Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


LAPORAN PENDAHULUAN BATU SALURAN KEMIH

Disusun oleh
Nama: Camelia Marta Restugusti
NIM : 17613060

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES INSIPIDUS

A. DEFINISI
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi,
sekresi, atau fungsi ADH (Corwin, 2009 ).Diabetes insipidus merupakan penyakit yang
sangat jarang dijumpai akibat defisiensi ADH (vasopresin) (Rubenstein, 2007).Diabetes
insipidus adalah suatu sindrom poliuria yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh
memekatkan urine sehingga menghemat air akibat ketiadaan efek vasopressin(Ganong,
2010).
Diabetes insipidus merupakan gangguan yang ditandai oleh gangguan ginjal
dalam melakukan konervasi air yang disebabkan oleh defisiensi sekresi hormon
antidiuritik (antideuritik hormone, ADH) atau resistensi ginjal terhadap ADH kehilangan
air yang berlebihan, hiperosmalitas, dan hipernatremia terjadi (Stillwel, 2011).
Diabetes insipidus adalah sindrom yang terjadi apabila terdapat defisiensi
vasopressin atau jika ginjal tidak dapat berespons terhadap hormone ini (F.Ganong,
2008).

B. Klasifikasi

Menurut (Stillwel, 2011) diabetes insipidus dapat di klasifikasikan menjadi yaitu :

1. Deabetes insipidus neurogenic

Penurunan produksi atau pelepasan ADH dapat bersifat idiopatik atau disebabkan
oleh pembedahan hipofisis atau kondisi yang mengganggu hipotalamus (misal trauma
kepala, infeksi, tumor otak ganas, atau kematian otak akibat anoksia)

2. Deabetes insipidus nefrogenik

Terjadi jika reseptor ginjal tidak sensitif atau resisten terhadap ADH
sirkulasi.Penyebabnya adalah penyakit ginjal atau terapi obat (litium karbonat dan
demeklosiklin).

3. Deabetes insipidus dipsogenik

Terjadi pada konsumsi air secara kompulsif

4. Deabetes insipidus gestagenik


Disebabkan oleh kerusakan ADH yang lebih cepat selama kehamilan akibat
peningkatan sementara vasopresinas, suatu enzim yang mendegrasi ADH.

C. Etiologi

Dibetes insipidus dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi ADH secara total
atau parsial oleh hipotalamus, atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis anterior.
Berkurangnya ADH dapat disebabkan oleh tumor atau cedera kepala. Diabetes insipidus
dapat di sebabkan oleh ginjal yang tidak berespons terhadap ADH yang bersirkulasi
karena berkurangnya reseptor atau second messenger. Jenis diabetes insipidus ini disebut
nefrogenik, yaitu berasal di ginjal.Penyebab diabetes insipidus nefroginik meliputi, sifat
resesif terkait X dan genetic, penyakit ginjal, hipokalemia, dan hiperkalsemia (Corwin,
2009 ).

Menurut (Kowalak, 2011) penyebab diabetes insipidus meliputi:

1. Gangguan yang didapat (akuisita), familial, idiopatik, neurogenik dan nefrogenik

2. Berkaitan dengan stroke, tumor hipotalamus atau hipofisisdan trauma atau pembedahan
kranial

3. Obat obat tertentu, seperti litium (duralith), fenitoin (dilantin), atau alkohol (diabetes
insipidus transien)

Diabetes insipidus dapat sebabkan oleh penyakit SSP (diapedes insipidus sentral ), yang
mengenai sintesis atau sekresi vasopressin. Penyakit ginjal (diabetes inspidus nefrogenik),
karena lenyapnya kemampuan ginjal untuk berespons terhadap vasopressin dalam darah
dengan menghemat air atau pada kehamilan, memungkinkan peningkatan bersihan
metabolic vasopresin.Pada diabetes insipidus sentral dan nefrogenik urine bersifat
hipotonik.Kausa sentral tersering adalah kecelakaan trauma kepala, tumor intracranial dan
pascabedah intracranial.Diabetes insipidus nefrogenik dapat bersifat familial atau
disebabkan oleh kerusakan ginjal akibat obat. Sindrom mirip diabetes insipidus dapat
terjadi akibat kelebihan miniralokortikoid, kehamilan dan kausa lain(Ganong, 2010).
D. Manifestasi klinik

Menurut (Kowalak, 2011) manifestasi klinik dari diabetes insipidus yaitu:

1. Polidipsia (tanda utama), asupan cairan 5 hingga 20L/hari

2. Poliuria (tanda utama), haluan urin yang encer sebanyak 2 hingga 20 L dalam periode
24 jam.

3. Nokturia yang menimbulkan gangguan tidur dan rasa lelah

4. Berat jenis urin yang rendah

5. Demam

6. Kurang kesadaran

7. Hipotensi

8. Takikardi

9. Sakit kepala dan gangguan penglihatan akibat gangguan elektrolit dan dehidrasi

10. Anoreksia dan penurunan berat badan akibat konsumsi cairan yang terus menerus.

E. Pathofisiologi

Menurut (Kowalak, 2011) ada beberapa patofisiologi dari diabetes insipidus meliputi:

a. Diabetes insipidus neurogenik atau sentral

Respons ADH yang tidak adekuat terhadap osmolaritas plasma dan terjadi ketika
terdapat lesi organik pada hipotalamus, pedikulusinfundibularis, atau hipofisis
posterior yang secara parsial atau total menyekat sintesis, transportasi, atau pelepasan
ADH. Diabetes insipidus neurogenik memiliki awitan yang akut dan pada keadaan ini
dapat terjadi sindrom tiga fase yaitu:
 Hilangnya progresif jaringan saraf dan peningkatan diuresis

 Diuresis normal

 Poliuria dan polidipsia yang merupakan manifestasi gangguan permanen pada


kemampuan menyekresi ADH dengan jumlah yang memadai

b. Diabetes insipidus nefrogenik

Disebabkan oleh respons renal yang tidak adekuat terhadap ADH. Permeabilitas
duktus pengumpulan terhadap air sebagai respons terhadap ADH tidak meningkat.
Diabetes insipidus nefrogenik umumnya berhubungan dengan gangguan dan obat
obatan yang merusak tubulus renal. Gangguan yang menyebabkan diabetes insipidus
nefrogenik meliputi pielonefritis, amiloidosis, uropati, destruktif, penyakit polikistik
dan penyakit ginjal intrinsik.

c. Diabetes insipidus psikogenik

Disebabkan oleh asupan cairan yang ekstrem dan mungkin bersifat idiopatik atau
berhubungan dengan psikosis ataupun sarkoidosis. Polidipsia dan poliuria yang
diakibatkan akan mengeluarkan ADH lebih cepat dari pada ADH yang dapt
digantikan. Poliuria kronis dapat mempengaruhi gradien konsentrasi pada medula
renal sehingga pasien kehilangan kemampuan secara total atau parsialuntuk
memekatkan urine.

F. Pemeriksaan Penunjang

Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi adalah diuresis air murni,
maka langkah selanjutnya adalah untuk menentukan jenis penyakit yang
menyebabkannya. Untuk itu tersedia uji-uji coba berikut :
1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test

Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal
akan menurunkan jumlah urine, sedangkan pada Diabetes Insipidus urine akan
menetap atau bertambah. Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urine
pada pasien DIS dan menetapnya jumlah urine pada pasien DIN.
Kekurangan pada pengujuian ini adalah :
a. Pada sebagian orang normal, pembebanan larutan garam akan menyebabkan
terjadinya diuresis solute yang akan mengaburkan efek ADH.
b. Interpretasi pengujicobaan ini adalah all or none sehingga tidak dapat membedakan
defect partial atau komplit.

2. Fluid deprivation
a. Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemihnya
kemudian ditimbang BBnya, diperiksa volume dan berat jenis atau osmolalitas urine
pertama. Pada saat ini diambil sample plasma untuk mengukur osmolalitasnya.
b. Pasian diminta BAK sesering mungkin paling sedikit setiap jam.
c. Pasien ditimbang tiap jam apabia diuresis lebih dari 300ml/jam, atau setiap 3 jam
sekali bia diuresis kurang dari 300ml/jam.
d. Setiap sample urine sebaiknya diperiksa osmoalitasnya dalam keadaan segar atau kalau
hal itu tidak mungkin dilakukan semua sample harus disimpan dalam botol yang tertutup
rapat serta disimpan dalam lemari es.
e. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana
yang lebih dahulu.

Pengujian dilanjutkan dengan:


3. Uji nikotin
a. Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3 batang dalam
waktu 15-20 menit.
b. Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sample urin sampai
osmolalitas/ berat jenis urin menurun bidandingkan dengan sebelum menghisap nikotin.
Kemudian uji coba dianjutkan dengan :
4. Uji vasopressin
a. Berikan pitresin dalam minyak 5u, intramuskular.
b. Ukur voume, berat jenis dan osmolalitas urin pada diuresis berikutnya atau satu jam
kemudian.
G. Penatalaksanaan

Menurut (Corwin, 2009 ) ada beberapa penatalaksanaan dari diabetes insipidus yaitu:

1. Obat obatan yang cara kerjanya menyerupai ADH tersedia. Obat yang paling sering
digunakan pada kategori ini, desmopresin, diberikan sebelumnya hanya sebagai nasal
spray untuk digunakan di rumah, namun tersedia dalam bentuk pil.

2. Untuk diabetes insipidus nefrogenik, diuritk tiazid diberikan. Obat ini tampak bekerja
dengan cara menurunkan laju filtrasi glomelurus sehingga memungkinkan
peningkatan jumlah cairan untuk direabsorsi di tubulus prosimal, bukan di tubulus
koligen.

Menurut(Kowalak, 2011) penatalaksanaan diabetes insipius meliputi:

Sebelum penyebab diabetes insipidus dapat dikenali dan diatasi, kita dapat memberikan
dahulu preparat vasopresin (pitressin) untuk mengendalikan keseimbangan cairan dan
mencegah dehidrasi. Obat obatan yang diberikan meliputi:

1. Hidroklorotiazid dengan suplemen kalium untuk diabetes insipidus sentral dan


neurogenic

2. Preparat akuesus vasopresin yang disuntikkan subcutan beberapa kali sehari dan
bekerja efektif hanya selama dua hingga enam jam (digunakan sebagai preparat
diagnostik dan kadang kadang pada penyakit yang akut)

3. Desmopresin asetat yang dapat diberikan per oral, melalui semprotan nasal agar obat
tersebut diabsorpsi melalui membran mukosa, atau suntikan subcutan atau intravena,
yang akan bekerja efektif selama 8 hingga 20 jam menurut besearnya takaran yang
diberikan.

4. Klorpropamid (diabinese) untuk mengurangi rasa haus pada pasien dengan


hipernatremia yang berkelanjutan.
H. Komplikasi

Menurut (Kowalak, 2011) komplikasi dari diabetes insipidus meliputi:

1. Pelebaran traktus urinarius

2. Dehidrasi berat

3. Syok dan gagal ginjal jika dehidrasi berat

Dehidrasi berat dapat terjadi apabila tidak tersedia air minum dalam jumlah
besar(Corwin, 2009 )
I. Pathway

Diabetes insipidus

Kelainan Psokogenic
neurogenic Kelainan atau
gijal idiopatic
(sentral) (nefrogenic) (tidak
diketahui)

Produksi ADH Minimnya


informasi

Sintesis ADH
tidak KURANG
memenuhi PENGETAHUAN
kebutuhan

Merangsang Produksi urine


haus meningkat
(polidipsia

Poli uria
ekskresi

Asupan tidak PERUBAHAN


adekuat ELIMINASI
URINE
KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES ISIPIDUS

Pengkajian

A. Identitas

1. Biodata klien

a. Nama : tidak mempengaruhi

b. Tempat tanggal lahir : tidak mempengaruhi

c. Umur : beresiko pada usia diatas 30 tahun

d. Jenis kelamin : tidak mempengaruhi

e. Pekerjaan : tidak mempengaruhi

f. Suku bangsa :tidak mempengaruhi

g. Status perkawinan :tidak mempengaruhi

h. Pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau minim


mendapatkan pengetahuan penyakit ini maka akan mengabaikan bahayanya
penyakit ini

i. Status ekonomi : Lebih banyak dimiliki status ekonomi menegah ke


bawah

j. Alamat : tidak mempengaruhi

k. Tanggal masuk : tidak mempengaruhi

l. No. register : tidak mempengaruhi

2. Penanggung jawab

a. Nama :-

b. Alamat :-
c. Umur :-

d. Jenis Kelamin :-

e. Pendidikan :-

f. Tempat/Tanggal Lahir :-

g. Hubungan dengan klien : -

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Biasanya klien menyatakan bahwa klien sering haus dan sering kencing (poliuria)

2. Riwayat penyakit sekarang

Demam klien mengalami penurunan berat badan lebih (misalnya: sebulan yang lalu berat
badan pasien 65 kg sekarang 55 kg), sering kencing output 10 liter/hari

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien pernah mengalami trauma pada kepalanya karena jatuh, tumor, tuberculosis,
aneurisma/penghambatan arteri menuju otak, hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone antidiuretik, kelenjar hipofisa gagal melepaskan
hormon antidiuretik kedalam aliran darah, kerusakan hipotalamus/kelenjar hipofisa akibat
pembedahan dan beberapa bentuk ensefalitis, meningitis.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit pasien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan diabetes insipidus.
C. Pengkajian fungsional gordon

1. Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan

Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawah ke pelayanan kesehatan terdekat

2. Pola metabolisme nutrisi

Pola nutrisi dan metabolik

nafsu makan pasien menurun yang dapat mengakibatkan Penurunan berat badan hingga 20% dari
berat badan ideal

Minum : sering minum sekitar 8 liter/hari

3. Pola eliminasi

BAK : insipidus mengalami poliuria (sering kencing) dan mengeluh sering kencing pada malam
hari (nokturia) dengan warna urine bening hampir tidak berwarna

BAB : konstipasi

4. Pola aktivitas

Aktivitas yang dilakukan klien tidak banyak karena klien merasa lemas, lemah dan mudah lelah

5. Pola istirahat – tidur

Biasanya terdapat gangguan tidur (insomnia)

6. Pola kognitif – persepsi

Klien merasa takut bila penyakitnya tidak bisa sembuh

7. Pola persepsi diri – konsep diri

Klien menyatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah


8. Pola hubungan – peran

Klien hanya berkomunikasi dengan keluarga dekat

9. Pola seksual – reproduksi

Klien berjenis kelamin laki laki tidak mengalami gangguan genetalia/ organ reproduksi

10. Pola penanganan masalah – strees – toleransi

Mal adaptif, kalau ada masalah klien lebih banyak diam dan menyendiri di kamar.

11. Pola keyakinan – nilai-nilai

Klien beragama islam. Keluarga yakin semuanya sudah diatur oleh Allah.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Penampilan atau keadaan umum

Ekspresi wajah pasien pucat dan gelisah, kesehatan tidak begitu baik, badan tubuhnya kurang
baik dan panas.

2. Tingkat kesadaran

Kesadaran klien composmentis, indra penciuman terganggu, ketajaman terganggu, berjalan


sempoyongan, tidak bisa seimbang.

3. Tanda-Tanda Vital

- 8 TD : hipotensi bila telah mengalami dehidrasi berat

- Nadi : takikardi bila telah mengalami dehidrasi sedang dan menurun bila dehidrasi
semakin berat

- Suhu : naik akibat adanya dehidrasi pada bayi dapat disertai kejang

- RR : frekuensi dan suara nafas normal dan naik bila dehidrasi sedang dan berat
4. Head to toe

Kulit terlihat kering, kebersihan kulit saat dikaji normal

a. Rambut : kotor, hitam, penyebaran merata dan mudah dicabut

b. Mata : Konjungtiva an anemis, ukuran kedua mata simetris, fungsi penglihatan baik

c. Hidung : tidak ada polip, fungsi penciuman normal, tidak ada sekret

d. Telinga : Tidak ada cairan yang keluar, fungsi pendengaran baik, tidak ada benjolan

e. Mulut : Tidak ada perdarahan digusi, gigi masih lengkap, kotor, bibir kering, lidah kotor,
membrane mukosa kering.

f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis

g. Dada : bentuk normal, pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada.

h. Jantung : tidak tampak ictus cordis,perkusi pekak,tidak ada pembesaran jantung,tidak ada
suara bising, gallop.

i. Paru paru : pengembangan paru kanan-kiri simetris, sonor seluruh lapang pandang,
pernafasan vesikuler, tidak menggunakan O2, napas cepat

j. Abdomen : Tidak terasa nyeri, tampak kurus, timfani saat perkusi

k. Eksrtimitas :

Atas : Pergerakan bebas

Bawah : Tidak ada kelainan, pergerakan bebas

l. Kulit : Kulit terlihat kering, turgor kulit tidak elastic

Data penunjang
Ø  Pemeriksaan urinalisis

Jenis pemeriksaan Normal Hasil

osmolalitas urin 300 – 400 mosm/L 150 mosm/L

Berat jenis urine 1,015 – 1,025 1.01

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

C. INTERVENSI

Dx 1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.

NOC : Fluid balance


Criteria hasil :
1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal
2. TTV dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan

NIC : Fluid management


Intervensi :
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik)
3. Monitor Vital sign
4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
6. Dorong masukan oral

Dx. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

NOC : Status nutrisi


Indicator :
1. Stamina
2. Tenaga
3. Tidak ada kelelahan
4. Daya tahan tubuh
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan

NIC : Nutrition monitoring


Intervensi :
1. BB dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan BB
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kalori dan intake nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.

Dx. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.


Tujuan : seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu.

NOC : Sleep
Criteria hasil :
1. Jam tidur cukup
2. Pola tidur baik
3. Kualitas tidur baik
4. Tidur tidak terganggu
5. Kebiasaan tidur.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan

NIC : Peningkatan tidur


Intervensi :
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.
3. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.
4. Anjurkan pasien untuk tidur siang.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Dx. 4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit
Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas pasien dapat berkurang.

NOC : Control cemas


Indikator :
1. Monitor intensitas cemas
2. Menyingkirkan tanda kecemasan
3. Merencanakan strategi koping
4. Menggunakan strategi koping yang efektif
5. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan

NIC : Penurunan kecemasan


Intervensi :
1. Tenangkan klien
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kapada kien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
dilakukan tindakan.
3. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
4. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi
cemas non verbal)
5. Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.

Dx. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan pasien menjadi
adekuat.
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit
Indicator

1. Mendeskripsikan proses penyakit


2. Mendeskripsikan factor penyebab
3. Mendeskripsikan factor resiko
4. Mendeskripsikan tanda dan gejala
5. Mendeskripsikan komplikasi
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan

NIC : Mengajarka proses penyakit


Intervensi :
1. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan untuk melihat,
mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)
2. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
3. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)
4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau mengontrol proses penyakit.
5. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.
Data Penghitungan Balance Cairan

Hari/Tanggal :

Input :

- Minum : ______ ml (Normal: 2000 ml/hari)

- Makan : ______ ml (Normal: 300 ml/hari)

- Infus : ______ ml

- Metabolisme : ______ ml (Normal: 5 ml/kgBB/hari)

TOTAL : ______ ml

Output :

- Urin : ______ ml (Normal:1500 ml/kgBB/hari)

- Feses : ______ ml (Normal:100 ml/hari)

- Keringat : ______ ml (Normal:100 ml/hari)

- IWL : ______ ml (Normal:200 ml/kgBB/hari)

- Cairan NGT : ______ ml (Amati jumlah intake yang saudara masukkan)

TOTAL : ______ ml

Balance (input – output):

Pasien dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus sehingga biasa di temukan
ouput lebih besar dari pada input
PERSIAPAN PASIEN BNO-IVP

Prosedur pemeriksaan BNO IVP :

Pasien datang ke ruangan radiologi dengan membawa permintaan foto yang sudah didaftarkan
dan membayar biaya pemeriksaan di kasir.

Pasien dijanjikan waktu pemeriksaannya dan diberikan penjelasan mengenai persiapan yang
harus dilakukan sesuai dengan pemeriksaan.

Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium : Ureum dan kreatinin ( Bila
melebihi normaal konsulkan ke dokter radiolog )

Untuk pasien rawat inap pemeriksaan dibantu oleh perawat

Persiapan pasien :

1. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan makanan lunak
tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).

2. Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butir

3. Pkl. 22.00 sebelu tidur, pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.

4. Pkl. 05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau anus

5. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ), tidak banyak
berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke instalasi radiologi sesuai
waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai dilakukan.

6. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar terhindar dari
dehidrasi.
Pemeriksaan IVP

1. Pasien diminta memasuki ruangan pemeriksaan.

2. Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan dan jika telah jelas diminta
menandatangani inform consent.

3. Pasien diminta tidur terlentang pada meja pemeriksaan dengan mid sagital plane
menempel dengan mid line meja \

4. Lakukan skint tes kontras media sebanyak 1 - 1,5 ml

5. Kaset sesuai ukuran yang dibutuhkan di tempatkan pada cassette tray dibawah meja
pemeriksaan

6. Radiografer mengatur posisi pasien berada tepat dibawah meja pemeriksaan.

USG GINJAL

Persiapan Pasien :

Dapat dilakukan tanpa persiapan. Namun, lebih baik pasien puasa selama 6 jam

Pemeriksaan USG Ginjal

1. Pasien Tidur terlentang, dapat juga miring ke arah kiri untuk scan ginjal kanan dan
miring ke arah kanan untuk scan ginjal kiri (lihat Gambar 1)

2. Oleskan gelly USG pada probe convex.

3. untuk scan ginjal kanan, letakan probe di subcosta bagian samping kanan. lalu pasien
tarik nafas, tahan nafas. lalu ambil gambar. nafas normal kembali

4. untuk scan ginjal kiri, tempatkan probe interkosta pada midsagital line kiri.

5. lakukan sweeping untuk mengevaluasi keseluruhan ginjal.

Anda mungkin juga menyukai