Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Diskriminasi dalam Pendidikan

Bertujuan untuk memperoleh nilai Pendidikan Kewarganegaraaan

Oleh:

Adyasa Rafindhra MP 210110180102

Georgerius Axel Romario 120310180099

Namira Fadhya Yogasara 110110180265

Rania Areta Nur Annisa 110110180110

TPB FAPERTA 110-111

Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten


Sumedang, Jawa Barat 45363
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirabbil’alamin kami panjatkan

kehadirat Allah SWT, kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul Diskriminasi

dalam Pendidikan yang merupakan salah satu tugas terstruktur Pendidikan

Kewarganegaraan pada pembelajaran TPB semester satu.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai pengertian Hak Asasi Manusia, fungsi

dan tujuan HAM, faktor penyebab terjadinya diskriminasi pendidikan kasus

pelanggaran diskriminasi pendidikan, fungsi HAM dalam mengatasi diskriminasi

pendidikan.

Dalam menyelesaikan makalah ini, Kami tak lupa menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang ikut membimbing, mengarahkan dan membantu penyusunan

makalah ini.

DAFTAR ISI
COVER

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia

2.2. Fungsi dan Tujuan HAM

2.3. Faktor penyebab terjadinya diskriminasi pendidikan

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makalah ini kami tunjukkan untuk Mahasiswa/i di Universitas Padjadjaran

khususnya Mahasiswa/i Semester 1 yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa

agar dapat memahami materi pelajaran Pendidikan Kewarganeraan tentang Proses

Aktualisasi Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara

Salah satu alasan kami membahas materi Diskriminasi Pendidikan ini adalah

sebagai bentuk pembelajaran untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM yaitu

diskriminasi dalam dunia pendidikan karena materi ini termasuk dalam lingkup materi

Hak Asasi Manusia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?

2. Apa fungsi dan tujuan HAM?

3. Apa saja faktor penyebab terjadinya diskriminasi pendidikan?

4. Apa contoh kasus dikriminasi pendidikan yang pernah ada di Indonesia?

5. Bagaimana fungsi HAM dalam mengatasi diskriminasi pendidikan?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia

2. Mengetahui fungsi dan tujuan HAM


3. Mengetahui faktor penyebab terjadinya diskriminasi pendidikan

4. Mengetahui kasus diskriminasi pendidikan yang pernah ada di Indonesia

5. Mengetahui fungsi HAM dalam mengatasi diskriminasi pendidikan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia Pendidikan Indonesia

Hak Asasai Manusia (HAM) mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, terutama
dalam hubungan antara negara dan warga negara, dan dalam hubungan antara sesama
warga negara. HAM merupakan hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan yang diperoleh manusia dari Tuhan YME dan merupakan hak yang tidak dapat
diabaikan. HAM tidak dapat digganggu gugat oleh siapapun karena HAM bersifat kodrati
dan berlaku sepanjang hidup manusia.

Di Indonesia, HAM bersumber dan bermuara pada pancasila diatur dengan UUD 1945
dan UU RI No.39 tahun 1999 tentang HAM. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan Hak
Asasi Manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila.

Dalam pelaksanaanya, Hak Asasi Manusia (HAM) dibagi atas berbagai jenis. Berikut ini
pembagian jenis Hak Asasi Manusia dunia, diantaranya:

1. Hak asasi pribadi / Personal Right

· Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat,

· Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat,

· Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan,

· Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan


kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak asasi politik / Political Right

· Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan,

· Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan,

· Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya,
· Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right

· Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan,

· Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS),

· Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

· Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

· Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

· Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

· Hak kebebasan untuk memiliki susuatu

· Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

· Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

· Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan


penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

· Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

· Hak mendapatkan pengajaran

· Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

Landasan hukum yang mengatur penegakan HAM di dunia pendidikan Indonesia antara
lain:

1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1-5 tentang hak mendapatkan pendidikan

a. Pasal 31 ayat 1
“Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Dari bunyi pasal tersebut sudah
jelas bahwa setiap anak harus mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan. Jika
ada salah satu warga atau siswa yang sengaja dibuat untuk tidak dapat mendapatkan
pendidikan karena alasan biaya yang terlalu mahal maka pemerintah wajib menetapkan
kebijakan lain yang dapat diterima oleh semua warga agar dapat bersekolah.

b. Pasal 31 ayat 2

“Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”. Dari bunyi pasal tersebut sudah jelas bahwa pemerintah wajib
membiayai pendidikan bagi siapapun tanpa adanya perbedaan ras, suku, agama, jenis
kelamin, dll. Tentunya pihak sekolah tidak boleh sewenang-wenang dalam membuat
anggaran biaya massuk sekolah di setiap satuan pendidikan.

c. Pasal 31 ayat 3

“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,yang


meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Dengan adanya pendidikan dan
setiap anak memperoleh pendidikan diharapkan bunyi pasal 31 ayat 3 dapat terwujud.

d. Pasal 31 ayat 4

“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang – kurangnya 20 % dari


anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional”. Dengan adanya anggaran
pendidikan dari negara diharapkan dapat membantu dalam memberikan pendidikan bagi
setiap warga dan agar pihak sekolah tidak sewenang-wenang dalam menetapkan biaya
sekolah.

e. Pasal 31 ayat 5

“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai
– nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapan kesejahteraan umat
manusia”. Dengan pendidikan yang maju diharapkan semua warga dapat mengikuti
perkembangan zaman.

2. UU RI No.39 tahun 1999 tentang HAM pasal 12 – 13

· Pasal 12

“Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk


memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya
agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia,
bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.”

· Pasal 13

“Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi

kesejahteraan pribadinya, bangsa dan umat manusia.”

3. Pasal 26 Deklarasi Universal HAM:

· Pasal 26 ayat 1

Setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan harus dengan cuma-cuma,


setidak-tidaknya untuk tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan
rendah harus diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka
bagi semua orang, dan pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama
oleh semua orang, berdasarkan kepantasan.

· Pasal 26 ayat 2

Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta


untuk mempertebal penghargaan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan
dasar. Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian, toleransi dan persahabatan di
antara semua bangsa, kelompok ras maupun agama, serta harus memajukan kegiatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara perdamaian.

· Pasal 26 ayat 3

Orang tua mempunyai hak utama dalam memilih jenis pendidikan yang akan diberikan
kepada anak-anak mereka.

Pentingnya pendidikan selain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk memajukan


Hak Asasi Mnusia di Indonesia. Selain pendidikan sebagai suatu hak yang diberikan
berdasarkan konstitusi, pendidikan juga menjadi suatu kewajiban yang diberikan oleh
negara kepada rakyatnya. Pendidikan merupakan hak konstitusional, yang dijamin
implementasinya secara nasional berdasarkan konstitusi.

Di Indonesia hak ini diakui dan dijamin di dalam UUD 1945. Tanggung jawab negara di
dalam pendidikan dituangkan di dalam pasal-pasal dalam UUD 1945, dan sasaran
pendidikan secara konkret adalah “….mencerdaskan kehidupan bangsa….” Sebagaimana
yang tertuang di dalam pembukaan UUD 1945.
Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak tidak
memperhatikan hak orang lain, maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara atau dengan kata lain dapat
menimbulkan kasus-kasus pelanggaran HAM. Kasus-kasus pelanggaran HAM bisa saja
terjadi di berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali di bidang pendididikan.

Berangkat dari hal tersebut, sudah sepantasnya seluruh warga negara Indonesia
mengupayakan kemajuan pendidikan di Indonesia. Hal sentral yang perlu diperhatikan
adalah upaya memajukan pendidikan sangat erat kaitanya dengan pemenuhan hak atas
pendidikan. Kasus yang terjadi di Pangkal Pinang sekitar tahun 2011 lalu telah
mengingatkan kita tentang bagaimana hak atas pendidikan ini dipandang sebelah mata.
Keputusan sekolah unuk mengeluarkan keempat siswa yang membuat pernyataan “tak
sepantasnya” di facebook dirasa terlalu berlebihan sehingga menghalang-halangi mereka
untuk memperoleh hak atas pendidikan mereka.

2.2. Fungsi dan Tujuan HAM

Fungsi HAM adalah untuk menjamin kelangsungan hak hidup, kemerdekaan dan hak
untuk berkembang yang telah dirampas atau dilanggar oleh siapapun.

Di Indonesia sendiri perlindungan hak asasi manusia sudah ditegakkan sejak lama.
Namun langkah yang sangat positif baru dimulai sejak tahun 90-an. Pada saat
pemerintahan orde baru banyak sekali pelanggaran hak asasi manusia yang dilanggar.
Bahkan untuk sekedar menyampaikan pendapat pun pada saat itu masyarakat harus
sangat berhati-hati. Kebebasan pers dibatasi demi kepentingan politik. Setelah
pemerintahan orde baru lengser, barulah langkah penegakkan HAM di Indonesia
menemui titik terang. Pemerintah memberikan sebuah kepastian hukum kepada seluruh
warga negara Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang No 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi manusia. Hingga kini UU tersebut digunakan sebagai pedoman
dalam upaya penegakkan dan perlindungan HAM. Meskipun demikian UU No 39
Tahun 1999 tidak berdiri sendiri melainkan dilengkapi dengan instrumen hukum
lainnya berkenaan dengan hak asasi manusia.

Hak asasi manusia yang melekat pada diri manusia tetap memiliki batas yaitu hak yang
dimiliki oleh manusia lainnya. Oleh karena itu, ketika menggunakan hak asasi kita
tidak boleh semena-mena sehingga dapat menyebabkan terlanggarnya hak orang lain.
Asas yang berlaku masih sama dimana setiap hak pasti diimbangi dengan kewajiban
yang telah lebih dahulu dilakukan sebelumnya.

Tujuan HAM :

 Melindungi orang dari kekerasan atau sewenang-wenang


 Mengembangkan rasa saling menghargai antar manusia.
 Mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran atau tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.

2.3. Faktor penyebab terjadinya Diskriminasi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu dari Hak Asasi Manusia. Setiap manusia memiliki hak
yang sama dalam mengakses pendidikan dengan bebas.

Sayangnya, kasus diskriminasi dalam dunia pendidikan hingga saat ini masih
terjadi. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat sepanjang 2014
hingga 2015 terdapat sedikitnya 175 aduan terkait pelanggaran HAM dan diskriminasi di
dunia pendidikan.

Komisioner Subkomisi Pendidikan dan Penyuluhan Komnas


HAM MuhammadNurkhoiron mengatakan aduan yang ada terkait sejumlah persoalan.
Aduan paling menonjol yaitu penahanan ijazah dan rapor, penghentian kegiatan belajar
mengajar, penyalahgunaan dana pendidikan dan pungutan tak resmi.

Banyak hal yang bisa mendasari terjadinya diskriminasi dalam dunia pendidikan.
Kemampuan fisik, akademik, dan ekonomi merupakan tiga aspek yang paling sering terjadi
diskriminasi. Pada sekolah-sekolah yang menjadi sekolah percontohan, kemampuan fisik
dan akademik sangat diperhatikan.

1. Berikut ini adalah penyebab-penyebab terjadinya diskriminasi terhadap siswa


yang memiliki keterbatasan fisik:

a. Anggapan yang Salah Tentang Siswa-Siswa yang Memiliki Keterbatasan


Fisik

Pada dunia pendidikan anak-anak yang memiliki cacat fisik selalu dinomor duakan.
Siswa yang memiliki keterbatasan fisik tidak dapat menempuh pendidikannya di sekolah
umum, melainkan harus di sekolah luar biasa. Padahal untuk kekurangan fisik tertentu
seorang siswa masih bias mengikuti pelajaran sama dengan anak-anak yang normal.
Sekolah salah dalam menilai anak yang memiliki keterbatasan fisik selalu dan pasti akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran.

b. Pembiaran Masyarakat
Saat terjadi diskriminasi terhadap anak-anak yang memiliki keterbatasan
kemampuan fisik, masyarakat memaklumi tindakan sekolah, karena merasa hal tersebut
sudah biasa terjadi. Padahal, jika hal ini dibiarkan terus terjadi, anak-anak yang memiliki
keterbatasan kemampuan fisik ini akan merasa terdiskriminasi selamanya dan merasa
bahwa pendidikan tidak lagi bisa menjebatani kekurangan fisik yang dimilikinya dengan
dunia luar.

c. Sekolah yang Cenderung Menjaga Nama Baik

Pada kasus yang terjadi Palangkaraya jelas terlihat bahwa sekolah hanya peduli
dengan nama baik sekolah tersebut, tanpa mempedulikan apa sebenarnya fungsi dari
sekolah itu sendiri. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat dimana anak bisa
mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka, malah berubah menjadi sebuah
tempat yang mengkotak-kotakkan anak berdasarkan kemampuan fisik.

2. Berikut ini merupakan penyebab terjadinya diskriminasi menurut kemampuan


akademis:

Pada kasus pertama, yaitu seorang anak yang berusia tujuh tahun karena tidak
diterima karena tidak berhasil lulus tes, namun ada seorang anak yang berusia kurang dari
enam tahun yang berhasil diterima karena lulus tes.

3. Pada kasus kedua tentang pembagian kelas unggulan dan non unggulan,
memiliki penyebab-penyebab sebagai berikut:

a. Terjadi Kesalahan Penafsiran Tentang Anak Pandai dan Anak Bodoh

Sekolah atau pun orangtua sering salah menafsirkan antara anak pandai dengan
anak bodoh. Selama ini sistem pendidikan di Indonesia selalu memandang seseorang
pandai atau bodoh berdasarkan nilai. Padahal, ada delapan aspek kecerdasan yang dimiliki
masing-masing anak. Selama ini sekolah selalu mengidentikkan seorang anak yang selalu
mengikuti pelajaran dan mendapatkana nilai bagus merupakan anak pandai, dan sebaliknya
anak yang nakal dan mendapatkan nilai buruk adalah anak yang bodoh.

b. Adanya Keinginan dari Pihak Sekolah Untuk Meningkatkan Citra Sekolah

Sekolah beranggapan bahwa, jika anak-anak yang memiliki kemampuan diatas


rata-rata dibiarkan berada dalam kelas regular, mereka akan kehilangan daya saing mereka.
Mereka akan mudah meremehkan pelajaran, karena di kelas non unggulan persaingan tidak
terlalu ketat. Kelas unggulan akan sangat bermanfaat bagi peningkatan citra sekolah,
karean hasil dari kelas unggulan ini berhasil bersaing dengan sekolah-sekolah lain atau
bahkan menjadi yang terbaik di daerahnya.

c. Keinginan dari Para Siswa


Siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih tinggi daripada yang lain,
cenderung menginginkan berada pada tempat yang berbeda pula dengan yang memiliki
kemampuan akademik rata-rata. Mereka beralasan bahwa mereka jenuh jika harus
menunggu teman-temannya yang lain yang belum bisa. Padahal jika siswa yang memiliki
kemampuan akademik lebih tinggi daripada yang lain dapat menyalurkan kelebihannya
kepada siswa lain yang kemampuan akademisnya rata-rata.

d. Keinginan Guru

Guru menginginkan kemudahan dalam bekerja. Untuk mencapai keinginan


tersebut dibentuklah kelas unggulan yang berisikan siswa-siswa cerdas yang dapat dengan
mudah menangkap apa yang diajarkan oleh guru. Guru menganggap mengajar di kelas
unggulan sebagai berkah dan menganggap mengajar di kelas non unggulan sebagai
musibah. Pada akhirnya, guru akan lebih memperkatikan siswa-siswa yang berada di kelas
unggulan daripada di kelas non unngulan.

4. Penyebab Terjadinya Diskriminasi Menurut Kemampuan Ekonomi

a. Sekolah Bukan Lagi Tempat Mencari Ilmu

Sekolah yang dahulunya merupakan tempat mencari ilmu yang menerapkan prinsip
memberi dengan ikhlas, telah berubah menjadi sebuah momok bagi anak-anak miskin yang
tidak memiliki biaya untuk membayar sekolah. Pendidikan telah menjadi barang dagangan
yang tidak dapat ditawar. Bahkan banyak anak-anak miskin yang sekarang sudah mulai
putus asa dengan sistem pendidikan di Indonesia. Mereka mulai berpikir bahwa pendidikan
hanya untuk anak dari keluarga kaya. Mengharap pendidikan yang layak bagi mereka,
sama halnya dengan mimpi-mimpi kosong.

b. Tidak Adanya Bantuan dari Pemerintah

Kepada siapa lagi anak-anak miskin harus meminta bantuan, jika tidak kepada
pemerintah. Pemerintah yang sebenarnya dapat memberikan bantuan kepada siswa-siswa
miskin malah menghambur-hamburkan uang untuk pembangunan sekolah-sekolah RSBI.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hak Asasi Manusia atau disingkat HAM adalah hak istimewa yang diberikan
kepada manusia sejak lahir dan bersifat universal. HAM adalah hal yang istimewa dan
harus dijaga oleh setiap warga negara untuk menjamin berlangsungnya hak - hak dari
seorang manusia.

Salah satu bentuk dari HAM adalah hak untuk berkembang dan untuk memperoleh
Pendidikan. Pendidikan adalah hal yang vital yang harus dimiliki manusia. Dengan
Pendidikan, manusia akan memperoleh pengetahuan dan ilmu, serta kesempatan untuk
mengembangkan diri yang berguna untuk memenuhi kehidupan.

Tidak mendapat Pendidikan dengan selayaknya merupakan hal yang melanggar


HAM. Seharusnya seluruh warga negara mendapatkan Pendidikan berkualitas, tanpa ada
diskriminasi, atau melihat kemampuan ekonomi dari seseorang. Pendidikan adalah hal
yang dapat mendorong stratifikasi social ke atas. Dengan didapatkannya Pendidikan, maka
akan menghilangkan kelas kelas social menengah kebawah, menjadi kelas social yang
lebih tinggi dan bermanfaat. Indonesia akan maju dengan kualitas manusia yang baik yang
dapat didukung dengan Pendidikan.

Sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap menjaga dan menjamin
Pendidikan di Indonesia. Kita harus mengawasi jalannya Pendidikan di Indonesia. Selain
itu, kita harus mau berkontribusi, mengabdi, mengajar, atau membantu Pendidikan orang
orang yang membutuhkan.

3.2. Saran

Saran untuk masyarakat Indonesia:

- Masyarakat harus mengawasi jalannya Pendidikan di Indonesia


- Masyarakat mau memberi kontribusi nyata terhadap Pendidikan di sekitar
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, A. (2016, January 8). Pengertian HAM, fungsi, tujuan dan sejarah perkembangannya.

Kautsar, M. (2017, Mei 2). Komnas HAM: Diskriminasi di Dunia Pendidikan Masih Terjadi.

maxmonroe.com. (2018, Agustus 25). Pengertian HAM Secara Umum, Macam-Macam HAM, dan
Pelanggaran HAM di Indonesia.

Nisak, R. (2015, November 2). Definisi HAM Pengertian HAM atau Hak Asasi Manusia (Human
Rights).

Onang. (2018, Oktober 22). Pengertian HAM, Fungsi, Ciri, Tujuan, Macam Jenisnya.

S, H. (2013, Desember 19). DISKRIMINASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN.

Anda mungkin juga menyukai