Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN SEBAGAI HAK ASASI

Disusun oleh:

1Muhamad Nurul Safei (20236013056)


.2Nahwan (20236013058)
.3AdiSusanto (20236013055)
.4Nyamidi (20236013067)
.

DOSEN PENGAMPUH : Dr.H. Edi Harapan, M.Pd

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023
Daftar
isi.........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................…

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................

2.1 Pengertian HAM.......................................................................................…………………

2.2 Pengertian Pendidikan........................................................................……………………..

2.3 Landasan HAM Tentang Pendidikan...............................................…………………………

2.4 Permasalahan Pendidikan Di INdonesia.......................………………………………………….

2.5 Solusi Pemecahan Masalah..........................................................................…………..

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................

3.1Kesimpulan....................................................................................................................

3.2
Saran.............................................................................................................................

Daftar
Pustaka..............................................................................................................................
HAK MENDAPAT PENDIDIKAN YANG LAYAK
BAGI WARGA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hak Asasai Manusia (HAM) mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam
hubungan antara negara dan warga negara, dan dalam hubungan antara sesama warga negara. HAM
merupakan hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan yang diperoleh manusia dari
Tuhan YME dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. HAM tidak dapat digganggu gugat oleh
siapapun karena HAM bersifat kodrati dan berlaku sepanjang hidup manusia.

Para ahli HAM menyatakan bahwa sejarah perkembangan HAM bermula dari kawasan Eropa.
Wacana awal HAM di Eropa yang dimulai dengan lahirnya Magna Charta di Inggris pada 15 Juni 1215.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan dua peristiwa dalam sejarah dunia yang menghasilkan
rumusan yang mirip dengan rumusan hak-hak asasi manusia yaitu Revolusi Amerika yang dimulai pada
tahun 1776 dan Revolusi Perancis pada tahun 1789. Sejarah besar perkembangan HAM selanjutnya
ditandai dengan perumusan Deklarasi Universal HAM (DUHAM) yang dikukukan oleh PBB
dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) pada tanggal 10 Desember 1948.
Di Indonesia, HAM bersumber dan bermuara pada pancasila. Bagi bangsa Indonesia,
melaksanakan Hak Asasi Manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila.

Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak tidak memperhatikan
hak orang lain, maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara atau dengan kata lain dapat menimbulkan kasus-kasus pelanggaran HAM.
Kasus-kasus pelanggaran HAM bisa saja terjadi di berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali di bidang
pendididikan.

Dalam menjadi manusia khususnya menjadi warga negara Indonesia kita tidak bisa
lepas dari dua hal yaitu kewajiban dan hak kita sebagai warga negara yang baik, kewajiban
yang harus kita laksanakan sebagai warga negara yang baik diantaranya ikut mewujudkan
cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pemukaan UUD 1945 alenia 4.

Dan sebagai warga negara Indonesia setelah kita melaksanakan kewajiban kita yaitu
diantaranya mendapat kesejahteraan hidup, mendapat perlindungan negara, dan masih banyak
lagi. Namun diantara hak-hak yang kita peroleh tadi ada satu hak yang sangat penting bagi
kita sebagai warga negara untuk bekal dalam menyongsong hidup zaman era globalisasi ini.
Hak yang paling penting itu adalah Pendidikan, mendapatkan pendidikan yang layak sebagai
warga negara adalah hal yang sangat utama dalam menjalani hidup terutama dalam
menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi ini.
Dalam hidup ini setiap manusia membutuhkan apa yang dinamakan dengan Ilmu,
dengan Ilmu tadi setiap manusia dapat berkembang menjadi apa yang ia inginkan, menjadi
seperti apa yang ia cita-cita kan, dan mampu bersaing dengan manusia lain dalam berbagai
aspek kehidupan. Nah ilmu tadi hanya dapat diperoleh melalui Pendidikan terutama dalam
pendidikan formal atau biasa disebut dengan sekolah. Di sekolah-sekolah diajarkan mengenai
berbagai tatanan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek kehidupan. Diantara tujuan (visi) sekolah
salah satunya yaitu mencerdaskan bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam UUD 1945
dan sebagai pelaksanaan pembangunan bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas hingga
mampu bersaing dengan bangsa lain yang lebih maju.

Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga
negara tetapi pendidikan dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga
negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut.
Sebagaimana yang diungkapkan Daoed Joesoef tentang pentingnya suatu pendidikan,
"Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup
yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia". Dari pernyataan tersebut menyatakan
bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan
tapi pendidikan juga bukanlah segalanya.
Untuk menjadi bangsa yang maju seperti yang dicita-citakan ditentukan oleh pendidikan
yang ada di Negara tersebut. Karena dengan pendidikan tentunya akan mencetak Sumber
Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan
merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan
ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Maka tentunya
peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa.
Contohnya Jepang si ahli Teknologi itu, Jepang sangat menghargai Pendidikan, mereka rela
mengeluarkan dana yang sangat besar hanya untuk pendidikan bukan untuk kampanye atau
hal lain tentang kedudukan.
Mungkin sedikit demi sedikit Indonesia juga sadar akan pentingnya suatu pendidikan.
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2010 menitikberatkan
atau mengambil tema pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa dan seperti
yang diberitakan bahwa Kementrian Pendidikan Nasional telah menyediakan infrastruktur
terkait akses informasi bekerja sama dengan MNC Group, melalui TV berbayarnya,
Indovision menyiarkan siaran televisi untuk pendidikan.Dan juga penyediaan taman bacaan
di pusat perbelanjaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja permasalahan yang membuat warga Negara Indonesia belum bisa mendapatkan hak
pendidikan yang layak secara merata?
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yangterjadi agar semua warga Negara menerima
hak nya mendapat pendidikan yang layak?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apakah semua warga Negara sudah menapatkan haknya yaitu pendidikan yang
layak.

2. Mengetahui apa saja permasalahan yang menghambat warga Negara menerima pendidikan.

3. Mengetetahui solusi pemecahan masalah yang menghambat warga Negara menerima


pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HAM


Hak-hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada diri manusia berdasarkan
kodratnya, jadi hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia. Maka kita tidak boleh
mengecualikan kelompok-kelompok mausia tertentu. Sudah melekat pada pengertian hak-hak
asasi manusia itu sendiri, bahwa hak-hak asasi manusia harus difahami dan dimengerti secara
universal. Memerangi atau menentang universalitas hak-hak asasi manusia berarti memerangi
dan menentang hak-hak asasi manusia.(Prof. Dr.Martin Kriele, Gottingen, 19 Agustus 1991).
Menurut Soegito (2003:160), hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada
diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas atau diganggu gugat siapapun. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 telah menjelaskan secara terperinci tentang HAM yang
diantaranya adalah hak untuk hidup, hak untuk berkeluarga, hak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi dan hak untuk memperoleh pendidikan.
Dalam setiap masyarakat yang demokratis, yang rakyatnya menjadi subjek atau
pemangku kedaulatan, para anggotanya memiliki sejumlah hak yang tidak boleh diganggu
gugat, yang disebut hak-hak asasi atau hak-hak fundamental. Ditinjau secara odjektif,
HAMmerupakan kewenangan yang melekat pada manusia sebagai manusia, yang harus
diakui dan dihormati oleh pemerintah.
Manusia mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia. Derajat yang luhur (human
dignity), nilai-nilai manusia yag luhur itu berasal dari Tuhan yang menciptakannya.
Pengembangan diri manusia harus terlaksana dalam relasi dengan sesamanya dalam suasana
keadilan. Prinsip fundamental keadilan adalah bahwa semua prinsip manusia memiliki
martabat yang sama, dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban fundamental yang sama,
tanpa dibedakan atas jenis kelamin, warna kulit, suku agama, atau status sosialnya dan
sebagainya.
HAM jika ditinjau secara objektif berhubungan dengan kodrat manusia, sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang berbudi, maka Landasan HAM ada dua, yaitu :
1. Landasan yang langsung dan yang pertma : kodrat manusia.

2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam : Tuhan sendiri yang menciptakan manusia.

Jadi HAM fundamental yang melekat pada kodrat manusia tidak lain dari aspek-aspek
kodrati manusia itu sendiri.
Latar belakang historis HAM terdapat dalam ide atau gagasan Perjanjian Lama,
bahwa kehidupan bersama berdasarkan hokum dan keadilan. Bahwa sekali ayat-ayat
Perjanjian Lama yang berisikan seruan untuk melaksanakan keadilan, umpamanya apa yang
dikatakan Micha: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah
yang dituntut Tuhan dari padamu; selain berlaku adil, mencintai kesetiaan….”(Micha 6:8),
“Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin diantaramu dalam perkaranya” (Keluaran
23:6).

2.2 PENGERTIAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting untuk membangun pendidikan di
Indonesia. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha dasar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamais, di

dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah usaha yang

terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan
agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri untuk dirinya sendiri
dan lingkungannya/masyarakat.

Pendidikan sebagai bagaian dari Ilmu Humaniora memperlihatkan proses yang terus
menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Pendidikan pada dasarnya
ialah pemanusiaan, dan ini memuat hominisasi dan humanisasi. Hominisasi merupakan
proses pemanusiaan secara umum, yakni memasukan manusia dalam lingkup manusiawi
secara minimal. Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan hominisasi. Dalam
proses ini, manusia bisa meraih perkembangan yang lebih tinggi, seperti nampak dalam
kemajuan-kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan.
Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa
kita adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan
akhlak, pendidikan budi pekerti. Pendidik (guru) yang baik adalah vital bagi kemajuan dan
juga keselamatan bangsa. Guru tidak hanya menyampaikan idea-idea, tetapi hendaknya
menjadi suatu wakil dari suatu cara hidup yang kreatif, suatu simbol kedamaian dan
ketenangan dalam suatu dunia yang dicemaskan dan dianiaya.
Hak untuk memperoleh pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara. Lebih-
lebih di negeri yang angka buta hurufnya menakjubkan, terutama negeri yang masih dipenuhi
wabah. Pendidikan adalah tangga untuk mobilitas kelas, bersama dengan pendidikan
seseorang merubah nasibnya. Pendidikan juga sebaiknya melatih kemampuan solidaritas dan
kepekaan. Karena dampak sosial yang besar itulah, pendidikan memiliki peran penting.
Hanya tak selamanya pendidikan diurus secara baik. Berbagai kasus suram menimpa
pendidikan memberi petunjuk negatif. Tingginya angka putus sekolah membuat pendidikan
jauh dari akses mereka. Sebaiknya pemerintah turun langsung menangani pendidikan di
indonesia dengan cara memberlakukan dana BOS secara adil dan merata diseluruh indonesia
supaya masyarakat mendapatkan hak pendidikan yang harus mereka dapatkan. Selain itu,
pendidikan karakter , pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlaq dan pendidikan
budi pekerti harus dtanamkan sejak dini supaya pendidikan di indonesia semakin maju dan
hak mendapatkan pendidikan harus didapatkan oleh semua masyarakat indonesia.
Pada hakikatnya pendidikan adalah hak dasar bagi setiap warga negara Indonesia
untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran (Munib, 2009:139).
Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki
legalitas yang sangat kuat sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
(1) yang menyebutkan bahwa:” Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Hak
memperoleh pendidikan ini diperjelas dengan pasal 31 (2) yang bunyinya:”Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Selanjutnya
pada ayat (3) dituangkan pernyataan yang berbunyi:” Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang”. Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan yang layak terutama pendidikan dasar. Selain membahas
tentang pendidikan sebagai suatu hak, pasal 31 juga mempertegas bahwa pendidikan
(terutama pendidikan dasar) merupakan kewajiban bagi setiap warga negara dan pemerintah
wajib membiayainya.

Pendidikan adalah pilar utama dalam kemajuan sutu bangsa. Tanpa pendidikan negara
akan hancur disamping bidang lainnya seperti Ekososbudhankam. Suatu dikatakan maju
apabila pendidikan negara tersebut berkembang pesat dan memadai. Dengan pendidikan kita
bisa mengetahui sesuatu yang tak diketahui menjadi tahu. Dengan pendidikan kita bisa
meningkatkan potensi diri dan cara berpikir kita, bahkan dalam suatu riwayat dikatakan,
Kalau mau bahagia di dunia haruslah dengan Ilmu, Kalau mau bahagia di akhirat juga dengan
Ilmu, Kalau mau bahagia di dunia dan di akhirat juga dengan Ilmu. Disini di tekankan bahwa
Ilmu itu sangat penting dan utama, bahkan orang yang berilmu dan bermanfaat bagi orang
lain lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan seorang ahli ibadah, tentunya dengan
diikuti oleh keimanan dan ketaqwaan.

Salah satu cara mendapatkan ilmu adalah dengan pendidikan. Karena dengan pendidikan
seseorang tak akan mudah di bohongi dan di tipu daya. Cara berpikir orang yang berpendidikan dengan
tidak bisa diketahui tentunya, seorang yang berpendidikan haruslah mencerminkan bahwa dirinya
memanglah orang yang terdidik, dan harus bisa bermanfaat bagi sekitarnya.Pendidikan merupakan hal
kompleks dan luas, sehingga muncul berbagai masalah. Pendidikan memerlukan suatu sistem yang benar-
benar bagus dan berkualitas. Di Indonesia menerapkan wajib belajar 9 tahun sedangkan seseorang diterima
bekerja rata-rata mempunyai latar belakang pendidikan formal minimal SLTA atau sederajat.
Sedangkan pendidikan bukan hanya formal melainkan juga informal, dan keutamaan dari pendidikan
adalah pengembangan pola pikir yang lebih baik, bermartabat.
Konstitusi kita melindungi hak kita untuk mendapatkan pendidikan tertuang dalam Undang-
undang Dasar Pasal 31 yaitu :

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan


2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Tetapi sayang sampai saat ini dalam pelaksanaannya belum semua terlaksana. Anak-
anak yang harusnya mendapatkan hak pendidikan terpaksa membantu orang tua untuk bisa
bertahan hidup sehingga hak-hak dia sebagai anak terabaikan, begitupun yang dapat
mengenyam pendidikan dasar hanya sekedar kewajiban dari orang tua. Sedangkan sistem
pendidikan yang setiap ganti pemimpin ganti sistem pendidikan, tanpa adanya konsistensi
untuk mengembangkan yang sudah baik dan berjalan, sehingga tidak masuk sampai ke sitem
terbawah yaitu warga negara tersebut. Sistem pendidian yang harusnya bisa meningkatkan
kemimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia kurang dirasakan alias tidak sampai sasaran.
Dan masih banyak lagi…

Memang suatu sistem itu saling keterkaitan, misalnya bidang pendidikan pasti
berkaitan dengan bidang Ekonomi, budaya dll begitupun sebaliknya. Tugas untuk
mengembangkan pendidikan tak serta merta cuma tugas dari negara yang diwakili oleh
pemerintah melainkan tugas semua elemen masyarakat tentang pentingnya pendidikan dalam
kehidupan ini. Dan ini sebagian sudah diaplikasikan oleh orang-orang yang peduli akan
pendidikan, misalnya dengan adanya sekolah darurat di daerah kumuh dan bawah jalan tol
yang ada di Jakarta.Semoga kita bisa membantu pemerintah agar terwujudnya “Setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan”, karena peran kita sangat penting, ada kata mutiara
“Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum, kecuali kaum tersebut merubahnya
sendiri”.

2.3 LANDASAN HAM TENTANG PENDIDIKAN

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda


pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang
signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik,
dan budaya. Karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara
dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia
sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah bertanggung jawab
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum.Semua warga
negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran tanpa terkecuali, baik
”yang kaya” maupun ”yang miskin” dan masyarakat perkotaan maupun pedesaan (terpencil).
Kurang meratanya pendidikan di Indonesia terutama akses memperoleh pendidikan bagi
masyarakat miskin dan terpencil menjadi suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada
langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk menanganinya.

A. Pasal 31 UUD 1945


Dalam Pembukaan UUD 1945, jelas tujuan nasional antara lain dirumuskan: “…
mencerdaskan kehidupan bangsa.” Walaupun pendidikan formal hanyamerupakan salah satu
usaha mencerdaskan bangsa, namun tidak dapat diingkari bahwa itulah usaha yang paling
utama dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut. Pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa
pengajaran merupakan hak setiap warga negar, sehingga pemerintah mengusahakan supaya
setiap warga Negara mendapat kesempatan untuk memperolehnya.
Pasal 26 Deklarasi universal Ham menyebutkan juga bahwa setiap warga Negara
berhak atas pengajaran. Didalam GBHN disebutkan bahwa “Pendidikan merupakan proses
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manuisa. Pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.

