Anda di halaman 1dari 56

askep enterokolitis nekrotikans

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar orang berpandangan bahwa anak merupakan karunia terbesar dari Tuhan

YME, yang perlu dijaga serta disayangi. Pandangan itu tidaklah salah ataupun dibesar-besarkan

karena anak merupakan penerus dari sebuah keluarga, agama, bangsa serta kebudayaan.

(http://carapedia.com/pengertian_definisi_anak_info2003.html diakses pada tanggal 20 juli 2012

jam 16:32 WIB)

Pengertian anak sendiri menurut UU kesejahteraan, perlindungan dan pengadilan anak adalah

seseorang yang berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan

menurut UU No.4 tahun 1979 anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan

belum pernah menikah. Batas usia 21 tahun ditentukan berdasarkan pertimbangan usaha

kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan mental seorang anak yang di capai pada usia

tersebut. (http://carapedia.com/pengertian definisi anak info2003.html diakses tanggal 20 Juli

2012 jam 16:32 WIB)

Pada masa anak-anak merupakan masa paling aktif serta masa paling rentan terhadap

penyakit. Selain karena faktor daya tahan tubuh anak itu sendiri juga dapat dikarenakan faktor

lingkungan, sehingga anak mudah terkena infeksi baik oleh karena virus maupun bakteri.

Dari sekian penyakit yang dapat menyerang anak salah satunya adalah sepsis. Sepsis

umumnya disebabkan oleh bakteri, yang bisa berasal dari organ-organ dalam tubuh, salah
satunya adalah dari sistem pencernaan, yang dapat diakibatkan oleh penyakit enterokolitis

nekrotikans (EKN). (http://www.emedicine.medscape.com/artikel/977956 diakses tanggal 25 Juli

2012 jam 16:50 WIB)

Laporan WHO yang dikutip dari State of the worlds mother 2007 data tahun (2000-2003)

menyebutkan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya :

sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare. Sedangkan 23% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus

disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh bayi kurang bulan dan bayi berat

lahir rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain. Infeksi merupakan penyebab kematian bayi

terbanyak. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21062/5/Chapter%20I.pdf diakses

tanggal 23 juli jam 16:33 WIB). Sedangkan angka kejadian EKN adalah 6% dari pada bayi

dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram di seluruh dunia.

(www.scibd.com/doc/41128509/enterokolitisnekrosis diakses 23 juli 2012 16:30 WIB)

Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004 angka kematian sepsis

neonatorum cukup tinggi yaitu 13-15% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering

timbul akibat komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,

hiperbilirubinemia serta gangguan nafas. (http://www.depkes.go.id diakses tanggal 25 Juli 2012

jam 16:50 WIB)

Berdasarkan data dari dinas kesehatan jawa barat tahun 2007 terdapat 452 atau

1,96% pasien sepsis usia neonatus menjalani rawat inap di rumah sakit dan 220 atau

6,16% yang meninggal. Serta ada 209 atau 0,55% pasien sepsis usia 29 hari-satu

tahun menjalani rawat inap dirumah sakit dan 65 atau 5,18% meninggal.

(http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20jabar%202007.pdf diakses tanggal 23 juli

2012 jam 16:57 WIB)


Dibawah ini merupakan data yang diperoleh dari bagian medical record, pasien sepsis

dengan EKN yang dirawat di ruang anak RSUD Kabupaten Indramayu pada bulan januari-juni

2012.

Tabel. 1

Distribusi Pasien Sepsis dengan EKN


di Ruang Anak RSUD Kabupaten Indramayu Tahun 2012
JUMLAH PASIEN PASIEN PERSENTASE
NO BULAN PASIEN EKN
PASIEN SEPSIS EKN
1 Januari 196 3 - -
2 Februari 238 1 - -
3 Maret 225 - - -
4 April 215 2 - -
5 Mei 224 3 1 33,33%
6 Juni 213 3 2 66,67%
JUMLAH 1311 12 3 100%
Sumber : Medical record RSUD Kabupaten Indramayu.

Walaupun persentase pasien EKN di RSUD Indramayu kecil yaitu 3 anak (25%) dari jumlah

pasien sepsis 12 anak (0,91%) dari 1311 jumlah pasien, tapi bila dalam penanganan pasien EKN

tidak tepat akan menyebabkan nekrosis usus luas serta komplikasi jangka panjang dan kematian

pada bayi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. R USIA BAYI (1,5 BULAN) DENGAN SEPSIS

AKIBAT ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS DI RUANG ANAK RSUD INDRAMAYU.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu mendapatkan pemahaman serta pengalaman tentang proses keperawatan

secara langsung dan komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual pada pasien sepsis akibat

EKN.
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien sepsis akibat EKN

b. Mampu menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada pasien sepsis akibat EKN

c. Mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien sepsis akibat EKN

d. Mampu merencanakan tindakan pada pasien sepsis akibat EKN

e. Mampu melaksanakan tindakan yang telah disusun pada pasien sepsis akibat EKN

f. Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan untuk menilai keberhasilan dari

rencana yang telah ditentukan terhadap pasien sepsis akibat EKN

g. Mampu mendokumentasikan dalam bentuk asuhan keperawatan pada pasien sepsis akibat EKN.

C. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data

1. Metode Telaahan

Metode yang dilakukan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan studi kasus.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Pengamatan/Observasi

Yaitu pengumpulan data melalui hasil (melihat, meraba atau mendengarkan) tentang kondisi

klien dalam rangka asuhan keperawatan (Gaffar, 1999 : 58).

b. Wawancara

Yaitu cara pengumpulan data melalui tanya jawab kepada klien sendiri (Auto anamnesa) maupun

dengan keluarga terdekat (Allo anamnesa). (Gaffar, 1999 : 58)

c. Pemeriksaan fisik

Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan fisik

lainnya. (Gaffar, 1999 : 58)


d. Studi Kepustakaan

Yaitu penulis mencari bahan-bahan untuk dijadikan sumber dalam karya tulis ilmiah yang

diperoleh dari perpustakaan. (Gaffar, 1999 : 58)

e. Studi Dokumentasi

Yaitu penulis mendapatkan informasi dengan melihat catatan secara arsip yang ada pada status

klien yang berhubungan secara langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas. (Gaffar,

1999 : 58)

D. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan, metode dan teknik pengumpulan data serta

sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis, menjelaskan tentang konsep dasar yang terdiri dari : pengertian, anatomi

fisiologi, penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi serta konsep proses keperawatan

terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab III : Tinjauan kasus dan pembahasan, berisi asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta pembahasan berisi kesenjangan yang

terjadi antara konsep teori dengan praktek keperawatan di lapangan/ ruangan.

Bab IV : Kesimpulan dan rekomendasi, meliputi kesimpulan akhir dari seluruh kegiatan keperawatan

studi kasus dan rekomendasi yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait.

Lampiran

Daftar pustaka

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri dari semua organ yang berfungsi untuk mengunyah, menelan,

mencerna dan mengabsorpsi serta mengeliminasi makanan yang tidak dapat dicerna dan dicerna

tubuh. Sistem ini terdiri dari saluran cerna atau kanal cerna dan organ-organ tambahan dalam

sistem pencernaan.

a. Mulut

Mulut adalah rongga yang diikat secara eksternal oleh bibir dan pipi dan mengarah ke dalam

faring. Bagian atasnya dibentuk oleh palatum durum dan mole dua pertiga bagian anterior lidah

mengisi dasar mulut. Dindingya dibentuk oleh otot-otot pipi.

1). Lidah

Lidah adalah organ muskular yang melekat pada tulang hioidan mandibula. Lidah ditutup pada

area tertentu oleh modifikasi membran mukosa yang tampak sebagai tonjolan untuk

meningkatkan area permukaan dan disebut papila. Selain itu, area khusus, yang disebut daerah

pengecap tersebar dihampir seluruh lidah.

Fungsi lidah adalah sebagai berikut :

a) Lidah adalah organ pengecap

b) Lidah membantu dalam mengunyah makanan

c) Lidah membantu dalam menelan

d) Lidah membantu bicara.

2) Gigi
Manusia dilengkapi dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan yang berbeda-beda. Set

pertama adalah gigi susu yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama

dan kedua. Set kedua menggantikan gigi susu dan ini mulai tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.

3) Kelenjar saliva

Terdapat tiga pasang kelenjar saliva. Kelenjar parotis merupakan kelenjar yang paling besar dan

berada tepat dibawah telinga. Kelenjar submandibular dan submakaksilaris, keduanya terbuka

kedalam lantai mulut. Saliva disekresi secara refleks akibat adanya makanan didalam mulut atau

oleh refleks yang dikondisikan (atau dipelajari), yang memungkinkan saliva disekresi akibat

penglihatan, bau, atau pikiran tentang makanan. Saliva mengandung air dalam jumlah besar yang

melembabkan dan melunakan makanan (karbohidrat) dan mengeluarkannya ke dalam maltosa

dan dekstrin.

b. Faring

Sementara makanan dikunyah dengan baik dan dilembabkan, lidah menggulungnya ke dalam

bolus dan membawanya ke arah bagian oral faring. Palatum mole naik untuk menyumbat naso

faring dan epiglotis bergerak ke atas dan ke depan, sehingga bolus berjalan ke pintu masuk faring

yang tertutup ke dalam bagian laring dari faring dan kemudian ke esophagus. Ini adalah

koordinasi muskular yang sangat baik, dan bila tidak dicapai dengan benar akan terjadi apa yang

disebut tersedak.

c. Esofagus

Esofagus adalah kanal muskular dengan panjang kira-kira 25 cm, membentang dari faring ke

lambung. Esofagus terletak mulai dari vertebra servikalis dan di belakang trakea. Esofagus

berjalan melalui diafragma pada ketinggian vertebra torakalis ke-10 dan ujungnya berada di

vertebrata torakalis. Pada masing-masing sisi bagian atas, esophagus bergabung dengan arteri
karotis komunis, dan bagian kelenjar tiroid. Esofagus mempunyai empat lapisan dan memiliki

struktur yang sama dengan sisa kanal cerna.

Lapisan muskular dua pertiga bagian atas esophagus adalah otot lurik volunter. Sepertiga bagian

bawah mengandung otot polos involunter. Esofagus dipersarafi oleh saraf vagus. Peristaltik

mengandung makna gelombang dilatasi yang diikuti oleh gelombang kontraksi, dimana serat otot

rileks dan otot berkontraksi. Proses ini memerlukan waktu kira-kira sembilan detik untuk satu

gelombang peristaltik untuk melewati bolus makanan dari faring ke lambung.

d. Lambung

Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak di antara ujung esophagus

dan pangkal usus halus. Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi oleh perubahan di dalam

rongga abdomen dan oleh isi lambung, tetapi lambung berada di bawah diafragma, agak ke kiri

dari garis tengah.

Lubang bagian atas esophagus disebut orifisium jantung dan serat otot sirkular esophagus agak

lebih tipis pada titik ini dan mengandung otot sfingter yang lemah.

Lubang bagian bawah, ke dalam duodenum, disebut orifisium pilorus dan dilindungi oleh

sfingter pilorik kuat yang mencegah regurgitasi makan dari duodenum ke dalam lambung.

Fungsi lambung yaitu:

1) Mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar

lambung. Bagian lambung tepat sebelum sfingter pilorik, yakni antrum pilorik, memainkan

peranan besar dalam gerakan ini, dalam kontraksi dan relaksasi otot, mengirim sebagian

makanan cair ini melalui sfingter ke dalam usus halus dan mengembalikan sebagian ke badan

lambung untuk pencampuran lebih lanjut.

2) Untuk melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah lambung.


3) Untuk menyekresi faktor intrinsik.

e. Usus Halus

Usus halus adalah saluran konvulsi yang membentang dari sfingter pylorus ke sambungannya

dengan usus besar pada katup ileo-sekum. Panjang usus ini kira-kira 6 meter dan berada ditengah

dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar. Usus halus terdiri dari

duodenum, yeyenum dan ileum.

Duodenum adalah bagian kurva yang pendek dengan panjang sekitar 25 cm dan merupakan

bagian usus halus yang paling lebar dan paling kaku. Duodenum berbentuk huruf C yang kasar

dan kurva melingkari kepala pankreas. Duktus-duktus kandung empedu dan hati dan pankreas

masuk ke aspek medial duodenum melalui ampula hepato-pankreatik, yang dilingkari oleh otot

seperti sfingter. Duodenum memainkan peranan pusat dalam mengontrol pencernaan. Ketika

makanan dari lambung masuk ke duodenum, hormon-hormon dilepaskan dan secara simultan

merangsang pelepasan empedu dari kandung empedu dan getah pankreas dari pankreas.

Hormon-hormon ini, kolesistokinin, sekretin, dan hormon lain, yang disebut peptida inhibisi

gastrik, juga menghambat gerakan di dalam lambung dan sekresi getah lambung.

Yeyenum adalah nama yang diberikan untuk dua perlima bagian atas usus halus yang tersisa dan

tiga perlima bagian bawah, yang disebut ileum. Keduanya dihubungkan ke dinding abdomen

posterior oleh lipatan peritoneum yang disebut mesentrik.

Dinding usus halus mempunyai empat lapisan yang sama sebagai sisa saluran cerna.

1) Lapisan serosa, dibentuk oleh peritoneum

2) Lapisan muskular, dengan lapisan eksternal tipis serat longitudinal dan lapisan internal tebal

serat sirkular

3) Lapisan submukosa, yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf
4) Lapisan membran mukosa.

Usus halus mengandung sejumlah jaringan limfoid yang cukup banyak. Folikel limfatik

solitarius ditemukan diseluruh membran mukosa, tetapi paling banyak di bagian bawah ileum.

Nodul-nodul ini berhubungan dengan bakteri yang dapat diabsorpsi oleh usus halus. Nodul ini

mengalami peradangan sebagai komplikasi penyakit seperti demam tifoid.

Fungsi usus kecil, yaitu:

1). Pencernaan

Pencernaan dilakukan oleh getah pankreas, empedu (yang mengemulsikan lemak) dan getah usus

halus.

2). Absorpsi

Absorsi protein, karbohidrat, dan lemak terjadi hampir di seluruh vili usus halus. Hanya sedikit

makanan, yang belum cukup dicerna, diabsorsi dari lambung atau, bila dapat diabsorpsi,

misalnya glukosa dan air, tidak menetap di dalam lambung, tetapi semata-mata melaluinya.

f. Usus besar

Usus besar membentang dari ujung ileum sampai ke anus dan memiliki panjang sekitar 1,5

meter. Usus besar membentuk arkus yang melingkupi sebagian besar usus halus, dan dibagi

menjadi lima bagian yaitu:

1) Sekum, merupakan ujung yang buntu dari kolon asenden dan berbentuk seperti kantong

2) Kolon asenden, panjangnya kira-kira 15 cm dan lebih sempit daripada sekum

3) Kolon transversum

4) Panjang kolon desenden sekitar 25 cm dan berjalan ke bawah pada sisi kiri abdomen ke pintu

masuk pelvis minor, dimana ia menjadi kolon sigmoid


5) Kolon sigmoid membentuk lengkung yang panjangnya kira-kira 40 cm dan berada dalam

pelvis minor.

Dinding usus besar mempunyai empat lapisan yang sama dengan sisa saluran cerna.

Lapisan usus besar, yaitu:

1) Lapisan serosa merupakan bagian luar peritoneum

2) Lapisan muskular merupakan serabut sirkular interna dan longitudinal eksterna

3) Lapisan submukosa

4) Lapisan membran mukosa:

Fungsi usus besar, yaitu:

1) Mengabsorpsi air dan garam

2) Menyekresi feses

2. Pengertian Enterokolitis Nekrotikans

Enterokolitis nekrotikans (EKN) adalah penyakit gastrointestinal didapat (akuisita) yang

paling sering pada bayi baru lahir. (Kitterman, 2006: 297)

EKN adalah suatu kondisi yang terjadi terutama pada neonatus prematur atau berat badan

lahir rendah. Kemungkinan disebabkan oleh hipoksia yang menyebabkan iskemia pada usus.

Beberapa bagian dari dinding usus mengalami nekrosis dengan terjadinya obstruksi dan

peritonitis. (Hinchliff, 1999:296)

EKN merupakan penyakit inflamator serius dari mukosa usus. Biasanya terjadi pada bayi

prematur yang sakit dan pada bayi yang mempunyai kateter deuer umbilikalis atau transfusi

tukar. (Sacharin,1996: 468)

EKN adalah salah satu penyakit yang dapat mengenai bayi prematur dalam minggu-minggu

pertama kehidupan. Entero merujuk ke usus halus, colo merujuk kepada usus besar, dan
itis berarti peradangan. EKN melibatkan infeksi dan peradangan yang menyebabkan

kerusakan usus atau bagian dari usus atau bagian dari usus.

(http://www.scibd.com/doc/41128509/enterokolitis nekrosis diakses tanggal 23 juli 2012 jam

16:30)

EKN merupakan penyakit saluran pencernaan yang terjadi pada bayi baru lahir, kejadiannya

lebih banyak terjadi pada bayi prematur. EKN artinya entero adalah usus kecil; colitis adalah

infeksi dan peradangan pada usus besar (kolon); nekrotisans adalah kerusakan dan kematian sel-

sel.(http://id.scribd.com/doc/54426675/ASUHAN-KEPERAWATAN-Necrotizing

-Enterocolitis-NEC diakses tanggal 25 Juli 2012 jam 16.35 WIB)

EKN adalah kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak atau nekrosing difus pada

mukosa atau submukosa kolon yang di dapat dan paling sering terjadi pada bayi prematur dan

dengan berat lahir sangat rendah. (http://www.emedicie.medscape.com/artikel/977956 diakses

tanggal 25 Juli 2012 jam 16.50 WIB)

3. Etiologi

Etiologi EKN hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat kaitannya dengan

terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor makanan. Iskemik menyebabkan

rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan pada invasi bakteri. EKN jarang terjadi sebelum

tindakan pemberian makanan dan sedikit terjadi pada bayi yang mendapat ASI.

(http://www.emedicine.medscape.com/artikel/977956 diakses tanggal 25 Juli 2010 jam 16.50

WIB)

4. Patogonesis

Hipoksia/ iskemik menyebabkan suatu penurunan aliran darah ke usus. Asfiksia saat lahir, kanuli arteri

umbilikalis, paten duktus arteriosus yang persisten, sindrom distress pernapasan dapat menjadi faktor pendahulu.
Hipoperfusi merusak mukosa usus, dan sel mukosa yang meliputi usus menghentikan sekresi enzim protektif.

Bakteri yang berpoliferasi dibantu oleh makanan enteral (substrat), menginvasi mukosa usus yang rusak. Invasi

bakteri mengakibatkan kerusakan usus lebih lanjut karena pelepasan toksin bakteri dan gas hidrogen. Gas

mulanya membelah lapisan serosa dan submukosa usus (pneumotosis intestinalis). Gas tersebut juga dapat robek

kedalam bantalan vaskular mesenterika yang akan didistribusikan ke dalam sistem vena hepar (vena porta).

Toksin bakterial yang berkombinasi dengan iskemia mengakibatkan nekrosis.

5. Manifestasi klinis

a. Distensi abdomen, temuan yang paling lazim, biasanya merupakan tanda yang menjadi keluhan

utama; jika terdapat distensi, EKN jarang ada.

b. Residu gastrik menunjukkan intoleransi pemberian makanan dan khususnya mengkhawatirkan

jika residu gastrik tersebut terwarna oleh empedu atau mengalami peningkatan volume secara

progresif.

c. Darah di dalam feses merupakan hal yang lazim dan mungkin hanya dapat dideteksi dengan

pengujian kimia; pada kasus EKN yang lebih fulminan, terjadi feses berdarah makroskopik.

d. Eritema dinding abdomen mengindikasikan peritonitis dan dapat ditemukan pada bayi

yang pada mulanya tidak tampak sakit berat, khususnya bayi-bayi yang sangat prematur dengan

dinding abdomen tipis.

e. Letargi dapat menjadi tampilan awal.

f. Intoleransi karbohidrat, yang dimanifestasikan dengan berkurangnya substansi di dalam feses,

meskipun jumlah yang kecil dapat merupakan temuan normal pada bayi yang meminum ASI.

6. Komplikasi

a. Nekrosis usus luas

b. Infeksi sekunder
c. Sepsis

d. Stiktura usus dengan obstruksi

e. Sindrom usus pendek (setelah suatu reseksi usus yang luas).

B. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah sebuah proses yang terdiri dari lima tahap yaitu; pengkajian,

analisa data atau perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, pelaksanaan

keperawatan dan evaluasi keperawatan (Doenges, et. Al, 2000).

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental dan lingkungan. Hal
yang perlu dikaji pada penderita EKN adalah :
a. Identitas pasien yang meliputi ; nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan alamat.

b. Identitas penanggung jawab yang meliputi ; nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan

dengan pasien dan alamat.

c. Keluhan utama

Pasien dengan EKN biasanya mengeluh adanya distensi abdomen.

d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat dari keluhan utama, berisi tentang penyakit yang sedang dialami mencakup:

a) Provocatif/Paliatif : Pada pasien EKN biasanya keaadaan akan memburuk jika diberi makan.

b) Qualitas/Quantitas : Kualitas keluhan pasien EKN tergantung pada tingkat keparahan EKN.

c) Region/radiasi : Pasien EKN akan merasakan keluhan di daerah perut.


d) Skala : Pasien EKN terutama pasien bayi biasanya akan mudah rewel.

e) Timing : Biasanya keluhan dirasakan dalam waktu bertahap.

2) Riwayat kesehatan yang lalu.

Pasien dengan EKN biasanya ditemukan adanya riwayat gangguan pencernaan.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit menular ataupun penyakit

keturunan .

e. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1) Prenatal

Menjelaskan tentang bagaimana, keadaan ibu pasien selama hamil, kemana ibu pasien

memeriksakan kehamilan, apakah mendapat suntikan TT dan tablet Fe.

2) Natal

Menjelaskan saat ibu persalinan, jenis persalinan, siapa yang menolong, dan dimana tempat

persalinan. Bagaimana letak bayi waktu lahir dan keadaan bayi saat lahir (APGAR SKORE).

Berat badan dan panjang badan dan terdapat kelainan atau tidak.

3) Post natal

Menjelaskan apa yang diberikan ibu pasien saat pasien masih bayi, apakah pasien diberi ASI atau

tidak, berapa bulan pasien mendapat ASI eksklusif, MPA (Makanan Pengganti ASI), apa dan

siapa yang merawat tali pusat dan hari keberapa tali pusat lepas.

f. Riwayat imunisasi

Menerangkan status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulang (booster).

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat dilihat dari KMS, dan pemeriksaan

lingkar kepala, TB, BB, LL.

Status perkembangan pasien perlu diteliti secara rinci untuk mengetahui apakah semua tahapan

perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan.

h. Pemeriksaan Fisik.

1) Penilaian keadaan umum

Menilai keadaan umum pasien meliputi keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran, tanda-tanda

vital dan hal umum yang mencolok. Pada pasien dengan EKN mungkin letargi dapat menjadi

tampilan awal.

2) Pemeriksaan Sistemik.

a) Sistem pernapasan

Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan adanya apnea

b) Sistem kardiovaskuler

Pada pasien dengan EKN mungkin akan ditemukan bradikardi, serta perfusi perifer yang buruk.

c) Sistem pencernaan

Pada pasien dengan EKN ditemukan adanya distensi abdomen, bunyi usus yang kemungkinan

tidak ada, edema di daerah abdomen dan darah di dalam feses.

keletal.

Pada pasien dengan EKN ditemukan adanya perubahan aktifitas, seperti mudah menangis

terutama pada pasien bayi.

e) Sistem integumen
Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan adanya eritema pada dinding abdomen serta suhu

badan yang tidak stabil.

f) Sistem neurosensori

Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan kondisi letargi.

g) Sistem endokrin

Pada pasien dengan EKN mungkin akan ditemukan adanya hipoglikemi.

h) Sistem genitourinarius

Pada pasien dengan EKN biasanya tidak ditemukan adanya gangguan dalam sistem ini.

i. Aktivitas sehari-hari.

Aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : nutrisi (pasien EKN biasanya mengalami

penurunan pola makan), eliminasi (mungkin akan ditemukan darah dalam feses pada pasien

EKN), pola istirahat/tidur, personal hygiene serta pola aktivitas sebelum dan selama sakit.

j. Aspek psikologis

Perlu di ketahui dampak hospitalisasi anak terhadap orang tua pasien.

k. Aspek sosial.

Perlu dikaji status pasien dalam keluarga, hubungan pasien dengan lingkungannya yang akan

dipengaruhi oleh aspek psikologis sebagai dampak dari penyakit yang dideritanya.

. Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan Radiografik

Ditemukan adanya dilatasi nonspesifik fokal di usus, penebalan dinding abdomen karena edema,

dan pneumatosis intestinalis (gelembung-gelembung gas kecil di dalam dinding usus).

2) Pemeriksaan laboratorium
Biasanya akan ditemukan leukopenia (hitung sel darah putih total <6000/mm 3), trombositopenia

(hitung trombosit <5000/mm3 sebelum pembedahan) dan asidosis metabolik.

2. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data-data dan menghubungkan data

tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang serasi untuk membuat kesimpulan dalam

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan. (Efendi, 2004:24)

3. Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai
hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. (NANDA, 1990), Dalam Lynda Juall Capernito
1998 : 5) alih bahasa Monica Ester.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien EKN (Lynn & Suwden,2004)
adalah :
a. Resiko infeksi

b. Resiko defisiensi volume cairan

c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan

e. Nyeri

f. Resiko ketidak mampuan menjadi orang tua.

4. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengatasi

masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. (Rohmah dan Walid,

2008:75)

Adapun rencana keperawatan pada pasien dengan EKN menurut NANDA, NIC NOC adalah

a. Resiko Infeksi
Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil (Nursing Outcome) (Nursing Intervention
Diagnosa Keperawatan
NOC Classification)
NIC
Pada Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Infection control
Faktor-faktor Resiko selama x 24 jam diharapkan infeksi tidak- Gunakan sabun untuk
- Adanya penurunan terjadi kriteria hasil resiko kontrol : cuci tangan
imunitas - Indikator - Cuci tangan sebelum
- Ketidakcukupan - Pengetahuan tentang resiko dan sesudah tindakan
pengetahuan untuk - Memonitor faktor resiko dari lingkungan keperawatan
menghindari paparan - Memonitor faktor resiko dari perilaku- Gunakan sarung tangan
patogen personal sebagai ala pelindung
- Penurunan HB (P 13,5- Mengembangkan strategi kontrol resiko yang- Pertahankan lingkungan
18,0 gr / dl, W 12,0 efektif antiseptik selama
16,0 gr / dl) - Mengatur strategi pengontrolan resiko pemasangan
- Peningkatan leukosit seperti yang dibutuhkan
5000 10000 - Berkomitmen dengan strategi kontrol resiko
- Penurunan respon yang direncanakan
terhadap peradanagn - Melaksanakan strategi kontrol resiko yang
- Ketidakadekuatan dipilih
status imun - Memodifikasi daya imun untuk mengurangi
resiko
- Menghindari paparan yang bisa mengancam
kesehatan
- Berpartisipasi dalam strategi masalah
kesehatan
- Berpartisipasi dalam strategi resiko yang
telah teridentifikasi
- Menggunakan hubungan personal untuk
mengontrol resiko
- Menggunakan dukungan sosial untuk
mengontrol resiko
- Memonitor perubahan status kesehatan
- Mengenali perubahan status kesehatan.
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

b. Kekurangan volume cairan


Intervensi
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Diagnosa (Nursing
(Nursing Outcoming)
Keperawatan intervention
NOC
classification)
NIC
Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan FLUID
cairan keperawatan selama ...x 24 jam, MANAGEMENT
Tanda & Gejala diharapkan keseimbangan cairan Timbang
Kelemahan klien terpenuhi popok/pembalut
Haus Kriteria hasil : jika diperlukan
Penurunan turgor Fluid balance Pertahankan
kulit/lidah Indikator catatan intake dan
Membrane Tekanan darah dalam batas output yang akurat
mukosa/kulit kering yang diharapkan Pasang urin
Takikardia, Rata-rata tekanan arteri dalam kateter jika
penurunan tekanan batas yang diharapkan diperlukan
darah, penurunan Tekanan vena central dalam Monitor status
volume/ tekanan nadi batas yang diharapkan hidrasi
Pengisian v ena Nadi perifer teraba jelas (kelembaban
menurun Tidak ada hypotensi ortostatik membrane mukosa,
Perubahan status Intake dan output 24 jam nadi adekuat,
mental seimbang tekanan darah
Konsentrasi urin Tidak ada suara nafas ortostatik) jika
meningkat tambahan diperlukan
Temperature Berat badan stabil tidak ada Monitor hasil
tubuh meningkat asites lab yang sesuai
Hematokrit Svp tidak tampak dengan retensi
meninggi Tidak terdapat edema perifer cairan (BUN,
Kehilangan berat Tidak ada sunken-eyes Monitor status
badan seketika Pusing tidak ada hemodinamik
(kecuali pada third Tidak terdapat haus abnormal termasuk CVP,
spacing) Hidrasi kulit MAP, PAP, dan
Membrane mukosa lembab PCWP
Berhubungan dengan Elektrolit serum dalam batas Monitor vital
Kehilangan normal sign
volume cairan secara Hematokrit dalam batas Monitor indikasi
aktif normal retensi/ kelebihan
Kegagalan Tidak terdapat endapan urin cairan (orades,
mekanisme Keterangan: CVP, edema,
pengaturan 1. Keluhan ekstrim distensi vena leher,
2. Keluhan berat asites)
3. Keluhan sedang Monitor berat
4. Keluhan ringan pasien sebelum dan
5. Tidak ada keluhan setelah dianalisis,
kaji lokasi dan luas
edema
Monitor
masukan
makanan/cairan dan
hitung intake kalori
harian
Lakukan terapi
IV
Monitor status
nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik
sesuai instruksi
Berikan cairan
IV pada suhu
ruangan
Dorong
masukan oral,
berikan pengobatan
nasogatrik sesuai
dosis
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
Tawarkan snack
(jus buah segar)

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Keperawatan (Nursing Outcome) (Nursing Intervention
NOC Classification)
NIC
Perubahan Nutrisi Setelah dilakukan tindakan NUTRITIONAL
Kurang Dari keperawatan selama .. x 24 MANAGEMENT
Kebutuhan Tubuh jam,di harapkan klien dapat (manajemen nutrisi)
Tanda dan Gejala terpenuhi kebutuhan nutrisi nya Kaji adanya alergi
Kriteria hasil : makanan
Berat badan 20% Intake zat gizi (nutrient) Kolaborasi dengan
atau lebih di bawah Intake makana dan cairan ahli gizi untuk
ideal Energi menentukan jumlah
Dilaporkan Masa tubuh kalori dan nutrisi yang
adanya intake Berat badan di butuhkan pasien
makanan yang kurang Ukuran kebutuhan nutrisi Anjurkan pasien
dari RDA secara biokimia untuk meningkatkan
(Recommended Daily Keterangan : intake Fe
Abdomance) 1. Keluhan ekstrim Anjurkan pasien
Membran mukosa2. Keluhan berat untuk meningkatkan
dan konjungtiva 3. Keluhan sedang protein dan vitamin C
pucat 4. Keluhan ringan Berikan substansi
Kelemahan otot 5. Tidak ada keluhan gula
yang digunakan Yakinkan diet yang
untuk menelan / dimakan mengandung
mengunyah tinggi serat untuk
Luka,inflamasi mencegah konstipasi
pada rongga mulut Berikan makanan
Mudah merasa yang terpilih (sudah di
kenyang sesak setelah konsultasikan dengan
mengunyah makanan ahli gizi)
Dilaporkan atau Anjurkan pasien
fakta adanya fakta bagaimana membuat
kekurangan makanan catatan makanan
Dilaporkan harian
adanya perubahan Monitor jumlah
sensasi rasa nutrisi dan kandunga
Perasaan ketidak kalori
mampuan untuk Berikan informasi
mengunyah makanan tentang kehbutuhan
Miskonsepsi nutrisi
Kehilangan berat Kaji kemampuan
badan dengan pasien untuk
makanan cukup mendapatkan nutrisi
Keenceran untuk yang di butuhkan
makan Nutritional
Kram pada Monitoring
abdomen tonus otot BB pasien dalam
jetik batas normal
Nyeri abdominal Monitor adanya
dengan atau tanpa penurunan berat badan
patologi Monitor tipe dan
Kurang berminat jumlah aktivitas yang
terhadapa makanan biasa dilakukan
Pembuluh darah Monitor interaksi
kapiler mulai rapuh anak atau orag tua
Diare dan atau selama makan
stomachache Monitor
Kehilangan lingkungan selama
rambut yang cukup makan
banyak (rontok) , Jadwalkan
Suara usus hiperaktif pengobatan dan
Kurangnya tindakan tidak selama
informasi / miskin jam makan
informasi Monitor kulit
Berhubungan kering dan perubahan
dengan : pigmentasi
Ketidak mampuan Monitor turgor
memakan atau kulit
menerima makanan Monitor kekeringan
dan mengabsorpsi rambut kusam dan
sel-sel gizi mudah patah
berhubungan dengan Monitor mual dan
factor muntah
biologis,psikologis Monitor kadar
atau ekonomi albumin total protein
HB dan kadar HR
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor
pucat,kemerahan dan
kekeringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya
edema,hiperemik,hiper
tonik dan cavitas oral
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

d. Inefektif perfusi jaringan

Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
(Nursing intervention
Diagnosa Keperawatan (Nursing Outcome)
Classification)
NOC
NIC
Inefektif perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan INTRACRANIAL
( Cerebral, keperawatan selama...x24 PRESSURE
gastrointestinal, jam di harapkan perfusi MONITORING
kardiopulmonal, jaringan cerebral efektif. Catat respon pasien
cerebral, periffer ) Kriteria hasil : terhadap stimulasi
Tanda dan gejala: Circulation status Monitor TIK pasien
Indicator : dan respon neurologi
kardiopulmonal Tekanan darah sistol pasien terhdap aktivitas
Perubahan frekuensi dalam rentang yang Monitor intake dan
respirasi di luar batas diharapkan output cairan
parameter Tekanan drah diastole Restrain pasien jika
Penggunaan otot dalam batas yang perlu
pernapasan tambahan diharapkan Monitor suhu dan
Kapiler refisi > 3 Tekanan nadi dalam angka WSC
detik rentang yang diharapkan Kolaborasi
Abnormal gas darah Rata rata tekanan pemberian anti biotic
arteri darah dalam rentang yang Minimalkan
Perasaan inpending diharapakan stimulasi dari
doom ( takdir terancam ) Tekanan vena sebtral lingkungan
Bronkospasme dalam rentang yang Tentukan faktor-
Dispnea diharapkan faktor yang
Aritnea Hipotensi ortostatik berhubungan dengan
Hidung kemerahan tidak muncul penyebab
Retaksi dada Heart rate dalam rentang Pantau status
Nyeri dada yang duharapkan neurologis sesering
renal Sura jantung abnormal mungkin dan
Perubahan tekana tidak muncul bandingkan dengan
darah di luar batas Angina tidak muncul keadaan normal
parameter Gas darah dalam rentang Pantau TTV
Hematuria yang diharapkan Evaluasi pupil, catat
Oliguria atau Anuria Perbandingan oksigen ukuran, bentuk,
Elevasi atau arteri vena dalam rentang kesamaan, dan reaksi
penurunan BUN atau yang diharapkan terhadap cahaya
rasio kreatinin Suara nafas tambahan Letakan kepala pada
gastrointestinal tidak muncul posisi agak ditinggikan
Bising usus Hipoaktif Intake dan output 24 jam dan dalan posisi
atau tidak ada seimbang anatomis
Nausea Perfusi jaringan periffer Pertahankan
Distenal abdomen Nadi periffer teraba kuat keadaan tirah baring
Nyeri abdomen atau Nadi periffer simetris Catat perubahan
tidak terasa lunak Pembesran pembuluh dalam penglihatan,
Periffer darah tidak ada seperti adanya
Edema JVP tigak tampak kebutaan, persamaan,
Tanda homans positif Edema periffer tidak gangguan lapang
Perubahan muncul pandang atau
karakteristik kulit Asites tidak muncul kedalaman persepsi
( rambut, kuku, Status kognitif dalan Kail rigiditas,
kelembapan ) denyut rentang yang diharapkan kedutan, kegelisaan
nadi Kelemahan extrim tidak yang meningkat, peka
Lemah atau tidak ada ada rangsang dan serangan
Diskolorisasi kulit kejang
Perubahan suhu kulit Keterangan : Beri obat sesuai
Perubahan sensual 1. Keluhan ekstrim medikasi
Kebiru biruan 2. Keluhan berat Pabtau pemeriksaan
Tekanan darah di 3. Keluhan sedang laboratoriun sesuai
extremitas 4. Keluhan ringan indikasi seperti masa,
Bruit 5. Tidak ada keluhan protrombin dan kadar
Pultrasi arteri dilantin.
berkurang
Warna kulit pucat
pada elevail warna tidak
kembali pada penurunan
kaki
Cerebral
Abnormalitas bicara
Kelemahan
extremitas
Paralisis perubahan
status mental
Perubahan pada
respon motorik
Perubahan reaksi
pupil
Kesulitan untuk
menelan
Perubahan kebiasaan
Berhubungan dengan :
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri terputus
Aliran vena terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik
pada vena dan atau aliran
darah arteri
Kerusakan transport
oksigen melalui alveolar
dan atau membran
kapiler
Keracunan enzim
Perubahan avimitas
atau ikatan oksigen
dengan Hb
Penurunan
konsentrasi Hb dalam
darah

e. Nyeri
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil (Nursing Intervention
(Nursing Outcome) Classification )
NOC NIC
Nyeri Akut Tanda dan Setelah dilakukan PAIN MANAGEMENT
Gejala : keperawatan selama .......x (Manjemen Nyeri )
Laporan secara verbal 24 jam, nyeri dapat Lakukan pengkajian
dan non verbal teratasi. nyeri secara
Fakta dari observasi Kriteria hasil : komperhensif termasuk
Posisi menghindari Indikator lokasi, karakteristik,
nyeri Melaporkan adanya durasi, frekuensi,
Gerakan meindungi nyeri kualitas, faktor
Tingkah laku berhati- Luas bagian tubuh yang presitipasi.
hati terpengaruh Observasi reaksi
Muka topeng (nyeri) Frekuensi nyeri non verbal dari
Gangguan tidur Panjangnya episode ketidaknyamanan
( mata sayu, tampak nyeri Gunakan teknik
capek, gerakan kacau, Pernyataan nyeri komunikasi terapeutik
menyeringai) Ekspresi pada wajah untuk mengetahui
Terfokus pada diri Posisi tubuh yang pengetahuan nyeri
sendiri protektif pasien.
Fokus menyempit Kurangnya istirahat Kaji kultur yang
Tingkah laku distraksi Ketegangan otot mempengaruhi respon
Perubahan pada nyeri.
Agen injury (fisik, frekuensi pernapasan Evaluasi
biologi, kimia) Perubahan nadi pengalaman nyeri pada
Perubahan tekanan masa lampau.
darah Evaluasi bersama
Perubahan ukuran pupil pasien dan tim
Keringat berlebih kesehatan lain tentang
Kehilangan selera ketidakaturan kontrol
makan nyeri pada masa
lampau
1. Kuat Bantu pasien untuk
2. Berat mencari dukungan
3. Sedang Kontrol lingkungan
4. Ringan yang dapat
5. Tidak ada keluhan mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
( farmakologi, non
farmakologi dan i nyeri
Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Berikan analgetik
untuk menghilangkan
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat

f. Kurang pengetahuan

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
(Nursing intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
clacification)
NOC
NIC
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan TEACHING :
Tanda dan gejala keperawatan selama DISEASE PROCESS
Memverbalisasikan x24 jam, diharapkan Berikan penilain
adanya masalah pengetahuan meningkat. tentang tingkat
Ketidakakuratan Kriteria hasil: pengetahuan pasien
mengikuti instruksi Familiar dengan nama tentang proses penyakit
Prilaku tidak sesuai penyakit yang spesifik
Berhubungan dengan Mendeskripsikan factor Jelaskan
Keterbatasan kognitif penyebab patofisiologi dari
Interpretasi terhadap Mendeskripsikan factor penyakit dan
informasi yang salah resiko bagaimana hal ini
Kurangnya keinginan Mendeskripsikan efek berhubungan dengan
untuk mencari informasi penyakit anatomi dan fisiologi
Tidak mengetahui Mendeskripsikan tanda dengan cara yang tepat
sumber-sumber dan gejala Gambarkan tanda
informasi Mendeskripsikan dan gejala yang biasa
perjalanan penyakit muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat
Mendeskripsikan
Gambarkan proses
tindakan untuk
menurunkan progresifitas penyakit dengan cara
penyakit yang tepat
Mendeskripsikan Identifikasi
komplikasi kemungkinan penyebab
dengan cara yang tepat
Mendeskripsikan tanda
Sediakan informasi
dan gejala dari komplikasi
pada pasien tentang
Mendeskripsikan
kondisi dengan cara
tindakan pencegahan untuk
yang tepat
mencegah komplkasi
Hindari jaminan
Keterangan
1. Tidak ada yang kosong
2. Sedikit Sediakan bagi
3. Sedang keluarga atau SO
4. Berat informasi tentang
5. Penuh kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Sediakan informasi
tentang pengukuran
diagnostic yang
tersedia dengan tepat
Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
dimasa yang akan
datang atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
Gambarkan rasional
rekomendasi
management terapi/
penanganan
Dukung pasien untuk
mengekplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindifikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan dengan
cara yang tepat
Instruksikan pasien
untuk mengenal tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan dengan cara
yang tepat
Sediakan telefon
untuk memanggil jika
komplikasi terjadi
Buatkan informasi
yang disediakan oleh
anggota tim kesehatan
lain dengan cara yang
tepat.

5. Pelaksanaan.

Pelaksanaan adalah rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien

selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru. (Rohmah dan Walid,

2008:89)

6. Evaluasi.

Evaluasi adalah penilaian degan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang

diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Rohmah dan

Walid, 2008:94)
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Pasien

Nama : An.R

Umur : 1,5 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan :-

Tgl masuk RS : 2 juli 2012

Tgl pengkajian : 13 juli 2012

Diagnos medis : Sepsis

Nomor medrek : 104373

:Desa Kaplongan RT 08/02 Kec: Karangampel-Indramayu

2) Ayah

Nama : Tn.N

Umur : 23 tahun

Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

:Desa Kaplongan RT 08/02 Kec: Karangampel-Indramayu

2) Ibu

Nama : Ny.A

Umur : 19 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

:Desa Kaplongan RT 08/02 Kec: Karangampel-Indramayu

3) Genogram
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal serumah

: Garis keturunan

: Garis perkawinan

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Sesak nafas

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu pasien mengatakan pasien sesak nafas seperti terdapat lendir, sesak nafas bertambah jika

perut pasien bertambah kembung. Menurut ibu pasien sesak nafas yang dialami anaknya tidak

terlalu parah. Menurut ibu pasien keluhan dirasakan pada daerah dada. Ibu pasien mengatakan

ketika sesak pasien akan rewel. Ibu klien pun mengatakan bahwa sesak nafas yang dialami

anaknya muncul setiap waktu.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya tidak pernah mengalami sesak nafas, tapi

pernah mengalami diare sebelumnya. Menurut ibu pasien sekitar beberapa hari yang lalu pasien

pernah mengalami kejang demam dua kali, dan sekarang suhu tubuh pasien naik turun.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya ia maupun anggota keluarga yang lain yang belum

pernah sakit seperti yang dialami pasien. Ibu pasien juga mengatakan bahwa ia maupun anggota

keluarga yang lain tidak mempunyai riwayat penyakit menular ataupun penyakit keturunan.

5) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a) Prenatal

Ketika hamil ibu pasien rajin memeriksakan kehamilan setiap bulan di Posyandu. Ibu pasien

mengatakan tidak ada kelainan ketika hamil dan tidak mempunyai riwayat pengobatan rutin. Ibu

pasien juga mengatakan bahwa ketika hamil dia sudah diimunisasi TT 2 kali.

b) Natal

Ketika melahirkan ibu pasien ditolong oleh bidan dirumah bersalin dan jenis persalinannya

spontan/normal, ibu pasien juga mengatakan tidak ada komplikasi ketika melahirkan.

c) Post Natal

Ibu pasien mengatakan bahwa berat bayinya ketika baru lahir 3,4 gram dengan panjang 50 cm.

6) Riwayat Imunisasi

Tabel 2

Riwayat Imunisasi
Waktu Pemberian Imunisasi Dalam Bulan
Jenis imunisasi 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 14
0 2 3
BCG - - - - - - - - - - - - - - -
DPT - - - - - - - - - - - - - - -
Polio - - - - - - - - - - - - - - -
Campak - - - - - - - - - - - - - - -
Hepatitis - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan : pasien belum pernah mendapat imunisasi

7) Pengkajian Tumbuh Kembang

a) Pengkajian Reflek (bila pasien neonatus atau bayi muda)

Reflek Babinsky (+)

Reflek Sucking (+)

Reflek Rooting (+)

b) Pengkajian Pertumbuhan

BB lahir : 3,4 gram

BB saat sakit : 4,9 gram

TB : 51 cm

LLA : 13 cm

c) Pengkajian Perkembangan

(1) Perkembangan personal sosial


Mengamati

tangannya F

Tersenyum spontan P

Membalas R
senyum
pemeriksa

Menatap muka P

Garis usia

Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan personal sosial pasien

normal.

(2) Perkembangan motorik halus

Mengikuti
lewat garis R
tengah
Mengikuti

ke garis P
tengah

Garis usia

Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan motorik halus pasien

normal.
(3) Perkembangan bahasa

Berteriak F

Tertawa F

ooo/aah F

Bersuara P

Bereaksi terhadap bel P

Garis usia

Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan bahasa pasien normal.
(4) Perkembangan motorik kasar

Duduk kepala tegak F

Kepala terangkat 900 F

Kepala terangkat 450 F

Mengangkat kepala P

Gerakan seimbang P
Garis usia

Dari pemeriksaan DDST dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan motorik kasar pasien

normal.

8) Aspek Fisik

a) Penampilan Umum

Lemah

b) Kesadaran

CM (Compos Mentis), dengan Pediatric coma scale : E4, V5, M6

c) Pemeriksaan Fisik

(1) Sistem Pernafasan


Inspeksi : bentuk hidung simetris, septum nasal ditengah, tidak ada pernafasan cuping

hidung, tidak ada polip dan tidak ada secret dihidung, terpasang O2 1 liter/menit, frekuensi

pernafasan 62x/menit.

Perkusi : terdengar bunyi sonor

Auskultasi : suara nafas ronchi.

Palpasi : ekspansi simetris

(2) Sistem Pencernaan

Inspeksi : Bibir pasien agak kering, pasien tidak mengalami stomatitis, terdapat distensi

abdomen, terpasang NGT

Auskultasi : terdengar bising usus 10x/menit.

Palpasi : lien dan hepar tidak teraba

Perkusi : suara terdengar timpani pada semua kuadran

(3) Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : konjungtiva pucat (HB=10,3 gr%), tidak ada pembesaran jantung.

Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, terdapat edema, CRF < 2 detik.

Auskultasi : denyut jantung 160x/menit, Bunyi jantung I terdengar lub pada ICS 5 dan

bunyi jantung II terdengar dub pada ICS 2, tidak terdapat bunyi jantung tambahan.

Perkusi : suara perkusi terdengar pekak.

(4) Sistem Musculoskeletal

Inspeksi : pada ekstremitas kiri pasien terpasang infus KaEn 4B tetesan 20x/menit, bentuk

kepala klien normochepal, ada edema pada ekstremitas, tidak ada fraktur.

Palpasi : reflek patella positif

(5) Sistem Persyarafan


Kesadaran pediatric coma scale : E4, V5, M6(compos mentis)

(a) Nervus I (Olfaktorius).

Fungsi penciuman pasien tidak terkaji karena pasien belum bisa berbicara.

(b) Nervus II (Optikus).

Fungsi penglihatan pasien tidak terkaji, karena pasien belum bisa berbicara .

(c) Nervus III, IV, dan VI (Okulomotorius, Thorakalis dan Abdusen).

Pasien dapat mengangkat kelopak mata, refleks pupil baik terhadap cahaya.

(d) Nervus V (Trigeminus).

Pasien belum dapat mengunyah karena usianya masih bayi.

(e) Nervus VII (Fasialis).

Pada pasien ketika diobservasi ketika diam tidak ada gerakan abnormal seperti tic facialis.

(f) Nervus VIII (Austikus).

Fungsi pendengaran tidak terkaji, karena pasien menangis ketika dikaji

(g) Nervus IX (Glosofaringeus) dan Nervus X (Vagus).

Uvula terletak ditengah-tengah, menurut ibu pasien reflek muntah pasien baik. Klien dapat

menelan ASI dan PASI dengan baik.

(h) Nervus XI (Assesorius).

Pasien dapat dapat menggerakan kepala ke kiri dan ke kanan.

(i) Nervus XII (Hypoglosus).

Pasien dapat menjulurkan lidah.

(6) System Integumen

Inspeksi : Rambut klien berwarna hitam, kulit kepala bersih, suhu 37,2 oC.

Palpasi : terdapat edema pada ekstremitas


(7) Sistem Endokrin

Inspeksi : Kelenjar tiroid tidak teraba

Palapasi : tidak ada pembesaran lipatan paha.

(8) Sistem Genitourinaria

Inspeksi : ukuran testis normal, tidak terpasang deuer kateter

Palapasi : tidak terdapat dilatasi kandung kemih

9) Aktivitas Sehari-hari

No Jenis Aktivitas Sebelum sakit Selama Sakit


1 Nutrisi (ASI dan PASI)
Makan
-Frekuensi 4 jam sekali 4 jam sekali
-Porsi - -
-Jenis makanan ASI dan PASI ASI dan PASI
-Nafsu makan baik kurang
Minum
-Frekuensi - -
-Jumlah - -
- Jenis minuman - -
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2 Eliminasi
BAB
- Frekuensi 3-4x/hari 4x/hari
- Warna Kuning Kuning
- Konsistensi Normal Cair
BAK
-Frekuensi 4x/hari 4x/hari
-Warna Kuning Kuning
- Jumlah - -
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
3 Pola istirahat/tidur
-Lamanya tidur Malam : 9 jam/hari Tidak teratur
Siang : 2 jam/hari
-Gangguan tidur - -
Keluhan Tidak ada keluhan Gangguan pola tidur
4 Personal Hygiene
-Mandi 2x/hari 1x/hari (di seka)
-Keramas 2x/hari -
-Gosok gigi - -
-Gunting kuku - -
- Keluhan Tidak ada keluhan -
5 Pola Aktivitas Aktif Lemas
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

10) Aspek Psikologis (Hospitalisasi anak dan orang tua)

- Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

Ibu membawa anaknya ke RS karena kejang dan demam tinggi. Ibu mengatakan bahwa dokter

telah menceritakan tentang kondisi anaknya. Walaupun begitu ibu pasien mengatakan bahwa ia

dan suaminya tetap merasa cemas dan bingung dengan keadaan pasien.

11) Aspek Sosial

Pasien tinggal bersama orang tuanya dilingkungan perumahan.

12) Data Penunjang

Hasil laboratorium tanggal 10 Juli 2012

Hematologi Hasil Satuan Nilai rujukan


Hemoglobin 10,3 gr% L :13,5-18 P:11,5-16,5
Trombosit 153.000 /mm3 150.000-400.000
Leukosit 9.110 /mm3 4000-10.000
Albumin 12,67 g/dl 3,4-5
Protein total 530 g/dl 6,4-8,2
Globulin 2,63 g/dl 2,7-3,2
Hematokrit 32 % 37-47

13) Terapi yang sudah diberikan :

Cefotaxim 3x200 mg

Phenobarbital 2x8 mg

Kaen 4B
KCL 10 cc

Paracetamol 30 cc

2. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. Ds : Fungsi ginjal Kelebihan volume
- ibu pasien mengatakan menurun cairan
bahwa pasien kembung.
Do :
-frek nafas : 62x/menit.
-ada bunyi ronchi.
-Ada edema
-Hb 10,3 gr%
-Ht 3,2% Renin meningkat
-Albumin 12,67 g/dl
- Total protein 530 g/dl

Peningkatan
2. Ds:
reabsorpsi Na dan
- Ibu pasien mengatakan Resiko infeksi
air
suhu pasien naik turun
Do:
- konjungtiva pucat( Hb
10,3%)
- suhu : 37,20C

edema
3. DS: Pola nafas tidak efektif
- ibu pasien mengatakan
pasien sesak nafas Invasi bakteri
seperti banyak lendir
-ibu pasien mengatakan
bahwa pasien tidurnya
tidak teratur
DO:
-Terdengar suara ronkhi
-Frekuensi pernafasan
Peradangan
62x/menit
-Pasien tampak rewel
ketika dikaji
-distensi abdomen
-Pasien tampak lemah

Resiko infeksi

Distensi abdomen
4 DS : Kurang pengetahuan
- Ibu pasien mengatakan
ia merasa cemas dengan
keadaan anaknya
DO :
- Pendidikan terakhir
orangtua pasien SD Menekan kebagian
diafragma

O2 yang masuk ke
paru-paru tidak
maksimal

Peningkatan
frekuensi pernafasan

Pola nafas terganggu

Pendidikan rendah
Kurang sumber
informasi

Kurang pengetahuan

3. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distensi abdomen

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasi

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

4. Perencanaan

Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawata Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
n
1 Pola nafas Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien
1. Posisi yang
tidak efektif tindakan untuk tepat dapat
keperawatan memaksimalkan memaksimalkan
selama 3x24 jam, ventilasi pernafasan
diharapkan nafas 2. Auskultasi suara
2. Suara nafas
efektif, dengan nafas, catat adanya
tambahan
kriteria hasil: suara tambahan merupakan
- Frekuensi per 3. Monitor respirasi
salah satu
napasan dalam dan status O2 indikator
rentang normal ventilasi kurang
- Tidak didapatkan maksimal
suara tambahan 3. Peningkatan
respirasi dapat
menjadi
indikasi adanya
gangguan pola
nafas
2 Kelebihan Setelah dilakukan 1.Monitor tanda- 1. Tanda-tanda
volume tindakan tanda vital vital merupakan
cairan keperawatan 2. Kolaborasi dengan indikator
berhubungan selama 3x24 jam, dokter,berikan mekanisme
dengan diharapkan diuretik sesuai tubuh
mekanisme keseimbangan instruksi
pengaturan cairan pasien 2.Diharapkan
melemah terpenuhi, dengan dengan
kriteria hasil: pemberian
- tidak ada suara diuretik akan
nafas tambahan membantu
- berat badan keseimbangan
stabil volume cairan
-tidak ada edema tubuh
3 Resiko Setelah dilakukan 1. Batasi pengunjung 1.Mencegah
infeksi tindakan bila perlu infeksi
berhubungan keperawatan nosokomial
dengan selama 3 x 24 jam, 2. Cuci tangan
prosedur diharapkan infeksi sebelum dan sesudah 2.Mencegah
invasi tidak terjadi, tindakan terjadinya
dengan kriteria keperawatan infeksi silang
hasil: 3. Gunakan sarung 3.Mencegah
-Pengetahuan tangan sebagai alat terjadinya
tentang factor pelindung infeksi
resiko meningkat nosokomial
- faktor resiko dari 4. Kolaborasi dengan 4.Antibiotik
perilaku personal dokter, berikan terapi bekerja
berkurang antibiotik membunuh
bakteri serta
mencegah
infeksi yang
meluas
4 Kurang Setelah dilakukan 1.Melakukan 1.Penkes dapat
pengetahuan tindakan pendidikan menambah
berhubungan keperawatan kesehatan tentang pengetahuan
dengan selama 1x20 kejang demam orangtua
keterbatasan menit, diharapkan 2.Memotivasi khususnya
kognitif pengetahuan orangtua pasien orangtua
meningkat,dengan untuk bertanya dengan anak
Kriteria hasil: tentang kondisi riwayat kejang
-dapat pasien mengenai hal
menjelaskan yang bisa
pengertian kejang mereka lakukan
- menyebutkan ketika anak
ciri-ciri kejang kejang di rumah
- menyebutkan 2.Dengan
langkah orang tua bertanya orang
ketika anak kejang tua dapat
menambah
pengetahuan
akan hal yang
mereka tidak
mengerti.

5. Implementasi

No Hari/Tanggal No.DP Implementasi Paraf


1. Jumat,13-7- 1 Tindakan: menganjurkan keluarga untuk
2012 mengenakan bantal ketika anak tidur
Respon : keluarga menerima masukan Susanti
dengan baik
Tindakan: melakukan auskultasi suara
nafas
Respon : terdengar suara ronkhi
Tindakan : menambah air dalam
humidifier
Respon : Keluarga pasien kooperatif
2. Jumat,13-7- 2 Tindakan : memonitor tanda-tanda vital
2012 Respon :suhu:370C,respirasi:61x/menit,
bunyi jantung:158x/menit Susanti
3. Jumat,13-7- 3 Tindakan: mencuci tangan sebelum dan
2012 sesudah tindakan keperawatan
Respon: orangtua pasien terlihat senang Susanti
melihat tangan perawat bersih
Tindakan: menggunakan sarung tangan
sebagai alat pelindung
Respon : orangtua pasien terlihat lebih
percaya dengan perawat
Tindakan : memberikan terapi antibiotik
(cefotaxim 3x200mg via iv) sesuai advis
dokter
Respon : orangtua pasien kooperatif
untuk membantu dalam tindakan
4 Jumat,13-7- 4 Tindakan :Memberikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan orangtua pasien
2012 Respon : Orangtua belum terlalu Susanti
mengerti dengan kesehatan anaknya,
terutama menangani anak kejang

6. Evaluasi
No.
No Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
DP
1 Jumat, 13-7- 1 S: -Ibu pasien mengatakan bahwa pasien
2012 baru tertidur
-Ibu pasien mengatakan bahwa pasien Susanti
masih tampak sesak
O: -pasien tampak tidur
-distensi abdomen masih ada
- frekuensi pernafasan 60x/menit
A:masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 Jumat, 13-7- 2 S: Keluarga mengatakan bahwa pasien
2012 masih sedikit bengkak
O: -masih terdapat edema Susanti
- masih terdapat bunyi nafas abnormal
-Frekuensi pernafasan 60x/menit, suhu:370C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
3 Jumat, 13-7- 3 S: Keluarga mengatakan hari ini pasien
2012 tidak demam
O: suhu 370C Susanti
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
4 Jumat, 13-7- 4 S: orangtua pasien mengatakan bingung
2012 O: Orangtua pasien masih tampak cemas
A: Masalah belum teratasi Susanti
P: Lanjutkan intervensi

7. Catatan Perkembangan

No.
No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
DP

1 Sabtu,14-7- 1 S: ibu mengatakan bahwa pasien masih


2012 tidur tidak teratur
-ibu mengatakan bahwa perut pasien Susanti
masih kembung
O: -masih terdapat distensi abdomen
-pasien masih terlihat rewel
- selang O2 sudah dilepas
A: masalah belum teratasi
P:
1.Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
2. Monitor respirasi dan status O2
3. Berikan terapi sesuai advis dokter
I:
1. melakukan auskultasi suara nafas
2. memonitor respirasi
3. Memberikan terapi KCL 10cc sesuai
advis dokter
E: S: Ibu mengatakan bahwa pasien masih
kembung
O: masih terdapat distensi abdomen
A:maslah teratasi sebagian
P:pertahankan intervensi

2 S: Keluarga mengatakan bahwa bengkak


pasien berkurang
O:-edema berkurang
-masih terdapat suara nafas ronkhi
-O2 sudah dilepas
-tanda-tanda vital:suhu:39,50C
Respirasi:59x/menit
A: Masalah belum teratasi
P:
1.Monitor tanda-tanda vital
2. Kolaborasi dengan dokter, berikan
diuretik sesuai instruksi
I:
1.Memonitor tanda-tanda vital
2. Memberikan furosemid 1x3mg via iv
sesuai advis dokter
E:S: ibu pasien mengatakan bengkak
pasien berkurang
O: -edema berkurang
-TTV: suhu:37,50C,frekuensi
respirasi:55x/menit
A: Masalah belum teratasi
P:Pertahankan intervensi

3 S: Ibu pasien mengatakan bahwa pasien


demam
O: suhu 39,50C
A: Masalah belum teratasi
P:
1. Batasi pengunjung bila perlu
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
3. Gunakan sarung tangan sebagai alat
pelindung
4. Kolaborasi dengan dokter, berikan terapi
antibiotik
5. Lakukan kompres hangat
I:
1.Memberi tahu keluarga untuk membatasi
penjenguk
2. mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
3. menggunakan sarung tangan sebagai alat
pelindung
4. Memberikan antibiotik
-cefotaxime 2x350 mg via iv sesuai advis
dokter
-metronidazole 3x75mg
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan
kompres hangat
E : S:ibu pasien mengatakan bahwa pasien
sudah tidak demam
O:suhu:37,50C
A:Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no 1,2,3,4

4 S: Ibu pasien mengatakan bahwa ia dan


suaminya bingung dengan keadaan pasien
O: ekspresi orangtua pasien tampak cemas
A:masalah belum teratasi
P:
1. Berikan pendidikan kesehatan
2. Motivasi keluarga untuk mengeluarkan
perasaannya
I:
1. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai kejang demam
2. Memotivasi pasien untuk bertanya serta
mengeluarkan perasaannya
E: S: orangtua pasien mengatakan mereka
telah mengerti dengan materi yangtelah
disampaikan
O: -Orangtua pasien dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan benar
A: masalah teratasi
2 Minggu,15- 1. S:Ibu pasien mengatakan bahwa pasien
7-2012 masih kembung
-Ibu pasien mengatakan bahwa pola tidur
pasien masih tidak teratur Susanti
O: -Masih terdapat distensi abdomen
-keadaan umum pasien lemah
-masih terdengar suara ronkhi
-Frekuensi pernapasan :58x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P:
1.Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
2. Monitor respirasi
3. Beri terapi sesuai advis dokter
I:
1. Melakukan auskultasi suara nafas
2. Memonitor respirasi
3. Memberikan terapi KCL 10cc sesuai
advis dokter
E:S:keluarga mengatakan bahwa pasien
masih kembung
O:-Masih terdapat distensi abdomen
- Masih terdapat suara ronkhi
A:masalah teratasi sebagian
P:Pertahankan intervensi

2. S:Ibu pasien mengatakan bengkak pasien


berkurang
O: Edema berkurang
A:Masalah teratasi sebagian
P: Monitor tanda-tanda vital
I: Memonitor tanda-tanda vital
E:S: Keluarga mengatakan bahwa bengkak
pasien berkurang
O:-Edema berkurang
-Suhu:37,10c
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi

3 S: keluarga mengatakan bahwa pasien


tidak demam
O: suhu:36,80C
A: Masalah belum teratasi
P:
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
2. Gunakan sarung tangan sebagai alat
pelindung
3. Kolaborasi dengan dokter, berikan terapi
antibiotik
I:
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
2. menggunakan sarung tangan sebagai alat
pelindung
3. Memberikan terapi antibiotik;
Cefotaxime 2x350 mg via iv,
metronidazole 3x75mg sesuai advis dokter
E:S: ibu pasien mengatakan badan pasien
terasa hangat
O: suhu:37,50C
A: Masalah belum teratasi
P:Pertahankan intervensi
3 Senin,1-7- 1 S:Ibu pasien mengatakan pasien masih
2012 kembung
Ibu pasien mengatakan pasien tidurnya
masih tidak teratur
O; -Masih terdapat distensi abdomen Susanti
- Masih terdengar suara ronkhi
A:Masalah belum teratasi
P: pasien pulang paksa home
visit
2
S: Ibu pasien mengatakan bahwa BAB
pasien hitam
O: -masih terdapat edema
-melena
A: masalah belum teratasi
P: pasien pulang paksa home
3
visit

S: ibu pasien mengatakan pasien sudah


tidak demam
O: suhu:36,50C
A: masalah teratasi

B. Pembahasan

1. Pengkajian
Penulis sedikit mengalami kesulitan dalam melakukan pengkajian karena pasien masih bayi,

tapi penulis dapat mengatasinya karena keluarga pasien mau berperan aktif dan cukup kooperatif.

Sehingga pada tahap ini sebagian besar penulis mendapatkan data subjektif dari orangtua pasien.

2. Diagnosa keperawatan

Dalam pengkajian penulis menemukan empat diagnosa keperawatan. Sedangkan dalam teori,

diagnosa yang kemungkinan muncul pada pasien EKN ada enam. Diagnosa yang tidak muncul

adalah:

a. Resiko defisiensi volume cairan

b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan

d. Nyeri

Hal ini dikarenakan tidak semua gejala EKN yang ada pada teori muncul pada pasien by. R.

3. Perencanaan

Dalam perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami By.R

penulis bekerjasama dengan rekan perawat ruangan, anggota tim kesehatan lain, keluarga pasien

disertai dengan tersedianya literatur yang menunjang sehingga pada tahap ini penulis tidak

menemukan banyak kesulitan dan hambatan yang berarti.

4. Implementasi

Pada tahap pelaksanaan penulis menemukan sedikit hambatan dengan terbatasnya alat-alat

yang tersedia di ruangan dan keterbatasan waktu dimana penulis hanya berdinas pagi saja,
sehingga pada tahap ini sebagaian pelaksanaan di bantu dan dioperkan pada perawat ruangan

yang berdinas sore dan malam.

Pada tahap ini sebagian besar perencanaan dapat dilaksanakan seluruhnya. Hal ini

disebabkan keluarga pasien cukup kooperatif serta atas kerjasama dengan tim kesehatan lain dan

perawat ruangan..

5. Evaluasi

Dalam tahap ini penulis mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap By. R. Pada

tahap ini tujuan dalam perencanaan belum tercapai semuanya, ada masalah teratasi serta ada pula

yang belum teratasi dikarenakan pasien pulang atas kemauan keluarga pasien sendiri. Oleh

karena itu penulis melakukan home visit pada tanggal 19 Juli 2012 dengan hasil:

a. Tanda-tanda vital; suhu:36,60C, respirasi: 50x/menit, bunyi jantung: 155x/menit

b. Tidak ada suara ronkhi

c. Edema berkurang

d. Distensi abdomen berkurang

e. BAB normal.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada By. R dengan sepsis akibat EKN di ruang anak RSUD Indramayu,
dilaksanakan dari 13 Juli 2012 sampai dengan 16 Juli 2012, penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang komprehensif pada kasus EKN diperlukan karena menentukan hasil analisa
data dan arah perencanaan keperawatan. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan sepsis
akibat EKN yang dapat dilakukan menemukan kendala karena umur pasien yang masih bayi,
namun keluarga cukup kooperatif sehingga dapat membantu proses pengkajian.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada By.R yang menderita sepsis akibat EKN yang muncul setelah

penulis melakukan pengkajian dan menganalisa data-data yang ada adalah sebagai berikut :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distensi abdomen

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah

c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasi.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

3. Perencanaan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan sepsis akibat EKN disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan kemampuan keluarga akan perawatan sehingga dapat terjalin
kerjasama antara perawat dan keluarga pasien, dan juga semua rencana yang telah disusun dapat
direalisasikan.
Adapun rencana keperawatan yang penting adalah:

a. Mengobservasi tanda-tanda vital

b. Mengkaji adanya edema

c. Mengkaji adanya distensi abdomen

d. Kolaborasi pemberian terapi sesuai program.

4. Pelaksanaan

Dalam pelaksanakan tindakan keperawatan diperlukan kerjasama yang baik antara pasien,
keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan baik
kebutuhan fisik maupun kebutuhan emosional ataupun psikis.
5. Evaluasi
Dalam tahap evaluasi setelah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah disusun, didapatkan ada masalah yang sudah teratasi, masalah teratasi sebagian dan

masalah belum teratasi. Oleh karena itu penulis melakukan home visit.

B. Rekomendasi

1. Rumah sakit

Kerjasama yang baik antara dokter, perawat, petugas laboratorium, ahli gizi maupun

keluarga pasien sangat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada pasien

dengan sepsis akibat EKN akan memudahkan dalam pemberian pelayanan keperawatan sehingga

mengcegah/mengurangi komplikasi yang terjadi pada penderita EKN.

2. Institusi pendidikan

Kepada instansi pendidikan diharapkan melengkapi literatur-literatur tentang penanganan

pada penderita dengan gangguan sistem pencernaan khususnya penyakit EKN untuk menambah

wawasan mahasiswa serta memperluas daya pikir mahasiswa.

3. Keluarga pasien

Penulis merekomendasikan orang tua pasien EKN untuk melakukan kontrol kesehatan

pasien pada dokter di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

4. Mahasiswa

Mahasiswa harus lebih giat lagi untuk membaca serta belajar khususnya materi serta

keterampilan yang dibutuhkan dalam kasus-kasus sistem pencernaan seperti EKN. Sehingga

dapat memperluas ilmu serta pengetahuan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. Lynn & Suwden, L.A. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Carpenito, Linda Juall. 1998. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengus, E. Marilynn et al.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Efendi, Nasrul. 2000. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Gaffar, La Ode Jumaedi.1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
Hinchliff,Sue.1999. Kamus Keperawatan. Jakarta: EGC
Kitterman. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1. Jakarta: EGC
Rohmah, Nikmatur & Walid, Saiful.2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media
Sacharin, Rosa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta: EGC
Watson, Roger.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC
http://carapedia.com/pengertian_definisi_anak_info2003.html (diakses tanggal 20 juli 2012 jam
16:32 WIB)
http://id.scribd.com/doc/54426675/ASUHAN-KEPERAWATAN-Necrotizing -Enterocolitis-NEC
(diakses tanggal 25 Juli 2012 jam 16.35 WIB)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21062/5/Chapter%20I.pdf (diakses tanggal 23
Juli jam 16:33 WIB)
http://www.depkes.go.id( diakses tanggal 26 Juli 2012 jam 16.50 WIB)
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20jabar%202007.pdf (diakses tanggal 23 juli
2012 jam 16:57 WIB)
http://www.emedicie.medscape .com/artikel/977956 (diakses tanggal 25 Juli 2012 jam 16.50
WIB)
http://www.scibd.com/doc/41128509/enterokolitis nekrosis (diakses tanggal 23 juli 2012 jam
16:30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai