Anda di halaman 1dari 29

POLITIK HUKUM DALAM PEMBENTUKAN PRODUK

HUKUM YANG BERLANDASKAN TUJUAN NEGARA

DI SUSUN OLEH :
NAMA : YAFI FARHAN
NPM : 2203201010059

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa saya ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga
penulis diberi untuk menyelesaikan makalah tentang politik hukum dalam
pembentukan produk hukum yang berlandaskan tujuan negara.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya


kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses
penyelesaian makalah ini. Pada makalah ini akan dibahas mengenai politik hukum
dalam pembentukan produk hukum yang berlandaskan tujuan negara. Dalam
makalah ini dilihat dari segi pembentukan produk-produk hukum berdasarkan
dengan tujuan negara dalam pembangunan nasional.

Politik hukum memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan


peraturan perundang-undangan, Terutama dalam menentukan arah peraturan-
peraturan yang di kuasai oleh politik itu sendiri.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis.
Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Banda Aceh, 15 September 2022

i
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 1
Pendahuluan .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran .............................................. 4
1) Landasan Teoritis ................................................................................... 4
2) Landasan Konseptual ............................................................................. 9
D. Metode Penelitian........................................................................................... 9
BAB II .................................................................................................................. 12
Pembahasan ......................................................................................................... 12
1. Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan 12
2. Politik Hukum Nasional dalam mewujudkan tujuan negara .................. 19
BAB III ................................................................................................................. 22
Kesimpulan .......................................................................................................... 22
1. Kesimpulan ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum (rechsstaat),
tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Konsepsi negara hukum yang
diinginkan oleh founding fathers sejak awal perjuangan kemerdekaan ini terlihat
jelas dengan dimuatnya pokok-pokok pikiran dasar dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu “kemerdekaan, keadilan, kemanusiaan dan pernyataan bahwa pemerintah
negara berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum”. Hal ini memberikan arah
dan harapan bahwa hukum akan melindungi segenap rakyat, segenap individu dari
perlakuan tidak adil dan perbuatan sewenang-wenang.

Hukum akan mengayomi setiap warga bangsa agar hak-haknya sebagai


warga negara dan hak asasi manusianya terjamin. Ditinjau dari sudut hukum
tatanegara, negara adalah suatu organisasi kekuasaan, dan organisasi kekuasaan,
dan organisasi itu merupakan tata kerja dari pada alat-alat kelengkapan negara
yang merupakan suatu keutuhan, tata kerja dimana melukiskan hubungan serta
pembagian tugas dan kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara
itu untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu.1

1
Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1980, hlm. 140

1
Menurut Woodrow Wilson, Negara adalah orang-orang yang diatur menurut
hukum dalam suatu batas wilayah teritorial tertentu, Sedangkan

1
apabila kita tinjau dari sudut Hakekat Negara, negara adalah suatu wadah
daripada suatu bangsa yang diciptakan oleh negara untuk batas wilayah dalam
suatu mencapai cita-cita atau tujuan bangsanya atau dapat juga dikatakan bahwa
tujuan negara berhubungan dengan hakekat suatu negara, demikian pula pendapat
Aristoteles bahwa negara dibentuk dan dipertahankan karena negara bertujuan
menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warganya. 2

Namun, sejarah menunjukan bahwa selalu saja terdapat kesenjangan atas


apa yang diharapkan dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapi. Dalam hal ini,
meskipun pemerintah telah memiliki idealisme dan langkah-langkah konkrit untuk
mengatasi kesenjangan antara harapan dan cita-cita dengan kenyataan yang terjadi
itu. Pemerintah juga telah berjuang, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mengatasi keadaan itu, tetapi hasilnya hingga saat sekarang memang belum dapat
memuaskan semua warga negara, masih banyak dari mereka yang belum memiliki
akses terhadap keadilan (access to justice). Namun “kesenjangan” yang masih ada
seperti itu tidak boleh membuat kita semua kehilangan energi, kehilangan
semangat atau menyerah, apa lagi putus asa untuk tetap memperjuangkan.

Perjuangan untuk mewujudkan suatu yang ideal memang memerlukan


waktu yang sangat panjang, generasi demi generasi. Hal ini juga terjadi di negara-
negara maju, seperti Eropa, Amerika dan Jepang di mana sebuah peradaban,
tatanan dan sistem nilainya dibangun dalam waktu yang sangat panjang, generasi
demi generasi. Oleh karena itu kita semua harus memiliki keyakinan bahwa suatu
saat nanti, apa yang menjadi harapan itu akan menjadi kenyataan. Meskipun juga
harus disadari bahwa problema kemanusiaan akan selalu muncul sepanjang
kehidupan manusia.

Karena itu setiap generasi, termasuk generasi sekarang harus berbuat


secara maksimal untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Sehingga apa yang
telah dirintis dan telah diperbuat oleh generasi sekarang akan diteruskan oleh
generasi-generasi yang akan datang. Tugas mereka nanti adalah mengatasi
masalah yang muncul pada zamannya. Tugas kita adalah menyelesaikan masalah-
2
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2013, hlm. 54

2
masalah yang sekarang kita hadapi, sambil memberikan landasan bagi
penyelesaian masalah-masalah yang akan muncul di masa depan. Landasan itu
salah satunya adalah peraturan perundang-undangan, yang merupakan bingkai
pelaksanaan pembangunan nasional. Dari konstruksi berpikir seperti itulah maka
ada beberapa hal berikut yang dapat dipergunakan sebagai landasan dalam
melaksanakan politik hukum perundang-undangan.

Sebagaimana kita ketahui, bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan


pada suatu masa (pemerintahan) tertentu dapat berbeda dengan bentuk-bentuk
peraturan perundang-undangan pada masa yang lain, hal ini sangat tergantung
pada penguasa dan kewenangannya untuk membentuk suatu keputusan yang
berbentuk peraturan-perundang-undangan.3 Oleh karena itu diupayakan
semaksimal mungkin walaupun terjadi perubahan kekuasaan negara, jangan
sampai mengaburkan tujuan hukum yang pada akhirnya akan mempersulit
pencapaian tujuan negara. Sebagaimana kita ketahui bahwa produk-produk
hukum di Indonesia merupakan produk politik.

Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-


undang dan setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.4 Begitu pula Presiden,
berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.5 Sehingga pengesahan suatu Rancangan Peraturan Perundang-Undangan
menjadi Undang-undangan adalah suatu bentuk kesepakatan bersama antara
Presiden (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat (Legislatif).

Suatu mekanisme penciptaan peraturan perundang-undangan salah satunya


dibentuk melalui Politik Hukum yang dikendaki para penguasa pada masa
tersebut. Sehingga mekanisme penciptaan hukum yang ada di Indonesia saat ini
adalah berdasarkan kehendak dan kewenangan pemegang tampuk kekuasaan.
Politik Hukum dapat dijabarkan sebagai kemauan atau kehendak negara terhadap

3
Soehino, Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan, Liberty, Yogyakarta, 2008, hlm. 1
4
Pasal 20 ayat (1) dan (2) Batang Tubuh UUD 1945
5
Ibid, Pasal 5 ayat (1)

3
hukum. Artinya, untuk apa hukum itu diciptakan, apa tujuan penciptaannya dan
kemana arah yang hendak dituju. Politik Hukum adalah kebijakan pemerintah
mengenai hukum mana yang akan dipertahankan, hukum mana yang akan diganti,
hukum mana yang akan direvisi dan hukum mana yang akan dihilangkan. Dengan
demikian melalui politik hukum negara membuat suatu rancangan dan rencana
pembangunan hukum nasional di Indonesia. Pencapaian pembangunan hukum
akan mendorong pencapaian tujuan hukum yang selanjutnya mengarah pada
terciptanya tujuan negara. Tujuan hukum untuk menciptakan suatu keadilan,
kemanfaatan, ketertiban dan kepastian hukum tidaklah dengan mudah dapat
dipenuhi apabila di dalam setiap hukum yang ada terkandung tujuan negara.

Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis akan membahas secara lebih
mendalam politik hukum dalam pembentukan produk hukum yang berlandaskan
tujuan negara.

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dikemukakan dari
uraian diatas antara lain :
1. Bagaimana politik hukum dalam pembentukan produk hukum ?
2. Apakah produk hukum di masa ini sudah sesuai dengan tujuan
negara ?

C. Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran


Landasan Teori merupakan tatanan metode pemikiran yang dibangun
sebagai landasan ataupun konsep dasar yang tersusun secara metodologis dan
sistematis berdasarkan teori-teori yang digunakan maupun konsep-konsep dalam
tulisan, baik bahan penelitian dalam bentuk makalah ataupun bahan penelitian
dalam bentuk tulisan lainnya guna menjawab rumusan masalah Makalah ini.
Landasan teori dalam makalah ini terdiri dari 2 (dua) hal yaitu landasan teoritis
dan landasan konseptual.

1) Landasan Teoritis
a) Teori Perundang-Undangan

4
Teori Perundang – undangan merupakan suatu peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum di bentuk atau
terbentuk oleh lembaga atau pejabat Negara, yang memiliki wewenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang=undangan.
Hierarki peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Demi memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-
undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan
peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode
yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang
berwenang membentuk peraturan perundang-undangan, untuk
mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negara berkewajiban
melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara
terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang
menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
19456

b) Teori Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil
adalah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil
terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan
atas norma-norma objektif. Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep
yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu
adil bagi yang lainnya, ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan
suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum
dimana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan sangat bervariasi dari
satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan dan sepenuhnya

6
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

5
ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari
masyarakat tersebut.7
Di Indonesia keadilan digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar
negara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila
lima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan dalam hidup
bersama.Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat, bangsa, dan negara, serta hubungan manusia dengan
Tuhannya.8
Aristoteles dalam karyanya yang berjudul Etika Nichomachea
menjelaskan pemikiran pemikirannya tentang keadilan. Bagi Aristoteles,
keutamaan, yaitu ketaatan terhadap hukum (hukum polis pada waktu itu,
tertulis dan tidak tertulis) adalah keadilan. Dengan kata lain keadilan
adalah keutamaan dan ini bersifat umum. Theo Huijbers menjelaskan
mengenai keadilan menurut Aristoteles di samping keutamaan umum, juga
keadilan sebagai keutamaan moral khusus, yang berkaitan dengan sikap
manusia dalam bidang tertentu, yaitu menentukan hubungan baik antara
orang-orang, dan keseimbangan antara dua pihak. Ukuran keseimbangan
ini adalah kesamaan numerik dan proporsional. Hal ini karena Aristoteles
memahami keadilan dalam pengertian kesamaan. Dalam kesamaan
numerik, setiap manusia disamakan dalam satu unit. Misalnya semua
orang sama di hadapan hukum. Kemudian kesamaan proporsional adalah
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, sesuai
kemampuan dan prestasinya. 9
c) Teori Kepastian Hukum

7
M. Agus Santoso, Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Ctk. Kedua, Kencana,
Jakarta, 2014, hlm. 85.
8
Ibid, hlm. 86.
9
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke Postmodernisme), Ctk. Kelima,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2015, hlm. 241.

6
Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai
kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu:
1) Tersedia aturan -aturan yang jelas (jernih), konsisten dan mudah
diperoleh, diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.
2) Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan
hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya.
c) Warga secara prinsipil menyesuaikan prilaku mereka terhadap
aturanaturan tersebut.
3) Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpikir
menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu
mereka menyelesaikan sengketa hukum.
4) Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan10
d) Teori Tujuan Hukum
Berbagai pakar di bidang ilmu hukum mengemukakan pandangannya
tentang tujuan hukum sesuai dengan titik tolak serta sudut pandang
mereka masing-masing. Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum
dikenal tiga jenis aliran konvensional tentang tujuan hukum, yaitu
sebagai berikut :
a) Aliran Etis
yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah
mencapai keadilan. Aliran Etis Menganggap bahwa pada asasnya
tujuan hukum itu adalah semata-mata untuk mencapai keadilan.
Salah satu penganut aliran etis ini adalah Aristoteles yang membagi
keadilan dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Keadilan distributif, yakni keadilan yang memberikan kepada
setiap orang jatah menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak
menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama
banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan
berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.

10
Soeroso, 2011. Pengantar Ilmu Hukum, Pt. Sinar Grafika, Jakarta

7
2) Keadilan komunikatif, yakni keadilan yang memberikan kepada
setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat jasa-jasa
perseorangan, artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan
dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa
memperhitungkan jasa perseorangan.
b) Aliran utilitis
yang menganggap bahwa asasnya tujuan hukum adalah semata-
mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga.
Aliran utilitis menganggap bahwa tujuan hukum pada asasnya
semata-mata untuk memberikan kemanfaatan yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat pada umumnya dengan dasar pada
falsafah sosial bahwa setiap masyarakat mencari kebahagiaan dan
hukum merupakan salah satu alatnya.
c) Aliran yuridis formal
yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah
semata-mata untuk kepastian hukum. Aliran ini menganggap
bahwa pada asasnya hukum adalah semata-mata untuk
menciptakan kepastian hukum. Salah satu penganut aliran ini
adalah John Austin dan Van Kan, yang bersumber dari pemikiran
positivistis yang l ebih melihat hukum sebagai sesuatu yang
otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya,
karena hukum itu otonom sehingga tujuan hukum semata-mata
untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan
kewajiban seseorang. van Kan berpendapat bahwa tujuan hukum
adalah menjaga setiap hukum adalah menjaga setiap kepentingan
manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.
3) Teori Good Governance
Berdasarkan pemahaman Mardiasmo (2009) Good Governance
diartikan sebagai tata cara suatu negara yang digunakan untuk
mengelola sumber daya ekonomi dan sosial yang berorientasi pada
pembangunan masyarakat demi mewujudkan pemerintahan yang baik.

8
Menurut Agoes (2013) mengartikan Good Governance sebagai suatu
cara pemerintahan untuk mengatur hubungan antara tugas komite,
peran direksi, pemangku kepentingan dan pemegang saham lainnya.
Suatu proses yang dilakukan secara transparan untuk menentukan
tujuan pemerintah, penilaian kinerja dan pencapaian disebut juga
sebagai tata cara kelola pemerintah yang bersih dan baik. Peraturan
Pemerintah No. 101 Pasal 2d yang dimaksud dengan Good
Governance berarti pemerintahan yang baik menerapkan dan
mengembangkan prinsip profesionalitas, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi, kualitas layanan, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum
dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

2) Landasan Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka atau bagan yang
menggambarkan hubungan antar konsep yang akan dikembangkan.
Kerangka konseptual bertujuan untuk mempermudah dalam
melakukan penelitian agar penelitian lebih terarah sesuai dengan
tujuan.

D. Metode Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian hukum tidak dapat terlepas dengan
penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa saja pastilah
menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan yang diangkat. Menurut
Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam
terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.

9
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya penelitian mempunyai
berbagai kategori. Diantaranya adalah metode penelitian yang berdasarkan pada
fokus kajiannya terbagi menjadi tiga bagian yakni:

1. Metode Penelitian Hukum Normatif


Metode penelitian hukum jenis ini juga biasa disebut sebagai
penelitian hukum doktriner atau penelitian perpustakaan. Dinamakan
penelitian hukum doktriner dikarenakan penelitian ini hanya ditujukan
pada peraturan-peraturan tertulis sehingga penelitian ini sangat erat
hubungannya pada pada perpustakaan karena akan membutuhkan
data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan.
Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari
berbagai aspek seperti aspek teori, filosofi, perbandingan, struktur/
komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan pada tiap
pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang serta
bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum. Sehingga dapat kita
simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai cakupan yang
luas.
2. Metode Penelitian Hukum Normatif-Empiris
Metode penelitian hukum normatif empiris ini pada dasarnya
merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan
adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian
normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu
yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian jenis ini
terdapat tiga kategori yakni:
a) Non judicial Case Study
Merupakan pendekatan studi kasus hukum yang tanpa konflik
sehingga tidak ada campur tangan dengan pengadilan.
b) Judicial Case Study
Pendekatan judicial case study ini merupakan pendekatan studi kasus
hukum karena konflik sehingga akan melibatkan campur tangan

10
dengan pengadilan untuk memberikan keputusan penyelesaian
(yurisprudensi)
c) Live Case Study
Pendekatan live case study merupakan pendekatan pada suatu
peristiwa hukum yang prosesnya masih berlangsung atau belum
berakhir.
3. Metode Penelitian Hukum Empiris
Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan
meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan
hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat
dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan
bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di
dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.

Dalam makalah ini yang dugunakan adalah metode penelitian Normatif


dengan mengamati peraturan peraturan yang ada yang berkaitan dengan
problematika yang diangkat.

11
BAB II

Pembahasan
1. Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Menurut Padmo Wahjono politik hukum adalah kebijakan penyelenggara
negara yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari
hukum yang akan dibentuk dan tentang apa yang akan dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu.15 Dengan demikian, politik hukum menurut Padmo
Wahjono berkaitan dengan hukum yang berlaku di masa datang (ius
constituendum). Sedangkan Teuku Mohammad Radhie dalam sebuah tulisannya
berjudul Pembaharuan dan Politik Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional
mendefinisikan politik hukum sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa
negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya, dan mengenai arah
perkembangan hukum yang dibangun. 11

Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih


dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum
tertentu dalam masyarakat.12 Menurut Satjipto Rahardjo, terdapat beberapa
pertanyaan mendasar yang muncul dalam studi politik hukum, yaitu: (1) tujuan
apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada; (2) cara-cara apa dan
yang mana, yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai mencapai tujuan tersebut;
(3) kapan waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara-cara bagaimana
perubahan itu sebaiknya dilakukan; dan (4) dapatkah dirumuskan suatu pola yang
baku dan mapan, yang bisa membantu memutuskan proses pemilihan tujuan serta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut secara baik.13

Adapun penjabaran lain mengenai Politik hukum yaitu Politik Hukum


sebagai sebuah alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan

11
Jurnal Prisma Nomor 6 Tahun II Desember 1973, hlm. 4.
12
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet. III, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 352.
13
Ibid, hlm 352-353

12
dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia.14
Menurut Bellefroid politik hukum adalah suatu disiplin ilmu hukum yang
mengatur tentang cara bagaimana merubah iusconstitutum menjadi ius
constituendum, atau menciptakan hukum baru untuk mencapai tujuan merek.

Kegiatan politik hukum meliputi mengganti hukum dan menciptakan


hukum baru karena adanya kepentingan yang mendasar untuk dilakukan
perubahan sosial dengan membuat suatu regeling (peraturan) bukan beschiking
(penetapan). Berdasarkan beberapa definisi politik hukum yang telah
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa politik hukum adalah kebijakkan
sebagai dasar untuk menyelenggarakan negara khususnya dalam bidang hukum
mengenai hukum yang akan berjalan , sedang berjalan dan telah berlaku yang
diambil dari nilai-nilai yang tumbuh dan hidup serta berlaku dalam masyarakat
untuk mencapai tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea 4.

Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang sekarang telah


berubah menjadi pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 amandemen telah
mengisyaratkan kepada pembentuk undang-undang di Indonesia agar dapat
mewujudkan cita-cita hukum nasional. Untuk dapat memenuhi cita-cita hukum
diperlukan pembangunan hukum dan pembinaan hukum. Dalam merumuskan dan
menetapkan politik hukum yang telah dan akan dilakukan, politik hukum
menyerahkan otoritas legislasi kepada penyelenggara negara, tetapi dengan tetap
memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.15 Arah dari itu semua
adalah dalam rangka mencapai tujuan negara yang dicita-citakan.

Hukum sebagai kaidah atau norma sosial tidak terlepas dari nilai-nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bahwa dapat dikatakan bahwa hukum itu
merupakan pencerminan dan konkritisasi dari nilai-nilai yang suatu saat berlaku

14
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu sistem Hukum Nasional, (Bandung:
Alumni, 1991), hlm. 1.
15
Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Dasar Kenegaraan Modern, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 310-314.

13
dalam masyarakat.16 Hubungan antara hukum dan politik terdapat fakta bahwa
keduanya tidak dapat dipisahkan baik dalam pembentukan maupun
implementasinya. Pakar Hukum Tata Negara Universitas Diponegoro, Soehardjo
S.S. berpendapat bahwa hukum dan politik merupakan pasangan. Dibuktikan
dengan pengaruh signifikan konfigurasi politik terhadap produk hukum di
Indonesia.

Hukum nasional adalah semua hukum yang berlaku di wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia baik berupa hukum tertulis maupun tidak
tertulis.Peraturan perundang-undangan adalah salah satu bentuk hukum tertulis
yang ada. Peraturan perundang-undangan dan proses pembentukannya
memerankan fungsi signifikan dalam pembangunan hukum nasional. Hal ini
dikarenakan, di Indonesia, peraturan perundang-undangan merupakan cara utama
penciptaan hukum, peraturan perundang-undangan merupakan sendi utama sistem
hukum nasional. Selain itu, Peraturan perundang-undangan merupakan instrumen
yang sangat efektif dalam pembaharuan hukum (law reform) karena kekuatan
hukumnya yang mengikat dan memaksa.

Peraturan perundang-undangan juga memberikan kepastian hukum yang


lebih tinggi dari pada hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam UU
nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan pembentukan peraturan perundang-undangan itu sendiri adalah
pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.

Melalui perspektif politik, hukum dipandang sebagai produk atau output


dari proses politik atau hasil pertimbangan dan perumusan kebijakan publik.
Namun disamping hukum sebagai produk pertimbangan politik, terdapatpolitik

16
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.
14.

14
hukum yang merupakan garis atau dasar kebijakan untuk menentukan hukum
yang seharusnya berlaku dalam negara.

Di negara demokrasi, masukan (inputs) yang menjadi bahan pertimbangan


untuk penentuan hukum bersumber dari dan merupakan aspirasi masyarakat yang
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang kemudian diproses sehingga muncul
sebagai outputs dalam bentuk peraturan hukum.

Sebagaimana kita ketahui bahwa produk-produk hukum di Indonesia


merupakan produk politik. Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang dan setiap rancangan undang-undang dibahas oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
Begitupula Presiden, berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat. Sehingga pengesahan seuatu Rancangan Peraturan
Perundang-Undangan menjadi Undang-undangan adalah suatu bentuk
kesepakatan bersama antara Presiden (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat
(Legislatif). Inilah politik hukum yang berjalan saat ini sebagaimana amanat
Konstitusi.

Sebagaimana kita ketahui bahwa produk-produk hukum di Indonesia


merupakan produk politik. Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang dan setiap rancangan undang-undang dibahas oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. 17
Begitupula Presiden, berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat. Sehingga pengesahan seuatu Rancangan Peraturan
Perundang-Undangan menjadi Undang-undangan adalah suatu bentuk
kesepakatan bersama antara Presiden (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat
(Legislatif). Inilah politik hukum yang berjalan saat ini sebagaimana amanat
Konstitusi.

Dalam sistem hukum perundang-undangan di Indonesia, kekuatan hukum


yang diperoleh oleh suatu perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki

17
Pasal 20 ayat (1) dan (2) Batang Tubuh UUD 1945

15
peratura perundang-undanga yang ada. Yang mana jenis dan hierarki peraturan
perundangundangan adalah;

1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah kabupaten/Kota.
Oleh karena itu, dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
harus melihat hierarki diatas. Tidak satu hukum pun boleh
bertentangan dengan hierarki ini.
Terkait dengan materi muatan suatu peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus mencerminkan beberapa asas penting. Asas-asas
tersebut adalah;18
a) Asas pengayoman , yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus berfungsi memberikan perlindungan
untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
b) Asas kemanusiaan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap
penduduk Indonesia secara proporsial.
c) Asas kekeluargaan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harusmencerminan musyawarah mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.
d) Asas kenusantaraan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus memperhatikan kepentingan seluruh
wilayah Indonesia, sekaligus materi muatan yang peraturan

18
Penjelasan atas Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU no 12 tahun 2011

16
perundang-undangan yang di daerah pun merupakan bagian dari
sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasil dan UUD 1945.
e) Asas Bhinneka Tunggal Ika, yaitu bahwa materi muatan setiap
peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta
budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
f) Asas Keadilan, yaitu bahwa materi muatan setiap peraturan
perundangundangan harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara.
g) Asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu bahwa
materi muatan setiap peraturan perundang-undangan tidak boleh
memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain; agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
h) Asas ketertiban dan kepastian hukum, yaitu bahwa materi muatan
setiap peraturan perundang-undangan harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
i) Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan, yaitu bahwa
materi muatan setiap peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara
kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan
negara.

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, asas-asas tersebut


wajib dianut oleh pembentuk peraturan perundang-undangan, sehingga dalam
pembentukannya akan memenuhi seluruh kaidah secara holistik ataupun
menyeluruh. Asas-asas tersebutlah yang menjadi pedoman dan pakem bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan. Selain asas-asas tersebut,dalam
membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan dasar adanya:

a) Tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukannya


b) Harus dibuat oleh lembaga yang tepat dan memang berwenang
c) Materi muatannya harus tepat dan sesuai dengan jenis dan hierarki

17
d) Efektifitas aplikasinya di dalam masyarakata baik secara
sosiologis- filososfis maupun yuridis
e) Benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
f) Sistematika, pilihan kata bahkan istilah serta bahasa hukum yang
jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai
macam penafsiran dalam pelaksanaannya
g) Seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan.

Terkait dengan partisipasi masyarakat secara langsung dalam sebuah


rancangan peraturan perundang-undangan telah dijamin dalam Undang-undang.
Jaminan partisipasi masyarakat diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.

Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan atau tertulis


dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, yang dapat dilakukan
melalui rapat dengan pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi dan atau
seminar/lokakarya/diskusi.25 Masyarakat yang dimaksud adalah perseorangan
atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan
Peraturan Perundang-Undangan. Begitupula setiap Rancangan Peraturan
Perundang-Undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Dengan demikian, hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat


ditandai dengan adanya perubahan masyarakat dan perubahannya tersebut sudah
terarahkan atau diarahkan tercapainya politik hukum dibidang hukum yang
ditetapkan oleh pembentuk undang-undang.Asas-asas hukum yang ada dan
dirumuskan dalam bentuk salah satunya peraturan perundang-undangan dapat
dikatakan bermanfaat atau tidak ketika hukum dengan asas nya tersebut di
eksekusi dengan benar atau tidak. Apabila di eksekusi dengan tidak benar tentu
akan menimbulkan akibat buruk untuk masyarakat, dan ini jelas akan
bertentangan dengan tujuan negara. Sedangkan apabila di eksekusi dengan benar

18
maka peraturan perundang-undangan dapat dikatakan bermanfaat bagi masyarakat
sekaligusseiring - sejalan dengan tujuan negara.

2. Politik Hukum Nasional dalam mewujudkan tujuan negara


Setiap negara tentu memiliki tujuannya masing-masing. Berbagai kendala
tentu akan timbul selama pencapaian tujuan negara tersebut, baik kendala internal
maupun kendala eksternal. Masalah sosiologis dan yuridis suatu negara pun angat
mempengaruhi dalam perwujudan tujuan negara tersebut.Tujuan negara pada
umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.Setiap negara pasti
mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan Undang–Undang
Dasarnya.

UUD 1945 merupakan sumber dari keseluruhan politik hukum nasional


Indonesia. Tetapi dalam prakteknya, hukum seringkali menjadi cermin dari
kehendak pemegang kekuasaan politik sehingga tidak sedikit orang memandang
bahwa hukum sama dengan kekuasaan. UUD 1945 mengakui hak-hak (termasuk
hak milik) dan kebebasan individu sebagai hak asasi, tetapi sekaligus meletakkan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Sedangkan politik hukum adalah
legal policy yang telah atau akan dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
Indonesia yang meliputi19

a) Pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan


terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan
b) Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan
fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum.

Politik hukum adalah kebijakkan sebagai dasar untuk menyelenggarakan


negara khususnya dalam bidang hukum mengenai hukum yang akan berjalan ,
sedang berjalan dan telah berlaku yang diambil dari nilai-nilai yang tumbuh dan
hidup serta berlaku dalam masyarakat untuk mencapai tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4.Alinea Keempat, menyebutkan
”kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara

19
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, 1998, hlm. 9

19
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea itu mempunyai makna
mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa


Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu
sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang
untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.20

Adapun hal-hal yang berpengaruh dalam mewujudkan tujuan negara


adalah Hukum Nasional. Hukum nasional adalah hukum atau peraturan perundang
undangan yang didasarkan kepada landasan ideologi dan konstitusional negara,
yaitu Pancasila dan UUD 1945 atau hukum yang dibangun diatas kreativitas atau
aktifitas yang didasarkan atas cita rasa dan rekayasa bangsa sendiri. 21 Atau dapat
dikatakan pula bahwa, hukum nasional adalah semua hukum yang berlaku di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia baik berupa hukum tertulis maupun
tidak tertulis.

20
Chandra Yudiana E, Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam http://41707011.blog.unikom.ac.id
/sistem-pemerintahan.1ay, pada tanggal 23 april 2012 pukul 07.08, di akses pada tanggal 10
Oktober 2014
21
Imam Syaukani & A.Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm. 62

20
Salah satu tujuan negara yang dapat kita tangkap dari Pembukaan Undang
Undang dasar 1945 adalah untuk mensejahterakan rakyat. Untuk mendukung
kelancaran tersebut maka negara dalam hal ini pemerintah berwenang membuat
suatu peraturan dalam hal ini hukum nasional sebagai alat untuk mengontrol
masyarakat.

21
BAB III

Kesimpulan

1. Kesimpulan
Politik hukum adalah suatu disiplin ilmu hukum yang mengatur tentang
cara bagaimana merubah iusconstitutum menjadi ius constituendum, atau
menciptakan hukum baru untuk mencapai tujuan mereka. Selanjutnya kegiatan
politik hukum meliputi mengganti hukum dan menciptakan hukum baru karena
adanya kepentingan yang mendasar untuk dilakukan perubahan sosial dengan
membuat suatu regeling (peraturan) bukan beschiking (penetapan).Politik hukum
berperan dalam berbagai lini pembentukan Peraturan perundang-undangan, yang
secara konkrit dapat dilihat di dalam UU nomor 12 tahun 2011 tentang
pembentukan Peraturan PerundangUndangan di Indonesia.

Terlihat dari proses perencanaan, pembentukan bahkan pengesahan hingga


pengundangan.Peraturan perundang-undangandan proses pembentukannya
memerankan fungsi signifikan dalam pembangunan hukum nasional. Hal ini
dikarenakan, di Indonesia, peraturan perundang-undangan merupakan cara utama
penciptaan hukum, peraturan perundang-undangan. Selain itu, Peraturan
perundang-undangan merupakan instrumen yang sangat efektif dalam
pembaharuan hukum (law reform) karena kekuatan hukumnya yang mengikat dan
memaksa. Peraturan perundang-undangan juga memberikan kepastian hukum
yang lebih tinggi dari pada hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum
yurisprudensi.

Politik Hukum Nasional adalah kebijakkan dasar penyelenggara negara


(Republik Indonesia) dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku,
yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan
negara yang di cita-citakan. Tujuan negara sebagai arah pembangunan nasional
sejalan dan berkaitan erat dengan politik hukum yang berlaku dan berubah-ubah.
Peranan Politik hukum nasional sangatlah penting dalam mencapai tujuan negara.

22
Hal ini dikarenakan hukum nasional yang akan, sedang dan telah diberlakukan di
wilayah yurisdiksi Republik Indonesia dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
proses penentuan nilai-nilai, penetapan, pembentukan dan pengembangan hukum
nasional di Indonesia. Sehingga penyelenggara negara harus menjadikan politik
hukum nasional yang terkonkritisasi didalam RPJP dan RPJM sebagai acuan
pertama dan utama dalam membentuk hukum nasional sebagai sarana mencapai
tujuan negara.

23
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU

Buku Alkosar, Artidjo, 1997, Identitas Hukum Nasional, Yogyakarta,Fakultas


Hukum UII

Asshiddiqie,Jimly, 1995, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Bandung,


Angkasa

Attamimi, A.Hamid S, 1990, Peranan Keputusan Presiden RI dalam


Penyelenggaraan Pemerintah Negara, Disertasi, Jakarta, Fakultas Hukum
Pascasarjana Universitas Indonesia.

Huda, Ni’matul, 2013, Ilmu Negara, Jakarta, Rajawali Press.

Kusumaatmadja, Mochtar , tanpa tahun, Fungsi dan perkembangan hukum dalam


pembangunan nasional, Bandung, Bina Cipta.

Manan, Bagir, 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara,


Bandung , Mandar Maju

Mahfud MD,Moh., 1998, Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta, PT. Pustaka


LP3ES

Purbacaraka, Purnadi & Soekanto ,Soerjono, 1978, Perihal Kaedah


Hukum,Bandung , Alumni.

Soehino, 1980, Ilmu Negara, Yogyakarta, Liberty. Soehino, 2008, Hukum Tata
Negara Teknik Perundang-Undangan, Yogyakarta, Liberty.

Soekanto, Soerjono,1999, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, Raja Grafindo


Persada 27

Soeprapto,Maria Farida Indrati, 1998, Ilmu Perundang-undangan; Dasar-Dasar


dan Pembentukannya, Jakarta.

24
JURNAL & PENELITIAN

Jurnal PrismaNomor 6 Tahun II Desember 1973, hlm. 4.

Wahyono, Padmo, 1991, Menyelisik Proses Terbentuknya Perundang-Undangan,


Forum Keadilan, No. 29 (April 1991).

UNDANG-UNDANG

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011

INTERNET

Pengertian Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam


http://dieks2010.wordpress.com/2010/08/27/pengertian-fungsi-dan-tujuan-
negarakesatuan-republik-indonesia.

Chandra Yudiana E, Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam


http://41707011.blog.unikom.ac.id/sistem-pemerintahan.1ay,

Ali Serizawa , Pengertian Politik Hukum Nasional dan


Tujuannya,http://www.hukumsumberhukum.com/2014/09/pengertian-
politikhukum- nasional-dan.html

25

Anda mungkin juga menyukai