pancasila. Landasan epistemologis
Pancasila dapat ditelusuri dari terbentuknya pengetahuan sistematis tentang
Pancasila yang dimulai dari adanya perenungan mendalam para pendiri negara
tentang dasar filsafat negara. Terbentuknya pengetahuan Pancasila
dengan menggunakan berbagai macam metode ilmiah yang selanjutnya akan
diuraikan pada bab tersendiri.

18
BAB 3
PENUTUP
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-nilai
Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu
diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia
mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban
masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga akan mengurangi
kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia. Di dalam Pancasila terkandung lima nilai yang menjadi pedoman
kehidupan bagi rakyat Indonesia.
Sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” Sila ini mengandung arti bahwa
pengakuan atas keberadaannya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Di negara Indonesia terdapat perbedaan kepercayaan, tetapi semua kepercayaan
tersebut mengakui bahwa Tuhan sebagai pencipta alam beserta isinya. Sila pertama ini
sangat diamalkan di Indonesia seperti toleransi beragama yang sangat erat di
Indonesia.
Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” Sila ini mengandung arti
bahwa setiap manusia adalah makhluk yang sama. Masyarakat Indonesia memiliki
hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara.
Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” Sila ini mengandung arti bahwa kita
sebagai warga negara Indonesia harus Bersatu dan mengutamakan kepentingan bangsa
diatas kepentingan perseorangan.
Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan” Sila ini mengandung arti bahwa segala

19
perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan kepala dingin secara musyawarah.
Musyawarah merupakan suatu system pengambilan keputusan yang melibatkan
banyak orang dengan mengakomodasi semua kepentingan sehingga tercipta satu
keputusan yang disepakati Bersama.
Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Sila ini
mengandung arti bahwa keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia
seacara adil tidak dibeda-bedakan. Jika seseorang melanggar peraturan akan diberikan
sanksi yang adil sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. Dengan adanya keadilan
ini masyarakat akan merasakan kesetaraan dan tidak ada yang merasa dirugikan.

SARAN

Diharapkan agar semua masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja namun
melaksanakannya dalam kehidupan. Dan penerapan pendidikan karakter harus
ditanamkan sejak dini agar kelak nilai Pancasila akan melekat dalam karakter
dan kepribadian tiap individu dalam bermasyarakat agar senantiasa tercipta
bangsa Indonesia yang damai.

20
DAFTAR PUSTAKA

Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.


Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan
Pengamalan bagi Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.
Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013).
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal
MPR RI.
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.).
1995,Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 --22
Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah
pada Kongres Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009.
Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press.
Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta: BP-7 Pusat,.

21
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis,
Yuridis, dan Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

22

Anda mungkin juga menyukai