Anda di halaman 1dari 28

PENGKAJIAN

A. Profil Ruang Kenanga


Ruang rawat inap Kenanga merupakan salah satu ruang rawat inap
dengan kasus – kasus penyakit kompleks seperti : penyakit dalam, neurologis,
bedah, ginekologianak, geriatri. Di ruang Kenanga memiliki keunggulan yaitu
ruang rawat inap perawatan geriatri. Pasien geriatri merupakan pasien lanjut
usia dengan multi penyakit/ gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologis, sisial, ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan
kesehatan secara terpadu dan khusus untuk meningkatkan mutu pelayanan
yang baik bagi masyarakat.
Ruang Kenanga merupakan salah satu ruang perawatan yang
memberikan perawatan bagi pasien laki – laki ,perempuan, dan anak – anak
dengan berbagai kasus penyakit kompleks seperti penyakit dalam, neutologis,
bedah, ginekologi, anak, geriatri. Ruang Kenanga juga memberikan
pelayanan untuk pasien umum dan pasien BPJS yang terdiri dari kelas I, II,
dan III dengan jumlah tempat tidur pasien 56 buah.
Ruang Kenanga terdapat beberapa ruangan, seperti : nurse station yang
digunakan sebagai pusat pelayanan pasien, satu ruangan untuk penyimpanan
obat dan alat, satu ruangan untuk ruang tindakan, ruang untuk Kepala Ruang
dan Dokter serta memiliki runagan untuk loker, ruang edukasi,yang
digunakan sebagai ruang diskusi, dapur, gudang.

B. INPUT
1. M1 (MAN)
a. Tenaga kerja
Tenaga kerja di ruang kenanga terdiri dari Kepala Ruangan, 1
clinical case manager, 5 perawat primer, 28 perawat associate, dan 2
Pengurus Unit Kerja (PUK).
Tabel 2.1
Distribusi tenaga kerja berdasarkan pendidikan
Ruang Kenanga
Pendidikan Jumlah
S2 1 orang
S1 11 orang
DIII 22 orang
SPK 1 orang
SMA 2 orang
Total 37 orang

b. Program pengembangan kinerja staf


Apabila rumah sakit dapat mengembangkan soft kompetensi
dengan menumbuhkan sikap dan perilaku positif pada semua
karyawannya maka akan menciptakan lingkungan kondusif dan
memacu motivasi pada semua karyawannya untuk mau berkembang
dan maju. Hal ini dapat memberi dampak pada tingkat kunjungan
pasien yang meningkat karena kenyamanan dan kepuasan pasien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan yang
diadakan untuk pengembangan staf akan memberikan dampak yang
luas, tidak hanya dari segi kualitas pelayanan tetapi juga pada kualitas
Rumah Sakit. Kebutuhan pengembangan tenaga kebidanan/keperawatan
(pendidikan dan pelatihan) mencakup 2 hal berikut.
1) Kajian teori
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang
berkualitas memerlukan sumber daya yang sesuai dengan kualitas
dan profesionalitas perawat dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Praktek professional yang merupakan ciri profesi yang
harus tetap dipelihara dan dtingkatkan dalam rangka
mempertahankan akuntabilitas dan standar kinerja yang tinggi.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang
disebut Human Resource Development mempunyai tiga program
yaitu:
a) Training, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini.
b) Education, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan yang akan datang.
c) Development, yaitu aktifitas di mana proses belajar tidak
diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan.
2) Kebutuhan pengembangan perawat/bidan di ruang kenanga
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang kenanga, serta data dari
Rencana kinerja tahunan instalasi rawat inap, maka didapatkan data
bahwa kebutuhan untuk pengembangan perawat kenanga adalah
masih dalam perencanaan.

c. Kasus yang sering ditemukan


Pengkajian yang dilakukan di Ruang Kenanga terdapat 5 kasus
besar yang ditemukan, yaitu :
Tabel 2.2 Jenis 5 Kasus Terbesar
NO Penyakit Jml
Pasien

1. Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus Without 16


Complication

2. Hypertensive Heart and Renal Disease with both 10

3. Dengue Haemoragic Fever 6

4. Anemia Aplastic Unspecified 5

5. Hypertensive Renal Disesase with renal failure 5

Dari data tabel diatas merupakan 5 besar penyakit di Ruang Kenanga


pada Bulan Maret 2020. Penyakit terbanyak adalah Non-insulin Dependent
Diabetes Mellitus Without Complication yaitu sebanyak 16 pasien.
1) BOR (Bed Occupation Rate)
BOR (Bed Occupation Rate) merupakan jumlah pasien dari
pemakaian tempat tidur pada periode tertentu. Nilai BOR (Bed
Occupation Rate) memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur di ruang Kenanga. Standart nilai BOR
(Bed Occupation Rate) menurut Barbel Jhonson adalah 75% - 85%
(standart internasional), sedangkan standart nilai Depkes RI adalah
60% - 85%. Apabila BOR (Bed Occupation Rate) > 85% berarti
tempat tidur yang di pakai di rumah sakit tersebut hampir penuh.
Rumus penghitungan BOR menurut Depkes
BOR = Error: Reference source not found x 100%
= Error: Reference source not found x 100%
= Error: Reference source not found x 100%
= 80.6%
Jumlah BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Kenanga pada periode
bulan Maret 2020 adalah 80.6%.
2) LOS (Lenght Of Stay)
Menurut depkes RI (2005) LOS (Lenght Of Stay) adalah rata – rata
lama rawat seorang pasien. Secara umum LOS (Lenght Of Stay)
yang ideal antara 6 – 9 hari (Depkes, 2005). LOS (Lenght Of Stay)
pada ruangan Kenanga pada periode bulan Maret adalah 7 hari.
Rumus penghitungan ALOS menurut Depkes
ALOS = Error: Reference source not found
= Error: Reference source not found
= 7 hari

d. Tingkat ketergantungan pasien


Tingkat ketergantungan pasien dinilai dengan instrument yang
dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan pasien ruang Kenanga
1) Minimal care
Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
a) Mampu naik turun tempat tidur.
b) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.
c) Mampu makan dan minum sendiri.
d) Mampu toileting sendiri.
e) Status psikologis stabil.
2) Moderate care
Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian.
a) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur.
b) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan.
c) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makan.
d) Membutuhkan bantuan dakam toileting.
e) Gangguan emosional ringan.
3) Total care
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawat yang lebih lama.
a) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi.
b) Membutuhkan latihan pasif.
c) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui infus ataupun
NGT.
d) Gangguan emosional berat.
Tabel 2.3 Tingkat Ketergantungan Pasien
No Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah
1. Total Care 5
2. Partial Care 17
3. Self Care 32
Jumlah 54

e. Kebutuhan perawat
1) Ketenagaan Keperawatan
a) Kajian Teori menurut Depkes 2008
Menurut Depkes model pendekatan yang dapat digunakan dalam
penghitungan tenaga keperawatan di rumah sakit untuk rawat
inap, yaitu :
Kategori asuhan keperawatan :
(1) Asuhan keperawatan minimal
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
(b) Makan dan minum dilakukan sendiri
(c) Ambulasi dengan pengawasan
(d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shiff\
(e) Pengobatan minimal status psikologis stabil
(2) Asuhan keperawatan sedang
(a) Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu
(b) Observasi tanda tanda vital tiap empat jam
(c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
(3) Asuhan keperawatan agak berat
(a) Sebagian aktivitas dibantu
(b) Observasi tanda tanda vital tiap 2-4 jam sekali
(c) Terpasang folley kateter, intake output dicatat
(d) Terpasang infus
(e) Pengobatan lebih dari sekali
(f) Persiapan pengobatan perlu prosedur
(4) Asuhan keperawatan maksimal
(a) Segala aktivitas diberikan perawat
(b) Posisi diatur
(c) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
(d) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
(e) Penggunaan section
(f) Gelisah/disorientasi
Cara perhitungan berdasarkan :
(a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
(b) Rata-rata pasien perhari
(c) Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien
(d) Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari
(e) Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari
Ruang Kenanga kapasitas 56 tempat tidur.
Dengan rata - rata jam perawatan /hari adalah 3,5 jam, rata –
rata BOR bulan Maret 2020 adalah 80,6%.
b) Komposisi perawat dinas pagi, siang dan malam
(1) Menurut Douglas
(a) Shift Pagi
= (∑ pt mandiri x 0,17) + (∑ pt partial x 0,27) + (∑ pt
total x 0,36)
= ( 32 x 0,17) + ( 17 x 0,27) + ( 5 x 0,36)
= 5.44 + 4.59 + 1.8
= 11.83 ( 12 perawat )
(b) Shift Siang
= (∑ pt mandiri x 0,14) + (∑ pt partial x 0,15) + (∑pt
total x 0,30)
= ( 32 x 0,14 ) + ( 17 x 0,15 ) + ( 5 x 0,30 )
= 4.48 + 2.55 + 1.5
= 8.53 ( 9 perawat)
(c) Shif Malam
= (∑ pt mandiri x 0,07) + (∑ pt partial x 0,10) + (∑ pt
total x 0,20)
= ( 32 x 0,07 ) + ( 17 x 0,10 ) + ( 5 x 0,20 )
= 2.24 + 1.7 + 1
= 4.94 ( 5 perawat)
Total perawat yang dibutuhkan di Ruang Kenanga
pada tanggal 7 April 2020 menurut Douglas adalah: 12 + 9
+ 5 = 26 perawat. Perawat yang libur atau cuti 1/3 x 26 = 9
perawat. Perhitungan ini sudah termasuk 1 kepala ruang
dan 2 katim. Jadi, apabila dihitung keseluruhan maka
jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 26 + 9 = 35
perawat.
(2) Menurut Gillies
Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang
rawat dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah
jam efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun
dengan rumus:

( X ) = ( BOR x TT ) x jam efektif x hari dalam 1 tahun ( hari

dalam 1 tahun – hari libur ) x 7

Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan secara


khusus dapat dikategorikan sebagai berikut :
Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/24 jam
Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/ 24 jam
Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/ 24 jam.
Menurut Gillis (2002) jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
di ruang Kenanga sebagai berikut :
A x B x 365
Tenaga perawat =
C x Jumlah Jam Kerja/hari
: Jam perawatan efektif per 24 jam
: BOR x jumlah tempat tidur (24)
: jumlah hari kerja efektif
Keterangan:
(a) Apabila BOR : 80.6 % pada bulan Maret 2020
B = BOR x jumlah tempat tidur
= 80.6 % x 56
= 45.13
(b) Jam kerja efektif = 7 jam
(c) Jam perawatan efektif untuk ruang Kenanga menurut tingkat
ketergantungan berdasarkan jenis penyakit sebesar 4 jam/
hari
(d) Libur Hari Minggu 52 hari
(e) Cuti tahunan 12 hari
(f) Libur nasional 14 hari
(g) Tugas luar dan sakit 6 hari
(h) Sehingga, libur keseluruhan 84 hari
A x B x 365
Tenaga perawat =
C x Jumlah Jam Kerja/hari
4 x 45.13 x 365
=
281 x 7
65.889,8
=
1967
= 33.49
= 33
Dari perhitungan di atas jumlah tenaga
keperawatan yang dibutuhkan adalah 33 orang ditambah 1
kepala ruang dan 2 Katim jadi jumlah perawat yang
dibutuhkan sebanyak 35 perawat.
(3) Depkes
Menurut Depkes (2002), jumlah perawat yang dibutuhkan di
ruang Kenanga adalah sebagai berikut :

a) Self care (SC) : 32 x 2,5 jam = 80


b) Partial care (PC) : 17 x 4,5 jam = 76.5
c) Total care (TC) : 5 x 6,5 jam = 32.5
189

Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas :


Jumlah jam perawatan di ruangan per hari
A =
Jam kerja perawat per shift
189
=
7
= 27 perawat
Dari perhitungan di atas jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan adalah 27 orang ditambah 1 kepala ruang, dan
2 Katim jadi jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 30
perawat.

Dari hasil perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan dari


beberapa ahli dapat disimpulkan :
Tabel Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Di Kenanga Tahun 2020
No Metode Hasi Jumlah Keterangan
l perawat ruang
1 Douglas 35 3 Cukup
2 Gillies 35 35 Cukup
3 Depkes 30 35 Lebih 5
5
2. M2 (Money)
a. Sumber pemasukan
Tidak ada sumber pemasukan untuk Ruang Kenanga karena
kebutuhan dan pengaturan keuangan oleh bidang keuangan Rumah
Sakit. Ruangan hanya membuat daftar permintaan sesuai kebutuhan
ruangan dan akan dipenuhi oleh kepala perlengkapan. Ruang Kenanga
berfokus pada pelayanan, sedangkan keuangan tidak ada kewenangan.
Semua alokasi dana dan sumber pemasukan diperoleh dan diatur oleh
bagian anggaran Rumah Sakit.

b. Pengeluaran
Ruang Kenanga tidak mengetahui jumah pengeluaran yang
dikeluarkan oleh ruangan karena sistem pemasukan dan pengeluaran
yang ada di ruangan bersifat sentralisasi langsung ke rumah sakit.

c. Sistem evaluasi anggaran


Ruang Kenanga tidak memiliki system evaluasi anggaran karena
semua pemasukan dan pengeluaran yang ada dikelola langsung oleh
bagian anggaran rumah sakit. Ruangan hanya mengurus billing pasien
selama dirawat di ruang mawar yang meliputi biaya tindakan
keperawatan, dan medis.

d. Kendala dalam anggaran


Tidak ada kendala dalam anggaran keuangan untuk alat – alat
barang habis pakai dan kebutuhan ruangan yang di perlukan semua jika
habis atau kerusakan pada alat medis maka bagian seperti CSSD,
gudang farmasi, ataupun teknisi service segera melakukan tindakan dan
pemenuhan yang memang dibutuhkan.

3. M3 (Methods)
a. Pelaksanaan timbang terima
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sexton, et al (2004),
pelaksanaan timbang terima dengan tatap muka langsung memiliki efek
yang sangat penting terhadap kesinambungan perawatan pasien.
Penelitian terkait juga di lakukan oleh Adams dan Osborne(2012) di
Central Coast Rumah Sakit Distrik California menyatakan bahwa
komunikasi saat timbang terima antar perawat merupakan hal yang
sangat penting sehingga dapat mengantisipasi bahaya keselamatan
pasien di Rumah Sakit. Menurut fenton dan Wendy (2006), timbang
terima keperawatan yang dilakukan secara continue dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang terstruktur dan
informatif yang didukung dengan adanya acuan berupa Standart
Operasional Prosedure (SOP).
Timbang terima pasien berdasarkan SOP dilaksanakan setiap
pergantian Shift. Perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif tentang masalah
keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal – hal penting lainnya yang perlu di limpahkan.
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6-10 April 2020
melalui observasi secara langsung diperoleh kegiatan timbang terima
dilakukan oleh perawat diruang jaga/diruang perawat, saat timbang
terima perawat menyampaikan kondisi pasien secara lisan dan tidak
melakukan keliling, didokumentasikan dalam catatan perkembangan
walaupun belum secara lengkap salah satunya didalam catatan
perkembangan belum tertulis respon pasien setelah implementasi,
operan dilakukan secara rutin dari shift pagi-sore-malam, dan operan
dilakukan pada akhir shift antar perawat yang ada pada saat itu.

b. Metode penugasan
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Studi pengaturan staf dapat digunakan untuk
menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan ketrampilan personil,
jumlah perawat dan beban kerja (Swansburg, 2000).
Ada beberapa teori mengenai model – model praktik keperawatan
professional antara lain menurut teori Gillies (1999) :
1) Metode kasus (Total Care Method)
Disebut juga Total Patient Care, perawat mempunyai otonomi dan
tanggung jawab terhadap perawatan pasien selama shift kerja (± 8
jam). Pasien menerima asuhan keperawatan yang diberikan secara
total dan tidak terfragmentasi atau terpecah – pecah. Metode ini lebih
mudah dikerjakan karena satu orang perawat hanya bertanggung
jawab pada satu atau dua orang dan maksimal tiga, tergantung dari
tingkat kebutuhan pasien dan model ini membutuhkan koordinasi
diantara perawat- perawat yang melakukan asuhan keperawatan.
Kerugian dari metode ini, yaitu :
a) Membutuhkan dana yang sangat tinggi (Costly), karena pada
pelaksanaannya memerlukan perawat pelaksana yang mempunyai
kemahiran, ketrampilan dan profesionalisme tinggi sehingga
reward juga harus tinggi.
b) Memerlukan supervise yang adekuat dari kepala ruang (charge
nurse)
c) Memerlukan kepala ruang (charge nurse) yang mampu
memberikan training yang baik kepada perawat pelaksana.
2) Metode fungsional (functional nursing)
Perawat pelaksana hanya bertugas berdsarkan tugas tertentu (task
oriented)
Keuntungan dari metode ini, yaitu :
a) lebih efisien
b) Tugas dapat segera diselesaikan
c) Sedikit kebingungan karena tugasnya hanya satu
d) Kebutuhan akan perawat profesional (register nurse)sedikit
sehingga dana yang dibutuhkan juga minimal
Kerugian dari metode ini, yaitu :
a) Asuhan keperawatan menjadi terfragmentasi
b) Kepuasan kerja rendah
c) Tidak ada tantangan dalam melakukan tugas
d) Lebih banyak membutuhkan koordinasi, terutama supervise dari
kepala ruang untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan
e) Keselurhan asuhan keperawatan tidak diperhatikan karena
tanggung jawab hanya pada tugas yang dilakukan.
3) Metode tim (Tim Nursing)
Metode ini menggunakan prinsip bahwa ada sekelompok perawat
pelaksana yang dipimpin oleh ketua tim dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua tim bertanggung
jawab kepada kepala ruangan.
Keuntungan dari metode ini yaitu:
a) Meningkatkan metode kolaborasi
b) Kebingungan akses kepasien berkurang
Kerugian dari metode tim yaitu:
a) Saat pelaksanaan rencana keperawatan yang dibuat oleh ketua
tim, kemungkinan terjadi pelaksaan yang tidak sesuai standar
asuhan keperawatan.
b) Membutuhkan perencanaan dan komunikasi diantara anggota tim,
sehingga metode ini tidak efektif karena membutuhkan banyak
waktu.
c) Jalur tanggung jawab menjadi tidak jelas.
d) Asuhan keperawatan terfrakmentasi dan dapat terjadi overlapping
atau nursing eror.
4) Metode perawat primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam
suatu organisasi atau kelompok kerja dengan semua staf
keperawatan professional. Pada pelaksanaannya hampir sama dengan
metode case methods nursing atau total patient care.
Kebutuhan akan register nurse sangat tinggi. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Penanggung jawab adalah primary nurse harus mempunyai
kemampuan membina komunikasi antara pasien, dokter, associate
nurse dan anggota tim kesehatan lain. Primary nurse merawat 4
sampai 6 pasien dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24
jam dari pasien masuk sampai pasien pulang. Ada kontuinuitas
asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat
dipertanggung jawabkan. Tim primary nurse mempunyai perawat
pelaksana (associate nurse) dan bila primary nurse tidak ada,
perawatan dilanjutkan oleh associate nurse.
Keuntungan dari metode primer yaitu:
a) Tingkat kepuasan yang tinggi.
b) Tinggi tanggung jawab dan otonomi yang jelas.
c) Perawat tertantang dalam menyelesaikan masalah dan diberi
penghargaan.
Kerugian dari metode primer yaitu:
a) Costly
b) Kesulitan dalam menentukan RN. Hal ini disebabkan ontuk
mencapai standar, semua PN harus RN. Dan hal ini menjadi sulit
karena kendala ekonomi sehingga rumah sakit tidak mampu
memberi reward dan terjadi keterbatasan tenaga kerja.
5) Metode modifikasi tim primer
Pada metode ini menggunakan secara kombinasi dari kedua system.
Penetapan system metode primer modikasi ini didasarkan pada
beberapa alasan:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau yang setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terhadap primary nurse.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 6-10 April 2020
melalui hasil observasi secara langsung diperoleh hasil bahwa Ruang
Kenanga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan metode
tim. Seluruh perawat pelaksana bertanggungjawab atas semua pasien
diruang perawatan baik itu ruang kelas I, II, III. Hal ini tertuang dalam
jadwal perawat diruangan yang sudah tertera.
Berikut ini adalah gambaran pelaksaan overan, ronde keperawatan,
dan conference di Ruang Kenanga.
Tabel 2.4 Hasil Observasi
No Kegiatan Pelaksanaan
1. Timbang  Timbang terima dilakukan oleh perawat shift
Terima sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya.
 Semua perawat melakukan timbang terima,
hanya sebagian saja.
 Pemimpin timbang terima tidak selalu
dilakukan oleh ka shif.
 Laporan kondisi pasien ditulis di buku
laporan perkembangan dan ditulis di status
pasien.
 Pemimpin timbang terima menyampaikan
kondisi umum pasien dan kondisi khusus
pasien.
 Perawat pemberi timbang terima bisa
dilakukan oleh perawat siapa saja yang
bertugas saat itu.
 Timbang terima sudah dilakukan secara
continue pagi ke sore, sore ke malam, malam
ke pagi dst.
 Waktu timbang terima dilakukan di akhir
kegiatan shift.
2. Pre Selama dilakukan observasi belum ada dilakukan
Conference kegiatan pre conference
3. Post Selama dilakukan observasi belum ada dilakukan
Conference kegiatan post conference
4. Ronde Selama dilakukan observasi belum ada dilakukan
Keperawatan ronde keperawatan

c. Alur Penerimaan Pasien


Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 6-10 April 2020
didapatkan bahwa alur penerimaan pasien yang baru sudah sesuai
dengan SOP yang ada. Jika pasien datang dari IGD sampai ruangan
pasien dilakukan anamnesa lanjutan melengkapi pengkajian dari IGD,
apabila pasien datang dari poliklinik maka juga dilakukan anamnesa
lanjutan melengkapi pengkajian dari poliklinik di ruang Kenanga.

d. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan tanggal 6-10 April 2020
yang diruang Kenanga adalah:
Tabel 2.5 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Askep yang Keterangan
dinilai
Pengkajian Pengkajian yang dilakukan tidak lengkap (terutama
untuk pasien resiko jatuh, skala nyeri, tanda tangan
dan nama perawat yang mengkaji),
Diagnosa Diagnosa keperawatan atau kebidanan ada yang
Keperawatan sudah di isi dan ada yang belum, namun
penulisannya masih tidak sesuai.
Intervensi Penulisan Rencana keperawatan tidak sesuai
Keperawatan dengan diagnose
Implementasi Implementasi keperawatan tidak mencantumkan
jam atau tanggal penulisan asuhan keperawatan
Evaluasi Evaluasi keperawatan tidak sesuai penulisan, tidak
menggunakan SOAP dan tanda tangan
perawat/bidan tidak disertakan.

Dokumentasi Kesimpulan dari dokumentasi adalah perawat dan


Keperawatan bidan belum melaksanakan sepenuhnya sesuai
SOAP

e. Discharge Planning
Tujuan dilakukannya discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.
Menurut Nursalam (2011), tujuan dari discharge planning antara lain
sebagai berikut :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan social
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan kelurga
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Memnbantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat
Dari hasil observasi yang dilakukan diruang Kenanga untuk
penulisan discharge planning sudah diisi secara lengkap.

f. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat
associate, bidan associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa kegiatan
ronde keperawatan di ruang Kenanga belum dilaksanakan.

g. Komunikasi Efektif dan Terapeutik


Pada struktur komunikasi bertujuan untuk mencapai status praktek
komunikasi yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok
kerja, meliputi pelaksanaan, prinsip-prinsip asuhan keperawatan kepada
pasien, keterampilan yang baik dan dapat membantu pelaksanaan dalam
penyelesaian masalah suatu organisasi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di ruang Kenanga pada
tanggal 5-10 April 2020, untuk komunikasi yang efektif di rumah sakit
pada saat pelaporan pasien ke dokter sudah menggunakan SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recommendation) sesuai SPO yang
berlaku di rumah sakit.

h. Cara Memperkenalkan Ruangan Kepada Pelanggan


Dari hasil observasi perawat, saat pasien baru datang petugas sudah
menyampaikan ruangan tempat perawatan dan memperkenalkan
ruangan dan fasilitas yang ada di ruangan.

i. Penjamin Mutu
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Kenanga pada
tanggal 7 April untuk penjamin mutu sudah dibuatkan rencana seperti
peningkatan mutu keperawatan, peningkatan sumber daya keperawatan
dan peningkatan kepuasan pasien. Untuk mutu unit diolah tiap 3 bulan.
Untuk manajemen resiko diolah tiap 6 bulan.

j. SOP
Menurut Tjipto Atmoko (2011), mengatakan bahwa standar
operasional prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan
untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator
teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 5-10 April 2020 di
Ruang Kenanga sudah terdapat SOP yang didokumentasikan dan
diletakkan pada setiap box file sehingga SOP tersebut bisa diakses
dengan mudah oleh perawat yang berjaga di ruang Yoseph, namun ada
beberapa tindakan yang belum sesuai dengan SOP karena kurang
sosialisasi secara berulang tentang SOP yang sudah dibuat, dan
kurangnya kesadaran dan kepatuhan untuk menjalankan sesuai SOP.
4. Materials
a. Denah Ruangan
b. Komposisi Ruangan
Ruang Kenanga terdiri dari:
1) Nurse Station
2) 14 kamar 56 tempat tidur pasien yang terdiri dari:
a) Kelas I: 6 kamar 12 tempat tidur
b) Kelas II: 5 kamar 20 tempat tidur
c) Kelas III: 3 kamar 24 tempat tidur
3) Ruang tunggu pasien
4) Kamar mandi
5) Ruang edukasi
6) Ruang Dokter dan kepala ruang
7) Ruang penyimpanan obat dan alat
Luas nurse station 4 x 5 meter yang terdiri dari satu meja
administrasi dan komputer, meja perawat berbentuk persegi panjang
yang digunakan untuk menulis pendokumentasian askep, visit dokter,
Terdapat 10 kursi di ruang nurse station dan disamping meja perawat
terdapat map file berisi diagnosa keperawatan, serta di samping
terdapat almari yang berisi file ruangan.
Terdapat 2 wastafel didepan kamar mandi pegawai dan di ruang
obat. Disebelah nurse station terdapat ruang edukasi yang digunakan
untuk ruang diskusi, dapur dan gudang. Didepan ruang edukasi terdapat
ruang dokter. Disamping ruang dokter terdapat ruang alat, ruang obat
dan ruang kepala ruang.
Tempat pembuangan sampah di Ruang Kenanga sudah
menggunakan sistem pemilahan antara sampah infeksi, non infeksi dan
sampah jarum yang diletakkan dalam safety box. Tempat pencucian alat
medis di Ruang Kenanga berada di ruang slobzink. Pencucian alat
medis seperti bengkok, bak instrumen dan kom menggunakan cairan
lisol.
Terpasang handrub di setiap kamar dan sudah ada box tissue. Ada
poster 6 langkah cuci tangan di atas hand rub terdapat di semua wastafel
perawat maupun pasien. Alat Pemadam Api ringan (APAR) yang
terdapat di ruang Kenanga berjumlah 2, terletak di ujung pintu masuk
dan di depan nurse station. Sudah terdapat petunjuk penggunaan yang
benar, sudah ditemukannya petunjuk jalur evakuasi.

c. Inventaris Ruangan
1) Inventaris peralatan medis
Tabel 2.6 Daftar Peralatan Medis Ruang Kenanga
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Dopler 2 Baik
2. Set medikasi 5 Baik
3. Thermometer raksa 1 Baik
4. Thermometer digital 2 Baik
5. Tourniquet 3 Baik
6. Syring pump terumo 5 Baik
7. Tensi meter 3 Baik
8. Bengkok 7 Baik
9. Ambubag 2 Baik
10 Manometer O2 31 Baik
11 Nebul 3 Baik
12 Stetoskop 7 Baik
13 Suction 1 Baik
14 Tromol kassa kecil 2 Baik
15 Tromol kassa sedang 2 Baik
16 Glucotes 1 Baik
17 Oxymetri 1 Baik

2) Peralatan non medis


Tabel 2.7 Daftar Peralatan Non Medis Ruang Kenanga
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Tempat tidur 56 Baik
2. Kursi 66 Baik
3. Kasur 56 Baik
4. Almari pasien 56 Baik
5. Wastafel 16 Baik
6. Kaca rias 4 Baik
7. Kipas angin 3 Baik
8. AC+Remote 16 Baik
9. Ember+Gayung 15 Baik
10. Jam dinding 17 Baik
11. Meja makan 15/15 Baik
12. Jemuran 15 Baik
13. Apar 2 Baik
14. Televisi+Remote 10 Baik
15. Kamar mandi 15 Baik
16. Kursi ruang perawat 10 Baik
17. Sofa pasien 2 Baik
18. Kursi tunggu 2 Baik
19. Komputer 2 Baik
20. Senter 1 Baik
21. Tempat sampah non 2 Baik
infeksius
22. Tempat sampah infeksius 2 Baik
23. Tempat linen kotor 1 Baik
24. CCTV 2 Baik
25. Rol kabel 3 Baik
26 Pispot 14 Baik

3) Fasilitas Linen
Tabel 2.8 Daftar Fasilitas Linen Ruang Kenanga
No Alat tenun Jumlah Kondisi
1. Sprei 97 Baik
2. Bantal 57 Baik
3. Sarung Bantal 84 Baik
4. Selimut 56 Baik
5. Stik Laken 50 Baik
6. Perlak 49 Baik
7. Korden 34 Baik
8. Guling 12 Baik
9. Sarung Guling 22 Baik
4) Inventaris Alat Perkantoran dan Rumah Tangga
Tabel 2.9
Daftar Inventaris Alat Perakntoran dan Rumah Tangga Ruang Kenanga
No Kondisi Ket
Nama barang Jml
Baik Rusak
1. Meja Kayu 5 
2. Kursi 66 
3. Tempat Tidur 56 
4. Kasur 56 
5. Bantal 56 
6. Guling 12 
7. Kursi Roda 4 
8. Jam Dinding 17 
9. Lemari Kayu 7 
10 Lemari Kaca 2 
11 Loker Pegawai 20 
12 Meja Pegawai 4 
13 Komputer 2 
14 Loker Obat Pasien 3 
15 Lemari Linen 2 
16 Pesawat Telefon 1 
17 Lemari Es 1 
18 Rak Rekam Medis 1 
19 Rak Handuk Perawat -
20 Tempat Sampah 16 
21 Wastafel Nurse Station 2 
22 Kipas Angin 3
23 Ac 16 
24 Sofa Penunggu 2 
25 Kursi Penunggu 56 
26 Kursi Pengunjung 2 
27 Troli 5 
28 Standar Infus 56 

5) Inventaris Alat Troli Emergency


Tabel 2.10
Daftar Inventaris Alat Troli Emergency Ruang Kenanga
No Isi troli emergency Ada/tidak ada
1. ALAT-ALAT
1. Ambubag Lengkap Ada
2. Suction Ada
3. Tabung O2 Ada
4. Cateter No 12/14/16/18 Ada
5. Senter Ada
6. Masker Ada
7. Handskun Ada
8. Oksimetri Ada
2. OBAT INJEKSI
1. Udopa Ada
2. Dopamin Ada
3. Epineprin Ada
4. Lidocain Ada
5. Stesolid Ada
6. Dobutamin Ada
7. Sulfas Atropin Ada

Infus yang ada diruangan:


No Nama cairan infus Ada

CAIRAN INFUS
1. Asering Ada
2. Martos Ada
3. Ringer Laktat Ada
4. Dextrose 5% Ada
5. Dextrose 10% Ada
6. Nacl 0,9% Ada
7. Nacl 1000 ml Ada
8. Kaen 3b Ada
9. Ringer solution Ada
10. Ringer dextroxe Ada
11. D. ½ NS Ada
12. Aquabidest 1000 ml Ada

d. Sterilisasi Alat
Tempat pencucian alat medis ruang Kenanga berada di ruang slobzink.
Pencucian alat medis seperti bengkok, bak instrumen dan kom
didesinfektan kemudian di cuci menggunakan cairan lisol dan
dikeringkan, selanjutnya perawat mengantarkan ke ruang CSSD.
e. Fasilitas Kamar Pasien
Tabel 2.8 Fasilitas Kamar Pasien
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Kamar mandi 14 Baik
2. Wastafel 14 Baik
3. Gayung 14 Baik
4. Tempat tidur pasien 56 Baik
5. Lemari pasien 56 Baik
7. Tiang infuse 56 Baik
8. Pispot 14 Baik
9. Kursi jaga 56 Baik
10. Sofa 2 Baik
11. Televisi+remote 10 Baik
12. AC+remote 16 Baik

f. Fasilitas Staf
Tabel 2.9 Fasilitas Staf
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Kursi 15 Baik
2. Komputer 2 Baik
3. Lemari Es 1 Baik
4. Pesawat Telepon 1 Baik
5. Wastafel 2 Baik
6. Jam dinding 3 Baik
7. Kipas Angin 3 Baik
8. Meja 5 Baik
9. WC 1 Baik
10. Cermin 2 Baik
11. Rak sepatu 1 Baik
12. Loker 20 Baik

5. Machine
a. Jumlah tempat tidur
Jumlah tempat tidur di ruang Kenanga total 56 TT dengan kondisi 56
bed dalam keadaan baik.
b. Pelayanan unggulan yang terkait dengan Machine
Ruang Kenangan belum ada pelayan unggulan.

Anda mungkin juga menyukai