Anda di halaman 1dari 5

FORMAT LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Perawatan Luka Pada Ny. P


Di Ruang Cempaka Bawah RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

Hari : Selasa
Tanggal : 15 Oktober 2019
Jam : 07.46 WIB

A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada kaki

B. Diagnosa medis
Diabetes Melitus post debridement

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan luka post debridement
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka post debridement

D. Data yang mendukung diagnosa keperawatan


DS : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri post debridement
DO :
1. P = Agen biologis (DM)
Q = Tertusuk jarum
R = Kaki kiri
S=1
T = Hilang timbul
2. GDS = 309 g/dL
3. Luka bersih pada kaki sebelah kiri ± 3cm, tidak ada nanah, tertutup kasa steril
E. Dasar pemikiran
Debridement adalah pengangkatan jaringan nekrotik atau jaringan mati dari
luka dan sekitarnya agar jaringan sehat tidak tertutup.Selanjutnya proses penyembuhan
luka akan lebih maksimal. Manajemen perawatan luka meliputi pencucian luka,
debridemen, pemilihan bahan topical terapi (Gitaraja, 2009).
Luka kaki diabetik merupakan salah satu dari banyaknya komplikasi kronik dari
DM. Pengelolaannya sering tidak berhasil dan mengakibatkan hari perawatan semakin
memanjang. Sering kali luka kaki diabetes ini berakhir pada kecacatan dan bahkan
kematian. Maka, tidak heran luka kaki diabetes ini merupakan komplikasi yang paling
ditakuti oleh penderita DM. Penyebab utama dari terjadinya luka pada kaki diabetik
adalah kondisi hiperglikemia yang menyebabkan perubahan di level molekul dan
seluler. Perubahan di level molekul dan seluler tersebut mengakibatkan penundaan
proses penyembuhan dan penurunan kekuatan luka. Kondisi hiperglikemia tersebut
juga mengakibatkan hipoksia jaringan dan dislipidemia yang merupakan faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap terjadinya neuropati (Benbow, 2012).
Wounds UK (2013) menyebutkan bahwa etiologi terjadinya luka kaki diabetik
adalah neuropati, iskemia dan neuroiskemia. Neuropati merupakan faktor predisposisi
terjadinya luka kaki diabetik yang memberikan efek pada sensori, motorik dan syaraf
otonom. Kehilangan sensori akan mengakibatkan kehilangan perlindungan tubuh
terhadap trauma fisik, kimia dan termal. Motor neuropati dapat menjadi penyebab
deformitas pada kaki yang hasilnya adalah tekanan abnormal pada kaki. Syaraf otonom
secara tipikal berhubungan dengan kulit kering yang mengakibatkan fisura, cracking
dan kalus. Iskemia berhubungan dengan sirkulasi yang buruk pada area perifer.
Periperal arterial disease adalah salah satu contoh dari iskemia ini. Kondisi ini
mengakibatkan hampir 50 % terjadinya luka kaki diabetik. Penyebab terakhir adalah
neuroiskemia dimana kondisi ini adalah kombinasi dari neuropati dan iskemia.

F. Prinsip tindakan keperawatan


1. Persiapan
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat
1) Pinset anatomis (2 buah)
2) Pinset chirurgis (2 buah)
3) Handscoon steril
4) Kom steril (1 buah)
5) Kassa steril (secukupnya)
6) Gunting jaringan
7) Gunting plester/verban
8) Plester
9) Bengkok
10) Perlak pengalas
11) NaCl 0,9%
12) Alkohol
c. Mendekatkan alat dekat klien
2. Tindakan
a. Lakukan inform consent lisan pada klien/kluarga dengan komunikasi
terapeutik
b. Menjaga privasi dan mengatur posisi nyaman klien
c. Pasang perlak pengalas
d. Dekatkan bengkok dengan klien
e. Gunakan hanscoon steril
f. Membuka balutan lama
1) Basahi plester yang melekat dengan alkohol
2) Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis dengan menarik ujungnya
secara perlahan, sejajar dengan kulit e arah balutan
g. Kaji luka : jenis, tipe luka, luas/kedalam luka, warna dasar luka, fase
penyembuhan, tanda-tanda infeksi, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka
dengan tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss
h. Membersihkan luka
1) Bersihkan luka dengan kassa steril lembab (kassa dimasukkan ke dalam
kom berisi NaCl 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset)
2) Membersihkan dari arah dalam ke luar
i. Menutup luka
1) Bila sudah bersih, keringkan luka dengan kassa steril kering
2) Berikan topikal terapi/salep bila diperlukan sesuai indikasi
3) Tutup dengan kassa steril kering hingga luka tertutup semua
4) Plester secukupnya atau dibalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat
j. Membereskan alat
3. Dokumentasi
a. Hasil observasi luka
b. Balutan
c. Waktu penggantian balutan
d. Respon klien dengan format SOAP

G. Analisis tindakan
Perawatan luka post debridement yaitu membersihkan luka dengan tekhnik steril untuk
mencegah terjadinya infeksi, menurunkan pertumbuhan mikroorganisme,
meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis serta mempercepat proses
penyembuhan luka.

H. Bahaya dilakukannya tindakan


Perawatan luka memiliki dampak yang signifikan dan sangat membahyakan apabila
tidak dilakukan sesuai tekhnik steril dan SOP. Yaitu dapat memicu adanya infeksi luka
operasi (ILO).

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


1. Obs TTV
2. Monitor tanda dan gejala infeksi (karakteristik, warna, ukuran, cairan dan bau
luka)
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
4. Bersihkan luka dengan normal saline
5. Rawat luka dengan konsep steril
6. Ajarkan klien dan keluarga untuk perawatan luka di ruamh
7. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
8. Ajarkan klien dan keluarga cara mencegah infeksi
9. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
10. Kolaborasi pemberian antibiotic

J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan


S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan tidak terlalu nyeri
O : Luka tampak lebih bersih dan tertutup verban, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
seperti pus, kemerahan, rasa terbakar dan adanya lesi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Anjurkan pasien menjaga kondisi luka agar tetap baik dan cepat sembuh yakni
dengan membatasi aktivitas yang berlebihan, meningkatkan intake nutrisi TKTP,
dan bila menemui tanda-tanda infeksi segera berkonsultasi kepada dokter dan
perawat atau petugas kesehatan lainnya.

K. Evaluasi diri
Tindakan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip Standart Operasional Prosedur (SOP).
Namun terkadang human error bisa terjadi saat melakukan tindakan, maka diharapkan
untuk selalu hati-hati dan melakukan tindakan sesuai dengan SOP.

L. Daftar pustaka / referensi


Alexiadou K, Doupis J. (2012). Management of Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Ther.
Benbow, M. (2012). Debridement: wound bed preparation. Journal of Community
Nursing, 25 (3), 18-23.
Chadwick, H, S. (2012). Debridement of diabetic foot wounds. Nursing standard/RCN
Publishing, 26 (24), 51-58. PMID: 22443014.
Gitaraja, W, S. (2009). Perawatan luka diabetes. Bogor: WOCARE Publishing.
Lebrun E, Tomic-Canic M, Kirsner RS. (2010). The Role of Surgical Debridement in
Healing of Diabetic Foot Ulcers. Wound Repai and Regeneration.
Wounds UK (2013). Best practice guidelines: Wound management in diabetic foot
ulcer. http://www.woundsinternational.com/pdf/content_10803.pdf

Mengetahui,
Pembimbing Klinik/CI Mahasiswa praktikan,

(………………….………) Fransiska Lola Jaya Hanjari


NIM. P27220019210

Anda mungkin juga menyukai