B. Pasal 28 C ayat 1 UUD 1945


Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia tidak sekadar
hak moral melainkan juga hak konstitusional. Ini sesuai dengan ketentuan UUD 1945
(pascaperubahan), khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan, “Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.”Dalam pernyataan pasal tersebut menegaskan bahwa setiap warga Negara
Indonesia diberi hak untuk mengembangkan dirinya dengan memperoleh pendidikan dan
merasakan manfaat dari adanya teknologi.
C. TAP MPR no. XVII/MPR/1998
Didalam TAP MPR no. XVII/MPR/1998 juga dijelaskan tentang Hak Asasi Manusia
bahwa Negara memberikan jaminan hak atas pendidikan. Hal tersebut juga ditegaskan lagi
dengan Pasal 60 UU no.39 thun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memperkuat dan
memberikan perhatian khusus pada hak anak untuk memperoleh pendidikan sesuai minat,
bakat dan tingkat kecerdasannya. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana
Pemerintah dan Negara memberikan hak kepada setiap warganya untuk mendapatkan
pendidikan yang layak, namun jika dilihat dari segi fakta yang ada bahwa masih banyak
anak-anak yang belum bias merasakan bagaimana duduk dibangku sekolah untuk belajar
karena ketidakmampuan dalam hal biaya.
D. UU No. 11 Tahun 2005

Di tingkat Internasional, Kovenan Internasional Hak ECOSOB yang telah


diratifikasi Indonesia melalui UU No. 11 tahun 2005, tentang hak atas pendidikan Negara
memiliki kewajiban untuk :
a. Pendidikan dasar harus diwajibkan dan tersedia secara cuma-cuma bagi semua orang;
b. Pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya, termasuk pendidikan teknik dan kejuruan
tingkat menengah, harus tersedia secara umum dan terbuka bagi semua orang dengan segala
cara yang layak dan khususnya dengan menerapkan pendidikan cuma-cuma secara bertahap.
c. Pendidikan tingkat tinggi harus dapat dicapai oleh siapa pun juga, berdasarkan kapasitas,
dengan cara-cara yang layak, dan khususnya dengan menerapkan pendidikan cuma-cuma
secara bertahap.
d. Pendidikan dasar harus sedapat mungkin didorong atau diintensifkan bagi orang-orang yang
belum pernah menerima atau menyelesaikan keseluruhan periode pendidikan dasar mereka.
e. Pengembangan suatu sistem sekolah pada semua tingkat harus diupayakan secara aktif, suatu
sistem beasiswa yang memadai harus dibentuk, dan kondisi-kondisi material staf pengajar
harus ditingkatkan secara berkelanjutan.

2.4 PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dalam sistem Pendidikan yang ada dalam pemerintahan Indonesia ini banyak sekali
dijumpai berbagai macam permasalahan yang menghambat proses pendidikan sehingga
mengakibatkan begitu banyak ketumpangtindihan yang harus diselesaikan dalam dunia
pendidikan oleh Pemerintah dan masyarakat, agar semua warga Negara dapat menikmati
pendidikan secara merata di kalangan semua masyarakat.
Dalam sub bab ini akan kita bahas permasalahan yang ada didunia pendidikan, agar kita
bias menemukan cara atau solusi agar pendidikan dapat dinikmati semua kalangan. Diantara
permasalahan itu antara lain :

A. Dana Pendidikan yang dirasa membebani Masyarakat.


Dalam dunia pendidikan, terdapat banyak instansi-instansi yang bukan berbadan
pemerintah atau dalam kata lain mereka berbadan yayasan sehingga biaya pendidikan dalam
badan yayasan ini dirasa sangat mahal dan membebani masyarakat. Sehingga persaingan
dalam mencari sekolah atau lembaga pendidikan yang berbadan Negeri (bukan swasta)
menjadi semakin ketat sehingga banyak peserta didik yang dalam artian hanya yang memiliki
kecerdasan lebih lah yang mampu memenangkan persaingan tersebut. Lalu bagaimanakah
nasib mereka yang hanya memiliki IQ dibawah rata-rata? Apakah mereka tidak boleh
mendapatkan pendidikan seperti mereka yang cerdas..? lalu bagaimana nasib mereka
selanjutnya jika mereka tidak memiliki biaya untuk belajar disekolah-sekolah negeri?
B. Dana APBN dan BOS yang tidak jelas arahnya (KKN).
Dana APBN dan BOS yang begitu banyak diberikan Pemerintah untuk
mengembangkan pendidikan bagi mereka yang kurang mampu dan juga untuk mensubsidi
biaya pendidikan yang dirasa terlalu mahal ternyata jika ditelusuri sampai akhir terdapat
keganjilan terhadap arah penggunaan dana tersebut. Ternyata begitu banyak penyalahgunaan
dana tersebut yang tidak lain tidak bukan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang bersangkutan.
Begitu mirisnya nasib bangsa ini, bangsa yang menginginkan agar penduduknya bisa maju
ternyata terdapat kalangan yang mencoba menghambat tujuan tersebut yang begitu
mengejutkannya itu dilakukan oleh orang dalam sendiri atau lembaga atau pejabat-pejabat
yang ada dalam Pemerintahan Indonesia itu sendiri.
C. Daerah pelosok yang sulit dijangkau ( kondisi Geografis).
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dipisahkan
oleh lautan dan samudra. Dari pulau-pulau itu terdapat kurang lebihnya 100 pulau terpencil
yang didalamnya terdapat berbagai macam suku yang mereka mendiami suatu tempat yang
sulit dijangkau oleh orang lain. Dengan begitu mereka yang berada didalamnya juga belum
tentu bisa merasakan apa itu yang dinamakan dengan pendidikan. Apakah mereka yang
termasuk suku pedalaman tidak boleh mendapat pendidikan seperti mereka yang berada di
kota-kota.
D. Tenaga pendidik yang belum loyal.
Yang dimaksud dengan tenaga pendidik yang belum loyal adalah begitu banyaknya
tenaga pendidik (guru) di Negara Indonesia ini tetapi mereka masih belum bisa menunjukkan
kwalitas mereka sebagai guru yang baik, maksudnya adalah guru-guru ini banyak yang
menyebar diperkotaan namun begitu sedikit yang mau mengabdi di daerah pedalaman
sehingga mereka yang berada dipedalaman yang menginginkan pendidikan tidak bisa
menikmatnya karena tak adanya tenaga pendidik atau guru yang mau mengabdi sampai sana.
Kalaupun ada itu hanya sedikit sekali sehingga sangat sulit dijumpai sekolah atau pun
lembaga pendidikan didaerah terpencil seperti di papua.
E. Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan(yang sebenarnya sudah cukup baik) di
Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar
di daerah-daerah.
Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi
pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa
pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu
dihargai. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang
menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya
fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya
dana pendidikan yang disediakan pemerintah.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi
guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran,
sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa
memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh. Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk
dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit
untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yang berkualitas mesti
bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran
pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika
gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.

Dari sekian permasalahan yang telah dijabarkan tadi telah kita ketahui bahwa
permasalahan yang dihadapi bangsa ini dalam menyalurkan hak warga Negara supaya
mendapat pendidikan yang layak sangatlah kompleks. Sehingga bukan hanya tugas
pemerintah ataupun Negara dalam mencari solusinya tetapi kita semua lah yang menjadi
warga Negara yang harus ikut serta mencari solusi dan berusaha semaksimal mungkin
berperan aktif dalam dunia Pendidikan.

2.5 SOLUSI PEMECAHAN MASALAH


Dari begitu banyak permasalahan yang muncul penulis akan mencoba mencari solusi
tepat untuk menangani hal tersebut. Karena permasalahan tersebut bukan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah ataupun Negara tetapi semua elemen masyarakat yang ada
didalamnya. Dalam sub bab ini penulis akan mengupas sedikit demi sedikit solusi untuk
memecahkan masalah dalam dunia pendidikan yang telah disebutkan diatas tadi.

A. Penambahan Kuota Dana Subsidi Pendidikan.


Dari permasalahan yang pertama tadi kita ketahui bahwa terlalu tinggi dana atau biaya
pendidikan bagi rakyat khususnya rakyat miskin. Maka disini diperlukan pengajuan anggaran
penambahan kuota Dana Subsidi Pendidikan bagi masyarakat yang khususnya kurang mampu
dan bagi mereka yang memiliki kecerdasan lebih tetapi tidak bisa mendapat pendidikan
karena masalah biaya.
Sehingga dengan adanya biaya Subsidi pendidikan dalam bentuk BOS ataupun APBN
diharapkan semua kalangan yang kurang mampu dalam hal biaya pendidikan dapat terbantu
sehingga mereka dapat menikmati hak yang seharusnya mereka dapatkan yaitu mendapatkan
pendidikan yang layak sebagai warga Negara Indonesia. Sehingga dengan begini tujuan dan
cita-cita bangsa Indonesia untuk mencerdaskan bangsa ini dapat tercapai.
Namun demikian harus terdapat keselarasan antara pemberi dan penerima, maksudnya
jika pemerintah telah member dana subsidi pendidikan pemerintah bagi masyarakat yang
kurang mampu maka sang penerima dana bantuan subsidi harus memegang kepercayaannya
untuk tidak menyia-nyiakan hal tersebut. Yaitu dengan belajar yang sungguh-sungguh
sehingga mereka menjadi manusia yang cerdas yang mampu berguna untuk memajukan
bangsa Indonesia ini. Sehingga tidak sia-sia usaha Pemerintah memberikan dana bagi
pengembangan kita semua.

