A. Pengertian Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC)
Model dokumentasi adalah cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Berdasarkan penelitian NANDA NIC NOC dalam proses keperawatan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan dimana dapat menyeragamkan bahasa asuhan keperawatan sehingga lebih memudahkan dalam serah terima pada setiap ship dinas dan tentunya kualitas pelayanan keperawatan akan meningkat. Namun untuk dapa tmenguasai NANDA NIC NOC dalam proses keperawatan memerlukan waktu yang lama, pemahaman patofisiologi dan disiplin ilmu lain yang baik dan pengembangan yang sistematis. (Hidayat, 2008: 2)
B. Diagnosa Keperawatan NANDA
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai “defenisi karakter”. Yang dimana defenisi ini disebut“ tanda dan gejala”, tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klinik.( Ferry Efendi,2009: 155) 1. Tujuan diagnose keperawatan untuk mengidentifikasi a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit b. Faktor- faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis) c. Kumpulan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.(Setiawan, 1998: 67) 2. Kategori diagnose keperawatan Untuk memudahkan dalam pendokumentasian proses keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnosa keperawatan meliputi tipe aktual, resiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindrom. a. Diagnosa keperawatan aktual Diagnosa keperawatan aktual memiliki empat komponen diantaranya : a) Label yang merupakan deskripsi tentang defenisi diagnosa dan batasan karakteristik b) Defenisi merupakan penekanan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa c) Batas karakteristik menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif, dan objektif. d) Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan.(Monica, 2004: 43-44) Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen yaitu : Penulisan rumusan ini adalah PES (problem + etiologi + simtom). b. Diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi Menurut NANDA, diagnosa keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibandingkan individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama. Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial dengan menggunakan ”resiko terhadap atau resiko tinggi terhadap”. Validasi untuk menunjang diagnosa resiko tinggi adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batas karakteristik. (Monica, 2004: 43-44) Penulisan rumusan diagnose keperawatan risiko tinggi adalah PE (problem + etiologi).
c. Diagnosa keperawatan kemungkinan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan memungkinkan adalah pernyat masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko. (Monica, 2004: 43-44)
d. Diagnosa keperawatan sejahtera
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih tinggi. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing- masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. ( Haryanto, 2007)
e. Diagnosa keperawatan sindrom
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.( Haryanto, 2007)
3. Metode dokumentasi diagnosa keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman dokmentasi yaitu : a. Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko. b. Catat diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi kedalam masalah atau format diagnosa keperawatan. c. Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftas NANDA, atau lain. d. Mulai pernyataan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosa keperawatan. e. Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah perawatan. f. Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. ( Didah rosidah, 2007)
C. Komponen Diagnosa Keperawatan
1. Problem (masalah) Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnose keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnose keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan. (Suprajitno, 2004 :42-43) a) Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang dimengerti secara umum. b) Memfasilitasi penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan mampu mengakses diagnose keperawatan. c) Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah medis. d) Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori diagnose dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatan asuhan keperawatan. 2. Etiologi (penyebab) Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah status ksehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan diabetes mellitus masuk RS biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “ ketidaktaatan”. Katakana lah ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kuramgnya pengetahuan kien dan tindakan keperawatan diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi diabetes melitus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup. (Suprajitno, 2004 : 42-43) Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM P = Patofisiologi dari penyakit S = Situational (keadaan lingkungan perawatan) M = Medication ( pengobatan yang diberikan) M = Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien) Etiologi, factor penunjang dan resiko, meliputi:
C. Keterkaitan NANDA / NOC dan NIC
Suatu kaitan adalah sebuah asosiasi hubungan yang ada antara pasien, keluarga, atau masalah komunitas (diagnosis keperawatan) dan outcome yang diinginkan (ketetapan atau perbaikan masalah). Secara umum kaitan diagnosis dan outcome membantu perawat untuk memilih suatu outcome untuk masalah pasien yang spesifik berdasarkan definisi masalah, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang terkait diagnosis. Proses ini memfasilitasi penilaian kondisi pasien,memperbanyak pengambilan keputusan klinis, dan memperkuat penalaran diagnostik. Kaitan antara outcome dengan diagnosis keperawatan diidentifikasi pada bagian ini adalah pilihan – pilihan yang dapat dipilih perawat selama proses perencanaan perawatan. ( Wilkinson, J. M, 2007) Diagnosis keperawatan dibagi menjadi tiga tipe utama diagnosis yang disediakan dalam klasifikasi NANDA-I: diagnosisi aktual, diagnosis keperawatan risiko, diagnosis keperawatan promosi kesehatan . untuk diagnosis keperawatan aktual, tiga kategori outcome disediakan. Kategori pertama memberikan outcome untuk mengukur ketetapan dan diagnosis keperawatan. Kategori kedua memberikan outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik yang diidentifikasi untuk diagnosis keperawatan. Kategori ketiga mengidentifikasi outcome yang berhubungan dengan faktor-faktor terkait atau outcome menengah. Membagi outcome dengan komponen masing-masing diagnosis aktual NANDA-I membantu perawat untuk memilih outcome yang dapat mengukur outcome keseluruhan serta batasan karakteristik atau dampak dari faktor-faktor yang terkait untuk setiap diagnosis. Utnuk diagnosis keperawatan risiko kedua kategori outcome disediakan. Kategori pertama memberikan outcome untuk menilai dan mengukur kejadian aktual dari diagnosis. Kategori kedua dari outcome dikaitkn denfan faktor risiko. Hal ini memungkinkan perawat untuk menilai masalah potensial dan mengukur faktor-faktor risiko, merupakan kunci untuk seorang pasien yang berisiko untuk mngembangkan diagnosis. Untuk diagnosis promosi kesehatan hanya satu kategori dari outcome yang dibutuhkan. Tipe diagnosa ini memberikan hanya batasan karakteristik dalam klasifikasi NANDA-I. Setiap diagnosis memiliki suatu daftar outcome yang difokuskan pada pengukuran batasan karakteristik yang diidentifikasi.(Wilkinson, J. M, 2007)
E. Pemilihan Intervensi
a. Hasil yang diinginkan pasien : Pencapaian hasil pasien harus ditentukan sebelum dilakukan pemilihan intervensi. Outcome ini berperan sebagai suatu criteria terhadap penilaian keberhasilan dari intervensi keperawatan yang dilakukan. Pencapaian outcome menggambarkan perilaku, tanggapan, dan perasaan pasien dalam menanggapi tindakan perawatan yang diebrikan oleh perawat. Banyak variable yang mempengaruhi outcome, termasuk diantaranya adalah masalah klinik; intervensi yang ditentukan oleh penyedia pelayanan kesehatan; penyedia perawatan kesehatan; lingkungan diman perawatan diterima oleh pasien; motivasi pasien itu sendiri, struktur genetic, patofisiologi dan orang-orang terdekat pasien(significant others/SO). Terdapat banyak intervensi atau mediasi variabel dalam setiap situasi, sehingga pada beberapa kasus, sulit untuk mengetahui hubungan sebab akibat antaraintervensi keperawatan dan outcome yang dicapai pasien. Perawat harus mengidentifikasi setiap outcome pasien yang mungkin dapat diharapkan dan dapat dicapai sebagai hasil dari asuhan keperawatan yang diimplementasikan. ).(Christianti effendi, 1998: EGC)
b. Karakteristik diagnosa keperawatan :
Outcomes dan intervensi dipilih karena berhubungan dengan diagnose keperawatan tertentu. Penggunaan bahasa keperawatan yang terstandar/seragam dimulai pada sekitar awal tahun 1970an, diawali dengan adanya penngembangan klasifikasi diagnose keperawatan NANDA. Diagnose keperawatan berdasarkan NANDA-I merupakan “ pertimbangan klinis mengenai pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap adanya masalah kesehata/ proses kehidupan baik yang actual maupun potensial” dan NANDA-I juga menyediakan data dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai outcome dimana perawat mempunyai tanggung jawab penuh didalamnya41. Elemen pernyataan diagnosis NANDA-I actual terdiri dari label, faktor yang berhubungan (penyebab dan faktor yang berhubungan) serta batasan karakteristik (tanda dan gejala). Intervensi sebaiknya langsung mengarah kepada kerusakan/gangguan pada faktor penyebab(faktor yang berhubungan dengan) atau penyebab diagnosis. Jika intervensi yang dilakukan berhasil mengatasi penyebab/etiologi, maka status pasien diharapkan akan membaik. Namun terkadang faktor penyebab tidak bisa selalu diubah dan jika hal ini terjadi, maka sangat penting bagi perawat untuk mengatasi batasan karakteristik(tanda dan gejala).(Christianti effendi, 1998: EGC) c. Intervensi berbasis riset Lembaga Riset dan Pelayanan Kesehatan,IOM, dan lem3baga pemerintah lainnya merupakan tempat yang menetap bahwa panduan klinis harus menggunakan EBP sebagai dasar pemberian perawatan kesehatan.24 lembaga-lembaga ini memberikan penekanan pada pilihan intervensi yang didukung oleh adanya bukti ilmiah penelitian yang harapan nya akan meningkatkan outcome pasien dan praktik pelayanan di tatanan klinis. Pengembangan keterampilan perawat saat ini dirasa sangat penting, sehingga hal ini menuntut perawat untuk secara terus menerus melihat kembali apakah pelayanan keperawatan yang diberikan saat ini adalah merupakan praktik klinis terbaik. Untuk mengetahui apakah praktik tersebut merupakan praktik terbaik, bukti ilmiah berbasis penelitian harus diketahui dan dgunakan dalam memilih intervensi. Maka secara tidak langsung, perawat yang menggunakan intervensi merasa familiar dengan konsep penelitian itu sendiri. Melalui penelitian, keefetifan intervensi yang dipilih pada berbagai jenis pasien dapat diketahui. Beberapa intervensi dan aktivitas keperawatan sudah diteliti dan disusun berdasarkan keilmuan para klinisi yang handal. ).(Christianti effendi, 1998: EGC)
d. Visibilitas dalam mempraktikan intervensi :
Pertimbangan visibilitas meliputi bagaimana suatu intervensi berkaitan dengan intervensi yang lain, baik intervensi keperawatan maupun intervensi dari tenaga kesehatan yang lain. Penting untuk diingatkan disini bahwa perawat terlibat dalam keseluruhan rencana perawatan pasien. Pertimbangan yang lainnya adalah biaya yang akan dikeluarkan dan waktu yang diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi tersebut. Dalam pemilihan intervensi keperawatan yang tepat, perawat juga harus mempertimbangkan intervensi dari tenaga kesehatan lain, biaya yang dikeluarkan, dan estimasi waktu yang diperlukan. ).(Christianti effendi, 1998: EGC)
d. Penerimaan pasien
Intervensi yang dipilih harus diterima pasien dan keluarga. Perawat sering merekomendasikan pilihan intervensi dalam rangka membantu pasien mencapai outcome yang diharapkan. Untuk memfasilitasi pasien dalam memilih intervensi, pasien harus diberikan informasi yang adekuat mengenai setiap intervensi terkait dan bagaimana sebaiknya pasien berpartisipasi dalam tindakan tersebut. Hal yang menjadi paling pertimbangan utama dalam pemilihan intervensi adalah nilai, kepercayaan, dan kebudayaan pasien harus dipertimbangkan pada saat memilih intervensi. ).(Christianti effendi, 1998: EGC)
f. Kemampuan perawat
Perawat harus mampu memberikan intervensi keperawatan tertentu. Untuk menjadi perawat yang komponen dalam tindakan keperawatan, perawat harus: (1) mempunyai ilmu pengetahuan mengenai alas an ilmiah dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan, (2) memiliki kemampuan psikomotor dan interpersonal, (3) mampu melakukan fungsinya dalam tatanan khusu untuk secara efektif menggunakan sumber-sumber perawatan kesehatan.9 sangat jelas sekali terlihat, bahwa dari total 5544 intervensi keperawatan yang disajikan, sangat mustahil jika hanya dilakukan oleh satu orang perawat. ).(Christianti effendi, 1998: EGC) DAFTAR PUSTAKA
Efendi Ferry.2009. Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Salemba
Medika.
Effendy christantie. 1998 . Memahami proses keperawatan dengan
pendekatan latihan, Jakarta: EGC
Suprajitno, 2004. 2004. asuhan keperawatan keluarga aplikasi dalam
praktik, Jakarta: EGC
Hidayat.2009. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: