Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Dosen Pengampu:
Wina Asry, M.Pd

Disusun Oleh:
Mursihan Pratama
0305161054

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat dan
Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah multikultural yaitu
Critical Book Report. Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Saya juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab
itu saya meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini dan saya juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermaanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan,20 july 2019

MURSIHAN PRATAMA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................ 1

BAB I ....................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4

1.2 Tujuan ................................................................................................................ 4

1.3 Manfaat .............................................................................................................. 4

BAB II...................................................................................................................... 5

ISI............................................................................................................................. 5

2.1 IDENTITAS BUKU .......................................................................................... 5

2.2 RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................. 7

2.3 PENILAIAN TERHADAP BUKU..................................................................27

BAB III .................................................................................................................. 28

PENUTUP.............................................................................................................. 28

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................28

3.2 Saran ............................................................................................................... 28


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Critical Book Report adalah mengkritik buku agar lebih mengerti atau memahami apa
isi buku yang dibaca, dan tidak hanya di baca saja dan lupa begitu saja. Tugas ini juga
berfungsi untuk menyadarkan mahasiswa bagaimana caranya berpikir kritis.
Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah.Padahal
pendidikan merupakan investasi sumber daya manusi jangka panjang. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa indikator seperti lulusan sekolah atau perguruan tinggi belum mampu memasuki
dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimilikinya.Melihat realita saat ini diperlukan
perubahan dalam pengelolaaan pendidikan agar sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
zaman.Dalam dunia pendidikan tuntutan profesionalisme guru harus disikapi dengan
peninfkatanh kualifikasi dan kompetensi.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Karena guru lah yang
langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan
teknologi, sekaligus mendidik nilai – nilai posisif melalui bimbingan dan keteladanan.

1.2 Tujuan

1. Agar mampu meringkas dan memahami isi buku


2. Agar mampu membandingkan buku dengan buku- buku lain
3. Mampu mengkontruksi buku ( cover , layout , dan tata bahasa)

1.3 Manfaat

Agar kita dapat berpikir kritis mengenai setiap pemahaman yang ada di dalam buku
tersebut. Dan bisa menganalisis informasi dalam buku, menghargai karya tulis , komunikatif
dalam penyampaian informasi dan bertanggung jawab.
BAB II

ISI

2.1 IDENTITAS BUKU

Buku Utama

1. Judul buku : PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


2. Pengarang : Dr. Eka Susanti, M.Pd
3. Penerbit : UINSU
4. Tahun terbit : 2019
5. Kota terbit : MEDAN
6. Tebal buku : 142 hlm
Buku pembanding

1. Judul buku : PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


2. Pengarang : Choirul Mahfud
3. Penerbit : Pustaka Pelaja
4. Tahun terbit : 2010
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tebal buku : 302 hlm
7. ISBN : 979-2458-67-0
2.2 RINGKASAN ISI BUKU

BAB I : PERBEDAAN PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

A. Pengertian Pluralisme

Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka di dalamnya ada interaksi
beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain.
Setiap individu memiliki keunikannya sendiri, keunikannya ini yang menjadikan tingkat
peradaban yang berbeda sehingga akan menghasilkan diferensasi sosial.
Keunikan individu menjadi kepribadiannya. Tingkat kepribadian ini turut menentukan
dan mewarnai dunia sosial budaya. Kepribadian yang unsurnya pengetahuan, perasaan dan
naluri kemudian dikelola sedemikian rupa hingga melahirkan budaya, pola perilaku dan
budaya materi.
Pluralisme berhubungan erat dengan dan menjadi dasar multikulturalisme. Idealnya
suatu masyarakat multicultural biasanya terjadi pada masyarakat plural. Sebaliknya,
pluralisme bukan apa-apa tanpa menjadi multikulturalisme.
B. Pengertian Multikulturalisme
Secara etimologis multikulturalisme terdiri atas kata multi yang berarti plural,
kultural yang berarti kebudayaan, dan isme yang berarti aliran atau kepercayaan. Jadi
multikulturalisme secara sederhana adalah paham atau aliran tentang budaya yang plural.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia multikultuuralisme adalah gejala pada
seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari satu
kebudayaan. Adapun dalam Kamus Sosiologi multikulturalisme adalah perayaan
keberagaman budaya dalam masyarakat keragaman yang biasanya dibawa melalui migrasi.
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan memungkinkan konsepnya
dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu. Multikulturalisme pada
dasarnya adalah pandangan dunia yang dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan
kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keagamaan.
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan
oleh masyarakat suatu Negara yang majemuk dari segi etnis budaya, agama dan sebagainya
tetapi memiliki cita-cita untuk mengembangkan semangat kebanagsaan yang sama dan
memiliki kebangsaan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut.
Masyarakat mmultikulturalisme adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai kultur
(budaya banyak), kultur (budaya) dan isme (aliran atau paham). Jadi multikulturalisme adalah
masyarakat dimana setiap manusia secara individu diakui harkat dan martabatnya yang hidup
dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing. Sedangkan kebudayaan dapat
dibentuk, dilestarikan dan dikembangkan karena dan melalui pendidikan, contohnya dalam
penggunaan bahasa.
C. Perbedaan Pluralisme dan Multikulturalisme
Pluralisme adalah bentuk, sedangkan multikulturalisme adalah pengakuan dari
perbedaan bentuk. Dengan demikian, hubungan antara pluralisme dan multiikulturalisme
tidak dpaat dipisahkan begitu saja. Di Indonesia makna dari kedua kata tersebut masih rancu
dan kadang-kadang disamakan,. Pengertian konsep tersebut dpaat menekankan pengertian
dari pluralisme dan multikulturalisme.

BAB II : PERJALANAN MULTIKULTURALISME DI INDONESIA, MODEL


KEBIJAKANMULTIKULTURALISME,MODEL-MODEL MULTIKULTURALISME
DAN MULTIKULTURALISME MENJADI MASALAH

A. Perjalanan Multikulturalisme di Indonesia


Bangsa kita sangat kaya dengan suku, adat istiadat, budaya, bahasa dan khazanah
yang lain. Hal itu telah banyak kejadian yang menyulut pada perpecahan yang disebabkan
adanya paham sempit tentang keunggulan suku tertentu.
1. Paham sukuisme
Paham sukuisme sempit akan membawa pada perpecahan seperti konflik di Timor Timur,
Aceh, Ambon dan lainnya. Oleh ssebab itu, kita harus berusaha agar kebhinekaan itu tidak
sampai merusak simpul-simpul persatuan yang telah diikat dengan paham kebangsaan ooleh
Bung Karno dan para pejuang kita.
2. Sumpah Pemuda pada tahun 1928
Munculnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 merupakan kesadaran akan perlunya
mewujudkan perbedaan sekaligus untuk membina persatuan dan kesatuan dalam menghadapi
penjajah Belanda yang kemudian dikenal sebagai cikal-cikal munculnya wawasan
kebangsaan Indonesia. Multikulturalisme juga tetap dijunjung tinggi pada waktu persiapan
kemerdekaan antara lain dalam siding BPUPKI.
3. Paham ideology
Pancasila adalah ideologi terbuka dan tidak boleh mereduksi pluralitas ideologi sosial politik,
etnis dan budaya. Melalui pnacasila seharusnya dapat ditemukan sintesis harmonis antara
pluralisme agama, multicultural, kemajemukan etnis budaya ideology sosial politik agar
terhindar dari segala bentuk konflik yang hanya akan menjatuhkan martabat kemanusiaan.
B. Model-model Multikulturalisme
Parekh membedakan lima macam multikulturalisme:
1. Multikulturalisme isolasionis
2. Multicultural akomodatif
3. Multicultural otomotis
4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif
5. Multikulturalisme cosmopolitan
C. Model Kebijakan Multikultural
Ada 3 model kebijakan multikulturalisme Negara untuk menghadapi persoalan yaitu :
1. Model yang mengedepankan nasionalitas. Nasionalitas adalah sosok baru yang dibangun
bersama tanpa memperhatikan aneka ragam suku bangsa, agama dan bahasa, dan nasionalitas
bekerja sebagai perekat integrasi.
2. Model nasionalitas etnik yang berdasarkan kesadaran kolektif etnik yang kuat yang
landasannya adalah hubungan darah dan kekerabatan dengan para pendiri nasional.
3. Model multicultural etnik. Dalam modle ini, keanekaragaman menjadi realitas yang harus
diakui dan diakomodasi Negara, dan identitas da nasal-usul warga Negara diperhatikan.
D. Multikulturalisme menjadi Masalah
a. Masalah kesetaraan gender
Gender adalah kumpulan karakteristik yang luas untuk membedakan antara laki-laki dan
perempuan termasuk jenis kelamin seseorang peran sosial seseorang dan identitas gender.
b. Masalah kesetaraan bangsa dan ras
Setiap orang mengekspresikan dirinya secara berbeda, identitas yang lahir dan ekspresi
budaya, kepercayaan serta latar belakang agama. Masalah tersebut menunjukkan bahwa
Negara yang multietnis merupakan kebbudayan sebagai alat untuk mengintensifkan perasaan
identitas nasional dan solidaritas antara anak bangsa yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suku bangsa.
c. Masalah Ideologi dan politik
Perbedaan paham ideology dan politik hal yang wajar dan normal Negara demokrasi karena
demokrasi tidak mengenal otoritariasnimes dalam penyeragaman system politik warga
negaranya.
d. Masalah kesenjangan ekonomi dan sosial
Masalah kesenjangan ekonomi dan sosial memerlukan perhatian khusus karena jika terjadi
kesenjangan sosial, akan timbul ketegangan antar kelompok yang akhirnya dapat memicu
komflik.

BAB III : PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL


Masyarakat multicultural merupakan suatu realitas. Hamper tidak ada suatu
masyarakat yang bersifat monokultur. Bahkan sejarah telah menunjukkan setiap upaya untuk
menciptakan monokultur dalam berbagai macam bentuk telah gagal. Karena pada hakekatnya
masyarakat multicultural merupakan sunnatullah.
Mewujudkan pendidikan yang demokratis memerlukan beberapa persyaratan pokok
antara lain :
1. Praktik pendidikan senantiasa menekankan pada kesetaraan dan keadilan.
2. Proses pembelajaran dijauhkan dari sifat bias dan steorotip khususnya pada pendidikan
jenjang awal.
3. Proses pembelajaran harus berujung pada pengembangan kemampuan kultural pada diri
siswa. Kemampuan ini berupa kesadaran akan dirinya sendiri, memahami dan menghormati
kultur lainnya, mampu membantu kerja sama dengan berbagai perbedaan kultur.

BAB IV : LATAR BELAKANG LAHIRNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI


AMERIKA SERIKAT DAN INDONESIA

A. Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Multikultural di Amerika Serikat


1. Budaya WSAP
Perkembangan multikulturalisme terutama di Amerika Serikat dimana kebudayaan
didominasi oleh kaum imigran putih dengan budaya WASP yang kebudayaan putih (white).
Nilai-nilai WASP inilah yang menguasai mainstream kebudayaan di Amerika Serikat.
Dengan demikian, terjadilah sekresi dan dekskriminasi, bukan hanya di dalam bidang ras
tetapi juga di dalam bidang agama, budaya dan gaya hidup. Yang paling didiskriminasikan
adalah kelompok Afrika-Amerika yang menurut sejarahnya dibawa kebenua baru tersebut
sebagai budak belian untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan atau membangun
prasarana industry yang berkembang pesat pada abad ke-19.
Pendidikan multicultural lahir berkembang di Amerika Serikat. James Bank
menerangkan bahwa kelahiran pendidikan mmultikultuural tidak bisa dipisahkan dari gerakan
untuk mendapatkan persamaan hak yang terjadi di Amerika Serikat yang mulai bangkit pada
1950-an, dengan pernyataan sebagai berikut: pendidikan multicultural lahir di Amerika
Serikat sebagai gerakan untuk mendapatkan kesetaraan pendidikan bagi wanita, kelompok
etnis, kelompok monoritas bahasa non-inggris, kelompok berpendapatan rendah dan
kelompok berkemampuan khusus.
2. Pendidikan Interkultural
Pendidikan Interkultural pada dasarnya memiliki dua tema pokok yaitu:
a. Melalui pendidikan intercultural seseorang tidak malu terhadap latar belakang budayanya.
Seperti diketahui mainstream budaya di Amerika yaitu WSAP telah menyepelekan budaya
kelompok-kelompok minoritas.
b. Perlu dikembangkan sikap toleransi terhadap perbedaaan-perbedaan ras, agama dan budaya.
Di dalam rangka pengembangan sikap toleransi ini dianjurkan program asimilasi budaya. Di
dalam kaitan ini, yang dipentingkan ialah adanya persamaan dan bukan meletakkan
perbedaan-perbedaan kebudayaan.
3. Pendidikan Multikultural
Program multikulturalisme melihat mengenai ketimpangan-ketimpangan di dalam
kehidupan bermasyarakat, karena adanya structural ras yang secara sadar atau tidak
mempengaruhi kehidupan bermasayarakat.
Konsep pendidikan multikulturalisme di Negara-negara yang menganut konsep
demokrasi seperti Amerika sebenarnya bukan hal yang baru lagi. Mereka telah
melaksanakannya khususnya dalam upaya menghilangkan diskriminasi antar kulit putih dan
kulit hitam.
4. Latar Belakang Lahirnya Multikultural di Indonesia
Wacana multikulturalisme untuk konteks di Indonesia menemukan momentumnya
ketika system nasional yang otoritas-militeristik tumbang seiring dengan jatuhnya rezim
Soeharto. Saat itu, Negara menjadi kacau balau dengan berbagai konflik antar suku, antar
golongan, yang menimbulkan keterkejutan dan kengerian pada anggota masyarakat.
Pendidikan multicultural barawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang
interkulturalisme sesuai dengan perang dunia II. Kemunculan Gagasan dan kesadaran
interkulturalisme ini selain terkait dengan perkembangan politik internasional diskriminasi
rasial dan lain-lain juga karena meningkkatnya peningkatan migrasi dari Negara-negara baru
merdeka ke Amerika dan Eropa.
BAB V : PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL, PENTINGNYA
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN ASUMSI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL

A. Pengertian Pendidikan Multikultural


Multicultural merupakan salah satu karakteristik dari masyarakat. Sebab, nyaris sulit
menemukan masyarakat yang monokultural. Pendidikan multikulturalisme adalah proses
penanaman cara hidup menghormati, tulu, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang
hidup di tengah masyarakat yang plural. Pendidikan multikulturalisme mengajarakan tentang
konsep dasar multikulturalisme. Sebenarnya konsep multikulturalisme yang menekankan
keanekaragaman dalam kesederajatan. Keanekaragaman dalam kesederajatan yang dimaksud
seperti persamaan HAM, prinsip etika dan moral, penegakan hukum, dan keadilan pada
setiap orang dari berbagai keragaman sosial, kelompok etnis, budaya dan agama.
B. Pentingnya Pendidikan Multikultural
Indonesia adalah salah satu negeri multicultural. Kenyataan ini dapat dilihat dari
keragaman sosial, kelompok etnis, budaya, agama,aspirasi politik, dan lain-lain. Kergaman
ini diakui atau tidak akan dapat menimbulkan berbagai persoalan.oleh karena itu, pendidikan
multikulturalisme berperan penting dalam penyelesaian persoalan tersebut serta
pembangunan di Indinesia. Hal ini didasarkan pada beberapa alas an, yaitu:
1. Bahwa secara alamiah manusia diciptakan Tuhan dalam keanekaragaman.
2. Banyaknya masalah yang berhubungan dengan SARA (suku, agama dan rasa).
3. Pemahaman multikulturalisme merupakan kebutuhan bagi umat manusia terutama untuk
menghadapi tantangan global pada saat ini.
C. Asumsi Pendidikan Multikultural
Ada beberapa asumsi pendidikan multikultural, yaitu:
1. Semua siswa berhak mendapatkan pelayanan terbaik yang mampu disajikan tanpa
memandang latar belakang siswa apapun juga.
2. Pendidikan yang menjamin kesetaraan jauh melampaui standar isi kurikulum.
3. Ketimpangan kualitas hasil tidak separah ketimpangan dalam memperoleh kesempatan.
Artinya apa yang terjadi perbedaan pada pencapaian prestasi antara siswa hitam dan siswa
putih tidak separah perbedaan pelayanan yang diterims kedua kelompok siswa tersebut.
4. Ketidaksetaraan tambal silam cenderung menemui kegagalan karena yang diperlukan adalah
reformasi menyeluruh tetapi dilaksanakan secara bertahap dan sistematis.
BAB VI : LANDASAN, TUJUAN DAN KARAKTERISTIK PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL

A. Landasan Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural tersurat dalam beberapa Undang-undang Sisdiknas No 20
Tahun 2003 antara lain pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembnagnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
B. Tujuan Pendidikan Multikultural
Tujuan utama pendidikan multikultural adalah mengubah pendekatan pelajaran dan
pembelajaran kea rah memberikan peluang yang sama pada setiap anak. Jadi tidak ada yang
dikorbankan demi persatuan. Untuk itu, kelompok-kelompok harus damai dan saling
memahami mengakhiri perbedaan tetapi tetap menekankan pada tujuan umum untuk
mencapai persatuan. Siswa ditanamkan pemikiran lateral, keanekaragaman dan keunikan itu
dihargai. Hal ini berarti harus ada perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai khususnya civitas
akademika sekolah. Ketika siswaa berada di antara sesamanya yang berlatar belakang
berbeda, mereka harus belajar satu sama lain berinteraksi dan berkomunikasi sehingga dapat
menerima perbedaan di antara mereka sebagai sesuatu uang memperkaya mereka.
C. Karakteristik Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri:
1. Tujuannya membentuk manusia budaya dan menciptkan masyarakat berbudaya.
2. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa dan nilai-nilai
kelompok etnis.
3. Metode yang demokratis yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya
bangsa dan kelompok etnis (multikulturalisme)
4. Evalusinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak yang meliputi persepsi,
apresiasi dan tindakan terhadap budaya lainnya.
BAB VII : BANGUNAN PARADIGMA, PERSPEKTIF, DIMENSI, KOMPONEN-
KOMPONEN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

A. Bangunan Paradigma Pendidikan Multikultural


Bangunan paradigma pendidikan multikultural yang ditawarkan Zamroni adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan multtikultural adalah jantung untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi
seluruh warga masyarakat.
2. Pendidikan multikultutal bukan sekedar perubahan kurikulum atau perubahan metode
pembelajaran.
3. Pendidikan multikultural mentransformasi kesadaran yang memberikan arah transformasi
praktik pendidikan.
4. Pengalaman menunjukkan bahwa upaya mempersempit kesenjangan pendidikan adalah arah
yang menciptakan ketimpangan semakin membesar.
5. Pendidikan multikultural bertujuan untuk berbuat sesuatu yaitu membangun jembatan antara
kurikulum dan karakter, pedagogi, iklim kelas dan kultur sekolah untuk membangun visi
sekolah yang menjunjung kesetaraan.
Paradigm pendidikan multikultural diharapkan dapat menghapus stereotip, sikap dan
pandangan egoistic, individualistik dan eksklusif di kalangan peserta didik.
B. Perspektif Tujuan Pendidikan Multikultural
Meinjam system klasifikasi Robinson, ada tiga perspekktif multikulturalisme dalam
system pendidikan yaitu:
1. Perspektif cultural assimilation
Perspektif ini merupakan modal transisi dalam system pendidikan yang menunjukkan proses
asimilasi anak atau subjek didik dari berbagai kebudayaan atau masyarakat nasional ke dalam
satu core society.
2. Perspektif cultural pluralism
Perspektif ini merupakan suatu system pendidikan yang menekankan pada pentingnya hak
bagi semua kebudayaan dan masyarakat suku nasional untuk memelihara dan
mempertahankan identitas kultural masing-maisng.
3. Perspektif cultural synthesis
Merupakan sintesis dari perspektif asimilasionis dan pluralis yang menekankan pentingnya
proses terjadinya elektisisme dan sintesis dalam diri anak atau subjek didik dan masyarakat
serta terjadinya perubahan dalam berbagai kebudayaan dan masyarakat nasional.
C. Dimensi Pendidikan Multikultural
James Bank, menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki empat dimensi
yang slaing berkaitan:
1. Content integration
Mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar,
generalisasi dan teori dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu.
2. The knowledge contruction process
Membawa siswaa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran atau
disiplin ilmu.
3. An equaty paedagogy
Menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi
prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun sosial.
4. Prejudice reduction
Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka.
D. Komponen-komponen Pendidikan Multikultural
1. Gender
Isu gender merupakan isu yang merambah dalam berbagai kehidupan berbangsa dan
bernegara. Gender lebih sering berjalan bersama perjuangan feminism di mana kaum
perempuan menuntut keadilan dan kesamaan rataan dengan peran laki-laki.
2. Suku
Menurut Tilaar di dalam pendidikan multikultural tidak ada pengangguran dan
fundamentalisme sosial budaya dan kesukuan. Pendidikan multikultural mengalami kesulitan
yaitu di satu sisi pendidikan multikultural harus memperdalam rasa identitas kesukuan yang
kemudia secara terbuka mengenal dan mengerti nilai-nilai sosial budaya dan agama dari suku
lain.
3. Agama
Osman menjelaaskan bahwa umat manusia dapat menyelesaikan konflik agama dengan terus
mendiskusikan perbedaan-perbedaan mereka dengan cara yang masuk akal dan tetap
mengakui kemajemukan mereka.
4. Sosial
Tanpa adanya keadilan sosial maka diskursus mengenai multikulturalisme-pluralisme yang
ingin diinternalisasikan melalui pendidikan multikultural akan sangat sulit untuk mencapai
hasil yang memuaskan.
5. Masyarakat urban atau masyarakat kota
Masyarakat urban yang mengarah pada industrialisasi telah membuat masyarakat menjadi
mekanis dan kehilangan makna hidup, dimana masyarakat urban telah terlienasi dalam
kehidupannya.

BAB VIII : SASARAN, UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN


MULTIKULTURAL, DAN PRINSIP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

A. Sasaran Pendidikkan Multikultural


Berdasarkan perspektif hasil pembelajaran, pendidikan multikultural memiliki tiga
sasaran yang dikembangkan pada diri setiap siswa:
1. Pengembangan identitas kultural yakni merupakan kompetensi yang dimiliki siswa untuk
mengidentifikasi dirinya dengan suatu etnis tertentu.
2. Hubungan interpersonal yakni kompetensi untuk melakukan hubungan dengan kelompok ini
etnis lain, dengan senantiasa mendasarkan pada persamaan dan kesetaraan serta menjauhi
sifat stereotip.
3. Memberdayakan diri sendiri yakni suatu kemampuan untuk mengembangkan secara terus-
menerus apa yang dimilki berkaitan dengan kehidupan multikultural.
B. Upaya Meningkatkan Kesadaran Multikultural
Keteladanan guru sangat diperlukan demi keberhasilan pendidikan multikulturalisme.
Dengan kata lain, sekolah harus menjadi sebuah laboratorium multikulturalisme. Yang
dimaksud laboratorium multikulturralisme disini adalah sebagai sarana tempat mutu
multikulturalisme berlangsung, karena pada dasarnya dalam suatu sekolah terdiri dari murid
yang datang dari golongan ras yang berbeda.
1. Mengembangkan kketerampilan di dalam tindakan sosial
Dalam hal ini sekolah, ruang-ruang kelas juga difungsikan sebagai tempat pelatihan untuk
menjadi warga Negara yang aktif dan mempunyai keterampilan di dalam kehidupan sosial.
2. Mengembangkan sikap saling pengertian
Di dalam hal ini, para siswa diajarkan bagaimana mencapai saling pengertian antara ras,
antara stratifikasi sosial, gender, untuk berbagai problem bersama serta sebagaiman
menciptakan keadilan.
C. Prinsip Pendidikan Multikultural
Dalam implementasinya, paradigm pendidikan multikultural dtuntut untuk memegang
prinsip berikut:
1. Pendidikan multikultural harus menawarkan beragam kurikulum yang mepresentasikan
pandangan dan perspektif orang banyak.
2. Pendidikan multikulturalisme harus didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada penafsiran
tunggal terhadap kebenaran sejarah.
3. Kurikuluum dicapai sesuai dengan penekanan analisis komparatif dengan sudut pandang
kebanyakan kebudayaan yang berbeda-beda.
4. Pendidikan multikulturalisme harus mendukung prinip-prinsip pokok dalam memberantas
pandangan klise tentang ras.

BAB IX : PENDEKATAN DAN MODEL-MODEL PENDIDIKAN


MULTIKULTURALISME

A. Pendekatan dalam Pendidikan Multikultural


Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikulturalisme yang perlu
diantisipasi, yaitu:
1. Pendidikan sebagai transmisi kebudayaan yang dapat membebaskan pendidikan dari asumsi
bahwa tanggung jawab primer mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan anak
didik semata-mata berada di tangan mereka.
2. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnis sebagaimana
yang terjadi selama ini..
3. Karena ppengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru biasanya membutuhkan
interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi.
B. Pengembangan, Pendekatan dan Implementasinya di Kelas dan Panduan Implementasi
Pendidikan Multikultural di Kelas
1. Bentuk pengembangan, bentuk pengembangan pendidikan multikultural disetiap Negara
berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi setiap Negara.
2. Pendekatan dan Implementasi di Kelas
Menurut Farida Hanum hal ini disesuaikan pula dengan jenjang pendidikan dan umur siswa.
a. Pendekatan kontribusi dan implementasi pendekatan kontribusi di kelas
b. Pendekatan aditif dan implimentasi pendidikan aditif di kelas
c. Pendekatan transformasi dan implementasi pendekatan transformasi di kelas
d. Pendekatan aksi sosial dan implementasi pendekatan aksi sosial di kelas
3. Panduan Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas
Dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural di kelas banyak bergantung pada
peran dan kemampuan guru dalam multikulturalisme. Ada beberapa petunjuk yang dapat
membantu guru antara lain sebagai berikut:
a. Sensitiflah dengan sikap, perilaku rasial, stereotip, prejudice, labeling anda, dan pernaytaan
yang anda buat tentang kelompok etnis lain..
b. Perluasan penngetahuan guru dan dosen tentang kehidupan masayarakat lain yang berbeda
latar belakang etnis, agama, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi.
c. Gunakanlah teknik belajar koopertaif dan kerja kelompok untuk meningkatkan integrasi
sosial di kelas atau di sekolah.
C. Model-model Pendidikan Multikultural
Dalam konteks teoritis, belajar dari model-model pendidikan multikultural yang
pernah dan sedang dikembangkan oleh Negara-negara maju, dikenal 5 pendekatan yaitu:
1. Pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme
2. Pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau pemahaman kebudayaan
3. Pendidikan bagi pluralism kebudayaan
4. Pendidikan Dwi budaya
5. Pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral manusia
D. Prinsip Dasar Pengembagan Model Pembelajaran Berbasis Pendidikan Multikultural
Keindonesia
Prinsp dasar pengembangan model pemmbelajaran berbasis pendidikan multikultural
keindonesiaan sebagai berikut:
1. Pendidikan multikultural sebaiknya dimulai dari diri sendiri
2. Pendidikan multikultural hendaknya tidak mengembangkan sikap etnosentris kesukuan
3. Pendidikan multikultural dikembangkan secara integrative
4. Pendidikan multikultural harus menghasilkan perubahan
5. Pendidikan multikultural harus mencakup realitas sosial
BAB X : MPLEMENTASI DAN TAHAPAN PERUBAHAN DALAM PROSES
PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL

A. Tahapan dalam Implementasi Pendidikan Multikultural


Kembali pada konsep pendidikan multikultural yang ada selama ini, Banks
mengidentifikasi adanya 5 tahap dalam implementasi pendidikan mulltikultural yakni:
1. Content integration, berkaitan dengan sejauh mana upaya guru untuk menghadirkan aspek
kultur dari berbagai kultur yang ada ke ruang-ruang kelas seperti pakaian, tari-tarian,
kebiasaan upacara pernikahan dan sebagainya.
2. The knowledge construction process, pembelajaran memberikan kesempatan kepada para
siswa untuk memahami, menginvestasi dan menentukan bagaimana asumsi kultur, kerangka
piker, perspektif dan bisa tejadi pada waktu mengkonstruksi suatu pengetahuan antara lain
munncul pada berbagai buku yang ada yang dijadikan buku teks bagi para siswa.
3. Pengurangan sikap dan perilaku predujice, sebagai suatu upaya agar para siswa memahami
dan menghargai adanya berbagai kultur dengan segala perbedaan yang menyertainya.
4. Equity, kesetaraan akan muncul apabila para guru sudah mulai memodifikasi pperilaku
pembelajaran mereka disesuaikan dengan kosndisi memodifikasi perilaku pembelajaran
mereka disesuaikan dengan kondisi para siswa yang memiliki berbagai latar belakang yang
berbeda, sehingga memberikan harapan bahwa semua siswa tanpa melihat latar belakang
yang dimilikinya akan dapat mencapai hasil sebagaimana telah direncanakan.
5. Terkonstruksi struktur dan kultur sekolah. Tahap ini dilakukan rekonstruksi baik struktur
sekolah maupun kultur sekolah.
B. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praktis Pendidikan di Indonesia
Prinsip fleksibilitas pendidikan multikultural disarankan oleh Gay. Ia mengatakan
bahwa sangat keliru jika melaksanakan pendidikan multikulltural harus dalam bentuk mata
pelajaran yang terpisah atau monolitik. Ia mengusulkan agar pendidikan multikultural
diperlakukan sebagai pendekatan untuk memajukan pendidikan secara utuh dan menyeluruh.
Pendidikan multikultural juga dapat diberlakukan sebagai alat bantu untuk menjadikan warga
masyarakat lebih toleran, bersifat inklusif, memiliki jiwa kesetaraan dala hidup masyarakat
dan senantiasa berpendirian. Masyarakat secara keseluruhan akan lebih baik ketika warga
masyarakat memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dimilki
bagi masyarakat sebagai keutuhan.
C. Tahapan Perubahan dalam Proses Pembelajaran Multikultural
Dalam pandangan Kitano, perubahan dalam proses pembelajaran multikultural
mencakup tiga tahap:
1. Pembelajaran bersifat eksklusif dimana materi dan model pembelajaran hanya cocok dan pas
bagi mereka yang termasuk warga kelompok budaya dominan.
2. Pembelajaran yang inklusif dimana model dan materi pembelajaran sudah mulai dapat
diterima oleh semua kelompok.
3. Pembelajaran sudah ditransformasi sehingga semuua siswa mendapatkan perlakuan yang
setara.

BAB XI. MODEL PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL

4. Pengertian Pembelajaran Multikultural


Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikam dalam mengakui
menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender
dan kelas. Pembelajaran multicultural merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan
keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan
untuk membentuk sikap multicultural.
5. Tujuan Pembelajaran Multikultural
Berdasarkan tujuan pendidikan multicultural terdapat tiga maccam tujuan yang berkaitan
dengan sikap pengetahuan dan pembelajaran.
E. Aspek sikap, yaitu untuk mengembangkan kesadaran dan kepekaan cultural toleransi
F. Aspek pengetahuan, yaitu untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan budaya yang
lain
G. Aspek pembelajaran, yaitu untuk memperbaiki distorsi stereotip dan kesalahpahaman tentang
kelompok etnis dalam buku teks dan media pembelajaran.
6. Dasar-Dasar Pembelajaran Multikultural
c. Unsur kebudayaan
Pembelajaran tidak bisa terlepas dari unsure kebudayaan karena :
4. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks
5. Kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material
6. Kebudayaan dapat berbentuk fisik
7. Kebudayaan dapat berbentuk prilaku
8. Kebudayaan merupakan realitas yang objektif
9. Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang terasing
d. Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat
Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat harus dijadikan dasar pengayaan dalam
pembelajaran sehingga guru harus menciptakan belajar untuk hidup bersama dalam damai
dan harmoni sesuai dengan salah satu pilar belahar dari Yunani yaitu learning to live
together.
e. Peran guru dalam menerapkan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan
5. Menjadi model
6. Menciptakan masyarakat bermoral
7. Mempraktikkan disiplin moral
8. Menciptakan situasi demokrasi
9. Mewujudkan nilai-nilai kurikulum
7. Perspektif dan Tahapan Kurikulum Multikultural
Untuk menghadirkan keragaman perspektif dalam kurikulum ini menurut James A. Bank,
dapat dilakukan dengan 4 tahap, yaitu :
5. Tahap kontribusi
6. Tahap penambahan
7. Tahap perubahan
8. Tahap aksi sosial
8. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural
5. Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat
6. Keragaman budaya menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai komponen kurikulum
7. Budaya di lingkungan unit pendidikan adalah sumber belajar dan objek studi yang harus
dijadikan bagian dari kegiatan siswa
8. Kurikulum berperan sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan
kebudayaan Nasional
9. Prinsip dan Dasar Pengembangan Model Pembelajaran multicultural
Garis besar pokok pengembangan model pembelajaran multicultural disandarkan pada
beberapa prinsip yaitu :
4. Pengenalan jati diri
5. Mengembangkan sikap non etnosentris
6. Pengembangan secara integrative komprehensif dan konseptual
7. Menghasilkan sebuah perubahan
8. Menekankan aspek afektif dan kognitif
9. Kontekstual
BAB XII. KOMPETENSI DAN PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
4. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Multikultural
Kompetensi multicultural yang harus dimiliki guru menurut James A. Bank antara lain :
1) sensitive terhadap perilaku etnis para siswa, 2) sensitive terhadap kemungkinan adanya
kontroversi tentang materi ajar, 3) menggunakan teknik pembelajaran kelompok untuk
mempromosikan integrasi etnik dalam pembelajaran.
5. Peranan Guru dan Sekolah dalam Penerapan Pendidikan Multikultural
6. Membangun paradigm keberagaman
Peran guru dalam hal ini yaitu, a) guru harus bersikap demokratis, b) guru seharusnya
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang berhubungan
dengan agama.
7. Menghargai keberagaman bahasa
Guru harus memiliki sikap menghargai keberagaman bahasa dan mempraktikkan nilai-nilai
tersebut di sekolah sehingga dapat membangun sikap peserta didik agar mereka selalu
menghargai orang lain yang memiliki bahasa, aksen, dan sialek yang berbeda.
8. Membangun sensifitas gender
Guru dituntut untuk memiliki peran dalam mengembangkan kesadaran peserta didik terhadap
nilai-nilai kesadaran gender dan sikap anti diskriminasi terhadap kaum perempuan di sekolah
9. Membangun sikap kepedulian sosial
e. Guru harus memiliki wawasan yang cukup tentang berbagai macam fenomena sosial yang
ada di lingkungan para peserta didiknya.
f. Guru harus bersikap adil kepada seluruh siswa tanpa harus mengistimewakan salah satu dari
mereka meskipun latar belakang status sosial mereka berbeda
10. Membangun sikap anti diskriminasi etnis
Gutu dituntut untuk :
D. Memiliki pemahaman dan wawasan yang cukup tentang sikap anti diskriminasi etnis
E. Memberikan perlakuan adil terhadap seluruh peserta didik
11. Membangun sikap anti diskriminasi terhadap perbedaan kemampuan
Pada aspek ini guru sebagai penggerak utama kesadaran peserta didik agar selalu
menghindari sikap yang diskriminatif terhadap perbedaan kemampuan peserta didik baik di
dalam maupun di luar kelas termasuk di luar sekolah
12. Membangun sikap anti diskriminasi umur
Guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang pentingnya sikap
yang tidak diskriminatif terhadap orang lain yang berbeda umur diharapkan dapat
mempermudah guru untuk memberikan contoh dan bimbingan tentang bersikap kepada orang
yang berbeda umur.

BAB XIII. NILAI-NILAI DAN TEMA DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Multikultural
6. Nilai Demokrasi, merupakan sebuah istilah yang menyeluruh dengan segala bentuk baik
keadilan budaya politik maupun sosial.
7. Nilai Humanisme, pada dasarnya adalah pengakuan akan plurralitas, heterogenitas dan
keragaman manusia.
8. Nilai Pluralisme, adalah pandangan yang mengakui adanya keragaman yang dalam suatu
bangsa seperti yang ada di Indonesia.
4. Tema Pendidikan Multikultural di Indonesia
6. Tema ketuhanan
Tema ketuhanan dimaksudkan untuk membentuk sikap sadar terhdap nilai-nilai, norma-
norma religious siswa meyakini dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan agama dan
kepercayaannya dalam pola kehidupan pada masyarakat yang beragam sehingga terjalin
keharmonisan hidup dalam keragaman.
7. Tema kemanusiaan
Tema kemanusiaan dapat membentuk sikap peduli dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dengan mengakui persamaan derajat.

8. Tema persahabatan dan kesatuan


Tema persahabatan dan kesatuan yang dimaksud dapat membentuk pikiran, pemahaman, dan
sikap atau perilaku yang senantiasa mengutamakan keutuhan dan kedaulatan kelektif sebagai
warga masyarakat dan warga bangsa dengan semangat pluralitas antar budaya.
9. Tema keadilan
Tema keadilan dapat membentuk sikap empati terhadap orang lain serta memiliki kepekaan
sosial terhadap sesame manusia, rasa sama dan sederajat dalam hubungan sosial serta anti
terhadap diskriminasi atau marjinalisasi.
BAB XIV. MANFAAT, IMPLIKASI, DAN TANTANGAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL

a. IPS dan Pendidikan Multikultural


Desain pendidikan multicultural yang diintegrasikan bisa mencakup subjek seperti toleransi,
tema-tema tentang perbedaan ethnocultural suku bangsa, bahaya diskriminasi, penyelesaian
konflik, HAM, demokrasi dan pluralitas kemanusiaan dan lain-lain.Dengan pengintegrasian
pendidikan multicultural dalam pembelajaran IPS ini diharapkan dapat berperan membantu
mewujudkan visi pendidikan baru di Indonesia yaitu membangun manusia dan masyarakat
madani Indonesia yan mempunyai identitas berdasarkan cirri khas budaya Indonesia.
b. Manfaat Pendidikan Multikultural
1. Memberi pendidikan kepada peserta didik bahwa suatu perbedaan itu adalah wajar
2. Menghormati perbedaan etnuk, budaya, agama yang menjadikan kekayaan budaya bangsa
3. Persamaan dan keadilan dalam perlakuan tanpa membedakan suku, agama, etnis, dan
kelompok sosial
c. Implikasi Adanya Pendidikan Multikultural
Konsekuensi dari multicultural adalah sikap menentang dan anti terhadap atau setidaknya
bermasalah dengan monokulturalisme dan asimilasi.Seperti yang dikemukakan sebelumnya
bahwa pendidikan multicultural bukan sekedar dari perubahan kurikulum atau perubahan
metode pembelajaran. Melainkan, pendidikan multicultural sebagai proses transformasi
kesadaranyang memberikan arah kemana transformasi praktik pendidikan harus menuju.
d. Tantangan dalam Pendidikan Multikultural
Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multicultural di Indonesia,
yaitu : 1) agama, suku bangsa, dan tradisi, 2) kepercayaan, 3) toleransi.

BAB XV. REORIENTASI PENDIDIKAN BERBASIS MULTIKULTURAL


1. Revitalisasi Kurikulum
Upaya revitalisasi kurikulum dalam mengakomodasi multicultural hendaknya
mengidentifikasi hal-hal berikut.
a. Faktor sosial budaya yang kemungkinan dapat menjadikan perbedaan individual peserta
didika sebagai faktor-faktor yang konstruktif
b. Mengidentifikasi nilai-nilai yang sepatutnya diajarkan secara eksplisit atau emplisit.
2. Penerapan Empat Pilar Proses Pembelajaran
1. Learning to know, artinya belajar untuk mengetahui.
2. Learning to do, artinya belajar untuk berbuat.
3. Learning to live together, artinya belajar untuk hidup.
4. Learning to be, artinya belajar untuk menjadi.
3. Integrasi Empat Pilar dengan Pendidikan yang Berbasis Multikultural
Dalam hal ini keempat pilar proses pembelajaran diperuntukkan bagi terlaksananya fungsi
dan tercapainya tujuan pendidikan nasional, berbagai strategi perlu dikembangkan antara lain
:
1. Pengembangan Kurikulum
2. Peningkatan kualitas professional tenaga kependidikan
3. Pengembangan sistem pengelolaan pendidikan
4. Mengembangkan sistem pendidikan tinggi
5. Menyamakan persepsi masyarakat

BAB XVI. DEMOKRASI BAGI MASYARAKAT MULTIKULTURAL


A. Kehidupan Masyarakat Multikultural
Demokrasi akan menjadikan pergesekan semakin kuat dan intens. Oleh karen aitu,
persoalan bagi masyarakat multicultural adalah bagaimana bisa mendorong munculnya
pergesekan yang akan menghasilkan kondisi positif dan menjauhkan kondisi negatif.
Kesadaran akan karakteristik multicultural sebagai realitas bermasyarakat dan perlunya
memegang teguh sifat tenggang rasa dan toleransi akan melahirkan suatu kesadaran baru
bahwa kerjasama dengan segala perbedaan merupakan kebutuhan mutlak yang tidak bisa
ditingggalkan.
B. Demokrasi Sebagai Fondasi
Masyarakat multicultural mesti bersendikan prinsip-prinsip demokrasi keanekaragaman
pada masyarakat multicultural penuh potensi konflik, dimana potensi ini akan tetap menjadi
potensi manakala kehidupan mastarakat memegang teguh dan menghadapkan toleransi,
kebersamaan, kebebasandan kerjasama dengan segala perbedaan yang ada. Keseluruhan
tersebut merupakan bagian dari prinsip-prinsip demokrasi.
C. Nilai-Nilai Demokrasi dalam Pendidikan Multikultural
Demokrasi memiliki nilai-nilai antara lain kebebasan, hak-hak individu, tujuan bersama,
keadilan, dan patriotism. Sebagai salah satu nilai demokrasi, kesadaran akan keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat perlu untuk ditanamkan pada diri setiap siswa. Kebersamaan dalam
kehidupan bersama mutlak diperlukan.Mandiri tidak berarti kerja sendiri-
sendiri.Kemandirian sekaligus kebersamaan merupakan kehidupan yang diperlukan dalam
masyarakat multicultural. Demokrasi memberikan fondasi untuk dapat
menumbuhkembangkan karakter tersebut.

BAB XVII. MULTIKULTURALISME DAN PERUBAHAN SOSIAL


A. Multikulturalisme dan Strategi Perubahan Sosial
1. Strategi liberal dalam perubahan sosial
Di dalam pendekatan tersebut, perubahan sosial dapat terjadi namun demikian yang
dipentingkan ialah adanya kondisi ekuilibrium atau kondisi keseimbangan.Kondisi tersebut
dijamin oleh peraturan-peraturan perundang-undangan supaya tidak terjadi kekacauan dalam
kehidupan bersama.Yang menonjol dalam strategi ini ialah pentingnya potensi sumber daya
manusia yang harus dikembangkan supaya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan individu
maupun kepentingan kelompok.
2. Strategi terpimpin dalam perubahan sosial
Di dalam strategi tersbut terjadi perubahan, namun campur tangan atau intervensi
pemerintah menjadi sangat dominan.Di dalam strategi ini pemerintah yang otoriter
mendapatkan lahan subur untuk berkembang, yang pada akhirnya menjadi pemerintah yang
menindas hak-hak rakyat.
3. Strategi konservatif
Di dalam strategi ini perubahan sosiao dapat terjadi karena partisipasi masyarakat.Namun
demikian, perubahan tersebut dibatasi oleh keinginan untuk mencapai keseimbangan.Program
pendidikan dalam strategi konservatif cenderung untuk memelihara dan melanjutkan praktik-
praktik pendidikan yang berlaku.Program-program baik yang formal maupun non-forrmal
dan informal, semuanya diarahkan kepada sekadar mentransmisikan nilai-nilai budaya yang
ada.
4. Strategi konflik dalam perubahan sosial
Apabila pada strategi liberal dan konservatif dapat saja terjadi perubahan sosial tetapi
perubahan sosial yang tidak terencana maka di dalam strategi konflik perlu dipetakan
perubahan yang terencana.Manajemen konflik mengimplikasikan adanya alternatif-alternatif
yang perlu dipilih.Itulah sebenarnya salah satu inti penting di dalam masyarakat demokratis
yaitu adanya pilihan-pilihan karena partisipasi baik dari individu maupun dari kelompok-
kelompok masyarakat.
B. Program Pendidikan Multikultural yang Menekankan Pada Perubahan Sosial
Mengemukakan Beberapa Pertanyaan yang Penting Mengenai Tiga Masalah yaitu :
Konflik, Pengembangan Kognitif, dan Kebudayaan
A. Teori Kognitif
Teori kogniti, melihat organisasi dalam masyarakat suatu pergumulan untuk menguasai
sumber-sumber oleh kelompok yang dominan di dalam lembaga-lembaga sosial. Konflik
mengemukakan bahwa struktur yag dimiliki oleh kelompok yang berkuasa yang dominan
mempunyai kecenderungan untuk dipertahankan.
B. Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk
menstrukturisasi pengetahuan melalui interaksi pemikiran dan pengalaman.
C. Pendekatan Pemberdayaan

Pendekatan pemberdayaan, melihat kebudayaan dialihkan dari satu generasi ke generasi


berikutnya melalui proses kontruksi dan rekontruksi sebagai jawaban terhadap perubahan
kondisi sosial dan politik.

2.3 PENILAIAN TERHADAP BUKU

1. Dari segi cover : Buku utama memiliki cover lebih menarik ketimbang buku kedua karena
buku pertama memiliki warna cover yang warnanya lebih cerah
2. Dari segi isi :Buku Utama cukup baik dan mudah dipahami.namun tidak terdapat referensi
yang jelas dari buku tersebut,Pada buku kedua Berisikan materi pelajaran yang sesuai
dengan tujuan pendidikanmultikultural. Pada setiap bab pada buku ini adanya dilampirkan
latihan-latihan yang dapat menguji kemampuan mahasiswa dalam memahami isi materi
3. Dari segi kerapian : Kedua buku sudah memiliki kerapihan yang baik, namun pada buku
utama terdapat beberapa spasi yang berantakandan tulisan yang sangat kecil sekali, sehingga
susah membacanya di malam hari.
4. Dari segi referensi :Buku pertama memiliki referensi yang cukup banyak namun pada
penjelasan tiap bab terlalu luas dan panjang lebar tidak langsung pada poin pembahasan
sehingga membuat pembaca bigung.
Buku kedua memiliki referensi yang cukup memadai.Namun pada buku kedua penulis
banyak mengambil teori dari penulis sehingga kurang penjelasannya tentang bagaimana
pendidikan multikultural di dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam resume pada makalah ini maka saya dapat menyimpulklan bahwa Guru
semakin diharapkan untuk memiliki persiapan yang cukup jauh dan untuk mendemostrasikan
pengetahuan mereka tentang subjek yang diampunya tentang multikultural.Hal ini disebabkan
karena mengajar bersifat situasional, dan karakteristik siswa, kelas, sekolah dan masyarakat
tertentu mempengaruhi prinsip apa yang bekerja dan tidak bekerja. Guru-guru yang efektif
dari siswa-siswa yang berbeda secara rasial dan kultural tahu bagaimana cara menciptakan
kurikulum yang relevan secara kultural dan multikultural dan bagaimana cara menggunakan
pedagogi yang relevan secara kultural.

3.2 Saran

Untuk memahami profesionalisme sebagai seorang guru dalam mengajarkan


pendidikan multikulturalmaka disarankan untuk membaca buku yang sudah di resume pada
makalah ini . Agar dapat membantu pembaca.

Anda mungkin juga menyukai