B. Perlunya penerapan Kejujuran disegala bidang


Dari permasalahan yang kedua kita ketahui bahwa dana Pendidikan yang tidak jelas
arahnya. Hal ini dikarenakan dalam diri setiap manusia ini sudah jarang ditemui kejujuran
meski itu sebesar debu. Ini membuktikan bahwa dalam masyarakat Indonesia ini kerusakan
moral sudah sangat memprihatinkan karena kejujuran sudah dapat dibeli dengan harga
murah.
Ini juga membuktikan bahwa pendidikan moral bangsa ini sudah gagal, sehingga perlunya
pendidikan moral jilid kedua. Dalam hal ini perlunya ditanamkan kesadaraan akan kejujuran
dalam setiap aspek kehidupan oleh setiap manusia yang hidup. Sehingga dengan adanya
sikap kejujuran dalam setiap manusia diharapkan tidak aka nada lagi tindak KKN dan tidak
perlunya pembentukan KPK dan Komisi Penyidik Kekayaan untuk setiap pejabat Indonesia.
Dan dengan modal penerapan sikap kejujuran dapat tercipta bangsa yang sejahtera dan maju
karena setiap masyarakatnya memiliki sikap kejujuran dan terdapat rasa saling kepercayaan
antar sesama manusia.
Kembali pada topik permasalahan tadi, jika semua pejabat Indonesia bisa jujur dalam
segala hal maka pasti tidak aka nada kasus penyelewengan dana pendidikan yang tidak jelas
arahnya. Sehingga semua dana subsidi pendidikan entah itu APBN atau BOS dapat
tersalurkan semua sehingga masyarakat kurang mampu dapat menerima haknya untuk
mendapatkan pendidikan yang layak .

C. Tanamkan Jiwa Pengabdian demi Bangsa


Dari permasalahan yang ketiga tadi dapat kita ketahui bahwa dalam Negara kesatuan RI
kita ini terdapat beribu-ribu pulau dimana terdapat barbagai macam suku. Diantara pulau-
pulau itu terdapat daerah-daerah yang sering kita sebut dengan 3T (terpencil, tertinggal,
terpelosok), yang disitu juga terdapat masyarakat yang menginginkan adanya pendidikan bagi
mereka, namun mungkin karena faktor goegrafi yang mereka diami membuat akses menuju
tempat mereka yang begitu susah menyebabkan mereka semakin tertinggal.
Begitu pula dengan guru-guru yang mau mengabdikan diri merasa jadi terhalang untuk
mengabdi dan member pengajaran kepada mereka yang berada dipedalaman. Sehingga hal
tersebut menyurutkan niat dan semangat mereka untuk ikut serta mewujudkan tujuan dan
cita-cita bangsa. Dalam hal ini diperlukan adanya sikap pantang menyerah dan mau
berkorban demi mengabdi pada bangsa. Guru harus memiliki sjiwa pengabdian yang tinggi
demi bangsa untuk mau memberikan pengajaran kepada mereka yang berada di pedalaman.
Dengan semangat yang tinggi untuk mengabdi dan dilandasi keinginan yang kuat untuk
menularkan ilmu yang dia miliki keberbagai perjuruh pulau maka saya yakin dengan ini hak
setiap waga Negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak baik itu orang kaya maupun
miskin, entah itu dekat ataupun jauh dapat terlaksana dengan baik dan menjamin adanya
pemerataan pendidikan bagi samua kalangan masyarakat.

D. Loyalitas tanpa batas


Permasalahan yang kempat yang telah kita bahas tadi memberikan kita gambaran betapa
tenaga pendidik (guru) tidak bisa loyal dalam menjalankan tugasnya. Mereka terkesan
setengah hati dalam melaksanakan tugasnya, mereka lebih menuruti kata hati mereka. Disini
harus kita terapkan sikap Loyalitas Tanpa Batas kepada setiap guru yang mengajar bahwa
tugas seorang guru adalah mengajar anak-anak dan membimbing mereka menuju
pengembangan diri anak. Sehingga mereka harus mampu menunjukkan kwalitas mereka
sebagai guru, sebagai manusia yang diberi kecerdasan lebih yang dengan kecerdasan itu
mereka harus menularkannya kepada anak-anak yang khususnya membutuhkan pendidikan.
Seorang guru juga harus mau mengabdikan dirinya demi bangsa meskipun mendapat tugas
didaerah pedalaman yang disana juga terdapat anak-anak yang memerlukan pendidikan.
Dengan begitu semua permasalahan yang kita bahas tadi dapat terpecahkan dan semua warga
Negara Indonesia dapat menerima haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

E. Menyediakan Tenaga Pendidik yang berkompeten


Dari permasalahan yang terakhir disebtkan diatas tadi dapat dicari solusi yaitu dengan
menciptakan tenaga pendidik yang berkualitas dan berkompeten tinggi dan mampu untuk
mengajar didaerah-daerah khususnya daerah yang tertinggal, dengan cara memberikan
pelatihan yang intensif, diklat, dan dengan sertifikasi guru untuk membuktikan bahwan guru
tersebut berkompeten. Dan dengan cara memberikan sarana dan prasarana yang memadai
demi tercapainya situasi pendidikan yang kondusif, sehingga peserta didik dapat benar-benar
merasakan bagaimana pendidikan yang layak itu sebenarnya.

Dari berbagai macam masalah yang tadi sudah kita kupas dan kita dapati
pemecahannya. Dengan adanya solusi ini diharapkan semua dapat berjalan dengan baik dan
dapat benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan, sehingga sesuai dengan topik yaitu setiap
warga Negara Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak. Disini bukan hanya
menuntut peran Pemerintah saja, tetapi juga peran aktif semua elemen masyarakat, karena
tujuan dan cita-cita bangsa ini tidak akan terwujud jika hanya satu pihak saja yang berperan
aktif. Maka kita semua harus berperan aktif demi tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa demi tercapainya bangsa Indonesia yang maju.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam menjadi warga Negara Indonesia kita mendapat hak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak, karena hal tersebut adalah tujuan bangsa Indonesia yang telah
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dengan tujuan agar tercipta manusia-manusia cerdas
yang siap memajukan bangsa ini. Maka pendidikan adalah hak setiap warga Negara tanpa
pandang bulu membedakan apakah dia kaya atau miskin, apakah dia dari jawa atau papua,
apakah dia bodoh atau pintar, karena setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan untuk
mengembangkan dirinya sesuai dengan ini pasal 28 C ayat 1. Dalam pelaksanaan pendidikan
diperlukan adanya peran serta kita semua sebagai elemen masyarakat dan pemerintah agar
terlaksananya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat dimanapun mereka berada.

3.2 SARAN

Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan dan menangani dengan lebih serius lagi
masalah yang sedang dihadapi dunia pendidikan, misalnya masalah dana subsidi pendidikan
yang masih kurang, agar setiap warga Negara khususnya yang kurang mampu dapat merasa
terbantu untuk mendapat pendidikan. Sehingga semua kalangan dapat mendapat pendidikan
yang merata.

Diperlukan juga peran serta dari seluruh elemen masyarakat dalam pendidikan agar
terlaksana pendidikan bagi semua kalangan, sehingga tercipta masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Setiardja, Gunawan. 1993.Hak-hak Asasi Manusia Bedasarkan Ideologi
Pancasila.Yogyakarta : Kanisus
Soegito, dkk. Pendidikan Pancasila. Semarang : UNNES Press
http://www.google.com/search/hak_asasi_manusia
http://wahyuambarwati.blogspot.com/2012/01/makalah-pendidikan.html
Nono Sumarsono, Children Mainstreaming, Suatu Peluang dan
Tantangan, dalam Jurnalisme Anak Pinggiran, Jakarta, Kelompok Kerja Anak Pinggiran,
1999, hal 36
T. Sulistyono, Drs. M.Pd.,MM. 2003. Wawasan Pendidikan. Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
http://izyanayuni.wordpress.com/2009/01/10/permasalahan-pokok-pendidikan-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai