Anda di halaman 1dari 23

IJPA-The Indonesian Journal of

Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

PEMBERDAYAAN DIFABEL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM


KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI DESA SURUH,
KECAMATAN TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR

EMPOWERMENT DISABILITIES IN THE IMPLEMENTATION OF


THE PROGRAM JOINT BUSINESS GROUP (KUBE) IN THE VILLAGE
SURUH TASIKMADU DISTRICT, DISTRICT KARANGANYAR

Hendra Wijayanto

Dosen Program Studi Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
hendra.pelajar@gmail.com

ABSTRAK

Penyandang cacat merupakan bagian dari Indonesia, namun keberadaan


mereka dalam kehidupan masih terpinggirkan. Cacat memiliki hak yang sama,
kewajiban dan peran yang sama dengan warga negara lainnya. Kesempatan untuk
mendapatkan kesetaraan, hak dan kewajiban bagi penyandang cacat. Masalah
dengan cacat timbul karena gangguan dalam kegiatan sosial menghambat fisik
mereka, sehingga mengurangi hak-hak ekonomi dan politik penyandang cacat
untuk mencapai kesejahteraan. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif.
Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive. Pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi langsung dan review dokumen. Validitas
data menggunakan teknik triangulasi sumber. Data dianalisis menggunakan model
interaktif. Memberdayakan penyandang cacat melalui Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) di Desa Katakan, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar termasuk
pemberdayaan yang mental, fisik, dan keterampilan sosial dengan memberikan
keterampilan memasak, menjahit, bengkel atau mekanik, video yang elektro audio
dan teknik memijat. Cacat pemberdayaan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan sosial tidak dapat dipisahkan dari peran pendampingan dan
penguatan peran cacat potensial. Tidak hanya itu, pemberdayaan penyandang
cacat juga dihadapkan dengan sejumlah kendala seperti pola perilaku, masalah
kerja dan dampak ekonomi, sosial, dan psikologis pada sejumlah aspek saja dari
segi psikologis, dan ekonomi cacat aksesibilitas.

Kata kunci : Pemberdayaan, Masyarakat, Disability, Birokrasi.

Page | 138
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

ABSTRACT

People with disabilities are part of Indonesia, but their existence in life
are still marginalized. Disabilities have the same rights, obligations and the same
role with the citizens of other countries. The opportunity to gain equality, rights
and obligations for the disabled. Problems with disabilities arise because of the
disruption in their physical hamper social activities, thus reducing the economic
and political rights of the disabled to prosper. The research is a qualitative
descriptive. Technique of determining informant done purposively. The collection
of data used were interviews, direct observation and review of documents. The
validity of the source data using triangulation techniques. Data were analyzed
using an interactive model. Empowering the disabled through Joint Business
Group (KUBE) in the village of Tell, District Tasikmadu, Karanganyar include
empowerment that is mental, physical, and social skills by providing cooking
skills, sewing, workshop or mechanic, electro audio video and massaging
techniques. Empowerment disabilities in efforts to improve social welfare can not
be separated from the role of mentoring and strengthening the role of potential
disabilities. Not only that, the empowerment of the disabled are also faced with a
number of constraints such as a pattern of behavior, work problems and
economic, social, and psychological impact on a number of aspects of the course
in terms of both psychological, and economic Accessibility disabilities.

Keywords : Empowerment, Community, Disability, Bureaucracy

PENDAHULUAN Penyandang cacat sebagai


warga Negara Indonesia mempunyai
Difabel merupakan bagian
hak, kewajiban dan peran yang sama
dari masyarakat Indonesia, akan
dengan warga Negara lainnya. Hal
tetapi keberadaan mereka dalam
ini dijamin dalam UUD 1945 pasal
kehidupan sehari-hari masih
28 C ayat 1 bahwa setiap orang
terpinggirkan. Masyarakat cenderung
berhak mengembangkan diri melalui
membelaskasihani daripada
pemenuhan kebutuhan dasarnya,
memberikan kesempatan pada kaum
berhak mendapat pendidikan,
difbel untuk bersemangat mandiri.
memperoleh manfaat dari ilmu
Mereka dianggap golongan yang
pengetahuan dan teknologi serta seni
lemah sehingga menyebabkan
dan budaya demi meningkatkan
sebagian dari mereka kurang percaya
kualitas hidupnya dan kesejahteraan
diri, terisolir, minder dari
umat. Dalam pasal 31 ayat 1
masyarakat. Padahal selayakna
disebutkan bahwa setiap warga
manusia normal, mereka juga ingin
Negara berhak mendapatkan
diakui keberadaanya dan
pendidikan serta di Undang-Undang
diperlakukan secara wajar serta ingin
No 2 Tahun 1989 tentang Sistem
mendapatkan kebahagian.
pendidikan Nasional pasal 8 ayat 1
Page | 139
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

bahwa warga Negara yang memiliki UU No 4 Tahun 1997 tentang


kelainan fisik dan mental berhak Penyandang Cacat adalah “Suatu tata
mendapatkan pendidikan luar biasa. kehidupan dan penghidupan sosial
Difabel juga kehilangan hak untuk material maupun spiritual yang
memperoleh kesempatan kerja, diliputi oleh rasa keselamatan,
padahal telah dijamin dalam UUD kesusilaan dan ketentraman lahir dan
1945 pasal 27 ayat 2 dimana tiap-tiap batin yang memungkinkan bagi
warga Negara berhak atas pekerjaan seorang warga Negara untuk
dan penghidupan yang layak bagi mengadakan usaha pemenuhan
kemanusiaan. kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
Oleh karena itu, dalam
keluarga serta masyarakat yang
pelaksanaan suatu kebijakan
menjunjung tinggi hak dan
pemerintah perlu dicegah adanya
kewajiban warga Negara sesuai
diskriminasi yang merugikan para
dengan Pancasila”.
difabel, kaum muda , mereka yang
berusiaa lanjut untuk memperoleh Indonesia dalam melakukan
dan memiliki pekerjaan yang pembangunan nasional mencakup
produktif yang memberikan imbalan berbagai bidang, salah satunya
yang layak. Difabel memiliki harkat adalah pembangunan kesejahteraan
dan martabat yang sama dengan sosial. Pembangunan kesejahteraan
manusia yang tidak cacar. Apalagi sosial dilakukan secara terencana dan
dalam UUD 1945 pasal 28 ayat 1 dan terarah, melalui berbagai bentuk
2 menyatakan bahwa “Setiap orang intervensi, pelayanan sosial untuk
berhak mendapatkan perlindungan memenuhi kebutuhan manusia,
terhadap perlakuan yang bersifat mencegah dan mengatasi sosial serta
diskriminasi apapun atas dasar memperkuat istitusi sosial (Edy
apapun dan berhak mendapat Suharto, 2004:97). Sasaran
perlindungan terhadap perlakuan pembangunan kesejahteraan sosial
yang bersifat diskriminatif itu”. mencakup seluruh masyarakat,
temasuk masyarakat yang
Kesempatan untuk mendapat
menyandang masalah kesejahteraan
kesamaan kedudukan, hak dan
sosial yaitu orang yang berstatus
kewajiban bagi difabel dapat
penyandang cacat (Depsos RI,
diwujudkan jika tersedia
1996:17)
aksesabilitas yaitu suatu kemudahan
bagi difabel untuk mencapai Pemberdayaan difabel yang
kesamaan baik dalam memperoleh dilakukan di Indonesia dewasa ini,
pendidikan maupun pekerjaan. tidak terlepas dari adanya strategi
Sehingga tercipta kesejahteraan pembangunan sosial kawasan
sosial. Kesejahteraan sosial menurut ESCAP (Komisi Sosial Ekonomi

Page | 140
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

bagi Kawasan Asia Pasifik) di bantuan usaha dan sebagainya.


Manila. Strategi ini diarahkan untuk Sehingga difabel dapat
meningkatkan mutu kehidupan meningkatkan kemampuan dan
seluruh warga masyarakat mulai dari keterampilannya sebagai modal dasar
pengentasan kemiskinan, realisasi dan difabel tidak lagi sebagai obyek,
keadailan yang merata dan tetapi dijadikan sebagai subyek
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
khususnya partisipasi warga difabel Sebagai wujud dari upaya
di kawasan Asia Pasifik. Dengan
terhadap peningkatan kesejahteraan
ditetapkan agenda aksi untuk difabel sosial difabel, maka pemerintah
maka segenap pemerintah di melakukan kegiatan pemberdayaan
kawasan Asia Pasifik telah melalui program Kelompok Usaha
berkomitmen untuk terwujudnya Bersama (KUBE). Kabupaten
peran serta penuh warga difabel. Karanganyar merupakan salah satu
Peran pemerintah daerah wilayah yang melakukan
sangat sentral dilihat dari sisi pemberdayaan difabel melalui
aksesabilitas fisik maupun non fisik program KUBE tersebut. KUBE
penyandang cacat. Kondisi riil para adalah kelompok warga atau
penyandang cacat selama ini dinilai keluarga binaan sosial yang dibentuk
belum mendapat kesempatan yang oleh warga melalui proses kegiatan
setara dengan masysrakat umum Program Kesejahteraan Sosial
lainnya. Bahkan umumnya masih (PROKESOS) untuk melaksanakan
meragukan kemampuan para difabel kegiatan kesejahteraan sosial dan
dalam berbagai aktivitas kehidupan, usaha ekonomi dan sebagai sarana
hal tersebut ditunjukkan ketikaa para untuk meningkatkan taraf
penyandang cacat hendak kesejahteraan sosialnya.
melanjutkan pendidikan di sekolah-
Program KUBE merupakan
sekolah umu seringkali mendapatkan salah satu strategi Departemen Sosial
tanggapan negatif. untuk memberdayakan difabel,
Permasalahan difabel timbul dilakukan dengan pemberian modal
karena adanya gangguan pada fisik usaha, pelatihan usaha, peningkatan
mereka yang menghambat aktivitas- keterampilan, bimbingan motivasi
aktivitas sosial, ekonomi maupun usaha dan pendampingan kepada
politik sehingga mengurangi hak penyandang cacat, meliputi bisu tuli,
difabel. Untuk memecahkan tuna netra, bibir sumbing, cacat fisik
permasalahan tersebut diperlukan keterlambatan mental tanpa
dua pendekatan dasar yaitu memandang perbedaan suku, agama
memberdayakan mereka melalui dan asala usul penyandang.
usaha-usaha rehabilitas pendidikan, Penelitian ini berusaha untuk

Page | 141
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

menganalisis proses pelaksanaan Secara Konseptual


program Kelompok Usaha Bersama pemberdayaan atau
(KUBE) dalam memberdayakan empowerment berasal dari kata
difabel sebagai upaya meningkatkan power (kekuasaan atau
kesejahteraan sosial di Desa Suruh, keberdayaan). Pemberdayaan
Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten menunjuk pada kemampuan
Karanganyar. orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau
KAJIAN PUSTAKA kemampuan dalam memenuhi
1. Teori Aksi kebutuhan dasarnya sehingga
mereka memiliki kebebasan,
Dalam teori aksi ini aktor
dalam arti bukan saja bebas
mengejar tujuan dalam situasi
mengemukakan pendapat,
dimana norma-norma
melainkan bebas dari
mengarahkan dalam memilih
kelaparan, bebas dari
alternatif cara dan alat untuk
kebodohan dan bebas dari
mencapai tujuan. Norma-norma
kesakitan. Menjangkau
itu tidak menerapkan pilihannya
sumber-sumber produktif yang
terhadap cara atau alat, tetapi
memungkinkan mereka dapat
ditentukan oleh aktor untuk
meningkatkan pendapatannya
memilih. Kemampuan memilih
dan memperoleh barang dan
inilah yang disebut Parsons
jasa-jasa yang mereka
sebagai Voluntarism.Voluntarism
perlukan; dan berpartisipasi
adalah kemampuan individu untuk
dalam proses pembangunan
menetapkan alat atau cara dari
dan keputusan-keputusan yang
sejumlah alternatif yang tersedia
mempengaruhi mereka
dalam rangka mencapai tujuan.
(Suharto, 2004).
Jika dipandang dengan
Beberapa ahli dibawah
menggunakan teori aksi tersebut
ini mengungkapkan definisi
disini difabel adalah sebagai aktor
pemberdayaan dilihat dari
yang memburu suatu tujuan yaitu
tujuan, proses, dan cara-cara
bertujuan untuk memberdayakan
pemberdayaan :
difabel. Cara atau alat tersebut
diimplementasikan dalam a. Pemberdayaan bertujuan
program Kelompok Usaha untuk meningkatkan
Bersama (KUBE) dalam upaya kekuasaan orang-orang
peningkatan kesejahteraan sosial yang lemah dan tidak
beruntung (Ife, 1995).
2. Strategi Pemberdayaan
a. Definisi Pemberdayaan
Page | 142
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

b. Pemberdayaan adalah when he says, “to feel


sebuah proses dengan empowerment means several
mana orang menjadi things. We feel our survival is
cukup kuat untuk in our own hands… we have an
berpartisipasi dalam underlying purpose… we
berbagai pengontrolan commit ourselves to achieving
atas dan mempengaruhi that purpose, now,”(block,
terhadap kejadian- 1987,p. 65).
kejadian serta lembaga-
Block (1987)
lembaga yang memaparkan pemberdayaan
mempengaruhi sebagai “suatu cara pandang
kehidupannya. seperti halnya hasil suatu
Pemberdayaan keadaan, kebijakan, dan
menekankan bahwa tindakan.” (hlm.65). seseorang
orang memperoleh
harus menbaca seluruh bab
keterampilan, yang ditulis Block untuk dapat
pengetahuan, dan memahami maksud dari
kekuasaan yang cukup
ucapannya berupa: “Untuk
untuk mempengaruhi merasakan memberikan
kehidupannya dan wewenang artinya ada pada
kehidupan orang lain beberapa hal. Kita merasa
yang menjadi bahwa kelangsungan hidup kita
perhatiannya (Parsons, ada di tangan kita sendiri…
1994). kita mempunyai suatu dasar
c. Pemberdayaan tujuan… Kini, kita
menunjukkan pada usaha berkomitmen untuk meraih
pengalokasian kembali tujuan itu.” (Block, 1987:65).
kekuasaan melalui Kegiatan
pengubahan struktur pemberdayaan dapat mengacu
sosial (Swift dan Levin, pada banyak kegiatan,
1987). diantaranya meningkatkan
(dalam Suharto, 2004) kesadaran akan adanya
kekuatan-kekuatan sosial yang
Block (1987) describes
menekan orang lain dan juga
empowerment as “a state of
pada aksi-aksi untuk mengubah
mind as well as a result of
pola kekuasaan di masyarakat.
positions, policies, and
Menurut Kartasasmita
practices.” (p. 65) one has to
pemberdayaan harus dilakukan
read an entire chapter to
melalui tiga cara, yaitu :
understand what he means
Page | 143
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

a. Menciptakan suasana (1981) pemberdayaan


atau iklim yang mencakup tiga dimensi yang
memungkinkan potensi meliputi: kompetensi
individu dapat kerakyatan, kemampuan
berkembang. sosiopolitik, dan kompetensi
partisipasif (dalam Soeharto,
b. Memperkuat potensi atau
2005: 215).
daya yang dimiliki oleh
rakyat dengan Parsons (1994) juga
menerapkan langkah- mengajukan tiga dimensi
langkah nyata, pemberdayaan yang merujuk
menampung berbagai pada:
masukan, menyediakan a. Sebuah proses
sarana dan prasarana baik pembangunan yang
fisik maupun sosial yang bermula dari
dapat diakses oleh pertumbuhan individual
masyarakat lapisan yang kemudian
paling bawah. berkembang menjadi
c. Memberdayakan rakyat sebuah perubahan sosial
dalam arti melindungi yang lebih besar.
dan membela b. Sebuah keadaan
kepentingan masyarakat psikologis yang ditandai
lemah. Dalam oleh rasa percaya diri,
pemberdayaan harus berguna dan mampu
dicegah jangan sampai mengendalikan diri orang
yang lemah menjadi lain.
semakin lemah atau
terpinggirkan dalam c. Pembebasan yang
menghadapi yang kuat. dihasilkan dari sebuah
(Kartasasmita, 1996:19) gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan
b. Prinsip Pemberdayaan dan politisasi orang-
Prinsip tersebut adalah orang lemah dan
landasan dasar yang harus kemudian melibatkan
dimiliki oleh seorang pekerja upayaupaya kolektif dari
sosial, masyarakat, dan harus orang-orang lemah
terinternalisasi dalam diri tersebut untuk
pekerja sosial yang bergerak memperoleh kekuasaan
dalam konteks masyarakat. dan mengubah struktur-
Beberapa prinsip struktur yang masih
pemberdayaan menurut Kiefer
Page | 144
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

menekan. (Parsons, et.al., memiliki kemampuan


1994 :106). memecahkan masalah
yang dihadapinya.
c. Strategi Pemberdayaan
c. Asas Makro.
Dalam konteks
pekerjaan sosial pemberdayaan Pendekatan ini disebut
dapat dilakukan melalui tiga juga strategi sistem besar
asas pemberdayaan (large- system strategy),
(empowerment setting): mikro, karena sasaran perubahan
mezzo, makro. diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih
a. Asas Mikro.
luas. Perumusan
Pemberdayaan dilakukan kebijaksanaan,
terhadap klien secara perencanaan sosial,
individu melalui kampanye, aksi sosial,
bimbingan, konseling, lowbbying,
stress management, crisis pengorganisasian
intervention. Tujuan masyarakat, manajemen
utamanya adalah konflik, adalah beberapa
membimbing atau melatih strategi dalam pendekatan
klien dalam menjalankan ini. Strategi sistem besar
tugas-tugas kehidupannya. memandang klien sebagai
Model ini sering disebut orang yang memiliki
sebagai pendekatan yang kompetensi untuk
berpusat pada tugas (task memahami situasi mereka
centered appproach). sendiri dan untuk memilih
b. Asas Mezzo. serta menentukan strategi
yang tepat untuk bertindak
Pemberdayaan dilakukan
(Suharto, 2004:66-67).
terhadap sekelompok
klien. Pemberdayaan 3. Difabel
dilakukan dengan a. Pengertian Difabel
menggunakan kelompok
Difabel biasa disebut
sebagai media intervensi.
cacat. Kecacatan adalah
Pendidikan dan pelatihan,
kerusakan kemampuan untuk
dinamika kelompok
kehidupan dan pekerjaan
biasanya dilakukan
yang disebabkan oleh luka
sebagai strategi dalam
penyakit atau cacat sejak lahir
meningkatkan kesadaran,
(Suparlan, 1984:53). Dari
pengetahuan keterampilan
definisi tersebut dapat
dan sikap-sikap klien agar
Page | 145
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

disimpulkan bahwa kecacatan kegiatan secara


tidak menyangkut hal selayaknya.”
mengenai kehilangan Berdasarkan Undang-
kemampuan tetapi lebih Undang No 4 tahun 1997
bersifat kerusakan tentang Penyandang cacat
kemampuan sebagai akibat bahwa Sedangkan macam
dari kerusakan fungsi alat kecacatan terdiri dari:
tubuh yang menyebabkan
kesulitan dalam beraktifitas 1. Cacat fisik adalah kecacatan
seperti manusia normal, yang mengakibatkan
sehingga jika diberi upaya gangguan pada fungsi
penanganan khusus sesuai tubuh, antara lain gerak
dengan jenis kecacatannya tubuh, penglihatan,
maka kemampuan beraktifitas pendengaran, dan
tersebut dapat ditingkatkan. kemampuan berbicara.

Menurut Undang- 2. Cacat mental adalah


Undang No. 25 tahun 1997 kelainan mental dan atau
Tentang Jaminan Sosial tingkah laku, baik cacat
Tenaga Kerja: “Cacat adalah bawaan maupun akibat dari
keadaan hilanganya atau penyakit, antara lain: a)
berkurangnya fungsi anggota retardasi mental, b)
badan secara langsung atau gangguan psikiatrik
tidak langsung fungsional, c) alkoholisme,
mengakibatkan hilang atau d) gangguan mental organik
berkurangnya kemampuan dan epilepsi.
untuk menjalankan 3. Cacat fisik dan mental
pekerjaan.” Adapun yang adalah kedaan seseorang
dimaksud dengan penyandang yang menyandang dua jenis
cacat berdasarkan Peraturan kecacatan sekaligus.
Pemerintah No.43 tahun 1998 Apabila yang cacat adalah
diartikan sebagai berikut: keduanya maka sangat
“Penyandang cacat menggangu penyandang
adalah setiap orang yang cacatnya.
mempunyai kelainan Ada banyak
fisik dan atau mental, terminology yang digunakan
yang dapat mengganggu sebagai julukan atas
atau merupakan keberadaan seseorang yang
rintangan dan hambatan mengalami kecacatan baik
baginya untuk melakukan cacat fisik maupun mental

Page | 146
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

antara lain seperti penderita mulut untuk berbicara, telinga


cacat, penyandang cacat, untuk mendengar dan lain
orang yang berkelainan, anak sebagainya. Seseorang yang
luar biasa, invalid dan mengalami ketidakgengsian,
sebagainya. Belum lama ini kehilangan salah satu atau
kenalkan istilah difabel yang lebih organ yang dimilikinya,
dirasa lebih memiliki maka orang tersebut tidak
keadilan dan memiliki nilai- sempurna atau istilah yang
nilai kesetaraan di berbagai sering digunakan selama ini
kalangan masyarakat. adalah cacat.
Terminologi difabel adalah
b. Pengembangan Program
akronim dari people with
Pemberdayaan
different ability dan kemudian
Berperspektif Difabel Oleh
digunakan sebagai istilah Dinas Sosial.
pengganti penyandang cacat.
Istilah penyandang cacat dan Ada dua hal pokok
beberapa istilah lain yang yang selalu menjadi
disebutkan diatas, dinilai pertimbangan dalam
mengandung arti diskriminasi menyusun program dalam
dan memiliki kecenderungan pemberdayaan berprespektif
sebagai alasan oembenar pada difabel. Dua hal pokok diri
stigma dan streotype atas maupun mereka yang merasa
keberadaan difabel dalam menjadi manusia normal.
masyarakat. (Demartoto, tersebut adalah :
2005:11). 1) Pertama, program yang
Penyandang cacat menekankan pada
dalam prespektif ideologi kepentingan pragmatis
kenormalan. Ideologi (ajaran) untuk menjawab
kenormalan menyatakan kebutuhan praktis sesaat
bahwa seseorang disebut bagi difabel maupun
normal adalah bila masyarakat yang sering
mempunyai organ tubuh terlihat dalam rehabilitasi
lengkap dan berfungsi dengan saat ini.
baik, harus mempunyai 2) Kedua, program yang
kepala, kaki/ tangan dan menekankan pada
organ lain layaknya seorang kepentingan jangka
manusia. Kaki dapat panjang yang menjawab
digunakan untuk berlari, kebutuhan strategis
tangan untuk memegang atau difabel, yaitu
menulis, mata untuk melihat, memperjuangkan posisi
Page | 147
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

dan hak difabel terhadap Rehabilitasi pendidikan


ideologi difabel, dilakukan disekolah
kenormalan dan untuk anak cacat.
pandangan negatif yang Seperti sekolah Luar
telah mengakar dalam Biasa (SLB) sekolah
keyakinan baik dikalangan dasar luar biasa atau
difabel itu sendiri maupun SDLB, dan sekolah
mereka yang merasa terpadu.
menjadi manusia normal.
4) Rehabilitasi Sosial
Program Rehabilitasi sosial
pemberdayaan sudah banyak biasanya dilakukan
dikembangkan oleh berbagai untuk membantu
lembaga dan ahli yang difabel bersosialisasi di
bekerja dalam bidang masyarakat.
rehabilitasi. Berbagai
pelayanan rehabilitasi Kalau kita cermati,
biasanya di kelompokkan program-program rehabilitasi
dalam empat kategori yaitu: diatas selalu ditujukan kepada
difabel sebagai target group
1) Rehabilitasi Medis, yang dianggap lemah, tidak
Rehabilitasi medis berdaya dan tidak mandiri.
banyak dilakukan oleh Sedangkan para petugas di
rumah sakit umum, rehabilitasi seolah-olah
rumah sakit khusus oleh menjadi malaikat-malaikat
rumah sakit khusus pemberdaya yang tahu dan
ortopedi dan berbagai mampu memberdayakan
jenis klinik. difabel. Perlakuan khusus
terhadap difabel tersebut
2) Rehabilitasi Karya
menciptakan pengkotak-
Rehabilitasi karya kotakan di kalangan difabel
menekankan pada sendiri dan di masyarakat.
vokasional training
Sementara itu banyak
untuk persiapan difabel
sekali ketidakadilan difabel
dalam dunia kerja yang
akibat dari stereotype yang
banyak dilakukan oleh
disandangkan kepada para
shelter workshop, loka
difabel. Misalnya saja
bina karya dan panti
tanggapan bahwa orang cacat
rehabilitasi karya.
itu tidak mampu, maka
3) Rehabilitasi Pendidikan banyak perlakuan anggota
keluarga atau masyarakat
Page | 148
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

yang justru menyingkirkan pemecahan masalah difabel


difabel. Bahkan lebih dari itu yang bersifat integratif,
kekerasan terhadap difabel terpadu atau inklusif dalam
sering terjadi selain kekerasan program-program
fisik seperti pemasungan, pembangunan secara
pemukulan, pengucilan menyeluruh (intergrated
dengan jalan penyembunyian, solution ).
pemerkosaan, bentuk-bentuk Pembangunan
pelecehan juga sering
nasional khususnya
diterima oleh para difabel. pembangunan sosial tentunya
Selain kekerasan fisik juga tidak dapat dilaksanakan oleh
kekerasan yang dikenakan pemerintah sendiri namun
secara struktural, yaitu harus dilakukan secara
segenap peraturan, norma dan bersama-sama dengan
nilai di masyarakat dan
masyarakat. Partisipasi
negara, maupun sarana masyarakat merupakan
prasarana yang membuat sumberdaya yang paling
difabel tidak memiliki akses
penting dalam tata usaha
terhadap sarana dan prasarana kesejahteraan sosial. Tetapi
tersebut. bagi para difabel partisipasi
Untuk itu, dibutuhkan dalam masyarakat akan
perubahan paradigma yang menjadi suatu hal yang sangat
lebih mendasar dari isu sulit untuk dilakukan jika
difabel itu sendiri. Isu difabel para difabel ini tidak
yang bersifat individual diberikan suatu penyadaran
sehingga pelayanannya tentang potensi yang masih
berupa perlakuan khusus mereka miliki karena
rehabilitasi bagi difabel harus sebagian besar para difabel
berubah ke arah isu difabel sudah kehilangan semangat
yang bersifat sosial. untuk memberdayakan diri
Perubahan yang mengarah mereka sendiri di dalam
pada pola perilaku sosial masyarakat.
masyarakat secara
4. Kesejahteraan Sosial
menyeluruh, tidak hanya
difabel. Isu difabel sebagai Kesejahteraan sosial
isu sosial berarti merubah adalah kondisi terpenuhinya
target grup bukan hanya kebutuhan material, spiritual dan
difabel secara eklusif tetapi sosial warga negara agar dapat
seluruh anggota masyarakat. hidup layak dan mampu
Dengan pendekatan mengembangkan diri, sehingga
Page | 149
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

dapat melaksanakan fungsi disiplin akademik, kesejahteraan


sosialnya (UU No 11 Tahun sosial mengacu pada suatu studi
2009). Kebijakan sosial adalah terhadap lembaga, program
salah satu bentuk dari kebijakan maupun kebijakan yang fokus
publik, dan merupakan ketetapan pada pelayanan kepada
pemerintah yang dibuat untuk masyarakat.
merespon isu-isu yang bersifat
5. Kelompok Usaha Bersama
publik, seperti mengatasi
(KUBE)
masalah sosial atau memenuhi
kebutuhan masyarakat banyak. KUBE adalah Program
Kesejahteraan Sosial (Prokesos)
Kesejahteraan sosial yang diluncurkan Pemerintah RI
adalah keseluruhan usaha sosial sejak tahun 1990. KUBE ini
yang terorganisir dan dibentuk dengan harapan agar
mempunyai tujuan utama untuk para Penyandang Masalah
meningkatkan taraf hidup Kesejahteraan Sosial (PMKS)
masyarakat berdasarkan konteks yang terdapat di Indonesia dapat
sosialnya. Didalamnya tercakup tereliminir sedikit demi sedikit.
pula unsur kebijakan dan Pembentukan KUBE dimulai
pelayanan dalam arti luas yang dengan proses pembentukan
terkait dengan berbagai kelompok sebagai hasil
kehidupan dalam masyarakat, bimbingan sosial, pelatihan
seperti pendapatan, jaminan keterampilan berusaha, bantuan
sosial, kesehatan, perumahan, stimulans dan pendampingan.
pendidikan, rekreasi budaya, dan
lain sebagainya). (Sulistiati, Kelompok Usaha
2004:25). Bersama (KUBE) adalah
kelompok warga atau keluarga
Kesejahteraan sosial pada binaan sosial yang dibentuk oleh
dasarnya juga dapat dipahami warga atau keluarga binaan
dalam dua konteks yang lain, sosial yang telah dibina melalui
yakni sebagai sebuah institusi proses kegiatan PROKESOS
(institutions) dan sebagai sebuah untuk melaksanakan kegiatan
displin akademik (academic kesejahteraan sosial dan usaha
disipline) (Zastrow, 1989:5). ekonomi dalam semangat
Sebagai institusi kesejahteraan kebersamaan sebagai sarana
sosial dapat dipahami sebagai untuk meningkatkan taraf
program pelayanan maupun
kesejahteraan sosialnya. Tujuan
pertolongan untuk memenuhi KUBE diarahkan kepada upaya
kebutuhan masyarakat. mempercepat penghapusan
Sedangkan sebagai sebuah kemiskinan, melalui :
Page | 150
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

a. Peningkatan kemampuan sosial di daerah seperti


berusaha para anggota Karang Taruna (KT),
KUBE secara bersama Pekerja Sosial Masyarakat
dalam kelompok. (PSM), Organisasi Sosial
(ORSOS) dan Panita
b. Peningkatan pendapatan.
Pemimpin Usaha
c. Pengembangan usaha. Kesejahteraan Sosial
d. Peningkatan kepedulian (WPUKS).
dan kesetiakawanan sosial Keanggotaan KUBE
diantara para anggota berasal dari : 1) Anggota KUBE
KUBE dan dengan adalah PMKS sebagai sasaran
masyarakat sekitar. program yang telah disiapkan.
Proses Pembentukan Jumlah anggota untuk setiap
KUBE untuk sasaran PMKS KUBE berkisar antara 5 sampai
lainnya adalah 10 orang / KK sesuai dengan
jenis PMKS; 2) Khusus untuk
a. Pelatihan ketrampilan
Pembinaan Masyarakat Terasing
berusaha, dimaksudkan
dan Rehabilitasi Sosial Daerah
untuk meningkatkan
Kumuh pembentukan KUBE
kemampuan praktis
berdasarkan unit pemukiman
berusaha yang disesuaikan
sosial, artinya suatu unit
dengan minat dan
pemukiman sosial adalah satu
ketrampilan PMKS serta
KUBE. Kegiatan Pembinaan,
kondisi wilayah, termasuk
Monitoring dan Evaluasi
kemungkinan pemasaran
dilakukan secara berjenjang baik
dan pengembangan hasil
di tingkat propinsi,
usahanya.
kabupaten/kota, kecamatan,
b. Pemberian bantuan kelurahan. Tujuannya untuk
stimulan sebagai modal mengetahui perkembangan dan
kerja atau berusaha yang hambatan pelaksanaan KUBE.
disesuaikan dengan Serta upaya pemecahannya.
keterampilan PMKS dan
kondisi setempat.
METODE PENELITIAN
c. Pendampingan, mempunyai
peran sangat penting bagi 1. Jenis Penelitian
keberhasilan KUBE. Penelitian ini merupakan
Pendampingan penelitian kualitatif dengan jenis
dilaksanakan oleh PSK penelitian deskriptif. Dalam
yang dibantu oleh penelitian ini bertujuan
infrastruktur kesejahteraan
Page | 151
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

mendeskripsikan pemberdayaan 4. Teknik Pengumpulan Data


melalui program KUBE dalam a. Observasi, Wawancara
upaya meningkatkan terhadap difabel yang menjadi
kesejahteraan sosial bagi difabel sasaran kegiatan
di Desa Suruh, Kecamatan pemberdayaan melalui
Tasikmadu, Kabupaten Program Kelompok Usaha
Karanganyar. Bersama (KUBE).
2. Lokasi Penelitian b. Dokumentasi adalah teknik
Penelitian ini dilakukan di pengumpulan data yang
Desa Suruh, Kecamatan dilakukan dengan
Tasikmadu, Kabupaten mengadakan pencatatan-
Karanganyar. Hal ini dikarenakan pencatatan atau pengutipan
terdapat difabel yang membentuk dan pengambilan gambar-
KUBE. gambar dari dokumen yang
ada dilokasi penelitian.
3. Sumber Data
5. Validitas Data
a. Data Primer adalah sejumlah
data atau fakta yang diperoleh Peneliti menggunakan
secara langsung melalui suatu teknik trianggulasi sumber
penelitian lapangan dengan sebagai teknik untuk mengecek
wawancara kepada keabsahan data penelitian.
responden: 1) Informasi dari 6. Teknik Analisis Data
difabel yg membentuk
KUBE; 2) Informasi dari Penelitian ini
pihak-pihak yang terkait menggunakan mmodel analisis
dalam penanganan masalah interaktif (Interactive Model
difabel seperti Analisis). Tiga komponen tersebut
Dinsosnakertrans, Kabupaten adalah reduksi data, sajian data
Karanganyar. dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. (Miles dan Hubberman
b. Data Sekunder adalah data (1992:16)
yang dipergunakan sebagai
bahan penunjang data primer
diperoleh dari buku literatur, HASIL DAN PEMBAHASAN
majalah, arsip, koran,
1. Pelaksanaan Program
gambar, dokumentasi hasil
Pemberdayaan Difabel Melalui
penelitian yang sesuai dengan
Program KUBE di Desa Suruh,
tema penelitian.
Kecamatan Tasikmadu,
Kabupaten Karanganyar

Page | 152
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

Program pemberdayaan Program ini dilaksanakan


untuk difabel disesuaikan dengan selama kurang lebih 3 bulan
jenis kecacatan dan derajat di Loka Bina Karya (LBK)
kecacatan difabel. Adapun jenis Desa Suruh, Kecamatan
pelatihan yang diberikan oleh Tasikmadu, Kabupaten
Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar. Mereka diajari
Karanganyar kepada difabel di cara menjahit dan membuat
Desa Suruh, Kecamatan, pola, memotong kain.
Tasikmadu, Kabupaten
c. Perbengkelan atau Montir.
Karanganyar antara lain :
Jenis keterampilan ini
a. Memasak diperuntukkan bagi tuna
Jenis keterampilan ini daksa dan tuna wicara yang
diperuntukkan bagi tuna berminat pada keterampilan
daksa dan tuna rungu yang dan mempunyai keinginan
berminat pada keterampilan untuk membuka usaha
memasak dan mempunyai bengkel motor sendiri.
keinginan untuk membuka Sebagian besar difabel yang
usaha dibidang makanan. mengambil jenis keterampilan
Jenis keterampilan memasak ini adalah laki-laki. Program
adalah perempuan, walaupun ini dilaksanakan selama
ada beberapa lakilaki. kurang lebih 3 bulan di Loka
Program ini dilaksanakan Bina Karya (LBK).
selama kurang lebih 3 bulan d. Elektro atau Teknik Audio
di Loka Bina Karya (LBK) Video
Desa Suruh, Kecamatan
Tasikmadu, Kabupaten Jenis keterampilan ini
Karanganyar. diperuntukkan bagi tuna
daksa dan tuna rungu wicara
b. Menjahit yang berminat pada
Jenis keterampilan ini keterampilan elektro dan
diperuntukkan bagi tuna mempunyai keinginan untuk
daksa dan tuna wicara yang membuka usaha perbaikan
berminat pada keterampilan barang-barang elektronik.
menjahit dan mempunyai Program ini dilaksanakan
keinginan untuk membuka selama kurang lebih 3 bulan
usaha menjahit. Sebagian di Loka Bina Karya (LBK).
besar difabel yang mengambil e. Memijat
jenis keterampilan menjahit
adalah perempuan, walaupun Jenis keterampilan ini
ada beberapa laki-laki. diperuntukkan bagi tuna netra
Page | 153
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

yang berminat pada mengalami masalah yang


keterampilan memijat dan berkaitan dengan kekurangan
mempunyai keinginan untuk modal dan alat-alat kerja,
membuka usaha pemijatan. Pemerintah Daerah Kabupaten
Program ini dilaksanakan Karanganyar siap membantunya.
selama kurang lebih 3 bulan Pelatihan yang diberikan tidak
di Loka Bina Karya (LBK). semuanya berhasil. Ada beberapa
Para difabel awalnya difabel yang kurang terampil dan
kesulitan akan tetapi setelah tidak terampil diakhir pelatihan,
dicoba beberapa kali akhirnya sehingga difabel masih
mereka mulai bisa. membutuhkan bimbingan dan
latihan lebih lanjut. Adapun
Pengembangan usaha kecil
alasan ketidakberhasilan
menengah membuka peluang/
Kelompok Usaha Bersama
kesempatan kerja dalam rangka
(KUBE) disebabkan oleh :
meningkatkan taraf hidup
masyarakat dengan membentuk a. Derajat kecacatan difabel.
Kelompok Usaha Bersama Sebagian besar difabel yang
(KUBE), dimana 1 kelompok tidak terampil ini
terdiri dari maksimal 5 orang yang disebabkan oleh tingginya
memiliki keterampilan yang sama derajat kecacatan mereka.
dan bergerak di bidang yang Contohnya, tuna daksa yang
sama. Contoh: penyandang tuna hanya memiliki 1 tangan.
daksa yang memiliki keterampilan b. Difabel beberapa kali tidak
elektro, setelah mereka selesai mengikuti pelatihan.
mengikuti pelatihan mereka akan
membentuk KUBE elektro, c. Jumlah hari pelatihan yang
setelah KUBE mereka berhasil, sangat singkat.
mereka akan membuka bengkel 2. Faktor Pendukung Pelaksanaan
elektro di rumah mereka masing- KUBE
masing.
a. Pendamping
Peran Pemerintah Daerah
Pendamping KUBE bertugas:
Kabupaten Karanganyar dalam
program kewirausahaan ini hanya 1. Melakukan kajian dan
sebagai pemberi modal dan alat- verifikasi terhadap data-
alat kerja saja, sedang monitoring data difabel khususnya
pelaksanaan program yang menjadi sasaran
kewirausahaan di lapangan kegiatan.
diserahkan langsung ke Dinas 2. Melakukan identifikasi
Sosial. Jadi, misalnya KUBE awal atau tes derajat

Page | 154
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

kecacatan (semakin c. Peran Masyarakat


rendah kecacatan akan Masyarakat dapat berperan
semakin memudahkan dalam memberikan saran,
pemberian keterampilan). memberikan masukan dan
Tes derajat kecacatan solusi kepada Pemerintah
berlaku bagi semua Daerah, supaya pemerintah
difabel apapun jenis lebih memperhatikan kaum
kecacatannya. difabel difabel di daerahnya.
Pelaksanaan tes derajat
Pemberian kesempatan dan
kecacatan ini bekerjasama perlakuan yang sama bagi
dengan dokter ahli dari difabel dalam segala aspek
RSU Kabupaten kehidupan. Masyarakat perlu
Karanganyar. berpikiran positif terhadap
3. Memberikan pelatihan keberadaan difabel di
atau keterampilan- lingkungannya. Selain itu,
keterampilan kepada perlu adanya pemberian
difabel sesuai dengan lapangan kerja dan usaha bagi
jenis kecacatan dan jenis kaum difabel agar mereka
derajat kecac dapat menyalurkan potensi
dan kemampuan yang
4. Memfasilitasi
dimilikinya untuk
pelaksanaan pembinaan
mensejahterakan kondisi
atau pengembangan
hidupnya dan keluarganya.
Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) bagi 3. Faktor Faktor Penghambat
difabel. Pelaksanaan KUBE
b. Pemerintah a. Hambatan Pada Pola Perilaku
Pemerintah memiliki peran Hal ini berkaitan dengan
dalam mendukung program dinamika tingkah laku dalam
pemberdayaan difabel. Hal sikap dan gerak dapat
ini terlihat dari kegiatan yang menggambarkan suasana
dilakukan mulai dari kehidupan perasaan, daya
merehabilitasi, memberikan khayal dan cita-cita
bantuan sosial kepada kaum seseorang.
difabel dan pemeliharaan b. Masalah Pekerjaan dan
kesejahteraan sosial dalam
Ekonomi
bentuk pemberian pelayanan
yang bersifat terus menerus Kecacatan merupakan
kepada para difabel. penyebab timbulnya
kesukaran untuk melakukan
Page | 155
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

pekerjaan yang umunya a. Dampak Psikologis


dilakukan oleh orang-orang Program Kelompok Usaha
normal. Bersama sangat membantu
c. Masalah Sosial untuk memberikan semangat
dan motivasi kepada difabel
Masalah Sosial yakni
sehingga mereka tidak lagi
dikarenakan tidak
merasa hina akan
mendapatkan pekerjaan atau
keberadaannya. Bimbingan
kehilangan pekerjaan, maka
selain diberikan oleh Dinas
mata pencahariannyapun
Sosial juga dilakukan oleh
hilang. Hal ini membawa
difabel lama yang juga
kegoncangan fungsional
merupakan pengurus (ada
khsusnya kepada seseorang
paguyuban difabel Kabupaten
difabel yang tadinya
Karanganyar).
berkedudukan sebagai
pencari nafkah dalam b. Dampak Aksesibilitas
keluarga karena sekarang Pemberian alat bantu untuk
tidak dapat melakukan memudahkan difabel dalam
tugasnya lagi. hal mobilitas seperti kursi
d. Masalah Psikologis roda, tongkat tuna netra, dan
kruk. Selain itu, juga
Yaitu kesukaran-kesukaran
dilakukan advokasi tentang
yang dihadapi oleh difabel
aksesibilitas difabel tentang
dalam ekonomi, pekerjaan,
sarana umum yang kurang
keluarga dan hubungan sosial
menunjang bagi difabel.
dengan masyarakat seringkali
menjadi demikian berat, c. Dampak Ekonomi
sehingga menimbulkan gejala
Dalam hal ini peran
ganguan kejiwaan yang dapat penguatan potensi diri
mengganggu kesehatan jiwa difabel, dengan adanya
difabel. Rasa minder kerap pelatihan atau keterampilan
kali mendera para difabel bagi difabel yang didasarkan
ketika harus berinteraksi pada jenis kecacatannya
dengan masyarakat. seperti keterampilan
4. Dampak Program menjahit, memasak, teknik
Pemberdayaan Difabel Melalui elektro audio, perbengkelan,
Program Kelompok Usaha memijat dan lain-lain.
Bersama (KUBE) di Desa Pelatihan atau keterampilan
Suruh, Kecamatan Tasikmadu, tersebut banyak memberikan
Kabupaten Karanganyar dampak positif bagi para

Page | 156
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

difabel. Difabel lebih mandiri dilakukan melalui berbagai macam


dan tidak selalu bergantung kegiatan mulai dari training
pada bantuan orang lain, keterampilan dan kewirausahaan,
sehingga difabel dapat serta pelatihan keterampilan menjahit
meningkatkan kesejahteraan yang diperuntukkan bagi difabel tuna
hidup dirinya dan daksa dan tuna rungu wicara.. selain
keluarganya. memberikan pelatihan dan
pendampingan strategi, juga dengan
memberikan modal dan peralatan
KESIMPULAN bagi difabel yang mahir dan ingin
Pemberdayaan difabel membuka usaha sendiri, sehingga
dalam upaya peningkatan mereka bisa hidup mandiri dri segi
kesejahteraan sosial melalui program ekonomi, sehingga bisa memenuhi
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) kebutuhan ekonominya sendiri
di Desa Suruh, Kecamatan maupun kebutuhan ekonomi
Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar keluarganya. Disamping itu
bersifat menyeluruh meliputi kemampuan psikologi difabel dapat
pemberdayaan yg bersifat mental, menjadi motor penggerak agar
fisik, maupun kemampuan sosial difabel tetap bisa eksis dan survive,
difabel yaitu dengan memberikan dan mampu mengangkat moral
pelatihan dan bantuan alat-alat kerja difabel maupun kemampuan sosial
yang dapat menunjang difabel untuk difabel yaitu kemampuan
mengembangkan keterampilan. bersosialisasi difabel dengan
masyarakat sekitarnya.
Pemberdayaan difabel
dalam upaya peningkatan a. IMPLIKASI EMPIRIS
kesejahteraan sosial di Desa Suruh, Beberapa program
Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten pemberdayaan ditawarkan kepada
Karanganyar tidak terlepas dari peran difabel sesuai dengan minat, jenis
pendampingan dan peran penguatan kecacatan dan derajat kecacatan
potensi diri difabel. Pendamping difabel sehingga difabel bisa
membantu dalam membantu mandiri. Akan tetapi pendamping
memberikan pendampingan. hanya bisa memberikan
Penguatan potensi diri penting untuk pemberdayaan kepada difabel
mengetahui potensi diri dari masing- dengan derajat kecacatan tinggi.
masing difabel. Difabel yang tidak berhasil dalam
Pemberdayaan difabel proses pemberdayaan belum ada
melalui program Kelompok Usaha solusi atau bentuk pemberdayaan
Bersama (KUBE) bertujuan untuk lain yang lebih tepat sehingga
memberdayakan difabel yang mana mereka juga bisa mandiri.

Page | 157
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

Dalam penelitian ini implementasikan dalam program-


penulis belum mendapatkan program yang dijalankan dalam
informasi mengenai cara rangka memberdayakan difabel.
berinteraksi antar difabel yang
c. IMPLIKASI METODOLOGIS
berbeda jenis kecacatan misalnya
tuna netra dengan tuna rungu Penelitian ini merupakan
wicara atau tuna daksa dengan jenis penelitian deskriptif
tuna rungu wicara. Selain itu kualitatif dimana penelitian ini
penulis juga belum mengetahui berusaha untuk memaparkan
tingkat kemandirian difabel lain tentang pemberdayaan difabel
yang tidak mengikuti program dalam upaya peningkatan
pemberdayaan melalui Kelompok kesejahteraan sosial melalui
Usaha Bersama (KUBE). Program Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) di Desa Suruh,
b. IMPLIKASI PRAKTIS Kecamatan Tasikmadu,
Penelitian ini Kabupaten Karanganyar.
menggunakan teori aksi yang Pengambilan sampel
tergabung dalam paradigma menggunakan teknik purposive
definisi sosial yang menekankan sampling sehingga sampel dipilih
pada tindakan sosial. Dalam teori berdasarkan pertimbangan-
aksi ini aktor mengejar tujuan pertimbangan bahwa sampel-
dalam situasi dimana norma- sampel tersebut dapat mewakili
norma mengarahkan dalam apa yang dimaksudkan dalam
memilih alternatif cara dan alat tujuan penelitian. Teknik analisa
untuk mencapai tujuan. Jika dilakukan dengan teknik analisis
dipandang dengan menggunakan komparatif yaitu dengan jalan
teori aksi tersebut disini difabel melakukan pembandingan antara
adalah sebagai aktor yang indikator keberdayaan dengan
memburu suatu tujuan yaitu pemberdayaan yang telah
bertujuan untuk memberdayakan dilakukan, reduksi data, sajian
difabel. Dalam memburu data dan penarikan kesimpulan
tujuannya tersebut pendamping dilakukan secara terus menerus
mempunyai alternatif cara atau selama proses penelitian masih
alat untuk sampai kepada berlangsung.
tujuannya tersebut. Cara atau alat
d. IMPLIKASI KEBIJAKAN
tersebut diimplementasikan dalam
program-program yang dijalankan Bagi pemerintah agar
dalam rangka memberdayakan dijadikan masukan dalam hal
difabel. Sedangkan cara atau alat penanganan masalah sosial
untuk mencapai tujuan terutama dalam hal pemberdayaan
difabel. Oleh karena selama ini
Page | 158
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

pemerintah kurang Surakarta: Sebelas Maret


memperhatikan kaum difabel University Press.
yang juga merupakan warga Departemen Sosial Republik
negara. Meskipun sudah ada Indonesia (DepSos RI). (1996),
Undang-Undang yang mengatur Pola Dasar Pembangunan,
hal tersebut, tetapi implementasi Bidang Kesejahteraan Sosial.
dari Undang-Undang tersebut Jakarta: DepSos RI.
masih sangat jauh dari yang
seharusnya. Dalam hal Ife, Jim, 1995, Community
aksesibilitas saja difabel masih Development Creating
mengalami kekerasan struktural Community Alternatives
karena banyak sekali fasilitas Vision, Analysis and Practice,
umum seperti gedung Australian, Longman.
pemerintahan yang bertingkat, Kartasasmita, Ginanjar, 1993,
selain itu sarana dan prasarana Kebijaksanaan dan Strategi
lainnya seperti rumah sakit, Pengentasan Kemiskinan,
sekolah, pasar dan lain sebagainya Malang, Unibraw Fakultas
banyak yang tidak dapat diakses Ilmu Administrasi.
oleh difabel. Disamping itu, bagi
Miles, Matthew dan Huberman,
Pemerintah Daerah, agar wacana
Michael A, 1992, Data
dan kajian dari pemberdayaan
Kualitatif, Jakarta : UI Press
yang telah dilakukan terhadap
difabel di Desa Suruh, Kecamatan Soeharto, Edi, 2004, Peran Negara
Tasikmadu, Kabupaten dalam Pembangunan Sosial,
Karanganyar dapat dijadikan Isue-isue Tematik
bahan pertimbangan untuk Pembangunan Sosial:
kembali melakukan Balatbangsos, Depsos RI:
pemberdayaan karena difabel di Jakarta
Desa Suruh, Kecamatan Sulistiati, 2004, Pembangunan Sosial
Tasikmadu, Kabupaten dan Pemberdayaan Sosial.
Karanganyar masih memerlukan Isue-isue Tematik
banyak sekali pendampingan. Pembangunan Sosial:
Balatbangsos, Depsos RI:
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Suparlan, Dr. Parsudi, 1984,
Kemiskinan Di Perkotaan,
Demartoto, 2005, Menyibak Bacaan Untuk Antropologi
Sensitivitas Gender dalam Perkotaan, Jakarta : Sinar
Keluarga Difabel Ed. 1, Harapan dan Yayasan Obor
Indonesia.
Page | 159
IJPA-The Indonesian Journal of
Public Administration Volume 1 | Nomor 2 | Juli - Desember 2015

Zastrow, 1989, Understanding


Human Behavior And The
Social Environment, Chicago :
Nelson-Hall Publishers.
Peraturan Undang-Undang

Undang-Undang Dasar RI 1945


Undang-Undang No 4 Tahun 1997
tentang Penyandang Cacat
Undang-Undang No. 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial

Page | 160

Anda mungkin juga menyukai