Disusun oleh :
Kelompok 3
Adapun makalah yang kami buat ini senantiasa dalam penulisannya tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus dan ikhlas memberikan do’a,
saran, dan kritiknya sehingga dengan harapan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Akhir kata, dengan rendah hati kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
baik kata maupun isi dalam proses penulisan makalah ini, dan kami juga sangat
berterima kasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi
para pembaca dan kita semua. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................03
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Encephalitis Supurativa
Bakteri penyebab encephalitis supurativa diantaranya staphylococcus
aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
2. Encephalitis Siphylis
Bakteri penyebab adalah tropenema pallidum dengan proses infeksi yang
terjadi melalui permukaan tubuh kulit manusia dan umumnya karena
kontak seksual serta bersifat sangat mudah menular.
3. Encephalitis Virus
Berikut virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
Virus RNA :
- Paramikso virus: virus parotitis, irus morbilli
- Rabdovirus: virus rabies
- Togavirus: virus rubella flavivirus (virus encephalitis Jepang B,
virus dengue)
- Picornavirus: enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus)
Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria
Virus DNA :
Herpes virus: herpes zoster-varisella, herpes simpleks,
sitomegalivirus, virus Epstein-barr
Poxvirus: variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
4. Encephalitis karena parasit
Malaria serebral plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria
serebral.
Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan
gejalagejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Di
dalam tubuh 23 manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista
terutama di otot dan jaringan otak.
Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika
berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan
meningoencefalitis akut.
Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk ke dalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh
badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di
dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh
didalam meninges atau tersebar di dalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
5. Encephalitis karena fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain: candida
albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus,
Fumagatus dan Mucor mycosis.
6. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Encephalitis.
2.3 Manifestasi Klinis Encephalitis
Encephalitis sendiri memiliki inti yang cukup jelas diantaranya adalah apabila
terdapat demam akut dengan kombinasi dan gejala klinis seperti kejang,
delirium, bingung, stupor, koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri
refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
2.4 Pathway Encephalitis
2.5 Komplikasi penyakit Encephalitis
Komplikasi encephalitis dapat berupa :
1. Edema otak
2. Gangguan motorik
3. Gangguan pendengaran dan penglihatan
4. Epilepsi
5. Emosi yang tidak stabil
6. Sindrom sekresi hormon antidiuretik (SIADH)
7. Hipoventilasi akibat penurunan kesadaran
8. Kejang – kejang
Biakan :
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi),
akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang
positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur
positif.
Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul.
Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar
protein atau glukosa.
EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas
listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya
kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses,
jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal,
tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal.
Masalah
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan perawatan Observasi
tidak efektif selama 1x24 jam diharapkan perfusi - Identifikasi penyebab TIK
serebral meningkat. Dengan kriteria - Monitor tanda/gejala peningkatan
-
hasil: TIK
1. Tingkat kesadaran meningkat - Monitor MAP
2. Tekanan intracranial menurun - Monitor CVP
3. Kesadaran membaik - Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra cranial
pressure),jika tersedia
- Monitor CPP
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis
(misal. warna, konsistensi)
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari manuver Valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO² optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
kapasitas selama 1x24 jam, maka diharapkan - Identifikasi penyebab TIK
adaptif Kapasitas Adaptif Intrakranial meningkat - Monitor peningkatan TD
intrakranial hasil : - Monitor pelebaran tekanan nadi
- Tingkat kesadaran meningkat (selisih TDS & TDD)
- Respon pupil membaik - Monitor penurunan frekuensi
- Respon Neurologis Membaik jantung
- Monitor irregurelitas irama nafas
- Monitor penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan pupil
- Monitor kadar CO² dan pertahankan
dalam rentan yang diindikasikan
- Monitor tekanan perfusi serebral
- Monitor jumlah kecepatan dan
karateristik drainase cairan
serebrospinal
- Monitor refleks stiumulus terhadap
TIK
Terapeutik
- Ambil sample drainase cairan
serebrospinal
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas sistem
pemantauan
- Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
- Bilas sistem pemantauan, jika perlu
- Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantuan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantuan
- Informasikan hasil pemantuan, jika
perlu
BAB III
KESIMPULAN
2. Vinca Olivia Des, dkk (2020). Plasmafaresis pada Pasien Status Epileptikus
akibat Ensefalitis Anti-NMDAR di Unit Perawat Intensif. Diakses pada 09
Mei 2023, dari http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/view/1978
4. Makmur Tri & Siregar Fazidah Aguslina (2020). Ensefalitis Virus Herpes
Simplex. Diakses pada 10 Mei 2023, dari
https://www.jurnal.fk.uisu.ac.id/index.php/ibnusina/article/view/45
7. Nusantoro Agik Priyo (2018). Modul Praktik Kinik I & II. Diakses pada 11
Mei 2023, dari https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/624/1/MODUL
%20PRAKTIK%20KLINIK%20KMB%20I%20II.pdf