Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA


FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KESUKSESAN
PENDIDIKAN INKLUSI
DOSEN PENGAMPU: MERI YULIANI, M.Pd.

1. Iwan Kurniawan (210804047)


2. Muhamad Jaelani (210804113)
3. Rezalulhadi (210804009)
4.Umi Asfarina Rahmawati (210804177)
5. Hasrin Nisa (210804063)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL (IPNG)
ANGKATAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hikmah serta hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah ”Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM)” yang berjudul ”Sejarah HAM di Indonesia”
yang diampu oleh Ibu Dosen “Meri Yuliani, M.Pd.”, kami menyadari bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak terutama Ibu dosen sehingga makalah ini bisa selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karna kurangnya
pengalaman untuk itu kami siap menerima bergai bentuk saran baik berbentuk kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap makalah ini bermanfaat untuk semua orang
baik dalam perkembangan dan pendidikan.

Bonjeruk, 5 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
1.4. Manfaat Penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)..................................................................3
2.2. Sejarah Deklarasi HAM Tahun 1948......................................................................4
1. Komponen silabus...............................................................................................4
2. Prinsip pengembangan silabus...........................................................................5
3. Langkah-Langkah pengembangan silabus.........................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................9
3.2. Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Silabus adalah suatu perangkat rencana dan pengaturan pelaksanaan pembelajaran
serta penilaian yang disusun secara sistematis dan memuat komponen-komponen yang
saling berkaitan untuk kemudian mencapai penguasaan kompetensi dasar.

Adapun tujuan dari silabus dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ialah


diantaranya mempermudah, memperlancar, serta meningkatkan hasil proses belajar-
mengajar dan menyusun berbagai rencana pembelajaran secara profesional, yang
sistematis dan berdaya guna.

Dengan demikian guru akan melihat, menganalisis, mengamati, serta memprediksi


berbagai program pembelajaran tentang berbagai kerangka kerja yang terencana dan
logis .

1.2. Rumusan Masalah


Masalah – masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini diantaranya :
a. Apa pengertian silabus
b. Apa tujuan dibuatnya silabus
c. Apa manfaat silabus
d. Apa pedoman dalam pembuatan silabus

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari hadirnya
makalah ini yaitu:
1. Mengetahui apa pengertian silabus
2. Mengetahui apa saja tujuan dan manfaat dibuatnya silabus
3. Mengetahui pedoman-pedoman dalam pembuatan silabus

1.4. Manfaat Penulisan


Hasil dari penulisan makalah ini dapat bermanfat bagi penulis maupun juga pembaca
untuk menambah wawasan tentang silabus dan tentu pada akhirnya dapat membuatnya dan
menerapkannya di dunia pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Istilah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan
sebutan droit de i’home (Perancis), yang berarti hak manusia, human right (Inggris) atau
mensen rechten (Belanda) yang dalam bahasa Indonesia disalin menjadi hak-hak
kemanusiaan atau hak-hak asasi manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang
dimiliki manusia sesuai dengan kodratnya, melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Seperti yang tertuang dalam pembukaan
piagam hak asasi manusia vide Tap MPR No.XVII/MPR/1998 Hak Asasi Manusia adalah
hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrat, universal, dan abadi sebagai
anugerah yang diberikan oleh tuhan yang maha esa.Seperti hak hidup, hak berkeluarga, hak
untuk mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan merupakan hak yang tidak boleh deiabaikan atau dirampas
oleh siapapun. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia (pasal 1 ayat 1 UU No.39 Tahun 1999).

1.2. Sejarah Deklarasi HAM Tahun 1948


Dikutip dari jurnal PPKn berjudul "Regulasi Perlindungan Hak Asasi Manusia
Tingkat Internasional" (2013) karya Triyanto, wacana tentang HAM baru muncul setelah
abad pertengahan. Wacana tersebut diusulkan oleh John Locke, Francis Hutcheson, dan Jean-
Jacques Burlamaqui. Berakhirnya Perang Dunia II dan peristiwa Holocaust (pembantaian
sistematis yang dilakukan NAZI Jerman pada jutaan orang Yahudi) telah mendasari lahirnya
Deklarasi Universal HAM. Deklarasi tersebut disahkan oleh Majelis Umum PBB, di Paris,
Perancis pada 10 Desember 1948. Dengan adanya deklarasi tersebut, masyarakat dunia
hendak melenyapkan segala wujud kekejaman yang lahir atas menjamurnya konflik-konflik
antarnegara kala itu. Deklarasi Universal HAM juga melengkapi Piagam PBB yang
sebelumnya telah dibuat. Atas peristiwa bersejarah itu, kini tanggal 10 Desember telah
ditetapkan sebagai hari HAM sedunia, yang dirayakan setiap negara termasuk Indonesia.

2
Karena itu puncak sejarah penegakan HAM dunia adalah Deklarasi Universal HAM atau
Universal Declaration of Human Rights.

1.2. Sejarah Perkembangan HAM di Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Perkembangan HAM di Indonesia dimulai dari tahun 1908 sampai 1945. Pada periode
ini lahirnya HAM tidak luput dari pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penjajahan
kolonial Belanda dan Jepang. Masa sebelum kemerdekaan merupakan periode sebelum
Indonesia merdeka tepatnya pada tahun antara 1908 hingga 1945. Pada masa periode tersebut
(1908 – 1945) merupakan masa lahirnya organisasi pergerakan nasional dimana pada masa
itu, Indonesia masih dalam penjajahan.

Pada masa penjajahan, banyak terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
penjajah. Oleh karenanya, banyak tokoh-tokoh nasional yang mendirikan organisasi
pergerakan nasional dengan tujuan bebas dari penjajahan dan menuju Indonesia merdeka.

Adapun organisasi pergerakan nasional yang didirikan pada masa sebelum


kemerdekaan tahun 1908 – 1945 adalah sebagai berikut.

1. Budi Oetomo

Organisasi Budi Oetomo merupakan organisasi nasional yang didirikan oleh Dr.
Soetomo dan mahasiswa STOVIA, seperti Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji.
Pada dasarnya, organisasi ini digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo yang kemudian
dipelopori oleh mahasiswa STOVIA hingga akhirnya didirikan pada tanggal 20 Mei
1908.

Adapun tujuan didirikannya Budi Oetomo dalam konteks HAM adalah


mengembangkan kesadaran pemuda-pemudi Indonesia untuk bersatu berserikat dan
mengeluarkan pendapat dalam usaha memajukan bangsa Indonesia yang ditandai
dengan munculnya beberapa petisi yang ditujukan untuk pemerintah kolonial.

Selain itu, usaha perjuangan organisasi ini ditunjukkan dengan terbitnya berbagai
tulisan dalam Surat Kabar Goeroe Desa yang merupakan buah pemikiran atas HAM di
bidang kebebasan berpendapat dan berserikat.

2. Sarekat Islam

Sarekat Islam merupakan organisasi yang didirikan sebagai bentuk perkumpulan


bagi para pedagang Islam yang dinamakan dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI).

3
SDI didirikan pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi di Kota Solo. Jadi, Sarekat
Dagang Islam merupakan nama awal dari Sarekat Islam.

Tujuan awal SDI adalah sebagai koperasi untuk memajukan para pedagang Islam
di Indonesia. Namun, saat itu keanggotaan SDI terbatas hanya untuk para pedagang
Islam saja. Oleh karenanya, pada tanggal 18 September 1912, nama SDI diganti
menjadi Sarekat Islam (SI).

Pendirian Sarekat Islam yang dipelopori oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus


Salim, dan Abdul Muis bertujuan untuk memperjuangkan HAM dalam hal
penghidupan yang layak secara ekonomi, diskriminasi rasial dan bebas dari
penindasan.

3. Indische Partij

Indische Partij atau dalam bahasa Indonesia diartikan disebut sebagai Partai
Hindia. Organisasi ini termasuk dalam organisasi yang bergerak di bidang politik
dengan tujuan Indonesia merdeka atau menyuarakan kemerdekaan untuk bangsa
Indonesia.

Indische Partij ini didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 oleh tokoh nasional
yaitu tiga serangkai. Tiga serangkai yang dimaksud adalah dr. Cipto Mangunkusumo,
E.F.E Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Suwardi Suryaningrat).

Kaitan organisasi ini dengan perjuangan HAM sangat terlihat sekali yaitu sesuai
dengan tujuan Indische Partij sebagai berikut.

 Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah Belanda.


 Persamaan hak atau mendapat perlakuan yang sama serta terbebas dari
diskriminasi dan rasisme. Hal tersebut karena saat itu terjadi diskriminasi
dan rasisme pada keturunan Belanda asli dengan orang yang lahir dari
perkawinan orang Belanda dengan orang Indonesia.

4. Perhimpunan Indonesia

Pada awalnya, nama awal dari organisasi Perhimpunan Indonesia adalah Indische
Vereniging (IV). Organisasi ini didirikan oleh mahasiswa Indonesia, seperti R.M. Noto
Suroto dan Sutan Kasayangan yang didirikan di Belanda tepatnya pada tahun 1908.

4
Sejak awal berdirinya organisasi ini berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan
budaya saja. Namun, perkembangan selanjutnya organisasi ini berubah fungsi menjadi
pergerakan di bidang politik yaitu mewujudkan pemerintahan Indonesia.

Perubahan tersebut membuat organisasi ini berubah nama, yang awalnya Indische
Vereniging (IV) berubah nama menjadi Indonesische Vereniging (IV). Kemudian pada
tahun 1924, organisasi ini kembali berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Dengan perubahan nama tersebut, tujuan didirikannya Perhimpunan Indonesia (PI)


pun berubah nama, yaitu sebagai berikut.

 Memperjuangkan hak bangsa Indonesia untuk berusaha menentukan nasibnya


sendiri.
 Mewujudkan kesatuan bangsa Indonesia untuk melawan Belanda.
 Dalam usaha menentukan nasibnya sendiri, seluruh rakyat Indonesia harus
mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri tanpa bantuan dari orang
lain.Bottom of Form

1.3. Sejarah Perkembangan Ham di Indonesia Pasca Kemerdekaan

Perkembangan HAM pada periode setelah kemerdekaan, dibagi menjadi


beberapa bagian, yaitu: Periode Awal Pasca Kemerdekaan Perode awal pasca
kemerdekaan dimulai dari tahun 1945 sampai tahun 1950, dimana periode ini masih
menekankan wacanana hak merdeka atau hak kebebasan berserikat dan
menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Periode Masa Perlementer Periode
masa perlementer dimulai dari tahun 1950 sampai tahun 1959. Dalam periode masa
perlementer menjadi masa yang kondusif sesuai dengan prinsip demokrasi liberal.
Dimana prinsip demokrasi liberal merupakan kebebasan mendapat tempat dalam
kehidupan politik nasional. Pada masa ini, terdapat lima indikator yang menunjukan
HAM, yaitu: Partai-partai politik dengan beragam ideologi mulai bermunculan.
Adanya kebebasan pers. Pemilihan umum dilaksanakan secara aman, bebas dan
demokratis. Terjadinya kontrol parlemen atas eksekutif. Perdebatan HAM dilakukan
secara bebas dan demokratis. Periode Demokrasi Terpimpin Periode demokrasi
terpimpin dimulai dari tahun 1959 sampai tahun 1966. Periode ini merupakan salah
satu bentuk penolakan presiden Soekarno terhadap sistem demokrasi parlementer

5
yang dianggap sebagai produk barat. Hal tersebut karena produk barat dianggap tidak
sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang memiliki cara sendiri dalam kehidupan
masyarakat. Sedangkan saat itu sistem demokrasi terpimpin kekuasaan terpusat di
tangan presiden dan kekuasaan presiden bersifat absolut. Menjadikan presiden
Soekarno menjadi presiden Republik Indonesia seumur hidup. Periode Orde Baru
Periode orde baru dimulai dari tahun 1966 sampai tahun 1998. Periode ini masih sama
seperti orde lama atau orde demokrasi terpimpin, dimana memandang HAM sebagai
produk Barat yang bertentangan dengan perumusan pancasila dan perumusan UUD
1945. Selain itu negara-negara Barat juga sering menggunakan isu HAM untuk
memojokkan negara berkembang seperti Indonesia. Dalam pelanggaran HAM orde
baru dapat terlihat kebijakan politik yang berisifat sentralistik dan anti gerakan politik
yang bertentangan dengan pemerintah. Periode Pasca Orde Baru Periode pasca orde
baru dimulai setelah tahun 1998 dan menjadi penanda berakhirnya kekuasaan orde
baru dan rezim militer di sistem pemerintahan Indonesia. Periode pasca orde baru juga
menjadi penanda datangnya era baru demokrasi dan HAM. Dimana saat periode ini,
perhatian pemerintah terhadap pelaksanaan HAM sedang berkembang sangat
signifikan. Hal ini ditandai dengan tap MPR No. XVII/MPR/1998 mengenai HAM,
pengesahan UU tentang HAM, penambahan pasal khusus mengenai HAM dalam UU,
pengesahan UU tentang pengadilan Ham dan pembentukan kantor menteri negara
urusan HAM. Kantor menteri negara urusan HAM lalu bergabung dengan departemen
hukum dan perundang-undangan menjadi departemen kehakiman dan HAM.

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu
yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dapat juga diartikan
sebagai penjabaran kompetensi inti dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Silabus menjadi seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

1.2. Saran

Penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada pembaca


apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun kekeliruan dalam penyusunan makalah
ini. Makalah ini masih sangat jauh dari kata semppurna, baik itu dari segi penyajian bahan
maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikan
dari pembaca agar karya tulis ini bisa menjadi berguna

7
DAFTAR PUSTAKA
Among Guru, “Pengertian Silabus, Fungsi, Komponen, dan Prinsip Pengembangannya”,
2022,https://www.amongguru.com/pengertian-silabus-fungsi-komponen-dan-prinsip-
pengembangannya/

Gramedia Blog, “Silabus : Pengertian, Tujuan, Manfaat, Pedoman & Komponennya”, 2021,
https://www.gramedia.com/literasi/silabus/

KataData.co.id, “Silabus Adalah Rencana Pembelajaran”, 2022,


https://katadata.co.id/safrezi/berita/61fca0b28c533/silabus-adalah-rencana-pembelajaran-
berikut-panduannya

Anda mungkin juga menyukai