Disusun oleh
Nama: Camelia Marta Restugusti
NIM : 17613060
D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES INSIPIDUS
A. DEFINISI
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi,
sekresi, atau fungsi ADH (Corwin, 2009 ).Diabetes insipidus merupakan penyakit yang
sangat jarang dijumpai akibat defisiensi ADH (vasopresin) (Rubenstein, 2007).Diabetes
insipidus adalah suatu sindrom poliuria yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh
memekatkan urine sehingga menghemat air akibat ketiadaan efek vasopressin(Ganong,
2010).
Diabetes insipidus merupakan gangguan yang ditandai oleh gangguan ginjal
dalam melakukan konervasi air yang disebabkan oleh defisiensi sekresi hormon
antidiuritik (antideuritik hormone, ADH) atau resistensi ginjal terhadap ADH kehilangan
air yang berlebihan, hiperosmalitas, dan hipernatremia terjadi (Stillwel, 2011).
Diabetes insipidus adalah sindrom yang terjadi apabila terdapat defisiensi
vasopressin atau jika ginjal tidak dapat berespons terhadap hormone ini (F.Ganong,
2008).
B. Klasifikasi
Penurunan produksi atau pelepasan ADH dapat bersifat idiopatik atau disebabkan
oleh pembedahan hipofisis atau kondisi yang mengganggu hipotalamus (misal trauma
kepala, infeksi, tumor otak ganas, atau kematian otak akibat anoksia)
Terjadi jika reseptor ginjal tidak sensitif atau resisten terhadap ADH
sirkulasi.Penyebabnya adalah penyakit ginjal atau terapi obat (litium karbonat dan
demeklosiklin).
C. Etiologi
Dibetes insipidus dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi ADH secara total
atau parsial oleh hipotalamus, atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis anterior.
Berkurangnya ADH dapat disebabkan oleh tumor atau cedera kepala. Diabetes insipidus
dapat di sebabkan oleh ginjal yang tidak berespons terhadap ADH yang bersirkulasi
karena berkurangnya reseptor atau second messenger. Jenis diabetes insipidus ini disebut
nefrogenik, yaitu berasal di ginjal.Penyebab diabetes insipidus nefroginik meliputi, sifat
resesif terkait X dan genetic, penyakit ginjal, hipokalemia, dan hiperkalsemia (Corwin,
2009 ).
2. Berkaitan dengan stroke, tumor hipotalamus atau hipofisisdan trauma atau pembedahan
kranial
3. Obat obat tertentu, seperti litium (duralith), fenitoin (dilantin), atau alkohol (diabetes
insipidus transien)
Diabetes insipidus dapat sebabkan oleh penyakit SSP (diapedes insipidus sentral ), yang
mengenai sintesis atau sekresi vasopressin. Penyakit ginjal (diabetes inspidus nefrogenik),
karena lenyapnya kemampuan ginjal untuk berespons terhadap vasopressin dalam darah
dengan menghemat air atau pada kehamilan, memungkinkan peningkatan bersihan
metabolic vasopresin.Pada diabetes insipidus sentral dan nefrogenik urine bersifat
hipotonik.Kausa sentral tersering adalah kecelakaan trauma kepala, tumor intracranial dan
pascabedah intracranial.Diabetes insipidus nefrogenik dapat bersifat familial atau
disebabkan oleh kerusakan ginjal akibat obat. Sindrom mirip diabetes insipidus dapat
terjadi akibat kelebihan miniralokortikoid, kehamilan dan kausa lain(Ganong, 2010).
D. Manifestasi klinik
2. Poliuria (tanda utama), haluan urin yang encer sebanyak 2 hingga 20 L dalam periode
24 jam.
5. Demam
6. Kurang kesadaran
7. Hipotensi
8. Takikardi
9. Sakit kepala dan gangguan penglihatan akibat gangguan elektrolit dan dehidrasi
10. Anoreksia dan penurunan berat badan akibat konsumsi cairan yang terus menerus.
E. Pathofisiologi
Menurut (Kowalak, 2011) ada beberapa patofisiologi dari diabetes insipidus meliputi:
Respons ADH yang tidak adekuat terhadap osmolaritas plasma dan terjadi ketika
terdapat lesi organik pada hipotalamus, pedikulusinfundibularis, atau hipofisis
posterior yang secara parsial atau total menyekat sintesis, transportasi, atau pelepasan
ADH. Diabetes insipidus neurogenik memiliki awitan yang akut dan pada keadaan ini
dapat terjadi sindrom tiga fase yaitu:
Hilangnya progresif jaringan saraf dan peningkatan diuresis
Diuresis normal
Disebabkan oleh respons renal yang tidak adekuat terhadap ADH. Permeabilitas
duktus pengumpulan terhadap air sebagai respons terhadap ADH tidak meningkat.
Diabetes insipidus nefrogenik umumnya berhubungan dengan gangguan dan obat
obatan yang merusak tubulus renal. Gangguan yang menyebabkan diabetes insipidus
nefrogenik meliputi pielonefritis, amiloidosis, uropati, destruktif, penyakit polikistik
dan penyakit ginjal intrinsik.
Disebabkan oleh asupan cairan yang ekstrem dan mungkin bersifat idiopatik atau
berhubungan dengan psikosis ataupun sarkoidosis. Polidipsia dan poliuria yang
diakibatkan akan mengeluarkan ADH lebih cepat dari pada ADH yang dapt
digantikan. Poliuria kronis dapat mempengaruhi gradien konsentrasi pada medula
renal sehingga pasien kehilangan kemampuan secara total atau parsialuntuk
memekatkan urine.
F. Pemeriksaan Penunjang
Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi adalah diuresis air murni,
maka langkah selanjutnya adalah untuk menentukan jenis penyakit yang
menyebabkannya. Untuk itu tersedia uji-uji coba berikut :
1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test
Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal
akan menurunkan jumlah urine, sedangkan pada Diabetes Insipidus urine akan
menetap atau bertambah. Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urine
pada pasien DIS dan menetapnya jumlah urine pada pasien DIN.
Kekurangan pada pengujuian ini adalah :
a. Pada sebagian orang normal, pembebanan larutan garam akan menyebabkan
terjadinya diuresis solute yang akan mengaburkan efek ADH.
b. Interpretasi pengujicobaan ini adalah all or none sehingga tidak dapat membedakan
defect partial atau komplit.
2. Fluid deprivation
a. Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemihnya
kemudian ditimbang BBnya, diperiksa volume dan berat jenis atau osmolalitas urine
pertama. Pada saat ini diambil sample plasma untuk mengukur osmolalitasnya.
b. Pasian diminta BAK sesering mungkin paling sedikit setiap jam.
c. Pasien ditimbang tiap jam apabia diuresis lebih dari 300ml/jam, atau setiap 3 jam
sekali bia diuresis kurang dari 300ml/jam.
d. Setiap sample urine sebaiknya diperiksa osmoalitasnya dalam keadaan segar atau kalau
hal itu tidak mungkin dilakukan semua sample harus disimpan dalam botol yang tertutup
rapat serta disimpan dalam lemari es.
e. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana
yang lebih dahulu.
Menurut (Corwin, 2009 ) ada beberapa penatalaksanaan dari diabetes insipidus yaitu:
1. Obat obatan yang cara kerjanya menyerupai ADH tersedia. Obat yang paling sering
digunakan pada kategori ini, desmopresin, diberikan sebelumnya hanya sebagai nasal
spray untuk digunakan di rumah, namun tersedia dalam bentuk pil.
2. Untuk diabetes insipidus nefrogenik, diuritk tiazid diberikan. Obat ini tampak bekerja
dengan cara menurunkan laju filtrasi glomelurus sehingga memungkinkan
peningkatan jumlah cairan untuk direabsorsi di tubulus prosimal, bukan di tubulus
koligen.
Sebelum penyebab diabetes insipidus dapat dikenali dan diatasi, kita dapat memberikan
dahulu preparat vasopresin (pitressin) untuk mengendalikan keseimbangan cairan dan
mencegah dehidrasi. Obat obatan yang diberikan meliputi:
2. Preparat akuesus vasopresin yang disuntikkan subcutan beberapa kali sehari dan
bekerja efektif hanya selama dua hingga enam jam (digunakan sebagai preparat
diagnostik dan kadang kadang pada penyakit yang akut)
3. Desmopresin asetat yang dapat diberikan per oral, melalui semprotan nasal agar obat
tersebut diabsorpsi melalui membran mukosa, atau suntikan subcutan atau intravena,
yang akan bekerja efektif selama 8 hingga 20 jam menurut besearnya takaran yang
diberikan.
2. Dehidrasi berat
Dehidrasi berat dapat terjadi apabila tidak tersedia air minum dalam jumlah
besar(Corwin, 2009 )
I. Pathway
Diabetes insipidus
Kelainan Psokogenic
neurogenic Kelainan atau
gijal idiopatic
(sentral) (nefrogenic) (tidak
diketahui)
Sintesis ADH
tidak KURANG
memenuhi PENGETAHUAN
kebutuhan
Poli uria
ekskresi
Pengkajian
A. Identitas
1. Biodata klien
2. Penanggung jawab
a. Nama :-
b. Alamat :-
c. Umur :-
d. Jenis Kelamin :-
e. Pendidikan :-
f. Tempat/Tanggal Lahir :-
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien menyatakan bahwa klien sering haus dan sering kencing (poliuria)
Demam klien mengalami penurunan berat badan lebih (misalnya: sebulan yang lalu berat
badan pasien 65 kg sekarang 55 kg), sering kencing output 10 liter/hari
Klien pernah mengalami trauma pada kepalanya karena jatuh, tumor, tuberculosis,
aneurisma/penghambatan arteri menuju otak, hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone antidiuretik, kelenjar hipofisa gagal melepaskan
hormon antidiuretik kedalam aliran darah, kerusakan hipotalamus/kelenjar hipofisa akibat
pembedahan dan beberapa bentuk ensefalitis, meningitis.
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit pasien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan diabetes insipidus.
C. Pengkajian fungsional gordon
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawah ke pelayanan kesehatan terdekat
nafsu makan pasien menurun yang dapat mengakibatkan Penurunan berat badan hingga 20% dari
berat badan ideal
3. Pola eliminasi
BAK : insipidus mengalami poliuria (sering kencing) dan mengeluh sering kencing pada malam
hari (nokturia) dengan warna urine bening hampir tidak berwarna
BAB : konstipasi
4. Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan klien tidak banyak karena klien merasa lemas, lemah dan mudah lelah
Klien berjenis kelamin laki laki tidak mengalami gangguan genetalia/ organ reproduksi
Mal adaptif, kalau ada masalah klien lebih banyak diam dan menyendiri di kamar.
Klien beragama islam. Keluarga yakin semuanya sudah diatur oleh Allah.
D. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah pasien pucat dan gelisah, kesehatan tidak begitu baik, badan tubuhnya kurang
baik dan panas.
2. Tingkat kesadaran
3. Tanda-Tanda Vital
- Nadi : takikardi bila telah mengalami dehidrasi sedang dan menurun bila dehidrasi
semakin berat
- Suhu : naik akibat adanya dehidrasi pada bayi dapat disertai kejang
- RR : frekuensi dan suara nafas normal dan naik bila dehidrasi sedang dan berat
4. Head to toe
b. Mata : Konjungtiva an anemis, ukuran kedua mata simetris, fungsi penglihatan baik
c. Hidung : tidak ada polip, fungsi penciuman normal, tidak ada sekret
d. Telinga : Tidak ada cairan yang keluar, fungsi pendengaran baik, tidak ada benjolan
e. Mulut : Tidak ada perdarahan digusi, gigi masih lengkap, kotor, bibir kering, lidah kotor,
membrane mukosa kering.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
g. Dada : bentuk normal, pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
h. Jantung : tidak tampak ictus cordis,perkusi pekak,tidak ada pembesaran jantung,tidak ada
suara bising, gallop.
i. Paru paru : pengembangan paru kanan-kiri simetris, sonor seluruh lapang pandang,
pernafasan vesikuler, tidak menggunakan O2, napas cepat
k. Eksrtimitas :
Data penunjang
Ø Pemeriksaan urinalisis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
Dx. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Sleep
Criteria hasil :
1. Jam tidur cukup
2. Pola tidur baik
3. Kualitas tidur baik
4. Tidur tidak terganggu
5. Kebiasaan tidur.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
Hari/Tanggal :
Input :
- Infus : ______ ml
TOTAL : ______ ml
Output :
TOTAL : ______ ml
Pasien dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus sehingga biasa di temukan
ouput lebih besar dari pada input
PERSIAPAN PASIEN BNO-IVP
Pasien datang ke ruangan radiologi dengan membawa permintaan foto yang sudah didaftarkan
dan membayar biaya pemeriksaan di kasir.
Pasien dijanjikan waktu pemeriksaannya dan diberikan penjelasan mengenai persiapan yang
harus dilakukan sesuai dengan pemeriksaan.
Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium : Ureum dan kreatinin ( Bila
melebihi normaal konsulkan ke dokter radiolog )
Persiapan pasien :
1. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan makanan lunak
tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).
3. Pkl. 22.00 sebelu tidur, pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.
4. Pkl. 05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau anus
5. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ), tidak banyak
berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke instalasi radiologi sesuai
waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai dilakukan.
6. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar terhindar dari
dehidrasi.
Pemeriksaan IVP
2. Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan dan jika telah jelas diminta
menandatangani inform consent.
3. Pasien diminta tidur terlentang pada meja pemeriksaan dengan mid sagital plane
menempel dengan mid line meja \
5. Kaset sesuai ukuran yang dibutuhkan di tempatkan pada cassette tray dibawah meja
pemeriksaan
USG GINJAL
Persiapan Pasien :
Dapat dilakukan tanpa persiapan. Namun, lebih baik pasien puasa selama 6 jam
1. Pasien Tidur terlentang, dapat juga miring ke arah kiri untuk scan ginjal kanan dan
miring ke arah kanan untuk scan ginjal kiri (lihat Gambar 1)
3. untuk scan ginjal kanan, letakan probe di subcosta bagian samping kanan. lalu pasien
tarik nafas, tahan nafas. lalu ambil gambar. nafas normal kembali
4. untuk scan ginjal kiri, tempatkan probe interkosta pada midsagital line kiri.