Anda di halaman 1dari 8

INCLUSIVE CITY

Disusun Oleh:

Marsya Auliasyifa Marasabessy

083002200011

mrsya.auliasyf@gmail.com
ABSTRAK

Selaras dengan perkembangan zaman, konsep inclusive city semakin dikumandangkan di


berbagai kota. Maka dari itu makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah informasi dan
pengetahuan terkait kota inklusif agar kota-kota di dunia khususnya di Indonesia ramah terhadap
penyandang disabilitas/berkebutuhan khusus. Dalam penyusunan makalah ini, metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Informasi dalam tulisan ini diambil dari berbagai
jurnal yang berkaitan dengan kota inklusif. Kota inklusif adalah sebuah konsep kota dimana semua
kelompok masyarakat di suatu kota memiliki hak yang sama termasuk penyandang disabilitas yang
merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena keterbatasan ruang geraknya. Mereka juga
memiliki hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya di bidang lain. Konsep kota inklusif
sendiri harus terus dikembangkan dan diimplementasikan di berbagai kota di dunia agar
penyandang disabilitas juga dapat merasakan kenyamanan hidup dan tidak merasa
terdiskriminasi.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan program kota inklusif sendiri sangat pesat dengan menggunakan masing-
masing kriteria tersebut. Pesatnya perkembangan bentuk geografis itu sendiri berdampak pada
pencarian informasi tentang Inclusive City. Seiring dengan perkembangan zaman, konsep
Inclusive City yang sama semakin dicanangkan di berbagai kota di dunia.

Maka dari itu makalah ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan informasi dan
pengetahuan terkait inclusive city agar kota di dunia khususnya di indonesia menjadi ramah akan
penyandang disabilitas/berkebutuhan khusus.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, yaitu:

1. Mengetahui apa pengertian dan penjelasan tentang Inclusive City


2. Mengetahui tujuan dibentuknya Inclusive City dan apa manfaatnya bagi masyarakat
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan serta dampak dari konsep Inclusicve City itu
sendiri.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut:

Bab 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan makalah

Bab 2 INCLUSIVE CITY

Bab ini berisi pengertian/definisi, pencetus konsep, alasan/pentingnya konsep inclusive


city, tujuan dan manfaat inclusive city, isi/elemen yang terdapat di dalam konsep, serta
kriteria/indikator/indeks/ukuran dari konsep inclusive city.

Bab 3 APLIKASI / PENERAPAN INCLUSIVE CITY

Bab ini berisi syarat dalam penerapan konsep, ciri ciri konsep, kelebihan dan kekurangan
inclusive city, serta dampak dari penerapan inclusive city.

Bab 4 SIMPULAN

Bab ini berisi pendapat/statement yang menunjukan telah tercapainya tujuan dari
penulisan makalah ini.
BAB 2

INCLUSIVE CITY

2.1 PENGERTIAN / DEFINISI

Inclusive City adalah model yang harus disediakan sebagai dampak sosial positif dari
bangunan publik, ruang hijau, jalan, dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa kota dapat dibuat
inklusif untuk segala usia, segala kemampuan, dan segala tingkat pendapatan.

Pada intinya, inclusive city adalah kota dengan akses aman ke ruang publik yang sehat
dan transportasi publik yang terjangkau untuk semua, serta tempat di mana orang dapat
mengendarai sepeda dan berjalan kaki dengan nyaman dan aman. Inclusive city ramah untuk
semua. Namun, inclusive city bukan hanya soal akses tetapi juga memberikan kepastian kepada
warganya untuk diakomodasi, dihormati dan diberi kesempatan yang sama, tanpa memandang
usia, ras, kepercayaan, kemampuan, pendapatan dan jenis kelamin

Inclusive city juga merupakan kota yang menghargai warganya secara politik sebagai
sederajat, dengan kata lain suara kaum miskin didengar, mereka juga berpartisipasi dalam
perencanaan dan penganggaran, serta secara virtual memiliki hak terhadap pelayanan dasar
sehari hari, seperti rumah, air bersih, dan juga listrik. Gagasan utama inclusive city ialah
mendorong setiap orang di masyarakat tanpa terkecuali untuk dapat hidup berdampingan dengan
setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan
di masyarakat.

2.2 PENCETUS KONSEP

Konsep inclusive city ini awalnya muncul di Prancis tahun 1970-an. Masa itu, istilah
eksklusi sosial dipergunakan untuk menjabarkan kondisi suatu kelompok marginal dalam
masyarakat yang tidak mempunyai hak untuk bekerja dan tidak mendapat jaminan kesejahteraan
(jaring pengaman pendapatan dalam negara kesejahteraan).

kelompok yang dikecualikan tak menerima hak dasar sebagai warga negara, baik karena
mereka adalah korban dari diskriminasi, contohnya seperti penyandang disabilitas, ataupun karena
mereka bukan warga negara asli Prancis serta mereka menetap di negara tersebut hanya sebagai
pencari suaka politik yang mementingkan diri sendiri. Mereka juga tidak memiliki hak ke lembaga-
lembaga penting yang mungkin bisa membantu dan mengekspresikan kepentingan mereka,
seperti serikat pekerja atau serikat warga negara.

2.3 ALASAN / PENTINGNYA KONSEP

Konsep inclusive city muncul karena masyarakat atau negara menyikapi pengucilan atau
marginalisasi orang-orang tertentu di luar akal sehat. Peminggiran orang orang tertentu yang
berujung pada timbulnya ketidakadilan sosial yang memunculkan perjuangan inklusi yang ingin
menghilangkan perilaku dan mentalitas tentang peminggiran yang merupakan anak kandung dari
konsep persaingan yang kemudian dikemukakan oleh kelompok tertentu untuk melindungi
kepentingannya diatas tingkat politik dan ekonomi secara sosial dan budaya.
2.4 TUJUAN DAN MANFAAT KONSEP

Dalam proses mewujudkan inclusive city, setiap model akan menghasilkan kebijakan yang
unik. Pertama, paradigma budaya dan medis akan melahirkan kebijakan yang tujuan utamanya
adalah “orang” untuk setiap “orang”. Sedangkan untuk model medis, seperti yang selalu dikritik,
akan menghasilkan kebijakan rehabilitasi murni. Sementara itu, paradigma sosial akan
menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menurut para kritikus “mengabaikan” kebutuhan dan
pengalaman individu penyandang disabilitas karena fokusnya pada perubahan struktur sosial.

Dapat dikatakan bahwa gagasan tentang "kota inklusif", sebagaimana yang berkembang
dan muncul selama ini, sebenarnya sangat terpengaruh dan diilhami oleh paradigma sosial. Hal itu
terlihat misalnya, dari rekomendasi yang didapat pada Forum Inklusi 2014.

Pembangunan infrastruktur yang tangguh, Mempromosikan industrialisasi yang inklusif


dan berkelanjutan serta mendorong inovasi mengurangi ketidaksetaraan di dalam dan di antara
negara-negara membangun kota dan permukiman yang inklusif, aman, dan tangguh Mendorong
masyarakat yang damai dan inklusif untuk mempertahankan pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan bagi semua, dan membangun efektif, akuntabel dan institusi inklusif
di semua tingkatan.

2.5 ISI / ELEMEN KONSEP

Ada beberapa elemen yang harus ada dalam mewujudkan konsep inclusive city itu sendiri,
diantaranya:

1. Guiding Block

Guiding block, yaitu rambu-rambu bagi penyandang disabilitas, khususnya penyandang


tunanetra. Tekstur pada blok kemudi dapat digunakan oleh para penyandang disabilitas
untuk mengarahkan atau memberi peringatan serta petunjuk jalaN.

2. Toilet umum khusus penyandang disabilitas

Toilet umum khusus penyandang disabilitas harus ada sebagai salah satu fasilitas yang
terdapat dalam inclusive city. Toilet khusus ini harus dilengkapi denga segala macam fitur
penunjang untuk mempermudah para kaum difabel agar tidak kesulitan dalam buang air
baik besar atau kecil.
2.6 KRITERIA / INDIKATOR / INDEKS / UKURAN

Indikator inclusive city yang komprehensif menurut UU No. Undang-Undang Nomor (8)
Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yaitu:

 Partisipasi penuh. berarti penyandang disabilitas bisa berpartisipasi aktif didalam semua
aspek kehidupan sebagai masyarakat di sebuah kota. Dalam hal ini indikatornya ialah
keikutsertaan penyandang disabilitas dan/atau perwakilan penyandang disabilitas dalam
pemutusan kebijakan mulai dari tingkat RT hingga kota.

 Ketersediaan layanan hak maksudnya ialah terdapatnya upaya penyediaan pelayanan


fasilitas, program atau bangunan yang bertujuan untuk pemenuhan hak penyandang
disabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan pemerintah. Ada 22 hak
mendasar bagi para difabel yang tertera pada pasal 5, ada unit pelayanan difabel di bidang
pendidikan pada pasal 42, di bidang ketenagakerjaan dalam Pasal 55, dan ada unit
layanan informasi. dan mengungkapkan tindakan. Bagi perempuan dan anak penyandang
disabilitas yang tercantum dalam Pasal 125. Pemerintah dan masyarakat juga wajib
menyediakan perumahan yang layak. Selain itu, pemerintah kota juga wajib memberikan
pelayanan jaminan sosial, rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
sosial seperti yang terdapat pada pasal 90 dan 91.

 Aksesibilitas diartikan sebagai penyandang disabilitas lebih mudah untuk memanfaatkan


gedung, fasilitas, layanan dan program secara bebas. Secara jelas, undang-undang
menetapkan hal-hal berikut sebagai indikasi kemudahan ini. Pertama, kemudahan
penggunaan fasilitas umum yang tercantum didalam Pasal 18-a, dan kemudahan terhadap
bangunan yang mempunyai fungsi: perumahan, keagamaan, komersial, sosial budaya,
olahraga serta swasta seperti yang ada pada pasal 98. Kedua, akses terhadap sarana dan
prasarana publik, seperti jalan, jembatan, transportasi, informasi publik, dan pelayanan
publik dengan harga yang terjangkau dari segi jarak dan biaya, serta akses terhadap
pelayanan peradilan. ketiga, akses terhadap sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan pemilihan gubernur/walikota, pemilihan kepala desa atau lainnya; serta
memperoleh pendidikan politik. Demikian pula, keempat, hak akses ke tempat ibadah
seperti pada pasal 14, dan jasa budaya dan pariwisata di Pasal 85.

Untuk memastikan terpenuhinya hak akses bagi penyandang disabilitas, undang-undang


menetapkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib melakukan tinjauan terhadap
pengadaan fasilitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas di setiap wilayah.
BAB 3

APLIKASI / PENERAPAN INCLUSIVE CITY

3.1 SYARAT DALAM PENERAPAN

Penerapan konsep inclusive city pada ruang publik hunian harus memperhatikan
kebutuhan Semua pengguna, termasuk anak-anak dalam hal ini. anak sebagai individu dengan
keterbatasan fisik dan mentalnya membutuhkan ruang yang dia bisa menjamin keamanan dan
keselamatan, terutama saat melakukan aktivitas fisik dan berinteraksi sosial. Selain itu, penerapan
konsep keseluruhan harus memperhatikan kapasitas ruang publik itu sendiri. Dengan demikian,
ruang publik saat ini diharapkan bisa mengakomodir semua orang Aktivitas pengguna yang adil.

3.2 CIRI – CIRI (JIKA DITERAPKAN KONSEP INI)

Ciri ciri ketika suatu kota sudah menerapkan konsep inclusive city, diantaranya:

1. Telah terpasangnya Guiding blok ditrotoar pinggiran jalan dan juga ditempat tempat umum
seperti stasiun, terminal, pelabuhan, serta pusat perbelanjaan.
2. Telah tersedianya fasilitas ramah penyandang disabilitas seperti toilet khusus difabel,
angkutan umum khusus difabel, serta sarana lain yang memudahkan difabel dalam
melakukan aktivitas sehari hari.
3. Semua golongan terlebih lagi para penyandang disabilitas tidak lagi merasa didiskriminasi
karena keadaan mereka.

3.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KONSEP

Beberapa diantaranya kelebihan dari konsep Inclusive City, yaitu:

1. Mengurangi ketidaksetaraan antar masyarakat normal dan disabilitas didalam sebuah kota
yang ada di negara tersebut.
2. Menyamaratakan segala lapisan masyarakat agar menjadi 1 derajat dengan hak yang
sama satu sama lain
3. Dapat membantu memenuhi hak hidup seluruh masyarakat, meningkatkan kesejahteraan
dan rasa aman serta nyaman bagi semua masyarakatnya.

3.4 DAMPAK (+,-) DALAM PENERAPAN KONSEP

Dampak positif yang muncul dalam penerapan konsep inclusive city di sebuah wilayah,
yaitu:

1. Hilangnya rasa tidak percaya diri pada para penyandang disabilitas karena haknya sudah
setara dengan masyarakat normal pada umumnya,
2. Timbulnya rasa aman, damai, dan tentram pada setiap masyarakat karena bisa hidup
berdampingan tanpa adanya diskriminasi,
3. Tumbuhnya rasa persatuan dan kesatuan dalam diri setiap masyarakat untuk sama sama
memperlakukan para difabel secara adil.
BAB 4

SIMPULAN

Demikian makalah ini disusun untuk memenuhi tujuan penulisan. Kita sudah mengetahui
pengertian dan penjelasan dari konsep inclusive city serta kita juga telah mengetahui manfaat
serta dampak yang ditimbulkan dari penerapan konsep inclusive city itu sendiri. Inclusive city
berarti kota yang ramah untuk para kaum berkebutuhan khusus. Dimana dalam kota dengan
konsep inclusive city mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan nyaman dan damai tanpa takut
kesulitan dan terdiskriminasi oleh lingkungan sosial.

DAFTAR REFERENSI

 Maftuhin, A. (2017). MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN


INDIKATOR. TATALOKA, 19(2), 93.

https://doi.org/10.14710/tataloka.19.2.93-103

 Salha, R. , Jawabrah, M. , Badawy, U. , Jarada, A. and Alastal, A. (2020) Towards Smart,


Sustainable, Accessible and Inclusive City for Persons with Disability by Taking into
Account Checklists Tools. Journal of Geographic Information System, 12, 348-371.

https://dx.doi.org/10.4236/jgis.2020.124022

 Alessandria, F. (2016). Inclusive City, Strategies, Experiences and Guidelines. Procedia -


Social and Behavioral Sciences, 223, 6–10.

https://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.274

Anda mungkin juga menyukai