Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A.    Konsep Dasar Penyakit


1.      Pengertian 
  Diare adalah sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus
halus yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit  (Betz, C.L. dkk., 2002).
Menurut Nursalam, dkk., (2008)  Diare pada dasarnya adalah frekuensi BAB
yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih besar. (Hidayat,
AA., 2006)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan dari diare adalah
BAB lebih dari 3 sampai 4 kali per hari dengan konsistensi cair dan encer
yang dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2.      Etiologi
Penyebab utama diare adalah diantaranya : Virus atau bakteri yaitu
rotavirus, Escherichia Coli, Shigella, Cryptosporidium, Vibro Cholerae, dan
salmonella. Selain virus dan bakteri ada beberapa penyebab lain yang dapat
menimbulkan terjadinya diare menurut Nursalam (2008 ) yaitu :
a.       Keracunan makanan dan minuman ( makanan basi )
b.      Tidak tahan terhadap makanan tertentu misalnya susu.
c.       Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
d.      Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
atau sebelum memegang makanan.
Penyebab diare dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a.    Faktor Infeksi
1)   Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak adalah infeksi enteral yaitu sebagai berikut:
a)    Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya
b)   Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, coxsackie, polio-
myelitis) adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
c)   Infeksi parasit : Cacing (askaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambia, trichomonas
hominis), jamur (candida albicans).
2)   Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini biasanya
terjadi pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b.    Faktor Malabsorbsi
1)   Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2)   Malabsorbsi lemak
3)   Malabsorbsi protein
c.    Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d.    Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas walaupun jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
(Suriadi & Yulianti, R. 2001)
3.      Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
faktor diantaranya :
Pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi
cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem
transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian akan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit.
Kedua faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
rongga usus sehingga terjadilah diare.
Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus
yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare.
Keempat, faktor psikologis dapat memenuhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang dapat menyebabkan diare sehingga muncul masalah-masalah
keperawatan seperti kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan, perubahan pola eliminasa BAB (diare), dan ansietas.
(Hidayat. AA, 2006).
4.     Etiologi
Patogenesis yang dapat menyebabkan timbulnya diare yang akan dijabarkan
menurut Nursalam 2008 adalah sebagai berikut :
a.       Gangguan osmotik
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
b.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan tejadi
peningkatan sekresi, air, dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c.       Gangguan mortalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.
(Nursalam 2008)
5.   Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada diare adalah :
a.       Frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 x/hari dan pada neonatus lebih
dari 4 x/hari
b.      Bentuk cair pada BAB kadang-kadang disertai lendir dan darah
c.       Nafsu makan menurun
d.      Warnanya lama-kelamaan kehijauan karena bercampur empedu
e.       Muntah
f.       Rasa haus
g.      Adanya lecet pada daerah sekitar anus
h.      Feses bersifat asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diserap oleh usus
i.        Adanya tanda dehidrasi
j.        Asidosis metabolik seperti tampak pucat dengan pernafasan cepat dan
dangkal.
(Hidayat, AA. 2006)
6.   Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut:
Beberapa tingkatan dehidrasi dibagi menjadi 3 :
a.       Dehidrasi ringan
b.      Dehidrasi sedang
c.       Dehidrasi Berat
Tabel 1 Mengevaluasi derajat dehidrasi
Tingkat dehidrasi Ringan Sedang Berat
Penurunan BB bayi 5% 10% 15%
Penurunan BB anak-anak 3-4% 6-8% 10%
Frekuensi nadi Normal Sedikit Sangat
meningkat meningkat
Tekanan darah Normal Normal hingga Ortostatik
ortostatik hingga syok
(perubahan >10
mmHg)
Perilaku Normal Rewel, lebih Sangat rewel
haus hingga letargik
Masa haus Sedikit Sedang Sangat besar
Membran mukosa Normal Kering Sangat kering

Tingkat dehidrasi Ringan Sedang Berat


Air mata Ada Berkurang Tidak ada,
mata cekung
Ubun-ubun depan Normal Normal hingga Cekung
cekung
Vena jugularis eksterna Terlihat Tidak terlihat Tidak terlihat
ketika kecuali jika sekalipun
dibaringka dilakukan dilakukan
n telentang tekanan tekanan
supralavikular supralavikular
Kulit (kurang bermanfaat Pengisian Pengisian ulang Pengisian
pada anak > 2 tahun) ulang kapiler lambat ulang kapiler
kapiler > 2 (2-4 detik sangat lambat
detik penurunan (> 4 detik) dan
turgor) terlihat tenting,
kulit teraba
dingin tampak
akrosianotik
dan motlet
(berbintik-
bintik)
Berat jenis urine >1,020 >1,020 oliguria Oliguria atau
anuria
(Menurut Wong D.L, 2004 )

7.   Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada diare menurut Muschari (2005) yaitu :
a.      Analisis feses
Meliputi pengujian untuk adanya bakteri, ovum dan parasit, darah,
mucus, lemak, urobilinogen, tripsin, leukosit, penurunan substansi dan
PH, mungkin dilakukan untuk menentukan adanya infeksi, infestasi
(adanya parasit dalam tubuh), perdarahan, atau gangguan malabsorbsi.
b.      Laju Endap Darah (LED)
Dilakukan untuk mengetahui adanya peradangan.
c.      Hitung Darah Lengkap (HDL)
Dilakukan untuk mengevaluasi adanya anemia pada kasus perdarahan.
d.      Radiografi sinar-x lambung, pemeriksaan gastrointestinal bagian atas,
pemeriksaan sinar-x esofagus dan lambung, dan pemeriksaan usus halus
Dilakukan untuk mendeteksi adanya lesi, obstruksi, dan masalah
motilitas.
e.      Barium enema (pemeriksaan usus besar, sinar-x kolon) dapat dilakukan
untuk mendeteksi lesi, obstruksi, dan masalah motilitas sistem GI bagian
bawah.
f.      CT scan
Mengidenfitifikasi tumor, abses, dan obstruksi kandung empedu.
g.     Esofagogastroduodenoskpi (EGD), endoskopi, dan gastroskopi
Merupakan prosedur endoskopik gastrointestinal bagian atas yang
dilakukan menggunakan endoskop serat optik untuk memeriksa lumen
dan lapisan mukosa esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus.
Semua pengujian ini menentukan keabnormalitasan jaringan, perdarahan
gastrointestinal dan ulserasi.
h.         Kolonoskopi, proktoskopi, anoskopi, sigmoidoskopi dan
proktosigmooidoskopi
Merupakan prosedur endoskopi gastrointestinal bagian bawah yang
dilakukan untuk mengevaluasi kolon dan sekum terminal terhadap adanya
penyakit peradangan usus, pendarahan gastrointestinal dan diare. Biopsi
dapat dilakukan selama prosedur.
8.    Penatalaksanaan
a.    Medis
Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan
peroral seperti untuk pasien rawat jalan dengan larutan rehidrasi oral yaitu
pemberian minuman sedikit tetapi sering (Pedialyte, Ricelyte). Cairan
rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5 sampai 15 ml), meski
terdapat muntah. Dalam hal dehidrasi berat, anak dihospitalisasi untuk
mendapatkan terapi intravena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah
dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan
pemberian cairan rumatan.
Jika ada syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan
salin normal atau larutan Ringer laktat, ulangi jika perlu). Kasus-kasus ini,
bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat dipakai
untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang berusia
kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi
dehidrasi telah dimulai.
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan makan-
makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau bubur, roti bakar,
biji-bijian kering, dan susu ibu. Makanan dan cairan rehidrasi oral dengan
nyata mengurangi lamanya diare. Secepatnya kembali ke kasus malnutrisi
yang sudah ada sebelumnya. Susu dan jus pada mulanya harus diencerkan
sebelum diberikan.
Antiemetika dan antispasmodic tidak dianjurkan dalam kasus ini.
Antibiotika juga tidak diindikasikan pada kebanyakan kasus, karena
gastoenteritis bakterial maupun viral dapat sembuh dengan sendirinya.

Tetapi antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang


disebabkan organisme Shigella, E. coli, organisme Salmonella, (dengan
sepsis atau infeksi setempat), dan G. lamblia. Antibiotic dapat
memperpanjang status karier pada infeksi salmonella.
(menurut Betz, C.L 2002)
b.   Penatalaksanaan Perawatan
penatalaksanaan keperawatan secara umum yang dilakukan pada anak
dengan penyakit diare adalah:
1)        Mengkaji riwayat diare.
2)        Mengkaji status hidrasi, ubun-ubun, turgor kulit, mata, membrane
mukosa mulut.
3)        Mengkaji tinja: jumlah, warna, bau, konsistensi dan waktu BAB.
4)        Memantau intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
5)        Menimbang berat badan.
6)        Memeriksa tanda-tanda vital.
7)        Perencanaan pulang dan perawatan di rumah .
(Suriadi & Yulianti R 2001)

B.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1.   Pengkajian Khusus untuk Diare
Pengkajian khusus yang dilakukan pada penderita diare adalah :
a)      Data dasar: usia, berat badan, riwayat penyakit dahulu, dan sekarang.
b)      Sistem kardiovaskuler: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat,
kecil, tekanan darah menurun.
c)      Sistem pencernaan dan eliminasi: diare, tinja cair dan mungkin disertai
lendir atau darah, warna hijau berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu, dapat juga ditemukan gejala muntah,
abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram dan bising usus
meningkat. Anus kemungkinan iritasi dan lesi, bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak
menurun, turgor kulit kurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
selaput bibir, dan mulut serta kulit tampak kering.
d)     Makanan/cairan: nafsu makan berkurang bahkan tidak ada, muntah
disebabkan karena lubang yang mulai meradang akibat sistem asam basa
dan elektrolit, anak tampak haus dan klien mengalami kelaparan.
e)      Aktivitas atau istirahat: cepat lelah, malaise, kelemahan.
f)       Integritas ego: cengeng, gelisah, anak menjadi rewel.
g)      Neurosensori: kesadaran menurun sampai apatis, somnolen dan
terkadang sampai soporokomatus.
h)      Respirasi: bila sudah ada asidosis metabolik penderita akan tampak
pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
i)        Interaksi sosial: biasanya anak menjadi pendiam.
j)        Hygiene (kebersihan): anus dan di sekitarnya menjadi lecet karena
sering defekasi, turgor kulit berkurang, kulit tampak kering.
(Nursalam, 2005)

2.    Diagnosa Keperawatan yang Khas Pada Diare


a.   Kurang volume cairan b.d kehilangan gastrointestinal yang berlebih
melalui feses atau anoreksia
Tujuan: Anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan mempertahankan
dehidrasi adekuat.
Tabel 2. Intervensi keperawatan Kurang volume cairan b.d kehilangan
Gastrointestinal yang berlebih melalui feses.

No Intervensi Rasional
1 Beri larutan rehidrasi oral Rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses
2 Berikan dan pantau cairan Untuk dehidrasi hebat dan muntah
(intravena) IV sesuai ketentuan serta pemasukan antibiotik bila
diindikasikan
3 Pertahankan pencatatan yang ketat Mengevaluasi keefektifan
terhadap masukan dan keluaran intervensi
(urine, feses, dan emesis)
4 Beri agen antimikroba (antibiotik) Mengobati patogen khusus yang
sesuai ketentuan menyebabkan kehilangan cairan
yang berlebihan
5 Timbang berat badan anak, kaji Mengkaji dehidrasi, mengkaji
tanda-tanda vital, turgor kulit, keadekuatan rehidrasi
membran mukosa, dan status
mental setiap 4 jam atau sesuai
indikasi
6 Instruksikan keluarga dalam Menjamin hasil optimum dan
memberikan terapi yang tepat, memperbaiki kepatuhan terhadap
pemantauan pemasukan dan peraturan trapeutik
keluaran dan mengkaji tanda-
tanda dehidrasi.
(Wong, Donna L, 2004)
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak
adekuat, penyebab akibat diare
Tujuan: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia dan memuaskan.
Tabel 3. Intervensi keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d masukan yang tidak adekuat, penyebab akibat diare

No Intervensi Rasional
1 Setelah rehidrasi, intruksikan ibu Karena hal ini cenderung
menyusui untuk melanjutkan mengurangi kehebatan dan durasi
pemberian ASI. penyakit

2 Hindari pemberian diet dengan Karena diet ini rendah dalam


pisang, apel, dan roti panggang energi dan protein, terlalu tinggi
dan teh dalam karbohidrat dan rendah
elektrolit

3 Observasi dan catat respon Mengkaji toleransi pemberian


terhadap pemberian makanan makanan

4 Intruksikan keluarga untuk Memenuhi kebutuhan tubuh klien


memberikan makan sedikit tapi
sering

5 Timbang berat badan klien tiap Mengkaji kebutuhan nutrisi sesuai


hari berat badan

(Wong, Donna L, 2004)

c.   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang


menembus saluran gastrointestinal.
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal dan
infeksi tidak menyebar pada orang lain.
Tabel 4. Intervensi keperawatan Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan mikroorganisme yang menembus saluran
gastrointestinal.
No Intervensi Rasional
1 Implementasi isolasi substansi Mencegah penyebaran infeksi
tubuh atau praktek
pengendalian infeksi di rumah
sakit, termasuk pembuangan
feses dan pencucian yang tepat,
serta penanganan spesimen
yang tepat
2 Pertahankan pencucian tangan Mengurangi resiko
yang benar penyebaran infeksi

3 Gunakan popok sekali pakai Menampung feses dan


superabsorbent menurunkan kemungkinan
terjadi dermatitis .
4 Ajarkan anak, bila mungkin, Mencegah penyebaran infeksi
tindakan perlindungan seperti
pencucian tangan setelah
menggunakan toilet
5 Instruksikan anggota keluarga Mengurangi penyebaran
dan pengunjung dalam praktek resiko infeksi.
isolasi khususnya mencuci
tangan.
(Wong, Donna L 2004)
d.    Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.
Tujuan: Kulit pasien tetap utuh dan anak tidak mengalami bukti-bukti
kerusakan kulit.
Tabel 5. Intervensi keperawatan Kerusakan integritas kulit b.d iritasi
karena diare.
No Intervensi Rasional
1 Ganti popok dengan sering Menjaga agar kulit tetap bersih dan
kering
2 Bersihkan bokong perlahan-lahan Feses diare sangat mengiritasi kulit
dengan sabun lunak, non alkalin
dan air atau celupkan anak dalam
bak untuk pembersihan yang
lembut
3 Beri salep seperti seng oksida Melindungi kulit dari iritasi
(tipe salep bervariasi setiap anak
dan memerlukan percobaan)
4 Pajankan dengan ringan kulit Meningkatkan penyembuhan
utuh yang kemerahan pada udara
jika mungkin
5 Hindari menggunakan tisu basah Karena akan menyebabkan rasa
yang dijual bebas yang menyengat
mengandung alkohol pada kulit
yang terekskoriasi
6 Observasi bokong perineum akan Sehingga terapi yang tepat dapat
adanya infeksi dimulai
7 Berikan obat anti jamur yang Mengobati jamur kulit
tepat
(Wong, Donna L 2004)

e.    Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang


pengetahuan.
Tujuan:
1)   Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta
mampu memberikan perawatan
2)   Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya
di rumah.
Tabel 6. Intervensi keperawatan Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.
No Intervensi Rasional
1 Berikan informasi pada keluarga Motivasi kepatuhan terhadap
tentang penyakit anak dan program terapeutik, khususnya
tindakan terapeutik jika berada di rumah.

2 Ijinkan anggota keluarga untuk Pemenuhan kebutuhan anak dan


berpartisipasi dalam perawatan keluarga
anak sebanyak yang mereka
inginkan

3 Intruksikan keluarga mengenai Pencegahan penyebaran infeksi


pencegahan

4 Atur perawatan kesehatan pasca Menjamin pengkajian dan


hospitalisasi pengobatan yang kontinue

5 Rujuk keluarga pada lembaga Pengawasan perawatan di rumah


perawatan kesehatan komunitas. sesuai kebutuhan

(Wong, Dona L, 2004)

f.     Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.


Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi BAB dan konsistensi feses
kembali lunak, dengan bising usus 6 x/menit.
Tabel 7. Intervensi keperawatan Perubahan pola eliminasi BAB, diare
b.d Hiperperistaltik usus.

No Intervensi Rasional
1 Observasi dan catat frekuensi Membantu membedakan penyakit
BAB karakteristik faktor pencetus individu

2 Tingkatkan tirah baring Untuk menurunkan peristaltik


usus
3 Buang feses dengan cepat, berikan Menurunkan bau tidak sedap
pengharum ruangan
4 Identifikasi makanan dan cairan Menghindari iritan
yang mencetuskan diare

5 Mulai lagi pemasukan cairan Mencegah kram


peroral, hindari minuman dingin

6 Ganti celana/popok anak tiap kali Mencegah penularan infeksi/iritan


BAB
7 Observasi demam, letargi, Tanda bahwa toksin telah
leukositosis menyerang usus besar
(Doenges, Marilynn E 2000)

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.

Doengoes, Marilyn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa,


Aifrina Hany. Jakarta: EGC

Musrifatul, Uliyah dan Hidayat, A.A Alimul.2006.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik


Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika

Nursalam, (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV


Sagung Seto.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby

Anda mungkin juga menyukai