Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBIJAKAN DESA SIAGA

OLEH

KELOMPOK 3

1. DESRI PENTAU
(PO530320119159)

2. ERLITA F.MAIRO
(PO530320119160)

3. ESTER M.BUKA
(PO530320119161)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI DIII – KEPERAWATAN KUPANG

TAHUN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat-Nya yang telah
mempermudah dalam pembuatan makalah ini hingga akhirnya terselesaikan tepat waktu.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Kebijakan Desa Siaga”.
Kami mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Kupang,23 februari 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, tujuan,sasaran dan kriteria kebijakan desa siaga


2.2 Dasar Hukum kebijakan desa siaga
2.3 Pos kesehatan desa (pengertian,kegiatan,dan sumber daya)
2.4 Langkah pengembangan desa siaga
2.5 Peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan indicator keberhasilan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 adalah ”INDONESIA
YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR.” Untuk mewujudkan visi
tersebut ditetapkan 8 (delapan) arah pembangunan jangka panjang, yang salah satunya
adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Untuk mewujudkan bangsa yang
berdaya saing, salah satu arah yang ditetapkan adalah mengedepankan pembangunan
sumber daya manusia, yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
Unsur-unsur penting bagi peningkatan IPM adalah derajat kesehatan, tingkat
pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi. Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan
pada hakikatnya adalah investasi bagi terciptanya sumber daya manusia berkualitas,
yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat
kemiskinan. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Oleh sebab itu,
pembangunan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun ke depan (Tahun 2010-2014)
harus lebih diarahkan kepada beberapa hal prioritas.
Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai
warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium
Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan
sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima di antaranya
berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak
langsung. Lima agenda yang berkaitan langsung dengan kesehatan itu adalah Agenda
ke-1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke-4 (Menurunkan angka
kematian anak), Agenda ke-5 (Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke-6
(Memerangi HIV dan AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya), serta Agenda ke-7
(Melestarikan lingkungan hidup). Berkaitan dengan hal tersebut, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Namun di
samping itu, setiap orang juga tidak luput dari kewajiban-kewajiban di bidang
kesehatan.
Namun demikian, banyak dari antaranya yang belum berhasil menciptakan
Desa Siaga atau Kelurahan Siaga yang sesungguhnya, yang disebut sebagai Desa
Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif. Hal ini dapat dipahami, karena
pengembangan dan pembinaan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga yang menganut
konsep pemberdayaan masyarakat memang memerlukan suatu proses. Atas dasar
pertimbangan tersebut di atas, dirasa perlu untuk melaksanakan revitalisasi terhadap
program pengembangan Desa Siaga guna mengakselerasi pencapaian target Desa
Siaga Aktif pada tahun 2015. Sebagaimana diketahui, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan di Kabupaten dan Kota dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota menetapkan bahwa pada tahun 2015
sebanyak 80% desa telah menjadi Desa Siaga Aktif.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.1 Menjelaskan Pengertian, tujuan,sasaran dan kriteria kebijakan desa siaga


1.2 Menjelaskan Dasar Hukum kebijakan desa siaga
1.3 MenjelaskanPos kesehatan desa (pengertian,kegiatan,dan sumber daya)
1.4 Menjelaskan Langkah pengembangan desa siaga
1.5 Menjelaskan Peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan indicator
keberhasilan

1.3 TUJUAN

1.1 Untuk mengetahui Pengertian, tujuan,sasaran dan kriteria kebijakan desa siaga
1.2 Untuk mengetahui Dasar Hukum kebijakan desa siaga
1.3 Untuk mengetahuiPos kesehatan desa (pengertian,kegiatan,dan sumber daya)
1.4 Untuk mengetahui Langkah pengembangan desa siaga
1.5 Untuk mengetahui Peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan indicator
keberhasilan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, tujuan,sasaran dan kriteria kebijakan desa siaga


a. Pengertian
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuanserta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan,bencana dan kegawatdaruratankesehatan,secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti KeTurahan atau INagari atau istilah-
istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
bataswilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat,berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang
diakui dan dı hormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
lndonesia.
b. Tujuan
 Tujuan umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya
 Tujuan Khusus
 Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa
tentang pentingnya kesehata n
 Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan (bencana, wabah kegawatdaruratan dan
sebagainya).
 Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
periiaku hidup bersih dan sehat. Meningkatnya kesehatan
iingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan
kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di
bidang kesehatan.

c. Sasaran
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga
dibedakan menjadi 3 Jenis yaitu :
 Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
 Pihak-pihak yang mepunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan Keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif
bagi perubahun perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk
tokoh agama; tokoh perempuan dan pemuda; kader desa; serta petugas
kesehatan.
 Pihak-pihak yang diharapkan mem berikan dukungan kebijakan,
peraturan perundang-Undangan, dana, tenaga, sarana, dan Iain-
Iain,Seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat Terkait, swasta, para
donatur, dan pemangku kepentingan Iainnya.

d. Kriteria kebijakan desa siaga


Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut teiah
memiliki sekurang-kurangnya Sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

2.2 Dasar Hukum Kebijakan Desa Siaga

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan dengan


mengacu kepada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Gubernur Selaku
Wakil Pemerintah di Daerah.
12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
13. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan
Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005
tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pedoman penata lembagaan kemasyarakatan.
2.3 Pos kesehatan desa (pengertian,kegiatan,dan sumber daya)
a. Pengertian
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi Masyarakat
desa.Poskesdes rapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan
pertemuar: antara upaya-upaya masyarakat dan dukunganPemerintah.
Pelayanan meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang
dilaksanakan o!ehtenagakesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader
atau tenaga sukarela lainnya.

b. Kegiatan
Poskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya .
 Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB), dan faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi)
serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
 Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya
(termasuk kurang gizi).
 Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
 Pelayanan medis dasart sesuai dengan kompetensinya.
Kegiatan-kegiatan Iain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi,
Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan iingkungan dan Iain-Iain,
merupakan kegiatan pengembangan.Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan
atau revitalisasi berbagai UKBM Iain yang dibutuhkan masyarakat desa (misalnya warung
Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, ArisanJamban Keiuarga, dan Iain-Iain). Dengan
demikian,Poskesdes sekaligus berperan sebagai koordinator dari UKBI JKBM tersebut.

c. Sumber daya
Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga Kesehatan (minimal seorang
bidan), dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang kader.Untuk
penyelenggaran pelayanan Poskesdes Harus tersedia sarana fisik
bangunan,perlengkapan, dan peraiatan kesehatan. Guna kelancaran komunikasi
dengan masyarakat dan dengan sarana kesehatan (khususnya Puskesmas),
Poskesdes seyogianya memiliki juga sarana komunikasi (telepon, ponsel, atau
kurir).
Pembangunan sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui
berbagai cara, yaitu dengan urutan alternatif sebagai berikut :
 Mengembangkan Pondok BersaiinDese (Polindes) yang telah ada
menjadi Poskesdes.
 Memanfaatkan bangunan yang suaah, yaitu misalnya Baiai RW, Balai
Desa: Balai Pertemuan Desa, dan Iain-Iain.
 Membangun baru, yaitu dengan pendanaan Dari Pemerintah (Pusat atau
Daerah), donator, dunia usaha, atau swadaya masyarakat

2.4 Langkah pengembangan desa siaga

1. Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah.
a. Pusat
 penyusun pedoman
 pembuatan modul- modul pelatihan
 penyelenggaraan pelatihan bagi pelatih atau trainingoftrainers (TOT)
b. Provinsi
 Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten/kota)
c. Kabupaten/kota
 penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan
 penyelenggaraan pelatihan kader
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu di lakukan adalah :
a. Pusat
 penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain
b. Provinsi
 penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain
c. Kabupaten/kota
 penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain
 penyiaapa puskesmas dan rumah sakit dalam rangka penanggulangan
bencana dan kegawatdaruratan Kesehatan
d. Kecamatan
 pengembangan dan pembinaan desa siaga
3. Pemantauan dan evaluasi
Dalam tahap pemantauan dan evaluasi hal-hal yang perlu di perhatikan adalah :
a. Pusat
 Memantau kemajuan dan mengevaluasi keberhasilan pengembangan
desa siaga.
b. provinsi
 memantau kemajuan pengembangan desa siaga
 melaporkan hasil pemantauan ke pusat.
c. Kabupaten kota
 memantau kemajuan pengembangan desa siaga
 melaporkan hasil pemantauan ke provinsi
d. Kecamatan
 melakukan pemantauan wilayah setempat
 melaporkan perkembangan ke kabupaten kota.
4. Pengembangan pendekatan Desa siaga
 Pengembangan desa siaga di laksanakan dengan membantu atau
memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui
siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi yaitu dengan
menempuh tahap-tahap : Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah
dan sumberdaya yang dapat di manfaatkan untuk mengatasi masalah.
 Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif
pemecahan masalah.
 Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan
dan melaksanakannya serta Memantau, mengevaluasi dan membina
kelestarian upaya-upaya yang di lakukan
Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaan nya, namun secay garis besar
langkah-langkah Pokok yang perlu di tempuh adalah.

1. Pengembangan Tim Petugas


Langkah Ini merupakan avval kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan
Iainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adaiah mempersiapkan para petugas
kesehatan yang berada di wilayah Puskesmast baik petugas teknis maupun
petugas administrasi.Keluaran atau output dari langkah ini adalah para petugas
yang rnernahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim
untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.
2. Pengembangan Di Tim Masyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh
masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam
satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini terrnasuk
kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan: agar mereka mau
memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu,
maupun dana atau sumber daya Iain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat
berjalan dengan lancer
3. Survei mawas diri
Survei mawas diri atau SMD bertujuan agar pemuka pemuka
masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei ini
harus di lakukan oleh pemuka pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan
kesehatan . Dengan demikian, di harapkan mereka menjadi sadar akan
permasalahan yang di hadapi di desanya. Serta bangkit niat dan tekad untuk
mencari solusi nya termasuk membangun poskesdes sebagai upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.

Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah masalah kesehatan serta daftar
potensi di desa yang dapat di dayagunakan dalam mengatasi masalah masalah kesehatan
tersebut termasuk dalam rangka membangun poskesdes.
4. Musyawarah masyarakat desa
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat ini adalah mencari
alternatif penyelesaian masalah kesehatan Dan upaya membangun poskesdes di
kaitkan dengan potensi yang di miliki desa. Disamping itu juga , untuk
menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa siaga.
Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari pada
toko masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan desa siaga.
Peserta musyawarah adai tokoh tokoh masyarakat termasuk tokoh tokoh
perempuan dan generasi setempat. Bahkan sedapat mungkin di libatkan pula
kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan desa siaga dan
kelestariannya .
5. Pelaksanaan kegiatan
Secara operasional pembentukan desa siaga di lakukan dengan
kegiatan sebagai berikut.
 Pemilihan pengurus dan kader Desa siaga
 Orientasi atau pelatihan kader desa siaga
 Pengembangan poskesdes dan UKBM lain.
 Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga

2.5 Peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan indicator keberhasilan


a. Peran jajaran kesehtan
1. Peran Puskesmas

Dalam rangka Pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung tomb.ak dan
bertugas ganda, yaitu sebagai penyelenggara PONED dan penggerak masyarakat Desa.
Namun demikian, dalam menggerakkan masyarakat Desa, Puskesmas akan dibantu Oleh
Tenaga Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah dilatih di Provinsi.
Adapun peran Puskesmas adalah sebagai Berikut :
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk b. Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
 Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat kecamatan dan desa dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.
 Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
 Melakukan evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.
2. Peran Rumah Sakit

Rumah Sakit memegang peran penting sebagai r.erana rujukan dan pembina
teknis peiayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah
Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK)
3. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota meiiputi :
 Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim di tingkat kabupaten/kota
dalam Rangka pengembangan desa siaga .
 Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED
dan pemberdayaan masyarakat.
 Menyediakan calon calon fasilitator untuk di latih menjadi fasilitator
pengembangan desa siaga .
 Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader
 Melakukan advokasi ke berbagai pihak tingkat kabupaten kota dalam rangka
pengembangan Desa siaga.
4. Peran Dinas Kesehatan Provinsi

Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
 . Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.
 Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota mengembangkan kemampuan
melalui pefatihan-pelatihan manajemen, pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-
cara Iain.
 Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota mengembangkan kemampuan
Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan
pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
5. Peran depertemen kesehatan

Sebagai aparatur tingkat pusat departemen kesehatan berperan dalam :


 Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta mi
nyosialisasikan dan mengadvokasikanya.
b. Pemangku keberhasilan indicator
1. Indikator Maşukan
Indikator maşukan adalah indikator untuk mengukur seberapa
beşarmaşukan telah di berikan dalam rangka pengembangan Deşa siaga
indikator maşukan terdiri atas hal-hal berikut:
 Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa.
 Ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapan/
peralatannya.
 Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
 Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).
2. indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk Mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Deşa dalam rangka pengembangan Deşa Siaga. Indikator
proses terdiri atas hal-hal berikut :
 Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
 Berfungsi/tidaknya Poskesdes
 Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.
 Berfungsi/tidaknya Sistem
 Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawatdaruratan dan Bencana
 Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadazi dan PHBS.
3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
hasil kegiatan yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa
Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut:
 Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
 Cakupan pelayanan UKBM-UKBM Iain.
 Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
 Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi
dan PHBS.
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
dampak dari hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut :
 Jumlah penduduk yang menderita sakit.
 Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
 Jumlah ibu melahirkan yang meninggai dunia.
 Jurnlah bayi dan balita yang meninggal duma.
 Jumlah balita dengan gizi buruk

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberhasilan Desa Siaga sebagai wujud upaya kesehatan berbasis masyarakat sangat
bergantung kepada ketepatan penerapan langkah-langkah dalam pendekatan edukatif dan
pengorganisasian masyarakat.Untuk keberhasilan pengembangan Desa Saga, Puskesmas dan
jaringannya, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu direvitalisasi, baik
dalam sumber daya manusianyat prasarana-sarananya, maupun pendanaannya, Berbagai
pihak yang bertanggung jawab atau pemangku kepentingan bagi pengembangan Desa Siaga
diharapkan dapat berperan optimal sesuai tugasnya, agar pengembangan Desa Siaga
benarbenar berhasil.

3.2 Saran

Diharapkan masyarakat mampu menyelenggarakan dan mengembangkan desa siaga


yang aktif dan tanggap terhadap berbagai masalah –masalah kesehatan di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI tahun 2006 .Pedoman pengembangan desa siaga.Jakarta

Kemekes RI tahun 2010 .Pedoman umum-pengembangan-desa-siaga-aktif. Jakarta

http.id scribd .makalah desa siaga.com.

Anda mungkin juga menyukai