Anda di halaman 1dari 12

Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia:

Tantangan dan Harapan

Marsha Velda Rahma Mahatva1& Fatma Ulfatun Najicha2


Fakultas Sekolah Vokasi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta1
Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta2
Kentingan, Jl. Ir Sutami No.36, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126
Email:mailto:marshaveldabaru@student.uns.ac.id &fatmanajicha_law@staff.uns.ac.id
1 2

Abstract:

Abstract Every human being who lives by nature has basic rights within himself
which are called Human Rights, including in the field of education. In this case, the
requirement that the children's convention be enforced in Indonesia is to protect children and
safeguard their rights to education, including in North Jakarta City. With the realization of a
children's convention in North Jakarta City, it will be a good incentive for millennial
generation children in this 4.0 industrial revolution era. This study aims to find a solutive
solution to improve the fulfillment of human rights in an educational perspective for high
school students in North Jakarta. The findings from the research are one form of solutive
solution to increase human rights in the educational environment of North Jakarta City in the
form of the right to attend education for every community which has broad implications in
fulfilling rights. Where education is required to fulfill the 4A scheme in the form of:
accessible, available, adaptable and acceptable.

Keywords:

Human rights; education; children's convention, POV, Right to Live,.

Abstrak:

Setiap manusia yang hidup secara kodrati mempunyai hak-hak dasar dalam dirinya
yang disebut Hak Asasi Manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini, syarat
diberlakukannya konvensi anak di Indonesia adalah untuk melindungi anak dan menjaga
haknya atas pendidikan, termasuk di Kota Jakarta Utara. Dengan terwujudnya konvensi anak
di Kota Jakarta Utara, akan menjadi insentif yang baik bagi anak-anak generasi milenial di
era revolusi industri 4.0 ini. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi peningkatan
pemenuhan hak asasi manusia dalam perspektif pendidikan bagi siswa SMA di Jakarta Utara.
Temuan penelitian merupakan salah satu bentuk solusi peningkatan hak asasi manusia di
lingkungan pendidikan Kota Jakarta Utara berupa hak mengikuti pendidikan bagi setiap
masyarakat yang mempunyai implikasi luas dalam pemenuhan hak. Dimana pendidikan
wajib memenuhi skema 4A berupa: dapat diakses, tersedia, beradaptasi dan dapat diterima.

Kata kunci:

Hak asasi Manusia; pendidikan; konvensi anak-anak, Hak Untuk Hidup.

PENDAHULUAN

Hak untuk hidup sebagai hak yang paling alamiah tidak akan pernah tercapai kecuali
semua hak dasar yang dibutuhkan ketika manusia hidup (Najicha et al., 2023) seperti "hak
untuk bekerja, makan, rumah, kesehatan, pendidikan, dan budaya" dapat terpenuhi (secara
memadai) dan tersedia (tersedia) untuk semua orang. Sejalan dengan tujuan mendasar
tersebut, maka dibentuklah sebuah instrumen hak asasi manusia internasional yang
memberikan perlindungan kepada individu atau kelompok mengenai hak- hak ekonomi,
sosial dan budaya yang tertuang dalam CESCR 1966. (Najicha et al., 2020)

Untuk meningkatkan kualitas hidup, komponen kewajiban manusia harus dipenuhi.


Karena pada hakikatnya harkat dan martabat manusia sebenarnya mengandung komponen
kewajiban untuk setiap orang agar tidak melakukan perilaku yang benar-benar dapat
mengikis harkat dan martabatnya dalam konteks cita-cita kemanusiaan. Kewajiban adalah
suatu hal yang wajib dipenuhi, dimana biasanya ketika melakukan kewajiban, seseorang bisa
memperoleh haknya. Menjadi bagian dari bangsa Indonesia, kita juga dituntut untuk bisa
menggunakan hak dan kewajibannya di dalam Hak Asasi Manusia (HAM). Diskusi tentang
hak asasi manusia terjadi di semua bidang kehidupan, termasuk perspektif pendidikan.
Dimana manusia juga dituntut untuk menggunakan haknya dalam bidang pendidikan.

Jaminan yang diberikan oleh negara kepada warganya, hak atas pendidikan merupakan hak
asasi manusia yang tertuang dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut
UUDNRI Tahun 1945), salah satu tujuan utama pembentukan dan pendirian Negara Republik
Indonesia adalah hak atas pendidikan. Oleh karena itu, harus dilindungi dari praktik-praktik
diskriminatif untuk memenuhi hak atas pendidikan ini. (Octavianti, 2023)

Negara adalah suatu organisasi yang berada dalam suatu wilayah ataupun daerah
ataupunwilayah tertentu yang di dalamnya meliputi rakyat, wilayah dan pemerintah yang
berdaulat. Pemerintah dalam hal ini memiliki kekuasaan serta wewenang untuk dapat
pengatur penyelenggaraan suatu pemerintahan dan mengatur rakyatnya. Rakyat dalam hal ini
harus mnegikuti seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tanpa
terkecuali. Tujuan negara untuk mengatur warga negara dalam penyelenggaraan
pemerintahan adalah supaya tercapainya kepentingan bersama seluruh rakyat Indonesia.
Negara pula memiliki peran untuk menjaga dan mengatur ketertiban masyarakat,
mengusahakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dan meratanya kesejahteraan tersebut
di seluruh Indonesia, membentuk lapisan pertahanan dan keamanan negara serta negara dapat
menegakan keadilan terhadap seluruh rakyatnya (Sukmana, 2016). (Yunita Septi, 2021)

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi(Agustina et al., 2020). Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini (Suwarni et al., 2021). HAM lebih
dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi
(Sari & Sukmasari, 2018). Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada
diri kita sendiri. (Saputri, 2022)

PEMBAHASAN

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia yang dimana hak
tersebut merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Yang bersifat universal dan harus
dilindungi, dihormati dan dijunjung tinggi oleh pemerintah dan hukum. Dalam penegakannya
semua masyarakat harus diikut sertakan. Hal ini juga bertujuan agar nilai-nilai yang
terkadung dalam sila kedua Pancasila dapat terealisasikan dengan baik. Semua hal yang
terdapat pada jurnal ini didapatkan dari metode yang dilakukan yaitu metode deskriftif
melalui jurnal penelitian dan modul. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan
implementasi sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam konteks Hak Asasi Manusia.

Dalam Konstitusi dasar Indonesia yang tertuang pada UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1,
menyebutkan bahwa, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan”. Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, juga ditegaskan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH). (Helwig et al., n.d.)

Memahami hak asasi manusia, bagi masyarakat Indonesia sangat penting. Karena
menghormati hak asasi manusia merupakan cerminan dari Pancasila sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Semua pemikiran yang telah dikembangkan untuk
menguatkan pendirian bahwa pentingnya citra diri bagi seorang manusia, meliputi
kemerdekaan dan kebebasan. (Priasih et al., 2023)

Definisi pelanggaran Hak Asasi Manusia dideskripsikan sebagai setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk apparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini(Kusnadi,2017), dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidakakan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku (pasal1ayat6).(Hadi, 2022)

Dalam Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.” Hak asasi manusia melekat
pada diri manusia itu, maka seburuk apapun perilaku dan perlakuan yang dialami seseorang
ia akan tetap menjadi manusia dan hak-hak tersebut akan selalu melekat pada dirinya.

Akhir-akhir ini para pelajar dan mahasiswa kian banyak yang tertangkap oleh aparat karena
lerlibat kasus narkoba, pencurian dan tindakan keriminal lainnya. Aksi demonstrasi
memperotes kebijakan lembaga pendidikan kini tidak cuma terjadi kampus. Di lingkungan
pelajar SMU, bahkan SMP juga marak demonstrasi, yang kadang disertai dengan tindakan
kekerasan Demikianlah rapuhnya pendidikan kita, hingga aksi kekerasan terus meningkat.
Berapa asumsi bisa diajukan?

Pertama, Kekerasan dalam pendidikan bisa saja muncul akibat adanya pelanggaran yang
disertai dengan hukuman, terutama fisik. Aksi kekerasan susulan bisa terjadi antara pelaku
dan korban terjadı aksi balas dendam. Tawuran antar pelajar atau antar mahasiswa
merupakan salah satu contoh kekerasan saat ini Selain itu, kekerasan dalam pendidikan tidak
selamanya berupa fisik, melainkan berbentuk pelanggaran kode etik atau tata tertib sekolah.
Murid yang membolos sekolah dan pergi jalan-jalan ke tempat keramaian dan hiburan, hal ini
sesungguhnya termasuk dalam kategori potensi kekerasan.(Najicha et al., 2023)

Kedua, kekerasan dalam pendidikan bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan kebijakan
pendidikan yang berlaku. Muatan kurikulum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek
kognitif dan mengabaikan pendidikan afektif, menyebabkan berkurangnya proses humanisasi
dalam pendidikan. Ketiga. kekerasan dalam pendidikan mungkin dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dan tayangan media masa. Keempat, kekerasan bisa jadi merupakan
refleksi darı perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat,
sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant solution dan jalan pintas. Kelima. kekerasan
mungkin pula dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi pelaku. (Afriana, 2017)

Namun implementasi Hak Asasi Manusia bukan berarti sebebas-bebasnya Pasal 281 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memuat ketentuan
dimungkinkannya pembatasan hak dan kebebasan seseorang dengan undang-undang. Namun
pembatasan terhadap hak-hak tersebut haruslah didasarkan pada alasan-alasan yang kuat,
masuk akal dan proporsional serta tidak boleh berlebihan. Pembatasan tersebut hanya dapat
dilakukan dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.

Menyimak ketentuan Pasal 281 ayat (2) jelas pembatasan terhadap HAM tidak dibatasi oleh
hukum atau pertimbangan yuridis. Tetapi pembatasan itu secara konstitusional berdasarkan
pertimbangan moral dan nilai-nilai agama demi melindungi dan menghormati hak dan
kebebasan orang/individu dan masyarakat. Di sini berlaku prinsip "tidak ada hak
kebebasan tanpa batas".

Adanya pertimbangan moral, nilai-nilai agama pada pembatasan Hak Asasi Manusia juga
merupakan ciri khas dari Negara Hukum Pancasila. Ciri khas inilah yang mewarnai corak
negara hukum di Indonesia. Memang, dalam salah satu Sila Pancasila menyatakan bahwa
"Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab". Koentjoro Purbopranoto menyatakan bahwa dalam
kaitan HAM menurut Filsafat Pancasila, bahwa sila kedua tersebut amat banyak
sangkutpautnya dengan hak- hak dan kewajiban asasi manusia. Oleh karena itu, sila
"kemanusiaan" ini harus mengisi segala peraturan hukum baik perdata, pidana, dan harus
pula menjadi sendi seluruh kehidupan ekonomi dan sosial.(Afriana, 2017)
Pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) yang diterima oleh seorang anak sudah
selayaknya menjadi hal yang patut untuk dipenuhi oleh kedua orang tuanya bahkan
negara sekalipun. Di dalam perkembangannya, masih banyak terdapat anak-anak yang
tidak mendapat haknya sebagai anak dan juga di sisi lain tindak perlindungan terhadap
anak baik secara fisik maupun mental pun dapat dikatakan masih sangat minim. Di
Indonesia, kita dapat menemukan berbagai macam bentuk ketidaklayakan penghidupan
seorang anak dalam macam-macam bidang kehidupan. Permasalahan-permasalahan
pelanggaran HAM seorang anak serta bentuk tindak kejahatan yang ditujukan kepada
seorang anak dapat kitajabarkan menjadi beberapa kasus-kasus utama yang sering kali kita
temui dalam masyarakat.Pertama, Kekerasan Seksual. Kekerasan seksual biasanya sering
didapati dalam kasus terhadap orang dewasa, namun tak jarang pula kasus serupa terjadi
terhadap anak-anak di bawah umur. Di Indonesia sendiri, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak setidaknya telah mencatat bahwa sepanjang tahun
2021 terdapat 7.191 kasus kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan. Data
tersebut hanya memberitahu kita berdasarkan kasus yang tercatat saja, tetapi terdapat
kemungkinan yang sangat besar bahwa angka kasus yang tidak masuk atau yang tidak
terlapor ke dalam data kementerian bisa saja lebih besar.Tindak kekerasan seksual terhadap
anak atau juga bisa kita sebutsebagai pedofilia memiliki beberapa faktor penyebab tindak
kekerasan seksual. Seorang yang menjadi pelaku kejahatan seksual terkadang memiliki
trauma masa lalu yang dialami oleh dirinya sendiri, yang berhubungan erat dengan tindak
pencabulan dan kekerasanseksual lainnya. Yang pada akhirnya, saat mereka telah menjadi
orang dewasa, mereka memiliki kecenderungan untuk melampiaskan trauma tersebut kepada
orang lain. Data menunjukan bahwa sebagian besar kasus kekerasan seksual terhadap anak
(Pedofilia), tidak dilakukan oleh orang asing atau orang lain, namun pelaku biasanya
adalah orang-orang terdekat sang korban bahkan keluarga korban itu sendiri. (Christofher
Dylan Antonio, 2022)

Pelanggaran hak asasi manusia sudah banyak terjadi di berbagai negara, namun hingga
saat ini tidak terdapat pengertian tunggal mengenai konsep pelanggaran hak asasi
manusia. Sekalipun di kalangan para ahli terdapat semacam kesepakatan umum bahwa
pelanggaran hak asasi manusia dimaknai sebagai pelanggaran terhadap kewajiban
negara yang lahir dari instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia. Pelanggaran
terhadap hak asasi aanusia dapat berupa tindakan (by commission) dan karena pembiaran (by
omission).Pelanggaran hak asasi manusia oleh negara, baik yang bersifat by commission dan
by omission dapat dilihat melalui kegagalan negara memenuhi tiga kewajiban yang berbeda,
yaitu sebagai berikut:

1. Kewajiban untuk menghormati; kewajiban ini menuntut negara, organ, dan aparat
negara untuk tidak bertindak apapun yang melanggar integritas individu atau kelompok
atau pelanggaran pada kebebasan mereka, seperti; (a) pembunuhan di luar hukum; (b)
penahanan serampangan; (c) pelarangan serikat buruh; (d) pembatasan terhadap praktik
agama tertentu.

2. Kewajiban untuk melindungi; kewajiban negara dan aparatnya untuk


melakukan tindakan yang memadai guna melindungi pelanggaran hak-hak individu atau
kelompok, termasuk pencegahan atau pelanggaran atas penikmat kebebasan mereka,
contoh jenis ini adalah by omission dalam bentuk: (a) kegagalan untuk bertindak, ketika
suatu kelompok etnis tertentu menyerang kelompok etnis tertentu lainnya; (b) kegagalan
untuk memaksa perusahaan untuk membayar upah yang tepat.

3. Kewajiban untuk memenuhi; kewajiban negara untuk melakukan tindakan yang


memadai, guna menjamin setiap orang di dalam peluang yurisdiksinya untuk
memberikan kepuasan kepada mereka yang memerlukan, yang telah dikenal di dalam
instrumen hak asasi dan tidak dapat dipenuhi oleh upaya pribadi, contoh jenis ini adalah by
omission seperti: (a) kegagalan untuk memenuhi sistem perawatan kesehatan dasar; (b)
kegagalan untuk mengimplementasikan satu sistem pendidikan gratis pada tingkat
primer (Marzuki, 2012: 29-40). (Wajdi & Imran, 2022)
POV HAM terhadap Hukuman Mati Pelaku Tindak Korupsi

Adanya pendapat mengenai pelanggaran HAM yang ditimbulkan oleh hukuman mati
terutama pada hak untuk hidup, adapaun pihak yang menyetujui adanya hukuman mati
menganggap bahwa hukuman tersebut masuk didalam logika mereka sebab perilaku para
koruptor yang tak memperhatikan HAM yang juga dimiliki oleh individu lainnya. Diketahui
beberapa bangsa yang memberikan sanksi mati terhadap para terpidana korupsi sebagi contoh
ialah negara singapura dan diketahui bahwa negara tetangga kita yakni negara Malaysia
merealisasikan sanksi gantung terhadap para koruptor.Pada kenyataanya hingga kini tak ada
satu pun yang sudah direalissikannya sanksi/hukuman mati di Indonesia yang membuat
negara kita menjadi seolah-olah wahana bagi para koruptor(Tantowi, n.d.)Sampai saat ini di
Indonesia sanksi mati sangat pelik untuk dkiterapkan sebab penjatuhan hukuman yang
direalisasikan terlalu sering dirumuskan dengan alternatif. Oleh sebab tersebut sanksi
mati memanglah dianggap sangat pantas dan dianggap sebagailangkah terakhir yang bisa
diraih rakyat untuk melindungi hak-hak rakyat. Meskipun seperti itu, sampai kurun waktu
sekarang ini taka da satu kasus pun yang dijatuhi keputusan hukuman mati yang
direalisasikan untuk terpidana koruptor. Artikel inidibuat bertujuan untuk memahami hakikat-
hakikat asas oleh terdapatnya sanksi mati terhadap para pelaku korupsi di negeri ini, apakah
hukuman ini termasuk melanggar HAM para koruptor yang dimana diketahui pula kejahatan
yang dilakukan oleh mereka melanggar HAM lainnya. Keadilan bukanlan sebuah kata
semata melainkan makna pembentukan hukumyang harus dipahami secara utuh dan
menyeluruh.(Tsusyaddya Alias, 2022)

