Anda di halaman 1dari 18

ILMU PENGETAHUAN

TEKNOLOGI & SENI DALAM ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. ANG MEY NISAH TAFAKKUR
2021061013028
2. AISYAH ZALZABILAH RISKY
2021061013012
3. FITO DUTA B.
2021061014113
4. NUR HIDAYAT
2021061014062
5. YOGI
2021061014085

UNIVERSITAS CENDRAWASIH
FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK SIPIL

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya sehingga sampai saat ini Penulis masih di berikan bimbingan dalam
menyusun Makalah ini. Semoga Allah SWT akan senantiasa memberikan
kemudahan di setiap kegiatan yang kita lakukan. Shalawat serta salam semoga
terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan
syafa’at-Nya di Akhirat nanti.

Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Agama Islam pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Cendrawasih.
Makalah ini berisi tentang “ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI & SENI
DALAM ISLAM ”. Makalah ini di susun berdasarkan sumber-sumber yang di
dapat oleh Kelompok kami.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak terdapat kesalahan


serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk Makalah ini, agar Makalah ini nantinya dapat menjadi
Makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada Makalah ini Penulis mohon maaf yang sebesar-besar-Nya.

Demikian, semoga Makalah ini dapat bermanfaat, Terimakasih.

Jayapura, 15 Nov 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................6
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
A. PENGERTIAN IPTEK....................................................................................................................7
B. INTEGRITAS IMAN, ILMU DAN AMAL.......................................................................................11
C. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU.......................................................................13
D. TANGGUNGJAWAB PARA ILMUWAN TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGAN...........................14
BAB III..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
2.1 KESIMPULAN........................................................................................................................16
2.2 SARAN..................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak- anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Purwanto,
2010: 10). Adapun tujuan pendidikan adalah membawa anak didik ke tingkat kedewasaan
(Suryosubroto, 2010: 9). Hal tersebut masih bersifat umum dan belum terfokus pada
pendidikan Islam, adapun pendidikan dalam Islam disebut dengan Tarbiyah yang berasal
dari kata Raba- Yarbu- Rabban yang berarti mengasuh, memimpin, mengasuh (anak-
anak).

Tujuan dari pendidikan Islam adalah terbentuknya “insan kamil” atau manusia
sempurna. Sementara itu tujuan pendidikan Islam secara nasional di Indonesia secara
eksplisit belum dirumuskan, karena Indonesia bukanlah negara Islam. Namun tujuan
pendidikan Islam tersebut dapat dirujuk pada tujuan pendidikan yang terdapat dalam UU.
No. 20 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang isinya sebagai berikut : “
Membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi, ketrampilan, sehat jasmani, dan rohani, memiliki rasa seni,
serta bertanggung jawab bagi masyarakat, bangsa dan negara “. Rumusan tujuan
pendidikan nasional tersebut memang tidak menyebutkan kata- kata Islam, akan tetapi
rumusan tersebut mengandung nilai- nilai ajaran 2 Islam yang telah terobjektivasi yaitu
ajaran Islam yang telah mentransformasikan nilai- nilai ajarannya dan telah disepakati
dalam kehidupan nasional. Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut telah
menunjukkan begitu kuatnya pengaruh Islam ke dalam pola pikir bangsa Indonesia. Dari
berbagai tujuan pendidikan Islam yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk manusia sempurna, yaitu manusia
yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dan pandai akal, hatinya penuh iman kepada Allah.

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mewujudkan masyarakat Indonesia baru,


yaitu masyarakat madani. Masyarakat madani dituntut untuk lebih responsif, kreatif,
inovatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi. Kemajuan IPTEK merupakan
tolok ukur kemajuan suatu bangsa, oleh karena itu perlu diadakan persiapan sedini
mungkin oleh generasi muda dalam menghadapi hal tersebut. Indonesia adalah negara
yang mayoritas warga negaranya beragama Islam, tentu saja pendidikan Islam turut
memegang peranan penting dalam menghadapi globalisasi. Sehingga dalam
mengembangkan IPTEK hendaknya mengacu pada nilai- nilai Islam. Ilmu pengetahuan
hendaknya dikembangkan dalam rangka meningkatkan ketaqwaan dan ibadah kepada
Allah SWT. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam al- Qur’an bahwasannya
dalam mempelajari fenomena alam maupun sosial harus diimbangi dengan beribadah
kepada Allah SWT. Motivasi pengembangan ilmu pengetahuan berbasis Islam telah
dilakukan sejak bermunculannya ilmuwan- ilmuwan 3 muslim seperti al- Farabi, Ibnu
Rusyd, Ibnu Sina, Ismail Raj’i al- Faruqi, Naquib al- Attas dll. Pengintegrasian IPTEK
dan IMTAQ yang pada intinya adalah menyisipkan nilai- nilai Islam ke dalam mata
pelajaran umum. Hal tersebut telah berkembang di Indonesia sejak tahun 1994. Lembaga-
lembaga pendidikan Islam berperan penting dalam proses pengembangan IPTEK, salah
satunya dengan berdirinya sekolah elite muslim seperti SMA Insan Cendekia al- Mujtaba
Sukoharjo. Sekolah tersebut menggunakan kurikulum berbasis IMTAQ (Iman dan
Taqwa) dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), dimana iman dan taqwa
ditingkatkan seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga
pada praktiknya nilai- nilai ajaran Islam tersebut diinternalisasikan ke dalam mata
pelajaran umum yang diajarkan di sekolah tersebut.

Salah satu nilai Islam yang potensial untuk diinternalisasikan pada mata pelajaran
umum adalah akhlak, karena akhlak berkaitan dengan perilaku, sehingga apa yang
diajarkan tidak hanya sekedar menjadi teori saja, tetapi dapat diambil hikmahnya untuk
dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Akhlak secara bahasa diartikan sebagai budi
pekerti, tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan secara istilah dapat diartikan
sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan- perbuatan
baik atau buruk secara spontanitas, tanpa memerlukan pemikiran, pertimbangan maupun
dorongan dari luar diri manusia tersebut. Akhlak yang baik akan menimbulkan perbuatan
yang baik, begitu juga sebaliknya akhlak yang tercela akan menimbulkan perbuatan yang
tercela pula.

Secara garis besar, akhlak dapat dibagi menjadi 3 yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap alam sekitar atau lingkungan. Ketiga
akhlak tersebut hendaknya dimiliki seseorang dalam prosentase yang seimbang. Tidak
akan berdampak baik apabila seseorang hanya mementingkan akhlaknya terhadap Allah
SWT semata tanpa mempedulikan sesama manusia dan lingkungan hidupnya, begitu juga
dengan sebaliknya. Karena kualitas diri seseorang dapat dinilai dari akhlaknya, apabila
baik akhlaknya maka baiklah ia, dan apabila buruk akhlakanya maka buruklah ia. Oleh
karena itu, akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diajarkan kepada siswa
di sekolah. Salah satunya adalah dengan menginternalisasikan nilai- nilai akhlak pada
mata pelajaran umum seperti Biologi.

Biologi merupakan disiplin ilmu yang potensial untuk dimasuki oleh nilai- nilai
akhlak. Melalui mata pelajaran Biologi yang terintegrasi oleh nilainilai akhlak, peserta
didik diharapkan mampu mendayagunakan sains dan teknologi untuk mengangkat harkat
dan martabat manusia, melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi dengan mengacu
pada akhlak Islam. Sehingga apa yang diajarkan dalam mata pelajaran Biologi dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari dengan akhlak yang terpuji sesuai dengan
ajaran agama Islam.
1.2RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian IPTEK ?
2. Konsep IPTEK dan Seni dalam islam ?
3. Penjabaran Mengenai Integritas Iman, Ilmu, dan Amal ?
4. Keutamaan orang Beriman dan Berilmu ?
5. Tanggung jawab para ilmuwan terhadap alam dan lingkungan ?

1.3TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami Konsep IPTEK dan Seni dalam Islam
2. Mengetahui dan memahami Integritas Iman, Ilmu dan Amal
3. Memperluas wawasan serta pemahaman mengenai Keutamaan Orang yang Berilmu
dan beramal
4. Mengetahui dan Memahami Tanggung jawab Para Ilmuwan terhadapalam dan
lingkungan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IPTEK
IPTEK artinya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. IPTEK adalah analisis
fenomena alam yang di dokumentasikan, disebarkan dan diwujudkan Komplikasi
pengetahuan manusia didokumentasikan yang akhirnya melahirkan sains, yaitu ada
Astronomi, Fisika, Kimia, dsb.

IPTEK merupakan ilmu yang mempelajari tentang perkembangan teknologi


berdasarkan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan global, ilmu pengetahuan dan
teknologi berjalan beriringan membentuk sebuah kemajuan.Ilmu pengetahuan adalah
studi tentang alam dan perilaku dunia fisik dan alam melalui metode ilmiah. Ilmu
pengetahuan didefinisikan sebagai pengamatan, identifikasi, deskripsi, eksperimen,
penyelidikan, dan penjelasan teoretis tentang fenomena alam. Teknologi adalah kumpulan
teknik dan proses yang digunakan dalam produksi barang atau jasa atau pencapaian
tujuan seperti penyelidikan ilmiah. Teknologi mengacu pada metode, sistem, dan
perangkat yang merupakan hasil dari pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk tujuan
praktis. Ilmu pengetahuan mencakup studi sistematis tentang struktur dan perilaku dunia
fisik dan alam melalui pengamatan dan eksperimen. Sementara teknologi adalah
penerapan pengetahuan ilmiah untuk tujuan praktis. Sedangkan tujuan manusia
meningkatkan ilmu pengetahuan adalah untuk meningkatkan harkat kemanusiaannya.

a. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


Dalam hal ini hubungan antara pengetahuan dan teknologi adalah teknologi
menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah, dan ilmu pengetahuan
menggunakan teknologi untuk membuat penemuan baru. Tujuan ilmu pengetahuan
adalah untuk menjawab pertanyaan dan menambah pengetahuan. Tujuan teknologi
adalah untuk menemukan solusi untuk masalah praktis. Meskipun memiliki tujuan yang
berbeda, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan beriringan, dan masing-masing
saling membantu untuk sebuah kemajuan. Contohnya, ilmu pengetahuan ilmiah
digunakan untuk menciptakan teknologi baru seperti teleskop luar angkasa. Teknologi
baru sering memungkinkan para ilmuwan untuk mengeksplorasi alam dengan cara baru.
Maka dari itu tanpa ilmu pengetahuan, tidak ada pertumbuhan manusia, tidak ada
kemajuan teknologi, tidak ada generasi pengetahuan dan dunia akan stagnan.
b. Manfaat Iptek

lmu pengetahuan telah memberi manusia kesempatan untuk mengejar masalah


sosial seperti etika, estetika, pendidikan, dan keadilan; untuk menciptakan budaya;
dan untuk memperbaiki kondisi manusia. Ilmu pengetahuan kemudian menciptakan
teknologi canggih yang bisa mempermudah pekerjaan manusia.
IPTEK memberi manfaat pada berbagai bidang kehidupan. Secara umum manfaat
IPTEK adalah:

 Mempermudah komunikasi.
 Mempermudah pekerjaan manusia.
 Waktu yang digunakan lebih efisien.
 Dapat membantu manusia dalam meningkatkan dan memanfaatkan sumber energi
baru yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia.
 Sumber daya alam yang ada di bumi ini lebih mudah dikelola dengan optimal dan
berkualitas.
 Banyaknya industri baru dan perusahaan baru yang dapat memberikan lapangan
pekerjaan, sehingga bisa mengurangi pengangguran.
 Mengurangi pemakaian bahan alami yang semakin langka.
 Dapat membawa manusia ke zaman yang lebih maju dan modern.

c. Konsep IPTEK dan Seni Dalam Islam


1. IPTEK
ISLAM mendorong umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek). Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi
pengembangan ipteknya untuk kepentingan materiel, Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan iptek untuk menjadi sarana ibadah. Selain itu iptek
juga sebagai pengabdian muslim kepada Allah (spiritual) dan mengembangkan
amanat khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).
Suprodjo Pusposutardjo dalam tulisannya, Posisi Alquran terhadap Ilmu dan
Teknologi, mengatakan bahwa bagi umat Islam yang beriman kepada Alquran, belajar
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan atribut dari
keimanannya. Secara jelas juga telah ditunjukkan bahwa orang-orang berilmu akan
memperoleh pahala yang tidak ternilai di hari akhir.
Belajar dan mengembangkan iptek merupakan bentuk keimanan seseorang dan
menjadi daya penggerak untuk menggali ilmu.

Memandang betapa pentingnya mempelajari ilmu-ilmu lain (selain ilmu syariat, yakni
iptek) dalam perspektif Alquran, Mehdi Golshani dalam bukunya, The Holy Qur'an
and The Science Of Nature (2003), mengajukan beberapa alasan :
Pertama, jika pengetahuan dari suatu ilmu merupakan persyaratan pencapaian tujuan
Islam sebagaimana dipandang oleh syariat, mencarinya merupakan sebuah kewajiban
karena ia merupakan kondisi awal untuk memenuhi kewajiban syariat. Contohnya,
kesehatan badan bagi seseorang dalam satu masyarakat adalah penting. Oleh sebab
itu, sebagian kaum muslim harus ada yang mempelajari ilmu mengenai pengobatan.
Kedua, masyarakat yang dikehendaki Alquran adalah masyarakat yang agung dan
mulia, bukan masyarakat yang takluk dan bergantung pada nonmuslim (QS An-Nisa’:
141). Agar dapat merealisasikan tujuan yang dibahas Alquran itu, masyarakat Islam
benar-benar harus menemukan kemerdekaan kultural, politik, dan ekonomi.
Pada gilirannya, hal itu membutuhkan pelatihan para spesialis spesifikasi tinggi di
dalam segala lapangan dan penciptaan fasilitas ilmiah dan teknik dalam masyarakat
Islam. Sebab, pada abad modern, kehidupan manusia tidak dapat dipecahkan kecuali
dengan upaya pengembangan ilmiah dan kunci sukses seluruh urusan bersandar pada
ilmu.
Ketiga, Alquran menyuruh manusia mempelajari sistem dan skema penciptaan,
keajaiban-keajaiban alam, sebab-sebab, akibat-akibat seluruh benda, dan organisme
hidup. Pendek kata, seluruh tanda kekuasaan Tuhan di alam eksternal dan kedalaman
batin jiwa manusia, seperti tersirat dalam Alquran, “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS Al-Baqarah: 164).
Keempat, alasan lain untuk mempelajari fenomena-fenomena alam dan skema
penciptaan adalah bahwa ilmu tentang hukum-hukum alam dan karakteristik benda
serta organisme dapat berguna untuk perbaikan kondisi manusia. Ini misalnya yang
tersirat dalam Alquran, “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berpikir”. (QS Al-Jatsiyah: 13)
Di antara ayat-ayat Alquran yang menjadi landasan iptek, antara lain QS Ar-Rum: 22,
QS Al-An’am: 97, dan QS Yunus: 5. Ayat-ayat itu secara jelas menggambarkan
fenomena alam yang selalu dihadapi dan mengiringi perjalanan hidup umat manusia
untuk dipahami, diteliti, sehingga lahirlah pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu, seperti diisyaratkan dalam ayat-ayat di atas, yang mengetahui hakikat alam ini
hanyalah orang-orang yang mengetahui, yakni mereka yang intens bergerak untuk
mencari dan mencari karena kuriositasnya yang tinggi dengan memaksimalkan kerja
pikiran.

Allah tidak menciptakan alam ini dengan sia-sia. Dia menciptakan alam ini
mempunyai maksud dan hikmah. Muhammad Imaduddin Abdulrahim dalam
tulisannya, Sains dalam Perspektif Alquran, mengatakan bahwa sunatullah sebagai
ketetapan Allah terhadap alam ciptaan-Nya ini dimaksudkan untuk kelestarian,
keharmonisan, dan kesejahteraan manusia di dunia ini.
Nurcholish Madjid dalam tulisannya, Pandangan Dunia Alquran: Ajaran tentang
Harapan kepada Allah dan Seluruh Ciptaan, mengatakan bahwa alam raya ini
diciptakan Allah dengan benar (haq) (QS Az-Zumar: 5). Sebab, ia itu benar atau
diciptakan dengan benar, alam ini mempunyai hakikat, yaitu kenyataan yang benar.
Kosmologi haqqiyah  mengandung dalam dirinya pandangan bahwa alam adalah tertib
atau harmonis, indah, dan bermakna.
Dengan kata lain, kosmologi haqqiyah membimbing kita kepada sikap
berpengharapan atau optimistis kepada alam ciptaan Allah itu. Dan sikap itu sendiri
merupakan kelanjutan atau konsekuensi sikap serupa kepada Allah. Dengan
pandangan seperti itu, berbagai macam pengembangan pengetahuan terhadap realitas
alam raya ini juga menjadi hal yang mesti dan bahkan diharuskan.
Menengok sejarah peradaban Islam zaman dulu, kita akan menemukan para ilmuwan
muslim yang mengembangkan iptek. Tokoh-tokoh semisal Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi (780—850, matematikawan), Abu Ar-Raihan Muhammad bin Ahmad al-
Biruni (973—1048, fisikawan), Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi (781—815,
kimiawan), ad-Dinawari (w. 895, biolog), dan Muhammad al-Fazari (w. 777,
astronom), merupakan beberapa di antara ilmuwan Islam yang sangat genius saat itu.
Mereka membaca Alquran, mencipta karya, teori, dan penemuan baru yang luar biasa.
Jadi, Islam tidak anti-iptek, tetapi mendorong pengembangannya. Wallahualam.

IPTEK dalam pandangan Islam :

• Bersifat terikat nilai ( tidak bebas nilai ), yaitu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
ajaran islam.
• Pedoman dan sarana bagi manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba
dan Khalifah Allah dalam meningkatkan kulitas dan kesejahteraan Ibadah.
• Islam sangat mendorong pengembangan Ipteks.

2. SENI

Secara umum pengertian seni adalah ungkapan ekspresi manusia yang memuat
unsur keindahan dan diungkapkan melalui berbagai media. Seni dapat terbagi menjadi
beberapa cabang, yaitu seni audio (seni musik atau seni suara), seni visual atau seni
rupa (lukisan, ukiran, patung), seni audio-visual (seni tari, drama, teather, film), dan
seni kesusastraan (puisi, syair).

Dalam Islam, seni adalah sebuah perkara “DUNYA” bukan perkara akhirat.
Sehingga Islam tidak memberikan teori atau ajaran secara rinci tentang seni dan
estetika. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “…kalian
lebih mengetahui urusan dunia kalian.” (HR. Muslim). Hukum dasar dari kesenian
adalah mubah (boleh), karena ia adalah masalah “DUNYA”. Kebutuhan akan
kesenian merupakan fitrah manusia yang menyukai keindahan. Namun demikian,
sebagai muslim kita mempunyai batasan-batasan dalam menikmati sebuah karya seni.

Karya seni yang bernilai mubah tadi bisa berubah menjadi haram, manakala
mengandung unsur-unsur yang diharamkan Allah Subhanahu wata’ala. Misalnya,
sebuah karya seni yang mengandung unsur kemusyrikan karena ditujukan untuk
pemujaan berhala atau penyembahan kepada sesuatu selain Allah Subhanahu
wata’ala. Sebuah karya seni juga bernilai haram manakala mengandung unsur yang
dilarang Allah Subhanahu wata’ala, seperti memamerkan aurat wanita (pornografi).
Seni dalam Islam adalah ekspresi keindahan tentang alam, kehidupan, dan manusia
yang sejalan dengan nilai-nilai Islam serta mempertemukan dengan hak atau
kebenaran.

B. INTEGRITAS IMAN, ILMU DAN AMAL


I. INTEGRITAS

Integritas adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu, “integer” yang artinya
utuh dan lengkap. Oleh karena itu, integritas memerlukan perasaan batin yang
menunjukkan keutuhan dan konsistensi karakter. Dalam pengertian singkat, integritas
artinya konsep konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, harapan dan hasil.
Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran atau ketepatan
tindakan pada diri seseorang. Pengertian integritas menurut para ahli juga tidak jauh-
jauh dari definisi yang kami kemukakan sebelumnya. Salah satu ahli memberikan
definisi integritas sebagai tiga hal yang selalu dapat kita amati yaitu, memenuhi
komitmen, menunjukkan kejujuran, dan mengerjakan sesuatu dengan penuh
konsisten. 

II. IMAN

Menurut bahasa, Iman berarti "kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati, atau


keteguhan hati". Kata Iman sendiri berasal dari bahasa Arab yang kata dasarnya
amana-yu'minu-imanan yang artinya beriman atau percaya. Secara istilah berarti
keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan
dimanifestasikan dengan amalan atau pembenaran dengan penuh keyakinan. Tanpa
adanya sedikit pun keraguan mengenai ajaran yang datang dari Allah dan Rasulullah
SAW. Pengertian Iman juga disebutkan dalam hadits dari Umar bin Khatthab
radhiyallahu'anhu, ia berkata pada suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat
Jibril, Jibril bertanya pada Rasulullah,

ِ S‫ ْد ِر َخ ْي‬Sَ‫ؤ ِمنَ بِ ْالق‬Sْ Sُ‫ َو ت‬,‫ ِر‬S‫وْ ِم اآل ِخ‬SSَ‫ َو ْالي‬,‫لِ ِه‬S‫ُس‬
‫رِّ ِه‬S‫ر ِه َو َش‬S ُ ‫ َور‬,‫ ِه‬S ِ‫ َو ُكتُب‬,‫ ِه‬S ِ‫ َو َمالَئِ َكت‬,ِ‫ أَ ْن بِاهلل‬: ‫ال‬S ِ ‫أ َ ْخبِرْ نِ ْي ع َِن‬SSَ‫ف‬
َ Sَ‫ ق‬,‫ا ِن‬SS‫اإل ْي َم‬

Artinya: "Beritahukanlah kepadaku apa itu iman." Rasulullah menjawab, "Iman itu
artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk." (HR. Muslim).

III. ILMU

Kata Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (dalam bahasa Inggris: science; dalam


bahasa Arab: ‫ )ال ِع ْلـ ُم‬memiliki pengertian “usaha-usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia”.   Ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, baik dengan
memahami esensinya atau memutuskan sesuatu atasnya. Baik yang bersifat teoritis
maupun praktis. Untuk ilmu yang bersifat teoritis, jika sudah diketahui, tuntaslah
sebagai mana kita mengetahui berbagai benda semesta. Namun, Ilmu yang praktis
tidak dikatakan tuntas sebelum ilmu tersebut diamalkan, seperti pengetahuan tentang
berbagai ibadah.

Menurut pemahaman para sosiolog, ilmu merupakan pengetahuan yang saling


menyempurnakan serta kumpulan prinsip dan primis umum yang berkaitan dengan
hakikat fenomena tertentu. Ilmu memiliki unsur bermacam-macam diantaranya
logika, ilmu hitung, astronomi, psikologi dan yang lainnya. Dalam hal ini,
Berdasarkan konsep islam.

IV. AMAL
Kata Amal artinya pekerjaan.Dalam bahasa arab kata amal dipakai untuk
semua bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang
mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan
ritual seperti  pergi ke masjid, membaca al-quran, shalat , puasa, haji, zakat, sedekah
dan sebagainnya.Dalam Al-Qur’an, kata amal tebagi kepada ‘amalus-shalih
(pekerjaan baik) dan ‘amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). ‘amalun
ghairus-shalih disebut pula dengan ‘amalus-sayyi-ah (amal salah),termasuk pula ke
dalam katagori ‘amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan ‘amalus-mufsidin (pekerjaan
pelaku kebinasaan). Umat islam diperintahkan melakukan ‘amalus-shalih dan wajib
menjauhi ‘amalus-sayyi-ah. Amal merupakan satu aplikasi yang hasil dari
gabungan ilmu dan iman kerana kebenaran iman dapat di lihat amal soleh
seseorng .Allah bersumpah demi sesungguhnya manusia itu rugi andai
beriman tanpa amal.

Allah SWT berfirman,  

"Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-


orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (Surah Al-Asr1-3).

“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima
amal perbuatan tanpa iman”. [HR. Ath-Thabrani].

a. Integritas Iman, Ilmu dan Amal

Integritas Iman, Ilmu, dan Amal Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut dinul islam. Di dalamnya terkandung
tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain Iman, Ilmu dan
Amal shaleh. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran yang artinya :

“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah /membuat perumpamaan kalimat yg baik


(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi)
dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan – perumpamaan itu agar
manusia selalu ingat“ ( QS : 14 ;24-25)

 Ayat diatas mengindentifikasikan bahwa Iman adalah akar, Ilmu adalah pohon yg
mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan Amal ibarat
buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. IPTEK dikembangkan diatas
nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.
Hubungan Iman, Ilmu , dan Amal amal yang ikhlas itu merupakan amal perbuatan
yang berangkat dari keyakinan semata-mata karena Allah, bukan karena niat-niat lain
yang ada di balik itu. 

C. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU


a) Beriman
Menurut bahasa, iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut istilah, iman
adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diucapkan dengan
lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.

b) Berilmu

Berilmu adalah mempunyai ilmu pengetahuan atau kepandaian.Kata ilmu diambil


dari bahasa arab yaitu ‫'( علم‬ilm) yang berarti tahu atau mengetahui atau
memahami.Jadi Berilmu itu memiliki ilmu pengetahuan atau berpengetahuan yang
didapatkannya.
1. Keutamaan Orang Beriman
 iman melenyapkan kepercayaan terhadap kekuasaan suatu benda 
 iman menanamkan semangat berani menghadap maut
 iman menanamkan sikap saling tolong menolong
 iman memberikan ketentraman jiwa ketika kali manusia di landa
kesedihan,duka,kebingungan dll
 iman mewujudkan kehidupan menjadi yang lebih baik
 iman melakukan sikap konsokuen dan ikhlas 
 iman adalah panutan semua umat muslim di dunia 

2. Keutamaan Orang Berilmu


 Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga
 Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir
 Orang yang paling takut kepada Allah SWT. adalah orang yang berilmu
 Allah SWT. akan mengangkat derajat orang yang berilmu
 Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah
 Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi
 Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat
 Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu
D. TANGGUNGJAWAB PARA ILMUWAN TERHADAP ALAM DAN
LINGKUNGAN
Al Ghazali sangat menghargai orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya
dengan ikhlas. Salah satu pengamalannya adalah mengajarkan kepada orang lain.
Orang yang berilmu dan tidak mengamalkannya menurut Al Ghazali sebagai orang
yang celaka. Ia mengatakan, seluruh manusia akan binasa, kecuali orang-orang
berilmu. Orang-orang berilmu akan celaka kecuali orang-orang yang mengamalkan
ilmunya. Dan orang-orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali
orang-orang yang ikhlas.
Adaa dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai ‘abdun (hamba Allah)
dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan
dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah
adalah tanggung jawab kepada diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam.
Dalam kontek ‘abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
mempunyai konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai
pencipta akan menghilangkan rasa syukur dan anugrah yang diberikan Sang Pencipta
berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu
potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri
kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan diri kepada Allah akan
mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia, termasuk pada dirinya.
Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan, yaitu kecenderungan pada
ketaqwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik. Dengan ke dua
kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi
manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketaqwaan bukan
pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang ke dua sebagai khalifah/ wakil Allah di muka bumi, ia mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat
mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali
sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan.
Karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi
dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-
orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukuplah atau para ilmuwan dan para
intelektual yang sanggup mengeksplorasi sumber alam ini. Akan tetapi para ilmuwan
itu harus sadar bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya.
Oleh sebab itu tanggung jawab kekhalifahan banyak bertumpu pada para ilmuwan
dan cendikiawan. Mereka mempunyai tanggung jawab jauh lebih besar disbanding
dengan manusia-manusia yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang
memiliki ilmu pengetahuan tidak mungkin mengeksploitasi ala mini secara
berlebihan, paling hanya sekedar kebutuhan primernya bukan untuk pemenuhan
kepuasan hawa nafsunya, karena mereka tidak memiliki kemampuan dan
kesanggupan untuk mengeksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber alam ini.
Demikian pula mereka tidak akan sanggup menjaga keseimbangan dan
kelestariannya secara sistematis.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah
manusia sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri
kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas
untuk menjaga kelestarian ala mini sebagaimana firman Allah dalam QS. 30 (Al-
Rum): 41.
Dua fungsi di atas merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh terpisah. Dan simbul
dari ke dua fungsi itu adalah zikir dan piker. Untuk melaksanakan tanggung
jawabnya, manusia diberi keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan
berkreasi sekaligus menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk
psiko-fisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan
ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah
beribadah secara langsung (fungsi sebagai ‘abdun) maupun dalam konteks ketaatan
terhadap sunnatullah, hokum alam di ala mini (fungsi sebagai khalifah). Perpaduan
antara tugas ibadah dan khalifah ini akan mewujudkan manusia yang ideal, yakni
manusia yang selamat di dunia dan di akhirat.
BAB III

PENUTUP
2.1 KESIMPULAN
A. KONSEP IPTEKS DALAM ISLAM
Hakikat iptek dari sudut pandang islam yaitu pengkajian terhadap sunnatullah secara
obyektif, memberi kemaslahatan kepada umat manusia, dan yang terpenting adalah harus
sejalan dengan nilai-nilai ke-islaman.
B. INTEGRITAS IMAN, ILMU DAN AMAL
Integritas Iman, Ilmu, dan Amal Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis
yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut dinul islam. Di dalamnya
terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain
Iman, Ilmu dan Amal shaleh.
Hubungan Iman, Ilmu , dan Amal amal yang ikhlas itu merupakan amal perbuatan
yang berangkat dari keyakinan semata-mata karena Allah, bukan karena niat-niat
lain yang ada di balik itu. 
C. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU
1. Beriman
 iman melenyapkan kepercayaan terhadap kekuasaan suatu benda 
 iman menanamkan semangat berani menghadap maut
 iman menanamkan sikap saling tolong menolong 
 iman memberikan ketentraman jiwa ketika kali manusia di landa
kesedihan,duka,kebingungan dll
 iman mewujudkan kehidupan menjadi yang lebih baik
 iman melakukan sikap konsokuen dan ikhlas 
 iman adalah panutan semua umat muslim di dunia 
2. Berilmu

 Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga


 Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir
 Orang yang paling takut kepada Allah SWT. adalah orang yang berilmu
 Allah SWT. akan mengangkat derajat orang yang berilmu
 Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh
Allah
 Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi
 Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat
 Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu
D. TANGGUNG JAWAB PARA ILMUWAN TERHADAP ALAM DAN
LINGKUNGAN
Bentuk tanggung jawab ilmuwan terhadap alam dan lingkungan ialah ilmuwan
dengan segala ilmu dan pengetahuan yang di milikinya memiliki hubungan
seberapa besar tanggung jawab yang ia miliki untuk sekitarnya. semakin banyak
seorang ilmuwan mendapatkan suatu ilmu dan pengetahuan semakin besar juga
tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekitar. ketika lingkungan atau alam
yang ada di sekitarnya buruk, maka ilmuwan dengan pengetahuannya yang
memadai, haruslah mengubah itu karna ia mengetahui hal yang benar. berbeda
dengan orang yang tidak mengetahui hal yang benar maka ia akan merusak alam
ataupun lingkungan sekitarnya. maka dari itu ilmuwan di butuhkan untuk menjaga
atau mengubah lingkungan dan alam kita semakin lebih baik dengan bertanggung
jawab tentunya.

2.2 SARAN
Saran dari Pembahasan kali ini adalah :

1. Perlunya pemahaman Lebih mengenai ilmu teknologi dan seni dalam islam
2. Umat islam harus lebih memahami mengenai Iman, Ilmu dan amal agar dalam
menjalani hidup tidak terlepas dari hukum dan ketetapan – ketetapan dalam
islam serta ikut bekerjasama dan menjaga dalam melaksanakan tanggung jawab
para ilmuwan terhadap alam dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai