II. Etiologi
Etiologi Diare menurut Sodikin (2011):
Faktor infeksi adalah infeksi pencernaan yang merupakan penyebab diare pada anak yaitu
Shigella, Salmonella, dan E. Coli masuk dan berkembang di dalam rongga usus, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
mengeluarkannya sehingga timbul diare, frekuensi BAB meningkat dan menyebabkan
kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi dan
alergi terhadap makanan yang pasien makan, toksin tidak dapat diserap, dan pada dinding usus
akan terjadi hiperperistaltik yang menyebabkan penyerapan makanan di usus menurun dan
terjadi diare. Faktor psikologi yaitu rasa takut dan cemas pada pasien, sehingga terjadi
hiperperistaltik yang menyebabkan penyerapan makanan di usus menurun dan terjadi diare.
Faktor malabsorbsi misalnya, karbohidrat, disakarida, dan monosakarida pada bayi dan anak
yang terpenting dan terserang malabsorbsi lemak dan protein menngkatkan tekanan osmotik,
yang menyebabkan pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus sehingga terjadi diare. Diare
menyebabkan frekuensi BAB meningkat dan menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
berlebihan sehingga timbul gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Frekuensi BAB
yang berlebih tersebut juga menyebabkan gangguan integritas kulit perianal. Diare bisa juga
menyebabkan distensi abdomen yang menimbulkan mual dan muntah, dan mengakibatkan
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
IV. Klasifikasi
Diare dapat dikelompokkan menjadi tiga, menurut pedoman MTBS dalam Nursalam (2005) :
1) Diare akut, terbagi atas (a) diare dengan dehidrasi berat, (b) diare dengan dehidrasi
sedang, (c) diare tanpa dehidrasi.
2) Diare persisten, bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas (a) diare persisten
dengan dehidrasi dan (b) diare persisten tanpa dehidrasi.
3) Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah.
Sedangkan menurut Wijaya dan Putri (2013) jenis diare dapat dikelompokkan menjadi empat,
antara lain ;
1) Diare akut adalah berlangsung kurang dari empat belas (14) hari umumnya kurang dari
tujuh (7) hari sehingga mengakibatkan dehidrasi yang merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
2) Diare persisten adalah berlangsung lebih dari empat belas (14) hari secara terus- menerus
sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
3) Diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah Anorexiasehingga
mengakibatkan penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi
pada mukosa.
4) Diare masalah lain, anak yang menderita diare akut persisten mungkin juga disertai
penyakit lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya.
V. Tahapan Dehidrasi:
1). Dehidrasi ringan: berat badan menurun 3%- 5%, dengan volume cairan yang hilang kurang
dari 50ml/kg.
2). Dehidrasi sedang: berat badan menurun 6%- 9%, dengan volume cairan yang hilang 50-
90ml/kg.
3). Dehidrasi berat, berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan yang hilang sama
dengan atau lebih dari 100ml/kg.
1) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi.
3) Kram abdominal.
4) Demam.
5) Mual dan muntah.
6) Anorexia.
7) Lemah.
8) Pucat.
9) Perubahan tanda- tanda vital; nadi dan pernafasan cepat.
10) Pengeluaran urine menurun.
Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi dengan menggunakan
Skor Maurice King:
1) Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dijepit” antara ibu jari dan telunjuk selama
30-60 detik, kemudian dilepas kembali. Apabila kulit kembali normal dalam waktu 1
detik (turgor agak kurang/ dehidrasi ringan), 1-2 detik (turgor kurang/dehidrasi sedang,
dan 2 detik (turgor sangat kurang/ dehidrasi berat).
2) Pada anak- anak dengan ubun- ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun- ubun
besar diganti dengan banyaknya atau frekuensi buang air kecil.
VII. Komplikasi
Komplikasi diare pada anak menurut Suriadi dan Yulianni (2006) adalah sebagai berikut:
1) Dehidrasi
2) Hipokalemia
3) Hipokalsemia
4) Cardiac dysritmia akibatipokalemia dan hipokalsemia
5) Hiponatremia
6) Syok hipovolemik
7) Asidosis
IX. Penatalaksanaan
1) Cairan parenteral
Garam yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kadang- kadang tergantung
kepada tersedianya cairan setempat. Umumnya Ringer Laktat(RL).
(1) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25- 50 ml/Kg/BB intragastrik.
Selanjutnya: 125 ml/Kg/BB/hari.
(2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 5- 100 ml/Kg/BB peroral/ intragastrik.
Selanjutnya: 125 ml/Kg/BB/hari.
(3) Dehidrasi berat
Anak 1 bln- 2 bln BB 3- 10 kg.
(a) 1 jam pertama
40 ml/ kg BB/ mnt = 10 tetes.
(b) 7 jam berikutnya
12 ml/kg BB/ jam = 3 tetes.
(c) 16 jam berikutnya
125 ml/kg BB oralit peroral
Anak: 2- 5 tahun, BB 10-15 kg
(a) 1 jam pertama
30 ml/ kg BB/ jam
(b) 7 jam berikutnya
10 ml/ kg BB/ jam
(c) 16 jam berikutnya
125 / kg BB oralit.
3) Obat- obatan
Prinsip: mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan/ tanpa muntah dengan cairan
yang mengandung elekrolit dan glukosa/karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras).
Obat- obatan yang diberikan adalah:
a) Obat anti sekresi
b) Obat spasmolitik
c) Antibiotik
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare
I. Pengkajian
1) Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB
4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila
diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila
berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare.
b) Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses
berubah menjadi kehijau-hijauan karena feses bercampur dengan empedu.
c) Anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses semakin lama menjadi
asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka
terjadilah gejala dehidrasi.
f) Diuresis terjadi olugiria (kurang 1 ml/ kg/ BB/ jam) bila terjadi dehidrasi. Urine
normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau
sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat
berat pada anak- anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh pada pasien.
b) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat- obatan (antibiotik) karena faktor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare
c) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun, biasanya adalah
batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelu, selama, dan sesudah diare
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum:
(1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
(2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
(3) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).
b) Anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan.
c) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan
cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (jangan menggunakan
kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik) berarti diare
tersebut tidak disertai dengan dehidrasi.
d) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,ubun- ubunnya biasanya
cekung.
e) Mata
Anak yang mengalami diare dengan disertai dehidrasi kelopak matanya cekung
(cowong).
f) Mulut dan lidah
(1) Mulut dan lidah basah ( tanpa dehidrasi)
(2) Mulut dan lidah kering ( dehidrasi ringan/ sedang)
(3) Mulut dan lidah sangat kering ( dehidrasi berat).
g) Abdomen
Kemungkinan abdomen mengalami distensi, kram, dan bising usus yang meningkat.
h) Anus
Ada atau tidaknya iritasi didaerah sekitar anus.
i) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat,
sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula menurut Suharyono dalam
Nursalam (2005). Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami
diare, yaitu:
(1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur.
(2) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat, lemak, dan kultur urine.
Menurut Sodikin (2011), intervensi dan rasional pada pasien anak dengan diare adalah:
1) Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrointestinal berlebih
melalui feses atau emesis.
Kriteria hasil:
Anak menunjukkan tanda- tanda hidrasi yang adekuat
Intervensi:
a) Beri larutan rehidrasi oral (LRO) untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan
melalui feses. Berikan LRO sedikit tapi sering, khususnya bil anak muntah, kecuali
jika muntah hebat bukanlah kontraindikasi untuk penggunaan LRO.
b) Setelah rehidrasi, berikan diet reguler pada anak sesuai toleransi karena penelitian
menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat menguntungkan dan
menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi
penyakit.
c) Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula bebas laktosa,
atau formula yang mengandung setengah laktosa untuk mempertahankan terapi
cairan.
d) Pertahankan pencatatan yang ketat, terhadap masukan dan keluaran (urine, feses,
dan emesis) untuk mengevaluasi keefektifan intervensi.
e) Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi.
f) Kaji tanda- tanda vital, turgor kulit, membran mukosa, dan status mental setiap 4
jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi.
g) Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi
h) Hindari masukan cairan seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin karena
cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai
osmolaritas tinggi.
i) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukan
dan keluaran, dan mengkaji tanda- tanda dehidrasi untuk menjamin hasil yang
optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui diare, masukan yang tidak adekuat
Intervensi:
a) Setelah rehidrasi, instruksikan ibu melanjutkan pemberin ASI, karena hal ini
cenderung mengurangi kehebatan dan durasi penyakit.
b) Hindari pemberian diet pisang, beras, apel, dan roti panggang atau teh, karena diet
ini rendah energi dan protein, terlalu tinggi karbohidrat, dan rendah elektrolit.
c) Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk mengkaji toleransi
pemberian makanan.
d) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap program terapeutik
IV. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan pada pasien anak dengan diare
menurut Sodikin (2011) adalah :
1) Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
2) Anak mengkonsumsi nutrisi adekuat untuk memepertahankan berat badan yang sesuai usia
3) Anak tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal
4) Kulit anak tidak mengalami kerusakan
5) Anak menunjukkan tanda-tanda kenyamanan
6) Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta mampu memberikan
perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, 2009, Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan proses Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
Carpenito, Lynda Juall, Moyet, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul, 2006, Pemgantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Nanda NIC NOC, 2013, Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis, Jakarta: Medi Action
Nursalam, 2005, Asuhan Pada Anak dengan Penyakit Tropis ( yang sering terjadi), Jakarta : Salemba
Medika
Suriadi & Yuliani, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta: CV. SAGUNG SETO
Tarwoto Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba
Medika, Edisi: 3
Wijaya & Putri, 2013, Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep,
Yogyakarta : Nuha Medika
Muttaqin & Sari, 2011, Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Medikal Bedah, Jakarta :
Salemba Medika