Penegakkan Hak Asasi Manusia Di Indonesia

Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi adanya penegakan Hak asasi
manusia.Utrecht mengemukakan bahwa hukum merupakan himpunan petunjuk hidup
yang mengatur tentang tata tertib dalam masyarakat. Masyarakat harus mentaatinya
karena jika dilanggar akan mendapatkan tindakan dari pemerintah. Namun meski Indonesia
telah memiliki perlindungan hukum dan lembaga yang menegakan HAM, tetap saja belum
menjamin dilaksanakannya HAM dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya
masih banyak masyarakat yang konflik karena unsur SARA. Kemudian para penegak
hukumnya sulit di percaya oleh masyarakat terkait banyaknya pelanggaran hukum yang
dilakukan para pejabat dan penegak hukum. Tetapi, ketika masyarakat biasa yang
melakukan pelanggaran, hukum itu terlihat sangat mengikat.Walaupun demikian pemerintah
sudah berupaya untuk melindungi warga negaranya terhadap HAM dengan harapan
penegakkan HAM akan lebih baik dimasa yang akan datang. Beberapa upaya
perlindungan yang di lakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut:1.Di bentuknya komisi
nasional Hak Asasi Manusia. Komnas HAM di bentuk pada 7 juni 1993 melalui Kepres
nomor 50 tahun 1993. Keberadaan Komnas HAM di atur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 39 tahun 1999 Pasal 75 sampai Pasal 99. 2.Pembentukan Instrumen HAM.
Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakkan
HAM.3.Pembentukan pengadilan HAM. Pengadilan HAM di bentuk berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2000.Maka perlunya partisipasi dari berbagai
pihak untuk merealisasikan tegaknya Hak asasi manusia, baik dari kalangan masyarakat
ataupun dari para penegak hukumnya. Karena jika tidak ada kekuatan untuk bersatu maka
Hak asasi manusia akan sulit untuk ditegakan secara baik dan adil. Serta upaya yang telah
dilakukan pemeritah akan sedikit sia-sia.C.Penegakan HAM Dalam Konteks Sila
Kemanusiaan Yang Adil dan BeradabPancasila merupakan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara rakyat Indonesia. Setiap sila-sila Pancasila memiliki nilai-nilai yang
menjadi pedoman bangsa untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Pancasila menjadi
cerminan kepribadian bangsa yang memiliki tradisi dan budaya yang khas, serta
mengandung nilai-nilai luhur bagi masyarakat Indonesia.Hak asasi manusia merupakan salah
satu perwujudan dari sila-sila Pancasila yaitu, sila kedua yang berbunyi “ Kemanusiaan yang
adil dan beradab”. Sila ini menempatkan hak setiap manusia dalam kedudukan yang sama.
Sila kedua juga mencerminkan sikap saling menghormati dan toleransi yang menjadi
kebiasaan rakyat Indonesia. Setiap manusia memiliki hak-hak dan kewajiban yang
sama dalam mendapatkan perlindungan hukum. Seperti yang telah diketahui bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum. Kemudian sila kedua, akan terealisasikan
dengan baik jika Hak asasi manusia itu di tegakan dengan baik dan adil. Sehingga rakyat
Indonesia akan sejahtera dan tidak ada keresahan.Hal ini selaras dengan apa yang telah di
bahas dalam pasal 28 a-j, bahwa terdapat semua hak-hak dasar manusia sebagai manusia
seutuhnya. Apabila penegakan hukum hak asasi manusia di Indonesia tidak ditegakkan
dengan benar kekacauan akan terjadi dimana-mana, dan sila kedua tidak akan terlaksana
dengan baik. Serta penegakan Hak asasi manusia dapat ditegakan dengan karakter
masyarakat.Dengan hal itu strata pada status sosial harus dihilangkan, karena Indonesia
sebagai negara yang memiliki sistem demokrasi Pancasila. Dimana sistem demokrasi ini
menurut Cholisin muncul karena adanya dorongan kemajemukan yang mewarnai Bangsa
Indonesia. Salah satunya adalah adanya persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu semua
warga negara memiliki hak yang sama.D.Pentingnya Keberadaan sila kemanusiaan yang
adil dan beradab dalam konteks hak asasi manusia Keanekaragaman bangsa Indonesia
tidak hanya menjadi sumber kebanggaan, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi
bangsa Indonesia. Adanya keragaman memungkinkan suatu komunitas memilih untuk
hidup berkelompok dengan orang lain yang mungkin berbeda ras, suku, budaya atau
bahasa. Tetapi dengan keberagaman tersebut, kelompok-kelompok tersebut cenderung saling
membenci karena perbedaan mereka.Menghadapi tantangan sepertiitu, bangsa Indonesia
harus waspada dan siap menghadapi era globalisasi, seperti di bidang ekonomi, kemudian
mengintai ancaman terorisme, komunisme, dan fundamentalisme. Isu-isu tersebut menjadi
tantangan bagi masyarakat Indonesia. Jika kita sebagai bangsa tidak bisa bersatu atau
terpecah belah, maka besar kemungkinan bangsa kita tidak akan mampu menjawab
tantangan tersebut. Dengan memahami sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang
adil dan beradab mengandung makna bahwa semua orang adalah makhluk yang beradab dan
mempunyai keadilan yang sama di mata Tuhan. Dengan kata lain, semua orang adalah sama,
laki-laki atau perempuan, miskin atau kaya, tinggi atau tidak. Diskriminasi berdasarkan
suku, agama, ras, golongan atau politik tidak diperbolehkan di negara kita. (Priasih et al.,
2023)

Kesimpulan

Artikel ini membahas tentang pentingnya penegakan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia,
khususnya dalam perspektif pendidikan dan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab.

Poin-poin penting yang dibahas:

1. HAM merupakan hak dasar yang melekat pada setiap manusia, termasuk hak atas
pendidikan.
2. Indonesia telah memiliki berbagai upaya untuk melindungi dan menegakkan HAM,
seperti pembentukan Komnas HAM, instrumen HAM, dan pengadilan HAM.
3. Namun, masih terdapat tantangan dalam penegakan HAM di Indonesia, seperti
diskriminasi, kekerasan, dan pelanggaran oleh aparat negara.
4. Sila kedua Pancasila menekankan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang selaras dengan prinsip HAM.
5. Pentingnya partisipasi semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, untuk
mewujudkan penegakan HAM yang baik dan adil di Indonesia.
\

DAFTAR PUSTAKA

Afriana, riza devi. (2017). 済無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie


International Edition, 6(11), 951–952., 6(November), 5–24.
https://doi.org/10.19109/pairf.v5i2

Christofher Dylan Antonio, S. (2022). Analisis Tindakan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang Dialami Anak- Anak di Bawah Umur di Indonesia. Nomos: Jurnal Penelitian Ilmu
Hukum, 2(1), 29–36. https://doi.org/10.56393/nomos.v1i7.876

Hadi, F. (2022). NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA The
State of Law and Human Rights in Indonesia. Wijaya Putra Law Review, 1(2), 170–188.

Helwig, N. E., Hong, S., & Hsiao-wecksler, E. T. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在


宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 32, 108–121.

Najicha, F. U., Ayu, I. G., & Rachmi, K. (2020). Perlindungan Hukum “ Hak Substantif
untuk Kualitas Lingkungan ” tentang Hukum Lingkungan Terhadap Hak Asasi Manusia
dalam Konstitusi di Indonesia. 140(Icleh).

Najicha, F. U., Mukhlishin, Supiandi, Saparwadi, & Sulthani, D. A. (2023). The Shaping of
Future Sustainable Energy Policy in Management Areas of Indonesia’s Energy
Transition. Journal of Human Rights, Culture and Legal System, 3(2), 361–382.
https://doi.org/10.53955/jhcls.v3i2.110

Octavianti, F. S. (2023). Implementasi Konvensi Hak Anak Di Kota Jakarta Utara (Studi
Kasus: Pemenuhan Hak Asasi Manusia Perspektif Pendidikan Bagi Pelajar SMA).
Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 23(1), 30–37.
https://doi.org/10.24036/pedagogi.v23i1.1476

Priasih, L., Dwianjani, S., Salsabila, T., & Apriliani, S. (2023). Implementasi Sila
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Konteks Hak Asasi Manusia. ADVANCES
in Social Humanities Research, 1(4), 331–336.

Saputri, N. (2022). Perkembangan Dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Pusdansi.Org, 2(2),
1.

Tsusyaddya Alias, A. (2022). Hukuman Mati Pelaku Tindak Korupsi dalam Perspektif
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Penelitian Ilmu Hukum, 2(4), 138–147.

Wajdi, F., & Imran, I. (2022). Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dan Tanggung Jawab Negara
Terhadap Korban. Jurnal Yudisial, 14(2), 229. https://doi.org/10.29123/jy.v14i2.445

Yunita Septi, D. A. D. (2021). Urgensi Pemenuhan Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam
Pelaksanaannya Berdasarkan Undang-Undang. Penelitian Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 1(12), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai