DI SUSUN OLEH :
NAMA : YAFI FARHAN
NPM : 2203201010059
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis.
Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
Pendahuluan .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran .............................................. 4
1) Landasan Teoritis ................................................................................... 4
2) Landasan Konseptual ............................................................................. 9
D. Metode Penelitian........................................................................................... 9
BAB II .................................................................................................................. 12
Pembahasan ......................................................................................................... 12
1. Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan 12
2. Politik Hukum Nasional dalam mewujudkan tujuan negara .................. 19
BAB III ................................................................................................................. 22
Kesimpulan .......................................................................................................... 22
1. Kesimpulan ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum (rechsstaat),
tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Konsepsi negara hukum yang
diinginkan oleh founding fathers sejak awal perjuangan kemerdekaan ini terlihat
jelas dengan dimuatnya pokok-pokok pikiran dasar dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu “kemerdekaan, keadilan, kemanusiaan dan pernyataan bahwa pemerintah
negara berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum”. Hal ini memberikan arah
dan harapan bahwa hukum akan melindungi segenap rakyat, segenap individu dari
perlakuan tidak adil dan perbuatan sewenang-wenang.
1
Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1980, hlm. 140
1
Menurut Woodrow Wilson, Negara adalah orang-orang yang diatur menurut
hukum dalam suatu batas wilayah teritorial tertentu, Sedangkan
1
apabila kita tinjau dari sudut Hakekat Negara, negara adalah suatu wadah
daripada suatu bangsa yang diciptakan oleh negara untuk batas wilayah dalam
suatu mencapai cita-cita atau tujuan bangsanya atau dapat juga dikatakan bahwa
tujuan negara berhubungan dengan hakekat suatu negara, demikian pula pendapat
Aristoteles bahwa negara dibentuk dan dipertahankan karena negara bertujuan
menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warganya. 2
2
masalah yang sekarang kita hadapi, sambil memberikan landasan bagi
penyelesaian masalah-masalah yang akan muncul di masa depan. Landasan itu
salah satunya adalah peraturan perundang-undangan, yang merupakan bingkai
pelaksanaan pembangunan nasional. Dari konstruksi berpikir seperti itulah maka
ada beberapa hal berikut yang dapat dipergunakan sebagai landasan dalam
melaksanakan politik hukum perundang-undangan.
3
Soehino, Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan, Liberty, Yogyakarta, 2008, hlm. 1
4
Pasal 20 ayat (1) dan (2) Batang Tubuh UUD 1945
5
Ibid, Pasal 5 ayat (1)
3
hukum. Artinya, untuk apa hukum itu diciptakan, apa tujuan penciptaannya dan
kemana arah yang hendak dituju. Politik Hukum adalah kebijakan pemerintah
mengenai hukum mana yang akan dipertahankan, hukum mana yang akan diganti,
hukum mana yang akan direvisi dan hukum mana yang akan dihilangkan. Dengan
demikian melalui politik hukum negara membuat suatu rancangan dan rencana
pembangunan hukum nasional di Indonesia. Pencapaian pembangunan hukum
akan mendorong pencapaian tujuan hukum yang selanjutnya mengarah pada
terciptanya tujuan negara. Tujuan hukum untuk menciptakan suatu keadilan,
kemanfaatan, ketertiban dan kepastian hukum tidaklah dengan mudah dapat
dipenuhi apabila di dalam setiap hukum yang ada terkandung tujuan negara.
Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis akan membahas secara lebih
mendalam politik hukum dalam pembentukan produk hukum yang berlandaskan
tujuan negara.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dikemukakan dari
uraian diatas antara lain :
1. Bagaimana politik hukum dalam pembentukan produk hukum ?
2. Apakah produk hukum di masa ini sudah sesuai dengan tujuan
negara ?
1) Landasan Teoritis
a) Teori Perundang-Undangan
4
Teori Perundang – undangan merupakan suatu peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum di bentuk atau
terbentuk oleh lembaga atau pejabat Negara, yang memiliki wewenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang=undangan.
Hierarki peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Demi memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-
undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan
peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode
yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang
berwenang membentuk peraturan perundang-undangan, untuk
mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negara berkewajiban
melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara
terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang
menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
19456
b) Teori Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil
adalah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil
terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan
atas norma-norma objektif. Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep
yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu
adil bagi yang lainnya, ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan
suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum
dimana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan sangat bervariasi dari
satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan dan sepenuhnya
6
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
5
ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari
masyarakat tersebut.7
Di Indonesia keadilan digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar
negara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila
lima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan dalam hidup
bersama.Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat, bangsa, dan negara, serta hubungan manusia dengan
Tuhannya.8
Aristoteles dalam karyanya yang berjudul Etika Nichomachea
menjelaskan pemikiran pemikirannya tentang keadilan. Bagi Aristoteles,
keutamaan, yaitu ketaatan terhadap hukum (hukum polis pada waktu itu,
tertulis dan tidak tertulis) adalah keadilan. Dengan kata lain keadilan
adalah keutamaan dan ini bersifat umum. Theo Huijbers menjelaskan
mengenai keadilan menurut Aristoteles di samping keutamaan umum, juga
keadilan sebagai keutamaan moral khusus, yang berkaitan dengan sikap
manusia dalam bidang tertentu, yaitu menentukan hubungan baik antara
orang-orang, dan keseimbangan antara dua pihak. Ukuran keseimbangan
ini adalah kesamaan numerik dan proporsional. Hal ini karena Aristoteles
memahami keadilan dalam pengertian kesamaan. Dalam kesamaan
numerik, setiap manusia disamakan dalam satu unit. Misalnya semua
orang sama di hadapan hukum. Kemudian kesamaan proporsional adalah
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, sesuai
kemampuan dan prestasinya. 9
c) Teori Kepastian Hukum
7
M. Agus Santoso, Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Ctk. Kedua, Kencana,
Jakarta, 2014, hlm. 85.
8
Ibid, hlm. 86.
9
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke Postmodernisme), Ctk. Kelima,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2015, hlm. 241.
6
Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai
kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu:
1) Tersedia aturan -aturan yang jelas (jernih), konsisten dan mudah
diperoleh, diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.
2) Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan
hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya.
c) Warga secara prinsipil menyesuaikan prilaku mereka terhadap
aturanaturan tersebut.
3) Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpikir
menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu
mereka menyelesaikan sengketa hukum.
4) Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan10
d) Teori Tujuan Hukum
Berbagai pakar di bidang ilmu hukum mengemukakan pandangannya
tentang tujuan hukum sesuai dengan titik tolak serta sudut pandang
mereka masing-masing. Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum
dikenal tiga jenis aliran konvensional tentang tujuan hukum, yaitu
sebagai berikut :
a) Aliran Etis
yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah
mencapai keadilan. Aliran Etis Menganggap bahwa pada asasnya
tujuan hukum itu adalah semata-mata untuk mencapai keadilan.
Salah satu penganut aliran etis ini adalah Aristoteles yang membagi
keadilan dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Keadilan distributif, yakni keadilan yang memberikan kepada
setiap orang jatah menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak
menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama
banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan
berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
10
Soeroso, 2011. Pengantar Ilmu Hukum, Pt. Sinar Grafika, Jakarta
7
2) Keadilan komunikatif, yakni keadilan yang memberikan kepada
setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat jasa-jasa
perseorangan, artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan
dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa
memperhitungkan jasa perseorangan.
b) Aliran utilitis
yang menganggap bahwa asasnya tujuan hukum adalah semata-
mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga.
Aliran utilitis menganggap bahwa tujuan hukum pada asasnya
semata-mata untuk memberikan kemanfaatan yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat pada umumnya dengan dasar pada
falsafah sosial bahwa setiap masyarakat mencari kebahagiaan dan
hukum merupakan salah satu alatnya.
c) Aliran yuridis formal
yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah
semata-mata untuk kepastian hukum. Aliran ini menganggap
bahwa pada asasnya hukum adalah semata-mata untuk
menciptakan kepastian hukum. Salah satu penganut aliran ini
adalah John Austin dan Van Kan, yang bersumber dari pemikiran
positivistis yang l ebih melihat hukum sebagai sesuatu yang
otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya,
karena hukum itu otonom sehingga tujuan hukum semata-mata
untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan
kewajiban seseorang. van Kan berpendapat bahwa tujuan hukum
adalah menjaga setiap hukum adalah menjaga setiap kepentingan
manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.
3) Teori Good Governance
Berdasarkan pemahaman Mardiasmo (2009) Good Governance
diartikan sebagai tata cara suatu negara yang digunakan untuk
mengelola sumber daya ekonomi dan sosial yang berorientasi pada
pembangunan masyarakat demi mewujudkan pemerintahan yang baik.
8
Menurut Agoes (2013) mengartikan Good Governance sebagai suatu
cara pemerintahan untuk mengatur hubungan antara tugas komite,
peran direksi, pemangku kepentingan dan pemegang saham lainnya.
Suatu proses yang dilakukan secara transparan untuk menentukan
tujuan pemerintah, penilaian kinerja dan pencapaian disebut juga
sebagai tata cara kelola pemerintah yang bersih dan baik. Peraturan
Pemerintah No. 101 Pasal 2d yang dimaksud dengan Good
Governance berarti pemerintahan yang baik menerapkan dan
mengembangkan prinsip profesionalitas, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi, kualitas layanan, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum
dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
2) Landasan Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka atau bagan yang
menggambarkan hubungan antar konsep yang akan dikembangkan.
Kerangka konseptual bertujuan untuk mempermudah dalam
melakukan penelitian agar penelitian lebih terarah sesuai dengan
tujuan.
D. Metode Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian hukum tidak dapat terlepas dengan
penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa saja pastilah
menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan yang diangkat. Menurut
Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam
terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
9
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya penelitian mempunyai
berbagai kategori. Diantaranya adalah metode penelitian yang berdasarkan pada
fokus kajiannya terbagi menjadi tiga bagian yakni:
10
dengan pengadilan untuk memberikan keputusan penyelesaian
(yurisprudensi)
c) Live Case Study
Pendekatan live case study merupakan pendekatan pada suatu
peristiwa hukum yang prosesnya masih berlangsung atau belum
berakhir.
3. Metode Penelitian Hukum Empiris
Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan
meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan
hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat
dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan
bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di
dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.
11
BAB II
Pembahasan
1. Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Menurut Padmo Wahjono politik hukum adalah kebijakan penyelenggara
negara yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari
hukum yang akan dibentuk dan tentang apa yang akan dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu.15 Dengan demikian, politik hukum menurut Padmo
Wahjono berkaitan dengan hukum yang berlaku di masa datang (ius
constituendum). Sedangkan Teuku Mohammad Radhie dalam sebuah tulisannya
berjudul Pembaharuan dan Politik Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional
mendefinisikan politik hukum sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa
negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya, dan mengenai arah
perkembangan hukum yang dibangun. 11
11
Jurnal Prisma Nomor 6 Tahun II Desember 1973, hlm. 4.
12
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet. III, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 352.
13
Ibid, hlm 352-353
12
dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia.14
Menurut Bellefroid politik hukum adalah suatu disiplin ilmu hukum yang
mengatur tentang cara bagaimana merubah iusconstitutum menjadi ius
constituendum, atau menciptakan hukum baru untuk mencapai tujuan merek.
Hukum sebagai kaidah atau norma sosial tidak terlepas dari nilai-nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bahwa dapat dikatakan bahwa hukum itu
merupakan pencerminan dan konkritisasi dari nilai-nilai yang suatu saat berlaku
14
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu sistem Hukum Nasional, (Bandung:
Alumni, 1991), hlm. 1.
15
Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Dasar Kenegaraan Modern, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 310-314.
13
dalam masyarakat.16 Hubungan antara hukum dan politik terdapat fakta bahwa
keduanya tidak dapat dipisahkan baik dalam pembentukan maupun
implementasinya. Pakar Hukum Tata Negara Universitas Diponegoro, Soehardjo
S.S. berpendapat bahwa hukum dan politik merupakan pasangan. Dibuktikan
dengan pengaruh signifikan konfigurasi politik terhadap produk hukum di
Indonesia.
16
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.
14.
14
hukum yang merupakan garis atau dasar kebijakan untuk menentukan hukum
yang seharusnya berlaku dalam negara.
17
Pasal 20 ayat (1) dan (2) Batang Tubuh UUD 1945
15
peratura perundang-undanga yang ada. Yang mana jenis dan hierarki peraturan
perundangundangan adalah;
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah kabupaten/Kota.
Oleh karena itu, dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
harus melihat hierarki diatas. Tidak satu hukum pun boleh
bertentangan dengan hierarki ini.
Terkait dengan materi muatan suatu peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus mencerminkan beberapa asas penting. Asas-asas
tersebut adalah;18
a) Asas pengayoman , yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus berfungsi memberikan perlindungan
untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
b) Asas kemanusiaan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap
penduduk Indonesia secara proporsial.
c) Asas kekeluargaan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harusmencerminan musyawarah mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.
d) Asas kenusantaraan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus memperhatikan kepentingan seluruh
wilayah Indonesia, sekaligus materi muatan yang peraturan
18
Penjelasan atas Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU no 12 tahun 2011
16
perundang-undangan yang di daerah pun merupakan bagian dari
sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasil dan UUD 1945.
e) Asas Bhinneka Tunggal Ika, yaitu bahwa materi muatan setiap
peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta
budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
f) Asas Keadilan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara.
g) Asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu bahwa
materi muatan setiap peraturan perundang-undangan tidak boleh
memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain; agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
h) Asas ketertiban dan kepastian hukum, yaitu bahwa materi muatan
setiap peraturan perundang-undangan harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
i) Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan, yaitu bahwa
materi muatan setiap peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara
kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan
negara.
17
d) Efektifitas aplikasinya di dalam masyarakata baik secara
sosiologis- filososfis maupun yuridis
e) Benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
f) Sistematika, pilihan kata bahkan istilah serta bahasa hukum yang
jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai
macam penafsiran dalam pelaksanaannya
g) Seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan.
18
maka peraturan perundang-undangan dapat dikatakan bermanfaat bagi masyarakat
sekaligusseiring - sejalan dengan tujuan negara.
19
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, 1998, hlm. 9
19
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea itu mempunyai makna
mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
20
Chandra Yudiana E, Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam http://41707011.blog.unikom.ac.id
/sistem-pemerintahan.1ay, pada tanggal 23 april 2012 pukul 07.08, di akses pada tanggal 10
Oktober 2014
21
Imam Syaukani & A.Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm. 62
20
Salah satu tujuan negara yang dapat kita tangkap dari Pembukaan Undang
Undang dasar 1945 adalah untuk mensejahterakan rakyat. Untuk mendukung
kelancaran tersebut maka negara dalam hal ini pemerintah berwenang membuat
suatu peraturan dalam hal ini hukum nasional sebagai alat untuk mengontrol
masyarakat.
21
BAB III
Kesimpulan
1. Kesimpulan
Politik hukum adalah suatu disiplin ilmu hukum yang mengatur tentang
cara bagaimana merubah iusconstitutum menjadi ius constituendum, atau
menciptakan hukum baru untuk mencapai tujuan mereka. Selanjutnya kegiatan
politik hukum meliputi mengganti hukum dan menciptakan hukum baru karena
adanya kepentingan yang mendasar untuk dilakukan perubahan sosial dengan
membuat suatu regeling (peraturan) bukan beschiking (penetapan).Politik hukum
berperan dalam berbagai lini pembentukan Peraturan perundang-undangan, yang
secara konkrit dapat dilihat di dalam UU nomor 12 tahun 2011 tentang
pembentukan Peraturan PerundangUndangan di Indonesia.
22
Hal ini dikarenakan hukum nasional yang akan, sedang dan telah diberlakukan di
wilayah yurisdiksi Republik Indonesia dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
proses penentuan nilai-nilai, penetapan, pembentukan dan pengembangan hukum
nasional di Indonesia. Sehingga penyelenggara negara harus menjadikan politik
hukum nasional yang terkonkritisasi didalam RPJP dan RPJM sebagai acuan
pertama dan utama dalam membentuk hukum nasional sebagai sarana mencapai
tujuan negara.
23
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
Soehino, 1980, Ilmu Negara, Yogyakarta, Liberty. Soehino, 2008, Hukum Tata
Negara Teknik Perundang-Undangan, Yogyakarta, Liberty.
24
JURNAL & PENELITIAN
UNDANG-UNDANG
INTERNET
25