B. INPUT
1. M1 (MAN)
a. Tenaga kerja
Tenaga kerja di ruang kenanga terdiri dari Kepala Ruangan, 1
clinical case manager, 5 perawat primer, 28 perawat associate, dan 2
Pengurus Unit Kerja (PUK).
Tabel 2.1
Distribusi tenaga kerja berdasarkan pendidikan
Ruang Kenanga
Pendidikan Jumlah
S2 1 orang
S1 11 orang
DIII 22 orang
SPK 1 orang
SMA 2 orang
Total 37 orang
e. Kebutuhan perawat
1) Ketenagaan Keperawatan
a) Kajian Teori menurut Depkes 2008
Menurut Depkes model pendekatan yang dapat digunakan dalam
penghitungan tenaga keperawatan di rumah sakit untuk rawat
inap, yaitu :
Kategori asuhan keperawatan :
(1) Asuhan keperawatan minimal
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
(b) Makan dan minum dilakukan sendiri
(c) Ambulasi dengan pengawasan
(d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shiff\
(e) Pengobatan minimal status psikologis stabil
(2) Asuhan keperawatan sedang
(a) Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu
(b) Observasi tanda tanda vital tiap empat jam
(c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
(3) Asuhan keperawatan agak berat
(a) Sebagian aktivitas dibantu
(b) Observasi tanda tanda vital tiap 2-4 jam sekali
(c) Terpasang folley kateter, intake output dicatat
(d) Terpasang infus
(e) Pengobatan lebih dari sekali
(f) Persiapan pengobatan perlu prosedur
(4) Asuhan keperawatan maksimal
(a) Segala aktivitas diberikan perawat
(b) Posisi diatur
(c) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
(d) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
(e) Penggunaan section
(f) Gelisah/disorientasi
Cara perhitungan berdasarkan :
(a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
(b) Rata-rata pasien perhari
(c) Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien
(d) Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari
(e) Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari
Ruang Kenanga kapasitas 56 tempat tidur.
Dengan rata - rata jam perawatan /hari adalah 3,5 jam, rata –
rata BOR bulan Maret 2020 adalah 80,6%.
b) Komposisi perawat dinas pagi, siang dan malam
(1) Menurut Douglas
(a) Shift Pagi
= (∑ pt mandiri x 0,17) + (∑ pt partial x 0,27) + (∑ pt
total x 0,36)
= ( 32 x 0,17) + ( 17 x 0,27) + ( 5 x 0,36)
= 5.44 + 4.59 + 1.8
= 11.83 ( 12 perawat )
(b) Shift Siang
= (∑ pt mandiri x 0,14) + (∑ pt partial x 0,15) + (∑pt
total x 0,30)
= ( 32 x 0,14 ) + ( 17 x 0,15 ) + ( 5 x 0,30 )
= 4.48 + 2.55 + 1.5
= 8.53 ( 9 perawat)
(c) Shif Malam
= (∑ pt mandiri x 0,07) + (∑ pt partial x 0,10) + (∑ pt
total x 0,20)
= ( 32 x 0,07 ) + ( 17 x 0,10 ) + ( 5 x 0,20 )
= 2.24 + 1.7 + 1
= 4.94 ( 5 perawat)
Total perawat yang dibutuhkan di Ruang Kenanga
pada tanggal 7 April 2020 menurut Douglas adalah: 12 + 9
+ 5 = 26 perawat. Perawat yang libur atau cuti 1/3 x 26 = 9
perawat. Perhitungan ini sudah termasuk 1 kepala ruang
dan 2 katim. Jadi, apabila dihitung keseluruhan maka
jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 26 + 9 = 35
perawat.
(2) Menurut Gillies
Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang
rawat dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah
jam efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun
dengan rumus:
b. Pengeluaran
Ruang Kenanga tidak mengetahui jumah pengeluaran yang
dikeluarkan oleh ruangan karena sistem pemasukan dan pengeluaran
yang ada di ruangan bersifat sentralisasi langsung ke rumah sakit.
3. M3 (Methods)
a. Pelaksanaan timbang terima
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sexton, et al (2004),
pelaksanaan timbang terima dengan tatap muka langsung memiliki efek
yang sangat penting terhadap kesinambungan perawatan pasien.
Penelitian terkait juga di lakukan oleh Adams dan Osborne(2012) di
Central Coast Rumah Sakit Distrik California menyatakan bahwa
komunikasi saat timbang terima antar perawat merupakan hal yang
sangat penting sehingga dapat mengantisipasi bahaya keselamatan
pasien di Rumah Sakit. Menurut fenton dan Wendy (2006), timbang
terima keperawatan yang dilakukan secara continue dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang terstruktur dan
informatif yang didukung dengan adanya acuan berupa Standart
Operasional Prosedure (SOP).
Timbang terima pasien berdasarkan SOP dilaksanakan setiap
pergantian Shift. Perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif tentang masalah
keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal – hal penting lainnya yang perlu di limpahkan.
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6-10 April 2020
melalui observasi secara langsung diperoleh kegiatan timbang terima
dilakukan oleh perawat diruang jaga/diruang perawat, saat timbang
terima perawat menyampaikan kondisi pasien secara lisan dan tidak
melakukan keliling, didokumentasikan dalam catatan perkembangan
walaupun belum secara lengkap salah satunya didalam catatan
perkembangan belum tertulis respon pasien setelah implementasi,
operan dilakukan secara rutin dari shift pagi-sore-malam, dan operan
dilakukan pada akhir shift antar perawat yang ada pada saat itu.
b. Metode penugasan
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Studi pengaturan staf dapat digunakan untuk
menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan ketrampilan personil,
jumlah perawat dan beban kerja (Swansburg, 2000).
Ada beberapa teori mengenai model – model praktik keperawatan
professional antara lain menurut teori Gillies (1999) :
1) Metode kasus (Total Care Method)
Disebut juga Total Patient Care, perawat mempunyai otonomi dan
tanggung jawab terhadap perawatan pasien selama shift kerja (± 8
jam). Pasien menerima asuhan keperawatan yang diberikan secara
total dan tidak terfragmentasi atau terpecah – pecah. Metode ini lebih
mudah dikerjakan karena satu orang perawat hanya bertanggung
jawab pada satu atau dua orang dan maksimal tiga, tergantung dari
tingkat kebutuhan pasien dan model ini membutuhkan koordinasi
diantara perawat- perawat yang melakukan asuhan keperawatan.
Kerugian dari metode ini, yaitu :
a) Membutuhkan dana yang sangat tinggi (Costly), karena pada
pelaksanaannya memerlukan perawat pelaksana yang mempunyai
kemahiran, ketrampilan dan profesionalisme tinggi sehingga
reward juga harus tinggi.
b) Memerlukan supervise yang adekuat dari kepala ruang (charge
nurse)
c) Memerlukan kepala ruang (charge nurse) yang mampu
memberikan training yang baik kepada perawat pelaksana.
2) Metode fungsional (functional nursing)
Perawat pelaksana hanya bertugas berdsarkan tugas tertentu (task
oriented)
Keuntungan dari metode ini, yaitu :
a) lebih efisien
b) Tugas dapat segera diselesaikan
c) Sedikit kebingungan karena tugasnya hanya satu
d) Kebutuhan akan perawat profesional (register nurse)sedikit
sehingga dana yang dibutuhkan juga minimal
Kerugian dari metode ini, yaitu :
a) Asuhan keperawatan menjadi terfragmentasi
b) Kepuasan kerja rendah
c) Tidak ada tantangan dalam melakukan tugas
d) Lebih banyak membutuhkan koordinasi, terutama supervise dari
kepala ruang untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan
e) Keselurhan asuhan keperawatan tidak diperhatikan karena
tanggung jawab hanya pada tugas yang dilakukan.
3) Metode tim (Tim Nursing)
Metode ini menggunakan prinsip bahwa ada sekelompok perawat
pelaksana yang dipimpin oleh ketua tim dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua tim bertanggung
jawab kepada kepala ruangan.
Keuntungan dari metode ini yaitu:
a) Meningkatkan metode kolaborasi
b) Kebingungan akses kepasien berkurang
Kerugian dari metode tim yaitu:
a) Saat pelaksanaan rencana keperawatan yang dibuat oleh ketua
tim, kemungkinan terjadi pelaksaan yang tidak sesuai standar
asuhan keperawatan.
b) Membutuhkan perencanaan dan komunikasi diantara anggota tim,
sehingga metode ini tidak efektif karena membutuhkan banyak
waktu.
c) Jalur tanggung jawab menjadi tidak jelas.
d) Asuhan keperawatan terfrakmentasi dan dapat terjadi overlapping
atau nursing eror.
4) Metode perawat primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam
suatu organisasi atau kelompok kerja dengan semua staf
keperawatan professional. Pada pelaksanaannya hampir sama dengan
metode case methods nursing atau total patient care.
Kebutuhan akan register nurse sangat tinggi. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Penanggung jawab adalah primary nurse harus mempunyai
kemampuan membina komunikasi antara pasien, dokter, associate
nurse dan anggota tim kesehatan lain. Primary nurse merawat 4
sampai 6 pasien dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24
jam dari pasien masuk sampai pasien pulang. Ada kontuinuitas
asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat
dipertanggung jawabkan. Tim primary nurse mempunyai perawat
pelaksana (associate nurse) dan bila primary nurse tidak ada,
perawatan dilanjutkan oleh associate nurse.
Keuntungan dari metode primer yaitu:
a) Tingkat kepuasan yang tinggi.
b) Tinggi tanggung jawab dan otonomi yang jelas.
c) Perawat tertantang dalam menyelesaikan masalah dan diberi
penghargaan.
Kerugian dari metode primer yaitu:
a) Costly
b) Kesulitan dalam menentukan RN. Hal ini disebabkan ontuk
mencapai standar, semua PN harus RN. Dan hal ini menjadi sulit
karena kendala ekonomi sehingga rumah sakit tidak mampu
memberi reward dan terjadi keterbatasan tenaga kerja.
5) Metode modifikasi tim primer
Pada metode ini menggunakan secara kombinasi dari kedua system.
Penetapan system metode primer modikasi ini didasarkan pada
beberapa alasan:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau yang setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terhadap primary nurse.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 6-10 April 2020
melalui hasil observasi secara langsung diperoleh hasil bahwa Ruang
Kenanga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan metode
tim. Seluruh perawat pelaksana bertanggungjawab atas semua pasien
diruang perawatan baik itu ruang kelas I, II, III. Hal ini tertuang dalam
jadwal perawat diruangan yang sudah tertera.
Berikut ini adalah gambaran pelaksaan overan, ronde keperawatan,
dan conference di Ruang Kenanga.
Tabel 2.4 Hasil Observasi
No Kegiatan Pelaksanaan
1. Timbang Timbang terima dilakukan oleh perawat shift
Terima sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya.
Semua perawat melakukan timbang terima,
hanya sebagian saja.
Pemimpin timbang terima tidak selalu
dilakukan oleh ka shif.
Laporan kondisi pasien ditulis di buku
laporan perkembangan dan ditulis di status
pasien.
Pemimpin timbang terima menyampaikan
kondisi umum pasien dan kondisi khusus
pasien.
Perawat pemberi timbang terima bisa
dilakukan oleh perawat siapa saja yang
bertugas saat itu.
Timbang terima sudah dilakukan secara
continue pagi ke sore, sore ke malam, malam
ke pagi dst.
Waktu timbang terima dilakukan di akhir
kegiatan shift.
2. Pre Selama dilakukan observasi belum ada dilakukan
Conference kegiatan pre conference
3. Post Selama dilakukan observasi belum ada dilakukan
Conference kegiatan post conference
4. Ronde Selama dilakukan observasi belum ada dilakukan
Keperawatan ronde keperawatan
e. Discharge Planning
Tujuan dilakukannya discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.
Menurut Nursalam (2011), tujuan dari discharge planning antara lain
sebagai berikut :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan social
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan kelurga
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Memnbantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat
Dari hasil observasi yang dilakukan diruang Kenanga untuk
penulisan discharge planning sudah diisi secara lengkap.
f. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat
associate, bidan associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa kegiatan
ronde keperawatan di ruang Kenanga belum dilaksanakan.
i. Penjamin Mutu
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Kenanga pada
tanggal 7 April untuk penjamin mutu sudah dibuatkan rencana seperti
peningkatan mutu keperawatan, peningkatan sumber daya keperawatan
dan peningkatan kepuasan pasien. Untuk mutu unit diolah tiap 3 bulan.
Untuk manajemen resiko diolah tiap 6 bulan.
j. SOP
Menurut Tjipto Atmoko (2011), mengatakan bahwa standar
operasional prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan
untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator
teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 5-10 April 2020 di
Ruang Kenanga sudah terdapat SOP yang didokumentasikan dan
diletakkan pada setiap box file sehingga SOP tersebut bisa diakses
dengan mudah oleh perawat yang berjaga di ruang Yoseph, namun ada
beberapa tindakan yang belum sesuai dengan SOP karena kurang
sosialisasi secara berulang tentang SOP yang sudah dibuat, dan
kurangnya kesadaran dan kepatuhan untuk menjalankan sesuai SOP.
4. Materials
a. Denah Ruangan
b. Komposisi Ruangan
Ruang Kenanga terdiri dari:
1) Nurse Station
2) 14 kamar 56 tempat tidur pasien yang terdiri dari:
a) Kelas I: 6 kamar 12 tempat tidur
b) Kelas II: 5 kamar 20 tempat tidur
c) Kelas III: 3 kamar 24 tempat tidur
3) Ruang tunggu pasien
4) Kamar mandi
5) Ruang edukasi
6) Ruang Dokter dan kepala ruang
7) Ruang penyimpanan obat dan alat
Luas nurse station 4 x 5 meter yang terdiri dari satu meja
administrasi dan komputer, meja perawat berbentuk persegi panjang
yang digunakan untuk menulis pendokumentasian askep, visit dokter,
Terdapat 10 kursi di ruang nurse station dan disamping meja perawat
terdapat map file berisi diagnosa keperawatan, serta di samping
terdapat almari yang berisi file ruangan.
Terdapat 2 wastafel didepan kamar mandi pegawai dan di ruang
obat. Disebelah nurse station terdapat ruang edukasi yang digunakan
untuk ruang diskusi, dapur dan gudang. Didepan ruang edukasi terdapat
ruang dokter. Disamping ruang dokter terdapat ruang alat, ruang obat
dan ruang kepala ruang.
Tempat pembuangan sampah di Ruang Kenanga sudah
menggunakan sistem pemilahan antara sampah infeksi, non infeksi dan
sampah jarum yang diletakkan dalam safety box. Tempat pencucian alat
medis di Ruang Kenanga berada di ruang slobzink. Pencucian alat
medis seperti bengkok, bak instrumen dan kom menggunakan cairan
lisol.
Terpasang handrub di setiap kamar dan sudah ada box tissue. Ada
poster 6 langkah cuci tangan di atas hand rub terdapat di semua wastafel
perawat maupun pasien. Alat Pemadam Api ringan (APAR) yang
terdapat di ruang Kenanga berjumlah 2, terletak di ujung pintu masuk
dan di depan nurse station. Sudah terdapat petunjuk penggunaan yang
benar, sudah ditemukannya petunjuk jalur evakuasi.
c. Inventaris Ruangan
1) Inventaris peralatan medis
Tabel 2.6 Daftar Peralatan Medis Ruang Kenanga
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Dopler 2 Baik
2. Set medikasi 5 Baik
3. Thermometer raksa 1 Baik
4. Thermometer digital 2 Baik
5. Tourniquet 3 Baik
6. Syring pump terumo 5 Baik
7. Tensi meter 3 Baik
8. Bengkok 7 Baik
9. Ambubag 2 Baik
10 Manometer O2 31 Baik
11 Nebul 3 Baik
12 Stetoskop 7 Baik
13 Suction 1 Baik
14 Tromol kassa kecil 2 Baik
15 Tromol kassa sedang 2 Baik
16 Glucotes 1 Baik
17 Oxymetri 1 Baik
3) Fasilitas Linen
Tabel 2.8 Daftar Fasilitas Linen Ruang Kenanga
No Alat tenun Jumlah Kondisi
1. Sprei 97 Baik
2. Bantal 57 Baik
3. Sarung Bantal 84 Baik
4. Selimut 56 Baik
5. Stik Laken 50 Baik
6. Perlak 49 Baik
7. Korden 34 Baik
8. Guling 12 Baik
9. Sarung Guling 22 Baik
4) Inventaris Alat Perkantoran dan Rumah Tangga
Tabel 2.9
Daftar Inventaris Alat Perakntoran dan Rumah Tangga Ruang Kenanga
No Kondisi Ket
Nama barang Jml
Baik Rusak
1. Meja Kayu 5
2. Kursi 66
3. Tempat Tidur 56
4. Kasur 56
5. Bantal 56
6. Guling 12
7. Kursi Roda 4
8. Jam Dinding 17
9. Lemari Kayu 7
10 Lemari Kaca 2
11 Loker Pegawai 20
12 Meja Pegawai 4
13 Komputer 2
14 Loker Obat Pasien 3
15 Lemari Linen 2
16 Pesawat Telefon 1
17 Lemari Es 1
18 Rak Rekam Medis 1
19 Rak Handuk Perawat -
20 Tempat Sampah 16
21 Wastafel Nurse Station 2
22 Kipas Angin 3
23 Ac 16
24 Sofa Penunggu 2
25 Kursi Penunggu 56
26 Kursi Pengunjung 2
27 Troli 5
28 Standar Infus 56
CAIRAN INFUS
1. Asering Ada
2. Martos Ada
3. Ringer Laktat Ada
4. Dextrose 5% Ada
5. Dextrose 10% Ada
6. Nacl 0,9% Ada
7. Nacl 1000 ml Ada
8. Kaen 3b Ada
9. Ringer solution Ada
10. Ringer dextroxe Ada
11. D. ½ NS Ada
12. Aquabidest 1000 ml Ada
d. Sterilisasi Alat
Tempat pencucian alat medis ruang Kenanga berada di ruang slobzink.
Pencucian alat medis seperti bengkok, bak instrumen dan kom
didesinfektan kemudian di cuci menggunakan cairan lisol dan
dikeringkan, selanjutnya perawat mengantarkan ke ruang CSSD.
e. Fasilitas Kamar Pasien
Tabel 2.8 Fasilitas Kamar Pasien
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Kamar mandi 14 Baik
2. Wastafel 14 Baik
3. Gayung 14 Baik
4. Tempat tidur pasien 56 Baik
5. Lemari pasien 56 Baik
7. Tiang infuse 56 Baik
8. Pispot 14 Baik
9. Kursi jaga 56 Baik
10. Sofa 2 Baik
11. Televisi+remote 10 Baik
12. AC+remote 16 Baik
f. Fasilitas Staf
Tabel 2.9 Fasilitas Staf
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Kursi 15 Baik
2. Komputer 2 Baik
3. Lemari Es 1 Baik
4. Pesawat Telepon 1 Baik
5. Wastafel 2 Baik
6. Jam dinding 3 Baik
7. Kipas Angin 3 Baik
8. Meja 5 Baik
9. WC 1 Baik
10. Cermin 2 Baik
11. Rak sepatu 1 Baik
12. Loker 20 Baik
5. Machine
a. Jumlah tempat tidur
Jumlah tempat tidur di ruang Kenanga total 56 TT dengan kondisi 56
bed dalam keadaan baik.
b. Pelayanan unggulan yang terkait dengan Machine
Ruang Kenangan belum ada pelayan unggulan.