Cover
Oleh:
SUGYARTO M. UMATERNATE
200401042
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat mempresentasikannya
kepada pembaca tepat pada waktunya. Tak lupa pula penulis haturkan salawat serta salam
kepada junjangan Nabi Besar Nabi Muhammad SAW yang mana dari Beliaulah kita dapat
mengenal akan akhlak dan budi yang baik sebagai seorang manusia.
Penulis menyadari bahwa makalah yang berjudul “Integrasi Pendidikan Multikultural
Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak” ini masih belum maksimal dalam pembuatannya dengan
beberapa kekurang referensi atau kurangnya beberapa rujukan yang berkaitan dengan materi
namun penulis berusaha sepenuh hati untuk dapat menyempurnakan makalah ini dengan
pegembangan gagasan sehingga makalah ini dapat disajikan dengan sebaik-baiknya dan
disampaikan tepat pada waktu yang sudah ditentukan.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebuah penulsan makalah, maka dari itu besar harapan penulis agar pembaca
sekalian berkenan memberikan kritik dan saran guna untuk penyempurnaan makalah ini
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata
penulis sampaikan terimaka kasih
Penulis
Sugyarto M. Umaternate
DAFTAR ISI
1
Abdurahman Assegaf, Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Pediidikan Agama Islam dari Proklamasi ke Reformasi,
(Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005),, hlm.262
Selain itu, tindakan-tindakan tersebut tentu bertentangan dengan apa yang menjadi ajaran
agama (khususnya agama Islam), yaitu Alquran dan Hadits serta kitab-kitab lain yang
mengajarkan untuk bersikap saling menghargai ragam perbedaan. Yang menjadi garis bawah
disini adalah keterlibatan pelajar dalam konflik tersebut, serta kurangnya perhatian khusus dari
beberapa pihak terkait. Konflik tersebut juga sangat berlawanan dengan konsep nilai dalam
pendidikan multicultural yang seharusnya tertanam dalam masing-masing individu, seperti nilai
demokrasi, toleransi, dan HAM.
Oleh karena itu, dalam rangka mengantisipasi konflik tersebut, perlu adanya paradigma
pendidikan multicultural yang dituangkan melalui pembelajaran multicultural. Karena paradigma
multikulturalisme mengedepankan prinsip persamaan, saling menghargai, menerima, dan
memahami serta adanya komitmen moral terhadap keadaan sosial2.
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna dalam artikel “multicultural” mengatakan bahwa,
pelaksanaan pembelajaran multicultural tidak harus merubah kurikulum. Pelajaran untuk
pendidikan multicultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya saja diperlukan
pedoman (model) bagi guru untuk menerapkannya. Yang utama, siswa perlu diajari apa yang
dipelajari mereka mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratis, dan saling menghargai3.
Salah satu bentuk Integrasi Multikultural pada bidang keagamaan yang bisa disampaikan
adalah pada pembelajar Akidak Akhlak. Nilai-nilai multicultural yang diintegrasikan pada
proses pembelajaran Akidah Akhlak tersebut dilaksanakan sebagai upaya preventif atas
kegelisahan dari guru terhadap siswa terhadap merosotnya atau kurangnya nilai-nilai agama pada
siswa. Alasan lainnya adalah karena kurang baiknya pergaulan di luar saat ini, juga menjadi
kekhwatiran jika akhlak dan etika siswa semakin menurun.
Selain itu, alas an diintegrasikan nilai-nilai multikultrural dalam pembelajaran akidah
akhlak adalah materi dalam pembelajaran akidah akhlak sudah mengandun nilai-nilai pendidikan
multicultural, seperti toleransi, kebersamaan, kesetaraan, keadilan, dan lain-lain, sehinga tugas
guru adalah mengembangkan nilai-nilai tersebut dan dikontekstualisasikan dengan realita yang
ada, sehingga mereka mampu menghidupkan nilai multicultural dalam wujud akhlakul karimah.
2
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial (Yoogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), hlm. VIII
3
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna, Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di Sekolah Dasar di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dalam Artikel “Multikultural –Stranas” 2009. Hlm 04.
Rumusan Masalah
Adapun dalam penulisan makalah ini penulis mengangkat lima rumusan masalah, yang
mana penulis berfikir ini berkaitan erat dengan judul yang penulis sampaikan. Rumusan masalah
itu diantaranya
1. Nilai-nilai mulltikultural
2. Integrasi nilai-nilai multikultural
3. Pembelajaran Aqidah Akhlak
4. Ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak
5. Ranah integrasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran aqidah akhlak
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan:
1. Apa itu nilai-nilai multikultural
2. Apa itu Integrasi nilai-nilai multikultural
3. Bagaimana pembelajaran aqidah akhlak
4. Bagaimana ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak
5. Dan bagaimana ranah integrasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran aqidah akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
4
Manuk Hardaniwati dkk., Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), hlm, 251-252.
e. Empowering school culture, yaitu pemberdayaan sekolah, yakni melatih kelompok untuk
berpartisipasi dalam kegiatan belajar, berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang
berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik.
Teori yang dikemukakan oleh James A Banks diatas sangat efektif dijadikan fondasi dan
konsep dalam mengintegrasikan nilai-nilai multicultural dalam sebuah pembelajaran dan
merupakan salah satu dimensi yang harus dilakukan. Berpengang dengan teori tersebut, nilai
multikultural secara bertahap akan tertanam dalam diri anak didik sehingga akan tercipta sebuah
kedamaian, toleransi antar suku, ras, agama, budaya, dan lain sebagainya. Seorang guru juga
dituntut untuk kreatif dan professional dalam mengintegrasikan sebuah pembelajaran, agar siswa
dapat memahami secara lugas terkait penyampaian guru.
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Multikultural adalah sebuah model pendidikan yang dilaksanakan untuk
menghasilkan ouput pendidikan yang memiliki kesadaran toleransi tinggi, menerima perbedaan
yang terjadi di masyarakat dan mengagumi hak-hak asasi manusia. Pendidikan multikultural
secara konseptual dapat dilaksanakan sebagaimana system pendidikan lainnya. Melalui
perubahan dimensi kurikulum, pola mengajar dan system evaluasi. Pendidikan multikultural
seyogyanya juga diikuti dengan kebijakan sosial yang inklusif terhadap perbedaan. Pendidikan
multikultural tidak perlu dihadapkan kepada realitas-realitas keagamaan yang jauh dari nilai-nilai
nasionalisme.
Dalam konteks Pendidikan Islam atau lebih tepat dalam pembelajaran Akidah Akhlak,
pendidikan multikultural bisa diimplementasikan dengan syarat kesadaran masyarakat Islam
akan multikulturalisme lebih awal tumbuh. Hingga saat ini, kesadaran multikulturalisme
masyarakat hanya terjalin dalam kaitan etnis dan kebudayaan, tidak pernah mengawinkan aspek
keberagaman dan keberagaman ritual keagaaman. Pembelajaran Akidah akhlak berintegrasi
dengan multikultural, berarti harus menngembalikan kepada sejarah Nabi Muhammad SAW
yang mana ketika itu Beliau bisa merangkul seluruh suku, golongan, dan agama melalui ‘Piagam
Madinah’, sebuah Undang-Undang Islam kedua setelah Al-qur’an. Karena piagam tersebut hasil
dari dialektika Nabi dengan kondisi suatu zaman.
3.2 Saran
Keberagaman dalam kehidupan bernegara menjadikan kita sebagai Negara yang
majemuk dan plural. Meski demikian meskipun banyak terjadinya perbedaan bukan berarti harus
menimbulkan perselisihan. Nilai-nilai multikultural mengajarkan kita untuk menghargai
perbedaan dan nilai akhlak mengajarkan kita untuk menghormati. Menurut saya ini adalah
sebuah keharmonisan jika kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari. Akan jauh
lebih ini jika ini dipertahankan dan dijadikan bagian dari hidup kita. Mempelajari multikurtural
dan aqidah akhlak bukan hanya sebagai teori dan konsep saja, tetapi meminta kita untuk menjadi
pribadi yang baik dengan cara mengaplikasikannya dalam kehidupan kita masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zainudin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta. PT Bumi Aksara, 2008). Halm. 29
Banks, James A dan Cherry A. McGee Banks. (2010). Multicultural Education :Issues and
Perspectives. United States of America : John Wiley & Sons, Inc
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang system pendidikan nasional.
Departemen Agama RI, Peraturan Perundang Perwakafan, Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam, 2006
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna, Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di
Sekolah Dasar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam Artikel “Multikultural –
Stranas” 2009. Hlm 04.
H.A.R. Tilaar. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan: Kajian Menejemen Pendidikan Nasional
dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rinika Cipta
Manuk Hardaniwati dkk., Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2003), hlm, 251-252.
Muchtar, Heri Jauhari. 2005. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja RosdakaryaMuchtar, Heri
Jauhari. 2005. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rifai, M (2002), Administrasi dan Supervisi Pendidikan Bandung: Jemmars
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai
Problem Sosial (Yoogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. VIII