Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Encephalitis “

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Angger Ragil W. ( 2101035 )


2. Betris Berliani P. W. ( 2101011 )
3. Unsiya Zulfa U. ( 2101033 )
4. Ira Rahmania ( 2101021 )
5. Firli Aisyah M. ( 2101039 )

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang dimaksdukan untuk memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Gizi & Diet dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Encephalitis ”.

Adapun makalah yang kami buat ini senantiasa dalam penulisannya tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus dan ikhlas memberikan do’a,
saran, dan kritiknya sehingga dengan harapan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Kami juga turut menyadari akan banyaknya kekurangan baik dalam


penyusunan dan pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami juga sangat
mengharapkan akan kritik dan juga saran dari banyak pihak termasuk para pembaca
termasuk pendapat yang bisa membangun dan juga melengkapi akan segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Akhir kata, dengan rendah hati kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
baik kata maupun isi dalam proses penulisan makalah ini, dan kami juga sangat
berterima kasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi
para pembaca dan kita semua. Terima kasih.

Sidoarjo, Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL UTAMA ......................................................................................................01

DAFTAR ISI..............................................................................................................03

BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................................04

1.1 Latar Belakang...............................................................................................04


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................05
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................06
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................06

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................08

2.1 Definisi penyakit Encephalitis.......................................................................08


2.2 Etiologi Encephalitis......................................................................................09
2.3 Manifestasi klinis Encephalitis......................................................................10
2.4 Pathway Encephalitis.....................................................................................12
2.5 Komplikasi Encephalitis................................................................................13
2.6 Pemeriksaan diagnostik Encephalitis.............................................................13
2.7 Penatalaksanaan Encephalitis........................................................................14
2.8 Asuhan Keperawatan pasien dengan Encephalitis.........................................16
2.8.1 Pengkajian pasien dengan Encephalitis.............................................16
2.8.2 Diagnosa Keperawatan pasien dengan Encephalitis..........................19
2.8.3 Intervensi Keperawatan pasien dengan Encephalitis.........................20

BAB III : PENUTUP.................................................................................................23

3.1 Kesimpulan & Saran......................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi merupakan kondisi dimana ketika sejumlah mikroorganisme
atau benda asing masuk ke dalam tubuh manusia kemudian menyebar dan
pada akhirnya dapat menimbulkan suatu penyakit – penyakit tertentu.
Penyakit yang diakibatkan oleh proses infeksi bersifat menular baik dapat
menular secara langsung maupun secara tidak langsung tanpa disadari.
Mikroorganisme atau benda asing akibat penyakit infeksi dapat berupa
beberapa hal diantaranya virus, bakteri, jamur, dan juga parasit. Salah satu
bentuk dari penyakit infeksi tersebut adalah encephalitis. Encephalitis
merupakan penyakit infeksi yang menyerang otak akibat dari masuknya
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit sehingga
menimbulkan peradangan pada jaringan otak.

Enchepalitis secara umum disebabakan oleh infeksi virus dengan


angka kasus kejadian terkena penyakit sekitar 32 – 75% serta diikuti angka
kematian akibat penyakit tersebut sekitar 8 – 18,45% di seluruh dunia, dan
virus merupakan penyebab terbanyak kejadian terkena enchepalitis dengan
presentase sekitar (69%). Di Indonesia sendiri penyakit enchepalitis
merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian pada rentan segala
usia dengan presentase 0,8% setelah penyakit malaria. Rasio penyakit
encephalitis diantaranya merupakan penyakit penyebab kematian ketiga pada
bayi dengan usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan presentase (9,3%)
setelah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%).

Encephalitis merupakan jenis penyakit yang berbuhungan dengan


sistem neurologis dikarenakan adanya peradangan yang terjadi pada jaringan
otak manusia oleh infeksi virus. Hal tersebut diikuti dengan penyakit infeksi
virus yang umum terjadi seperti halnya infeksi pernafasan. Dengan masuknya
mikroorganisme asing ke dalam tubuh melalui pernafasan maka tidak
menutup kemungkinan akan masuknya virus yang menjadi penyebab dari
encephalitis itu sendiri. Encephalitis merupakan penyakit yang dapat dialami
oleh segala usia dan sering kali penyakit tersebut menyerang anak – anak,
dewasa muda, serta lanjut usia. Keterlibatan faktor – faktor lain seperti sifat
dari agen virus – virus tertentu, sistem kekebalan tubuh seseorang, gaya
hidup, faktor genetik, serta faktor lingkungan juga menjadi peran penting dan
cukup berpengaruh dalam terjadinya infeksi tersebut.

Seperti yang sudah diketahui bahwa penyakit infeksi merupakan suatu


penyakit yang disebabkan oleh masuknya benda asing seperti halnya virus dan
bakteri ke dalam tubuh manusia sehingga bisa terjangkit penyakit tertentu.
Maka beberapa tindakan yang mungkin bisa diterapkan diantaranya seperti
mengetahui jenis – jenis virus atau bakteri yang umum dapat menyebabkan
penyakit sehingga dapat menjadi tindakan awal dalam proses pencegahan
infeksi. Kemudian, kenali dan konsumsi beberapa obat yang umum dapat
mengobati penyakit akibat infeksi seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan
antiparasit. Selanjutnya, jangan lupa untuk selalu melaksanakan Tindakan
pencegahan pada penyakti infeksi seperti halnya menjaga kebersihan diri,
rajin mencuci tangan, perhatikan kebersihan lingkungan serta makanan, dan
selalu rutin memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari penyakit encephalitis ?


2. Apa etiologi dari penyakit encephalitis ?
3. Apa saja bentuk manifestasi klinis dari encephalitis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit encephalitis ?
5. Apa saja bentuk komplikasi dari encephalitis ?
6. Bagaimana bentuk pemeriksaan diagnostik encephalitis ?
7. Bagaimana bentuk penatalaksanaan penyakit encephalitis ?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Sebagai media pengetahuan dan juga pembelajaran mengenai


penyakit encephalitis serta bentuk asuhan keperawatan pada pasien
dengan encephalitis agar dapat diterapkan dengan baik dan benar.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi encephalitis
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi dari encephalitis
3. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk manifestasi klinis dari
penyakit encephalitis
4. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi dari encephalitis
5. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk komplikasi encephalitis
6. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk pemeriksaan diagnostik
encephalitis
7. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk penatalaksanaan pada pasien
dengan encephalitis

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi masyarakat


Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai sumber informasi dan suatu bentuk edukasi kepada
masyarakat agar bisa lebih mengetahui dan mempelajari tentang
penyakit encephalitis serta cara pencegahannya di lingkungan
masyarakat.

1.4.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan


Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan mampu
memberikan serta menambah wawasan yang lebih dalam tentang
penyakit encephalitis dengan diimbangi data dan sumber yang
berisikan informasi terkait definisi, etiologi, gambaran patofisiologis,
pemeriksaan diagnositik, penatalaksanaan, komplikasi, serta solusi
yang bisa digunakan dengan sebaik mungkin dalam mencegah serta
pengobatan akibat dari penyakit encephalitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Encephalitis

Encephalitis merupakan suatu kondisi radang jaringan otak yang dapat


disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif
Mansur : 2000). Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan
meninges, yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit.
Encephalitis bakteri dapat masuk melalui patah tulang tengkorak. Bila virus
disebabkan oleh gigitan serangga, nyamuk (arbovirus) yang kemudian masuk
ke sistem saraf pusat melalui aliran darah. Pemberian imunisasi juga dapat
menyebabkan terjadinya encephalitis, seperti halnya imunisasi polio.
Encephalitis juga dapat disebabkan oleh amoeba, diantaranya termasuk
amoeba Naegleria fowleri, Acantambuba culbertsoni, yang bermigrasi melalui
kulit yang rusak (Dewanto, 2007).

Berdasarkan kedua uraian pengertian tersebut dapat disimpulkan


bahwa encephalitis merupakan suatu bentuk penyakit yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme yang dapat berupa virus, bakteri, jamur, ataupun
parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui beberapa jenis infeksi yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan otak sehingga terjadi
peradangan pada otak akibat proses infeksi.
2.2 Etiologi Encephalitis

Beberapa agen infeksi penyebab penyakit encephalitis, antara lain :

1. Encephalitis Supurativa
Bakteri penyebab encephalitis supurativa diantaranya staphylococcus
aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
2. Encephalitis Siphylis
Bakteri penyebab adalah tropenema pallidum dengan proses infeksi yang
terjadi melalui permukaan tubuh kulit manusia dan umumnya karena
kontak seksual serta bersifat sangat mudah menular.
3. Encephalitis Virus
Berikut virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
 Virus RNA :
- Paramikso virus: virus parotitis, irus morbilli
- Rabdovirus: virus rabies
- Togavirus: virus rubella flavivirus (virus encephalitis Jepang B,
virus dengue)
- Picornavirus: enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus)
 Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria
 Virus DNA :
 Herpes virus: herpes zoster-varisella, herpes simpleks,
sitomegalivirus, virus Epstein-barr
 Poxvirus: variola, vaksinia

 Retrovirus : AIDS
4. Encephalitis karena parasit
 Malaria serebral plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria
serebral.
 Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan
gejalagejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Di
dalam tubuh 23 manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista
terutama di otot dan jaringan otak.
 Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika
berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan
meningoencefalitis akut.
 Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk ke dalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh
badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di
dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh
didalam meninges atau tersebar di dalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
5. Encephalitis karena fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain: candida
albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus,
Fumagatus dan Mucor mycosis.
6. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Encephalitis.
2.3 Manifestasi Klinis Encephalitis

Encephalitis dapat disebabkan oleh beberapa agen infeksi yang


berbeda – beda, namun demikian beberapa tanda dan gejala klinis yang
ditimbulkan tetap relatif kurang lebih sama, antara lain :

 Suhu tubuh yang meningkat


 Menurunnya kesadaran secara signifikan
 Muntah – muntah
 Kejang – kejang
 Gelisah dengan disertai perubahan tingkah laku
 Gejala – gejala klinis serebrum lain seperti halnya, paresis,
paralisis, afasia, dan sebagainya.

Encephalitis sendiri memiliki inti yang cukup jelas diantaranya adalah apabila
terdapat demam akut dengan kombinasi dan gejala klinis seperti kejang,
delirium, bingung, stupor, koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri
refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
2.4 Pathway Encephalitis
2.5 Komplikasi penyakit Encephalitis
Komplikasi encephalitis dapat berupa :
1. Edema otak
2. Gangguan motorik
3. Gangguan pendengaran dan penglihatan
4. Epilepsi
5. Emosi yang tidak stabil
6. Sindrom sekresi hormon antidiuretik (SIADH)
7. Hipoventilasi akibat penurunan kesadaran
8. Kejang – kejang

2.6 Pemeriksaan diagnostik Encephalitis

Pemeriksaan Diagnostik encephalitis menurut (Victor, 2001) yaitu :

 Biakan :
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi),
akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang
positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur
positif.
 Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul.
 Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
 Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar
protein atau glukosa.
 EEG/ Electroencephalography  EEG sering menunjukkan aktifitas
listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya
kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses,
jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
 CT scan  Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal,
tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal.

2.7 Penatalaksanaan Encephalatis

Penatalaksanaan yang dilakukan pada encephalitis menurut (Victor, 2001)


antara lain :
 Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
 Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan
oleh dokter :
a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
 Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan.
 Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
 Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema
otak
 Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan pasien.
 Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam
pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
 Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan
untuk menghilangkan edema otak.
 Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau
luminal.
 Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
 Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bisa diulang dengan dosis
yang sama.
 Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
 Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O² sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
 Penatalaksanaan shock septik.
 Mengendalikan dan menjaga perubahan suhu lingkungan.
 Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan
tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan
leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.
Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan
phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi
dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti
asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral.
2.8 Asuhan Keperawatan pasien dengan Encephalitis
2.8.1 Pengkajian pada pasien Encephalitis
2.8.1.1 Identitas klien
Encephalitis dapat menyerang berbagai kalangan usia dan jenis
kelamin.
2.8.1.2 Keadaan umum
keluhan utama pada penderita encephalitis yang sering kali
muncul yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran,
demam dan kejang.
2.8.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit
yang pernah dialami sebelumnya. Pada masa prodromal
berlangsung antara 1-4 hari kemudian diikuti tanda ensefalitis yang
berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada
neuron.

2.8.1.4 Riwayat penyakit yang lalu.

Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan

meningkatkan kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi

pada jaringan otak (Nining, 2016).

2.8.1.5 Riwayat kesehatan keluarga


Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah
ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada
hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Lutfiani,
2015).
2.8.1.6 Pemeriksaan fisik
 Sistem pernafasan (B1)

Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial


menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan
pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai
pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (Dinarti,
2017).

 Sistem kardiovaskuler (B2)


Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi
iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang
vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya
transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
 Sistem Persarafan (B3)
Merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
dengan pengkajian pada sistem lainnya. Tingkat kesadaran
pada klien encephalitis biasanya berkisar pada tingkat latergi.
Apabila klien dalam keadaan koma, maka penilain GCS
sangatlah penting untuk menilai tingkat kesadaran klien.
- Pemeriksaan syaraf kranial
Saraf I pada klien abses otak tidak didapati kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II Tes ketajaman pengelihatan dalam kondisi
normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan
terutama pada abses otak supuratif disertai abses serebri
dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya
peningkatan TIK.
Saraf III,IV,VI pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
pada klien ensefalitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut
ensefalitis yang telah mengganggu kesadaran perubahan
dan fungsi dan reaksi pupul akan didapatkan, biasanya
klien mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive
terhadap cahaya.
Saraf V pada klien ensefalitis didapatkan paralisis pada
otot sehingga menggaggu proses mengunyah
Saraf VII persepsi pengecapan dalam batas normal,
wajah asimetris karena adanya paralisis unilateral
Saraf VIII tidak ada tuli kondungtif dan tuli persepsi
Saraf IX dan X kemampuan menelan kurang baik
sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral
Saraf XI tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus
dan trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan
fleksi leher dan kaku kuduk
Saraf XII Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu
sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal.
- Pemeriksaan refleks
Pengerakan pada tendon,ligamentum atau periosteum,
derajat reflex pada respons normal. Reflex patologis
didapatkan pada klien ensefalitis dalam keadaan koma.
- Gerakan intravolunter
Tidak ada trenor,tic,dan distonia. Pada keadaan tertentu
klien biasanya mengalami kejang umum.
- Sistem sensorik
Biasanya didapatkan perasaan raba normal, nyeri
normal, perasaan suhu normal, dan tidak ada peradaan
abnormal pada permukaan tubuh, perasaan diskriminatif
normal.
- Pemeriksaan rangsangan otak
Dalam pemeriksaaan rangsangan otak didapatkan
gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan
pada bagian otak yang akibatnya mempengaruhi kondisi
klien dengan gejala klinis seperti kesulitan dalam
berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.
Beberapa hal tersebut disebabkan oleh peradangan yang
terjadi pada otak akibat dari proses infeksi.
 Sistem perkemihan (B4)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan
berkurangny volume keluaran urine, hal ini berhubungan
dengan penurunan perfusi
 Sistem pencernaan (B5)
Mual dan muntah dihubungkan dengan peningkatan tekanan
intracranial.
 Sistem muskuloskeletal dan integument (B6)
Penurunan kekuatan otot dapat menurunkan mobilitas klien
secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari klien
lebih banyak dibantu oleh orang lain.
2.8.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan
encephalitis antara lain :
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologis,
kimia, fisik, psikologis)
- Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
- Resiko perfusi serebral tidak efektif
- Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
2.8.3 Intervensi Keperawatan

Masalah
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan perawatan Observasi
tidak efektif selama 1x24 jam diharapkan perfusi - Identifikasi penyebab TIK
serebral meningkat. Dengan kriteria - Monitor tanda/gejala peningkatan
-
hasil: TIK
1. Tingkat kesadaran meningkat - Monitor MAP
2. Tekanan intracranial menurun - Monitor CVP
3. Kesadaran membaik - Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra cranial
pressure),jika tersedia
- Monitor CPP
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis
(misal. warna, konsistensi)

Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari manuver Valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO² optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
kapasitas selama 1x24 jam, maka diharapkan - Identifikasi penyebab TIK
adaptif Kapasitas Adaptif Intrakranial meningkat - Monitor peningkatan TD
intrakranial hasil : - Monitor pelebaran tekanan nadi
- Tingkat kesadaran meningkat (selisih TDS & TDD)
- Respon pupil membaik - Monitor penurunan frekuensi
- Respon Neurologis Membaik jantung
- Monitor irregurelitas irama nafas
- Monitor penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan pupil
- Monitor kadar CO² dan pertahankan
dalam rentan yang diindikasikan
- Monitor tekanan perfusi serebral
- Monitor jumlah kecepatan dan
karateristik drainase cairan
serebrospinal
- Monitor refleks stiumulus terhadap
TIK
Terapeutik
- Ambil sample drainase cairan
serebrospinal
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas sistem
pemantauan
- Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
- Bilas sistem pemantauan, jika perlu
- Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantuan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantuan
- Informasikan hasil pemantuan, jika
perlu
BAB III

KESIMPULAN

Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meninges,


yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit, encephalitis
merupakan suatu bentuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme yang dapat berupa virus, bakteri, jamur, ataupun parasit yang
masuk ke dalam tubuh melalui beberapa jenis infeksi yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada jaringan otak sehingga terjadi peradangan pada
otak akibat proses infeksi. Encephalitis dapat disebabkan oleh beberapa agen
infeksi yang berbeda – beda, namun demikian beberapa tanda dan gejala
klinis yang ditimbulkan tetap relatif kurang lebih sama.
Daftar Pustaka

1. Simamora Marthalena, dkk (2020). Edukasi Kesehatan pada Keluarga


tentang Encephalitis autoimun pada Anak. Diakses pada 09 Mei 2023, dari
https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM/article/view/117

2. Vinca Olivia Des, dkk (2020). Plasmafaresis pada Pasien Status Epileptikus
akibat Ensefalitis Anti-NMDAR di Unit Perawat Intensif. Diakses pada 09
Mei 2023, dari http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/view/1978

3. Meryana (2022). Citomegalovirus (CMV) Encephalitis : A Case Report.


Diakses pada 10 Mei 2023, dari
http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JWM/article/view/3826

4. Makmur Tri & Siregar Fazidah Aguslina (2020). Ensefalitis Virus Herpes
Simplex. Diakses pada 10 Mei 2023, dari
https://www.jurnal.fk.uisu.ac.id/index.php/ibnusina/article/view/45

5. Retnaningsih, dkk (2020). Ensefalitis pada Infeksi Corona Virus Disease


2019 (Covid-19) : Sebuah Tinjauan Literatur. Diakses pada 10 Mei 2023, dari
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/
article/view/483

6. Khairani Lisa (2016). Profil Penggunaan Obat pada pasien Penyakit


Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta
periode 2012 – 2015. Diakses pada 10 Mei 2023, dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/32814

7. Nusantoro Agik Priyo (2018). Modul Praktik Kinik I & II. Diakses pada 11
Mei 2023, dari https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/624/1/MODUL
%20PRAKTIK%20KLINIK%20KMB%20I%20II.pdf

8. Pratama Muhammad Ridwan (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan


Pada An. F Yang Mengalami Encephalitis Dengan Intervensi Inovasi
Kompres Bawang Merah Untuk Menurunkan Demam Pada Anak Di Ruang
Picu Rsud A.W Sjahranie Samarinda Tahun 2018. Diakses pada 11 Mei 2023,
dari https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/762

Anda mungkin juga menyukai