Anda di halaman 1dari 25

HAK ASASI MANUSIA

DALAM DINAMIKA PEMBANGUNAN NASIONAL

Oleh:

Cintia Kasih Lugito (2210190550)

Mareta Shabirina Dondy (2210190572)


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini yaitu “Hak Asasi Manusia dalam Dinamika
Pembangunan Nasional”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai Pancasila di Perguruan Tinggi.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada


Bapak Eddy selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Kami menyadari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 10 April 2023

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................ 2


Daftar Isi ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 3
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN ..................................................... 4
2.1. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
2.2. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 4
BAB III LANDASAN TEORI ..................................................................................... 4
3.1. Pengertian Hak Asasi Manusia ........................................................................ 4
3.2. Karakteristik Hak Asasi Manusia .................................................................... 6
3.3. Pengertian Pembangunan Nasional ................................................................. 7
3.4. Tujuan Pembangunan Nasional ...................................................................... 8
3.5. Keterkaitan Hak Asasi Manusia dengan Pembangunan Nasinonal...............11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................13
4.1. Latar Belakang Hak Asasi Manusia ...............................................................13
4.2. Dasar HAM dalam Dinamika Pembangunan Nasional ..................................16
BAB V PENUTUP ......................................................................................................20
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................20
5.2 Saran .................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Indonesia sebagai anggota dari Perserikatan Bangsa mengemban


tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan
melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang
ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya
mengenai Hak Asasi Manusia yang telah diterima oleh negara Republik
Indonesia.

Pemerintah sebagai pihak yang memiliki legitimasi untuk


mengeluarkan produk hukum terus berupaya untuk melaksanakan P5 HAM.
Salah satu bentuk nyata upaya pemerintah adalah dengan melanjutkan
peraturan terkait Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM). Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2015 tentang RANHAM Tahun
20152019 telah diperbaharui dengan menerbitkan Perpres Nomor 53 Tahun
2021 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2021 – 2025
sebagai lanjutan dari RANHAM sebelumnya (pemerintah telah menerbitkan
4 (empat) RANHAM, yaitu generasi ke-1 diluncurkan tahun 1998, generasi
ke-2 tahun 2005, generasi ke-3 tahun 2011, dan generasi ke-4 pada tahun
2015).

RANHAM merupakan dokumen yang memuat sasaran strategis yang


digunakan sebagai acuan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah
provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka melaksanakan P5 HAM di

1
Indonesia. RANHAM dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelaksana
pemerintahan dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi Aksi
HAM. RANHAM juga merupakan simbol komitmen pemerintah dalam
mengintegrasikan program dan kebijakan pemerintah di bidang hak asasi
manusia ke dalam agenda pembangunan nasional, mulai dari tingkat pusat
hingga daerah.

Sebagai suatu mekanisme nasional, RANHAM menjadi program yang


sangat strategis untuk menjadi acuan semua pihak untuk pengejawantahan
nilai HAM pada level yang paling praktis dalam kehidupan bermasyarakat
dan lingkungan pekerjaan. Selain itu, eksistensi RANHAM merupakan
bentuk kepatuhan Indonesia terhadap instrumen dan rekomendasi
internasional HAM yang telah disepakati dan diratifikasi, baik di bawah
mekanisme Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun
Badan Traktat PBB (United Nations Treaty Bodies).

Disamping itu, pemerintah Indonesia paparkan sejumlah keberhasilan


dan tantangan dalam pembangunan nasional di bidang HAM selama 5 tahun
terakhir di hadapan negara-negara anggota PBB, di Markas PBB di Jenewa,
Swiss. Hal ini disampaikan dalam Persidangan Universal Periodic Review
(UPR) Indonesia, yang merupakan siklus ke-4, setelah sebelumnya
dilakukan pada 2017. UPR merupakan forum yang mengedepankan dialog
dan kerja sama yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas negara-negara
anggota PBB dalam melaksanakan komitmen kemajuan dan perlindungan
HAM, sesuai dengan Resolusi Majelis Umum PBB 60/251 tahun 2006.

“Banyak kemajuan yang telah dicapai, namun juga Pemerintah


Indonesia tidak mengabaikan adanya sejumlah tantangan, khususnya ketika
kita semua menghadapi ujian yang berat dengan adanya Pandemi Covid19”,
demikian ditegaskan Menteri Yasonna di Jenewa.

Menteri Yasonna juga mengingatkan bahwa Indonesia menghadapi


situasi yang unik dan tidak mudah untuk memenuhi komitmen
pembangunan HAM. Demokrasi yang terus diuji, datangnya Pandemi,

2
disahkannya berbagai undang-undang dan peraturan, dinamika penegakan
hukum, peran masyarakat sipil yang kian dinamis, kondisi geopolitik global
dan regional adalah sebagian fenomena yang mewarnai pembangunan
nasional di bidang HAM selama 5 tahun terakhir.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka terdapat rumusan masalah dalam


makalah ini sebagai berikut.

1. Bagaimana latar belakang Hak Asasi Manusia?


2. Bagaimana dasar Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Dinamika
Pembangunan Nasional?

1.3. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang Hak Asasi


dalam Dinamika Pembangunan Nasional Penelitian ini dilakukan tidak
terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
sebagai bahan perbandingan dan kajian.

3
BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

2.1. Tujuan Penulisan

Adanya penulisan makalah ini bertujuan untuk sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang Hak Asasi Manusia


2. Untuk mengetahui dasar Hak Asasi Manusia dalam Dinamika
Pembangunan Nasional

2.2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi pembaca :
Lebih luasnya wawasan dan pengetahuan yang diperoleh terkait
hak asasi manusia dalam dinamika pembangunan nasional.
Serta dapat melanjutkan makalah ini dengan sumber yang lebih
luas lagi.
2. Bagi Penulis:
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana
hak asasi manusia dalam dinamika pembangunan nasional

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Secara normatif, substansi hak asasi manusia telah dirumuskan dalam


berbagai peraturan perundang-undangan Indonesia, baik implisit maupun
eksplisit. Peraturan perundang-undangan yang secara tegas (eksplisit)
mengatur hak asasi manusia adalah Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 –
34, UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000
tentang Peradilan HAM. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM merumuskan
hak asasi manusia sebagai berikut.

4
“Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau


kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Pengaduan hanya akan mendapatkan pelayanan apabila disertai dengan


identitas pengadu yang benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas
tentang materi yang diadukan. Dalam hal pengaduan dilakukan oleh pihak
lain, maka pengaduan harus disertai dengan persetujuan dari pihak yang hak
asasinya dilanggar sebagai korban, kecuali untuk pelanggaran hak asasi
manusia tertentu berdasarkan pertimbangan Komisi Nasional (Komnas)
HAM. Pengaduan pelanggaran hak asasi manusia yang dimaksud tersebut
meliputi pula pengaduan melalui perwakilan mengenai pelanggaran hak
asasi manusia yang dialami oleh kelompok masyarakat. Pemeriksaan atas
pengaduan kepada Komnas HAM dihentikan apabila tidak memiliki bukti
awal yang memadai; materi pengaduan bukan masalah pelanggaran hak
asasi manusia; pengaduan diajukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak
ada kesungguhan dari pengadu; terdapat upaya hukum yang lebih efektif
bagi penyelesaian materi pengaduan; atau sedang berlangsung penyelesaian
melalui upaya hukum yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Nurkhoiron & Abbas, 2013).

5
3.2. Karakteristik Hak Asasi Manusia

Menurut Asfinawati (2019) terdapat karakteristik hak asasi manusia


dalam pembangunan nasional yaitu sebagai berikut:
1. Hak Bersifat Hakiki

Ciri pertama dari HAM adalah bersifat hakiki yang berarti Hak
Asasi Manusia adalah hak yang diberikan kepada semua manusia
sejak lahir. Oleh sebab itu, setiap manusia harus menjunjung tinggi
hak-hak dasar yang sudah dimiliki oleh manusia lainnya. Apabila
sesama manusia bisa saling menghormati dan menjunjung tinggi
satu sama lain, maka kemungkinan besar keharmonisan antar
manusia dapat terjalin dengan baik.

2. Hak Bersifat Universal

Ciri kedua dari HAM adalah bersifat universal yang berarti Hak
Asasi Manusia berlaku untuk setiap manusia yang ada di seluruh
dunia tanpa melihat latar belakang dari manusia itu sendiri. Dalam
hal ini, latar belakang yang dimaksud adalah jenis kelamin, agama,
status sosial, ras, suku bangsa, dan sebagainya. Dengan kata lain,
adanya HAM bisa mengurangi terjadinya konflik yang terjadi karena
adanya perbedaan.

3. Hak Bersifat tidak dapat dicabut

Ciri ketiga dari HAM adalah bersifat tidak bisa dicabut. Ciri Hak
Asasi Manusia yang satu ini dapat diartikan bahwa hak-hak dasar
yang sudah ada di dalam diri manusia sejak lahir tidak bisa
diserahkan kepada orang lain atau tidak bisa dirampas oleh orang
lain. Apabila hak-hak dasar manusia dirampas oleh orang lain, maka
sesama manusia sangat mudah terjadi konflik yang bisa
membahayakan individu itu sendiri dan lingkungannya.

4. Hak Bersifat tidak dapat dibagi

6
Ciri keempat dari HAM adalah bersifat tidak bisa dibagi yang
berarti setiap manusia berhak untuk memperoleh semua hak yang
sama, seperti hak sipil dan hak politik, hak ekonomi, serta hak sosial
dan budaya. Jika, HAM dibagi-bagi, maka akan ada manusia yang
merasa dirinya diperlakukan tidak adil karena tidak mendapatkan
hak yang sama dengan individu-individu lainnya.

3.3. Pengertian Pembangunan Nasional

Pembangunan pada hakekatnya adalah sebuah proses perubahan


menuju perbaikan kualitas kehidupan masyarakat secara kultural dan
struktural. Pembangunan bukan semata-mata melaksanakan proyek-proyek,
melainkan dinamika dan gerak majunya suatu sistem sosial keseluruhan. Hal
ini berarti bahwa usaha pembangunan tidaklah dipandang dari segi
peningkatan kesejahteraan material semata, melainkan pembangunan
manusia seutuhnya sebagai tujuan utama pembangunan.

Proses pembangunan ternyata tidaklah dengan serta-merta memberi


kontribusi dalam memajukan pelaksanaan hak asasi manusia, hanya dengan
merujuk pada berbagai bidang yang menjadi perhatian hak asasi, seperti
kesehatan, pendidikan, keadilan, atau pemerintahan. Berbagai aktivitas yang
mengatasnamakan “pembangunan” seringkali salah arah dan bahkan kontra-
produktif untuk kerangka pelaksanaan hak asasi manusia.

Untuk mendapat pencapaian yang lebih baik, maka setiap strategi


pembangunan harus dengan tegas didasarkan pada adanya hubungan yang
erat antara strategi dan proses pembangunan dengan usaha-usaha untuk
memajukan penghargaan terhadap hak asasi manusia. Pembangunan
semestinya memberi pengaruh yang kuat terhadap penghormatan dan
pemajuan hak asasi manusia. Setiap pelaku pembangunan mesti
memperoleh pelatihan hak asasi manusia; dan negara, sebagai pemangku
kewajiban atas hak asasi manusia, semestinya memperhitungkan setiap
tahapan pembangunan (misalnya, melakukan penilaian kebutuhan,
pengidentifikasian, pengimplementasian, pemantauan, dan evaluasi

7
proyek). Pembangunan haruslah berpusat pada rakyat dan membuka
kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk turut berpartisipasi dan
berkontribusi. Pembangunan pun harus ramah lingkungan.

Tujuan ini tidak akan terwujud semata-mata hanya dengan bersandar


pada pertumbuhan ekonomi; namun harus diiringi pula dengan perimbangan
yang adil dalam distribusi, memicu untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta bisa memberikan pilihan dan kesempatan seluas-luasnya
kepada rakyat. Prioritas utama untuk hal ini adalah dengan cara memerangi
kemiskinan, mengintegrasikan kaum perempuan di dalam pembangunan,
menguatkan masyarakat dan pemerintah untuk menentukan nasib
(selfreliance) dan kehendaknya sendiri (self-determination), dan melindungi
hak-hak masyarakat adat (indigenous people) (Hamzah, 2022).

3.4. Tujuan Pembangunan Nasional

Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat


adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945 dalam wadah negara Kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan
damai. Tujuan pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan
tujuan nasional seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV,
yaitu, Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mecerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-
cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan UUD1945

Pembangunan Nasional sebagai pengamalan Pancasila yang


mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa diselenggarakan bersama oleh
masyarakat dan Pemerintah.Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan
dan Pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi,

8
serta menumbuhkan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan
kegiatan Pemerintah saling menunjang, saling mengisi, dan saling
melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan
Pembangunan Nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilaksanakan
pembangunan di segala bidang dengan titik berat diletakkan pada bidang
ekonomi seiring dengan kualitas sumber daya manusia tetap bertumpu pada
aspek pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas

1. Membangun Sistem Politik yang Demokratis

Sistem politik yang pernah berkembang di Indonesia sangat


beragam. Sistem politik yang pernah berkembang ini memiliki tujuan untuk
membangun sistem politik yang demokratis di dalam kehidupan berbangsa
dan bertanah air Indonesia. Berjalannya sistem politik di Indonesia ini tidak
hanya terjadi untuk tatanan pemerintahan saja, namun untuk kehidupan
sehari-hari masyarakat. Berbagai peristiwa jatuh bangun pada berlakunya
sistem politik di berbagai kalangan membuat Indonesia memiliki banyak
pengalaman sehingga dapat melakukan perbaikan pada sistem politik yang
digunakan.

Pembangunan pada sistem politik di Indonesia menitik beratkan


pada nilai-nilai Pancasila khususnya dalam kehidupan berdemokrasi. Oleh
karena itu, pembangunan sistem politik yang demokratis di Indonesia
didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi Pancasila agar dalam
perkembangannya, sistem politik di Indonesia tidak melenceng dari ideologi
negara yaitu Pancasila.

Selain itu pembangunan terhadap sistem politik di Indonesia juga


didasarkan pada asas-asas demokrasi Pancasila agar dalam pelaksanaan
pembangunan sistem politik tidak melupakan nilai-nilai Pancasila.

9
Dengan adanya pembangunan sistem politik yang demokratis,
Indonesia dapat melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan sistem politik secara lebih dewasa dan menekankan pada demokrasi
yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Mewujudkan Sistem Pemerintahan yang Baik

Mewujudkan sistem pemeritahan yang baik merupakan salah satu


tujuan umum dalam pembangunan nasional. Dalam mewujdukan sistem
pemerintahan yang baik, diperlukan tubuh-tubuh yang kuat akan jiwa
pemerintahan dapat menjadi sehat untuk menjalankan tugas dan fungsinya
demi memajukan bangsa. Perwujudan sistem pemerintahan yang baik harus
dilakukan terlebih dahulu melalui sistem pemerintahan terkecil yang berlaku
di masyarakat.Perlu adanya penguatan terhadap struktur pemerintahan
kabupaten, kota, dan provins terhadap tugas dan fungsi yang dijalankannya
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Demi mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan


sistem pemerintahan yang baik, pemerintah menetapkan suatu kebijakan
yaitu diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia sebagai salah satu alat
pemerintah pusat untuk memaksimalkan peran pemerintah dalam
pembangunan.

Namun Maraknya kegiatan dan perencanaan pembangunan belum


sepenuhnya mampu mensejahterakan bangsa dan Negara. Pembangunan di
berbagai sektor juga belum dapat menampung dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dapat kita lihat bahwa hingga kini masalah kemiskinan belum
bisa di tanggulangi dengan baik. Bahkan semakin maraknya pembangunan
semakin menambah deret kemiskinan di negeri ini. Ketidak sesuaian antara
tujuan pembangunan dengan realita yang terjadi di lapangan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Perencanaan dan program pembanguan
belum dapat menanggulangi kemiskinan di Negara Indonesia. Selain itu
munculnya berbagai faktor yang mempengaruhi kegagalan penanggulangan
kemiskinan. Karena itu dibutuhkan strategi pembangunan yang tepat guna

10
menanggulangi kemiskinan di Negara Indonesia (Nurkhoiron & Abbas,
2013).

3.5. Keterkaitan Hak Asasi Manusia dengan Pembangunan Nasinonal

Keterkaitan HAM dengan pembangunan merupakan kebutuhan


domestik dan sekaligus desakan kebutuhan objektif internasional.
Pembangunan semestinya bisa selaras dengan penegakan HAM, baik di
tingkat perencanaan maupun pelaksanaan, karena pembangunan itu sendiri
merupakan bagian dari manifestasi HAM.

Dalam hal perencanaan pembangunan, bangsa Indonesia telah


memiliki pengalaman panjang dan beberapa kali perubahan. Rencana
pembangunan yang tertua dalam sejarah perencanaan pembangunan
Indonesia adalah rumusan perencanaan pembangunan “Dasar Pokok
Daripada Plan Mengatur Ekonomi” pada tanggal 12 April 1947 yang
dipimpin oleh Mohammad Hatta.

Beberapa bulan berikutnya pada Juli 1947, I.J. Kasimo menyusun


rencana pembangunan yang disebut dengan “Plan Produksi Tiga Tahun RI”.
Selanjutnya pada tahun 1961-1969 mulai disusun Rencana Pembangunan
Nasional Semesta Berencana yang diketuai oleh Mr. Muhammad Yamin.
Rencana pembangunan tersebut kemudian dilanjutkan oleh pemerintahan

Orde Baru yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu rencana rencana
pembangunan jangka panjang 25 tahun, jangka menengah lima tahun dan
jangka pendek 1 tahun.

Berbagai pengalaman perencanaan pembangunan di Indonesia di


masa lampau, serta perkembangan di tingkat domestik dan global dewasa
ini meniscayakan suatu perubahan dalam perencanaan pembangunan.
Perkembangan di tingkat domestik (nasional) terkait dengan
dicanangkannya otonomi daerah yang memberi peluang yang lebih besar
kepada daerah-dearah dalam menentukan arah pembangunan di daerahnya,
sementara perkembangan di tingkat global adalah berbagai perubahan pada
aspek-aspek kehidupan yang bersifat mondial, spektakuler, dan seringkali

11
tidak memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk meresponnya
(Solikatun, Supono, 2014).

Perubahan yang sangat cepat dan didukung oleh meningkatnya


globalisasi mengakibatkan beberapa perubahan, yaitu: pertama,
perekonomian akan semakin terbuka; kedua, pergeseran pengendalian dan
penguasaan modal dari pemerintah kepada swasta semakin meningkat; dan
ketiga, peranan pemerintah daerah semakin besar dengan semakin kuatnya
desentralisasi. Perubahan-perubahan tersebut menurut Tirta Hidayat (1996)
10 mempengaruhi peran dan fungsi perencanaan pembangunan. Indonesia
ke depan memerlukan perencanaan pembangunan yang semakin bersifat
kualitatif; perencanaan akan semakin mengarah ke perencanaan parsial
untuk bidang dan sektor tertentu yang menjadi prioritas; dan partisipasi,
serta suara rakyat akan semakin menentukan dalam perencanaan seiring
dengan peningkatan otonomi daerah dan perkembangan demokrasi.
Makalah ini secara khusus akan membahas perencanan pembangunan yang
berwawasan HAM (Hasyim, 2008).

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Latar Belakang Hak Asasi Manusia

Secara normatif, substansi hak asasi manusia telah dirumuskan dalam


berbagai peraturan perundang-undangan Indonesia, baik implisit maupun
eksplisit. Peraturan perundang-undangan yang secara tegas (eksplisit)
mengatur hak asasi manusia adalah Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 –
34, UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000
tentang Peradilan HAM. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM merumuskan
hak asasi manusia sebagai berikut.

“Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Kenyataannya, hingga kini peristiwa pelanggaran terhadap HAM masih


terus terjadi, bahkan mengalami peningkatan dalam polanya. Penggusuran
pedagang kaki lima di hampir semua daerah di Indonesia dengan
menggunakan kekerasan, kekerasan terhadap kepercayaan/keyakinan
kelompok keagamaan, teror dan kekerasan di Poso, adalah sebagian dari
persoalan yang menuntut analisis mendalam tentang penegakkan HAM.

Pengaduan ke Komnas HAM berjumlah 1085 kasus terdiri dari kasus


baru dan lama yang diadukan kembali. Kasus tertinggi adalah hak atas
keadilan (459 kasus atau 42,30%). Juliantara (1999) mencatat beberapa
masalah yang dihadapi dalam penegakan HAM, yaitu: tuduhan bahwa hak
asasi akan mengarah pada kebebasan tanpa batas, suatu kondisi dimana
norma-norma diabaikan sehingga muncul anarki sosial; hak asasi akan
menghambat proses pembangunan sehingga akan menghalangi pencapaian
kemakmuran rakyat.

13
Dalam hukum nasional Indonesia, HAM dilindungi oleh konstitusi
(UUD 1945). Hak-hak yang diatur oleh konstitusi, di antaranya adalah
sebagai berikut.

• Hak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan


kehidupannya.
• Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
• Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
• Hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan tehnologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
• Hak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
• Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
• Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.
• Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
• Hak atas status kewarganegaraan. Bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarga negaraan, memilih tempat
tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.
• Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
• Hak atas kebebasan berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
• Hak atas berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

14
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
• Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang dibawa kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
• Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.
• Hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
• Hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
• Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
• Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
• Hak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu

Jaminan pemenuhan hak-hak asasi manusia diatur secara lebih rinci di


dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. UU itu memuat
sejumlah hakhak asasi manusia, di antaranya:

a. Hak untuk hidup, dan mempertahankan hidup dan meningkatkan


taraf kehidupannya.
b. Hak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang secara layak.

15
c. Hak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara
pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya
d. Hak untuk secara bebas bergerak, berpindah, dan bertempat tinggal
dalam wilayah negara Republik Indonesia.
e. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan hak miliknya.
f. Hak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
g. Hak atas milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang
lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan masyarakat,
dengan cara yang tidak melanggar hukum.
h. Hak untuk bebas memilih pekerjaan yang disukainya.
i. Hak untuk bertempat tinggal serta kehidupan yang layak.

Disebutkan di dalam Undang-Undang tersebut bahwa negara mengakui


dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia
sebagai yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari diri
manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi
peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, dan kecerdasan serta
keadilan (Nurkhoiron & Abbas, 2013).

4.2. Dasar HAM dalam Dinamika Pembangunan Nasional

Pelanggaran terhadap hak asasi masih terus terjadi di berbagai belahan


dunia karena adanya pihak-pihak yang bekerja sama dengan para pelaku,
baik langsung maupun tidak langsung. Struktur yang ada, baik lokal,
nasional maupun internasional belum benar-benar menjadikan prinsip hak
asasi sebagai dasar yang ditaati secara konsisten.

Hak asasi manusia mengalami perdebatan yang panjang disebabkan


oleh adanya polarisasi pemikiran di antara para penganjur hak asasi
manusia, yaitu antara yang berpaham liberalis dan sosialis. Paham liberalis

16
(konsep Barat) lebih menekankan pada hak-hak individu, yaitu hak-hak sipil
dan politik (kepemilikan dan kemerdekaan), sedangkan paham sosialis lebih
mengedepankan hak-hak masyarakat atau kewajiban individu terhadap
masyarakat, seperti dianjurkan oleh Karl Marx dengan mendahulukan
kemajuan ekonomi daripada hak-hak sipil dan politik.

Bangsa Indonesia memiliki pandangan dan sikap mengenai hak asasi


manusia yang bersumber dari nilai agama, nilai moral universal, dan nilai
luhur budaya bangsa, serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bangsa
Indonesia mengakui bahwa setiap individu merupakan bagian dari
masyarakat dan sebaliknya, masyarakat terdiri dari individu-individu yang
masing-masing memiliki hak dasar. Setiap individu, disamping mempunyai
hak asasi juga kewajiban dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi
individu lain atau komunitas masyarakat lain.

Di antara berbagai persoalan terkait dengan HAM, persoalan


pembangunan menjadi masalah yang krusial. Di samping itu, di dalam teori
pembangunan sendiri banyak isu yang kontroversial. Clements (1997)
mencatat, bahwa secara umum hal tersebut mencerminkan ketidakpastian
politik dan ekonomi mengenai kegunaan dan atau penerimaan politis
terhadap teori-teori pembangunan dalam memecahkan masalah-masalah
mendasar, seperti pertambahan angka pengangguran produktif, kemiskinan
urban dan pedesaan, penurunan ketimpangan ekonomi dan sosial.

Dinamika atau tantangan yang dihadapi Hak Asasi Manusia dalam


pembangunan nasional adalah cara pandang sebagian kalangan yang
menganggap bahwa HAM merupakan konsep yang menghalangi proses
pembangunan. Pihak-pihak yang mengedepankan HAM dianggap
mengabaikan kepentingan umum dan kepentingan nasional yang lebih
besar. Pembangunan harus dikawal dengan stabilitas politik yang secara
konkret bermakna pembatasan hak-hak individu. Cara pandang yang
mempertentangkan tersebut berakibat pada terjadinya berbagai pelanggaran
HAM yang disebabkan oleh praktek-praktek represif, pembatasan

17
partisipasi rakyat, dan eksploitasi, baik sumber daya alam maupun sumber
daya manusia.

Pembangunan nasional merupakan bagian dari hak asasi manusia.


Upaya tersebut menuai hasilnya pada saat Sidang PBB pada tahun 1986
mengeluarkan Deklarasi HAM atas Pembangunan. Herry Priyono (1992)
mencatat bahwa Deklarasi tersebut antara lain berisi pengakuan HAM
sebagai alat sekaligus tujuan pembangunan, tuntutan atas perluasan
partisipasi rakyat sebagai manifestasi HAM atas pembangunan, dan
kewajiban badan-badan pembangunan nasional serta internasional untuk
menempatkan HAM sebagai fokus utama dalam pembangunan.

Keterkaitan HAM dengan pembangunan menjadi semakin berkembang


sejalan dengan meningkatnya gerakan demokratisasi pada era tahun 1990an.
Pemerintahan di berbagai belahan dunia menjadikan HAM sebagai salah
satu prioritas penanganan permasalahan pembangunan domestik dalam
upaya mengadaptasi gejala pluralisme di tingkat global. Keterkaitan HAM
dengan pembangunan merupakan kebutuhan domestik dan sekaligus
desakan kebutuhan objektif internasional. Pembangunan semestinya bisa
selaras dengan penegakan HAM, baik di tingkat perencanaan maupun
pelaksanaan, karena pembangunan itu sendiri merupakan bagian dari
manifestasi HAM.

Dalam hal perencanaan pembangunan, bangsa Indonesia telah memiliki


pengalaman panjang dan beberapa kali perubahan. Rencana pembangunan
yang tertua dalam sejarah perencanaan pembangunan Indonesia adalah
rumusan perencanaan pembangunan “Dasar Pokok Daripada Plan Mengatur
Ekonomi” pada tanggal 12 April 1947 yang dipimpin oleh Mohammad
Hatta. Beberapa bulan berikutnya pada Juli 1947, I.J. Kasimo menyusun
rencana pembangunan yang disebut dengan “Plan Produksi Tiga Tahun RI”.
Selanjutnya pada tahun 1961-1969 mulai disusun Rencana Pembangunan
Nasional Semesta Berencana yang diketuai oleh Mr. Muhammad Yamin.
Rencana pembangunan tersebut kemudian dilanjutkan oleh pemerintahan

18
Orde Baru yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu rencana-rencana
pembangunan jangka panjang 25 tahun, jangka menengah lima tahun dan
jangka pendek 1 tahun.

Perkembangan di tingkat domestik (nasional) terkait dengan


dicanangkannya otonomi daerah yang memberi peluang yang lebih besar
kepada daerah-dearah dalam menentukan arah pembangunan di daerahnya,
sementara perkembangan di tingkat global adalah berbagai perubahan pada
aspek-aspek kehidupan yang bersifat mondial, spektakuler, dan seringkali
tidak memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk meresponnya.

Perubahan yang sangat cepat dan didukung oleh meningkatnya


globalisasi mengakibatkan beberapa perubahan, yaitu: pertama,
perekonomian akan semakin terbuka; kedua, pergeseran pengendalian dan
penguasaan modal dari pemerintah kepada swasta semakin meningkat; dan
ketiga, peranan pemerintah daerah semakin besar dengan semakin kuatnya
desentralisasi. Perubahan-perubahan tersebut menurut Tirta Hidayat (1996)
mempengaruhi peran dan fungsi perencanaan pembangunan. Indonesia ke
depan memerlukan perencanaan pembangunan yang semakin bersifat
kualitatif; perencanaan akan semakin mengarah ke perencanaan parsial
untuk bidang dan sektor tertentu yang menjadi prioritas; dan partisipasi,
serta suara rakyat akan semakin menentukan dalam perencanaan seiring
dengan peningkatan otonomi daerah dan perkembangan demokrasi
(Nurkhoiron & Abbas, 2013).

19
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, pendekatan hak asasi memiliki potensi untuk


memajukan tujuan pembangunan dengan berbagai cara:

(a) dengan mendesak ditetapkannya strategi pembangunan yang didukung


oleh hak asasi;
(b) memperluas cakupan strategi pembangunan untuk memperbaiki setiap
kebijakan dan institusi yang memiliki unsur dan struktur yang tidak
sejalan dengan prinsip-prinsip dasar hak asasi;
(c) mendesak adanya perluasan hak sipil dan politik yang bisa memiliki
peran instrumental penting untuk memajukan dan memberdayakan
masyarakat dalam proses pembangunan;
(d) memastikan bahwa hak ekonomi, sosial dan budaya adalah hak asasi
manusia yang mengikat secara internasional, dan bukan hanya sekadar
aspirasi terencana;
(e) memperingatkan adanya kemunduran atau tidak terpenuhinya
kewajiban-kewajiban minimum yang utama karena tindakan tindakan
konsesional;
(f) menambahkan legitimasi atas tuntutan adanya partisipasi yang berarti
dari seluruh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan;
(g)menciptakan serta memperkuat institusi-institusi agar para pembuat
kebijakan bisa dimintai pertanggungjawabannya .

5.2 Saran

Negara sebagai pembuat kebijakan baik di pusat dan di daerah harus


memperhatikan nilai-nilai prinsip Hak Asasi Manusia disetiap
regulasi/peraturan terutama yang masih mengandung unsur agama tertentu.
Hal ini harus selaras dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945 dalam hal kebebasan beragama.

20
Pemerintah sesegera mungkin untuk menarik peraturan yang masih
mengandung unsur agama tertentu kemudian membuat peraturan yang
sinkron terhadap nilai-nilai hak asasi manusia dalam beragama dan
menindak dengan tegas pelaku-pelaku yang menggunakan kekerasan
beragama.

Pemerintah harus tegas melindungi dan menjamin kebebasan beragama


dan berkeyakinan warga negara sesuai perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asfinawati. (2019). Hak atas Pembangunan (Fact Sheet). Yayasan Lembaga


Bantuan Hukum Indonesia.

Hamzah, G. (2022). Jaminan Hak Konstitusional Warga Negara dan Hukum


Acara Mahkamah Konstitusi. In PUSAT PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI RI.

Hasyim, D. (2008). Perencanaan Pembangunan Berwawasan HAM Menuju


Pembangunan Berpusat Pada Rakyat. Jurnal Unisia, 31(68).

Nurkhoiron, & Abbas, H. (2013). Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia.


Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Solikatun, Supono, Y. M. (2014). Kemiskinan dalam Pembangunan. Jurnal Analisa


Sosiologi, 3(1), 70–90.

A.A. Baramuli, ”Hak Asasi Manusia Dalam Konteks Sosial Ekonomi dan
Kemanusiaan,” Makalah, disampaikan dalam Lokakarya Nasional II tentang
Hak Asasi Manusia di Jakarta, 24-26 Oktober 1994.

Bintoro Tjokroamidjojo. 1980. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT Gunung


Agung. Brownlie, Ian.1993. Dokumen-dokumen Pokok Mengenai Hak Asasi
Manusia. Terjemah Beriansyah. Jakarta: UI Press.

Clements, Kevin P. 1997. Teori Pembangunan dari Kiri ke Kanan, terjemah Endi
Haryono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dadang Juliantara. 1999. Jalan Kemanusiaan Panduan Untuk Memperkuat Hak


Asasi Manusia.Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.

Husnul, A. (2021). Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia Menurut UUD


1945. Diakses,pada 15 April 2023, dari
https://www.liputan6.com/hot/read/4525621/tujuan-pembangunan-nasional-
indonesia-menurut-uud-1945-kenali-sasarannya

Kemenkeu, (2020).PENJELASAN TENTANG UNDANG UNDANG


REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR 9 TAHUN 1955 USAHA
KECIL,Diakses tanggal 16 April 2023, dari

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1995/9TAHUN~1995UUPenj.htm#:~:t
ext=Pembangunan%20Nasional%20bertujuan%20untuk%20mewujudkan,
suasana%20perikehidupan%20bangsa%20yang%20aman%2C

22

Anda mungkin juga menyukai