Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN


AKIBAT PATOLOGIS SISTEM IMUNOLOGI (HIV/AIDS)

Disusun Oleh :
TSANIA LUTHFI KHOIRUNNISA’
(201210022)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV ( Human Immunodeficiency
Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang
kemudian berdampak pada penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga
menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS. HIV menyerang sel-sel darah
putih yang dimana sel-sel darah putih itu merupakan bagian dari sitem kekebalan
tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit. Manusia yang
terinfeksi HIV akan berpotensi sebagai pembawa (carrier) dan penularan virus
tersebut selama hidupnya. AIDS (Aqquired Immune Deficiency syndrom)
kumpulan gejala penyakit spesifik yang disebabkan oleh rusaknya system
kekebalan tubuh oleh virus HIV (Komisi penangulangan AIDS Provinsi
Maluku,2015). HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Human Immunodeficiency Virus adalah
jenis virus yang tergolong famili aretrovirus, sel sel darah putih yang diserang
oleh HIV pada penderita yang terinfeksi adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang
berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak diri dalam
sel limfosit yang di infeksinya dan merusak sel-sel tersebut, sehingga
mengakibatkan sistem imun terganggu dan daya tahan tubuh berangsur-angsur
menurun ( Daili,F.S.,2009). HIV atau human immunodeficiency virus disebut
sebagai retrovirus yang membawa materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA)
dan bukan asam deoksibonukleat (DNA). HIV disebut retrovirus karena
mempunyai enzim reverce transcriptase yang memungkinkan virus mengubah
informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA.(Widyanto
& Triwibowo, 2013).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi HIV. Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa
diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi oppor tunistik,
dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T
berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi
lain yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, “wasting
syndrome”,atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-
kanker khusus lainnya yaitu kanker serviks invasive atau diseminasi dari penyakit
yang umumnya mengalami lokalisasi misalnya, TB (Tubercolosis). (Doenges,
2000). Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia
dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terjangkit penyakit infeksi. (Nursalam, 2007).
2. Epidemiologi
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April
tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di
RSUD Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir
tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (Muninjaya,
1998). Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai
dengan Juni 2018, HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%)
dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi
HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari
estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443
jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24
tahun. Adapun provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta
(55.099), diikuti Jawa Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan
Jawa Tengah (24.757). Jumlah kasus HIV yang dilaporkan terus meningkat setiap
tahun, sementara jumlah AIDS relatif stabil. Hal ini menunjukkan keberhasilan
bahwa semakin banyak orang dengan HIV /AIDS (ODHA) yang diketahui
statusnya saat masih dalam fase terinfeksi (HIV positif) dan belum masuk dalam
stadium AIDS. Data Kementerian Kesehatan tahun 2017 mencatat dari 48.300
kasus HIV positif yang ditemukan, tercatat sebanyak 9.280 kasus AIDS.
Sementara data triwulan II tahun 2018 mencatat dari 21.336 kasus HIV positif,
tercatat sebanyak 6.162 kasus AIDS. Adapun jumlah kumulatif kasus AIDS sejak
pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai dengan Juni 2018 tercatat
sebanyak 108.829 kasus.
3. Etiologi / Faktor Predisposisi
AIDS disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
masuk kedalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian sel
darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka
semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang. Penularan HIV terjadi saat
darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi masuk ke dalam
tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:
a. Hubungan seks.
Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual baik melalui vagina maupun
dubur (anal). Meskipun jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral.
Penularan lewat seks oral terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita,
misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan.
b. Berbagi jarum suntik.
Berbagi jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah satu cara yang dapat
membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jatum suntik bersama
saat membuat tato, atau menggunakan NAPZA suntik.
c. Dari ibu HIV kejanin yang dikandungnya atau pada bayinya.
HIV dapat menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Virus HIV juga
dapat menular pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses
menyusui.
d. HIV tidak menular melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau berpelukan
dengan penderita HIV serta tidak menular melalui ludah kecuali ada luka pada
kulit maupun mulut.
4. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-
sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus
( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.Virus HIV dengan suatu enzim,
reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik
dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat doublestranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi
infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat
mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam
tubuh tidak dihancurkan ole sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen
yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T siotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk
menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah
sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahuntahun. Selama waktu
ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum
infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu
sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah.
Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel
per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
5. Stadium Penyakit
Menurut Nursalam (2007) pembagian stadium HIV menjadi AIDS ada empat
stadium yaitu
a. Stadium pertama HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologi
ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif.
Rentan waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV
menjadi positif disebut window period. Lama window period satu sampai tiga
bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai enam bulan.
b. Stadium kedua asimtomatik ( tanpa gejala )
Asimtomatik berarti bahwa didalam organ tubuh tidak menunjukkan gejala -
gejala. Keadaan ini dapat berlangsung selama 5 – 10 tahun. Pasien yang tampak
sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
c. Stadium ketiga pembesaran kelenjar limfe
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopaty), tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung
selama satu bulan.
d. Stadium keempat AIDS.
Keadaan ini disertai adanya bermacam – macam penyakit antara lain penyakit
saraf, infeksi sekunder dan lain – lain.
6. WOC

Hubungan sex Tranfusi Tertusuk jarum


dengan darah yang Ibu hamil
bekas penderita
pasangan terinfeksi penderita HIV
HIV
terinfeksi HIV HIV

Sperma Virus masuk tubuh lewat luka yang


terinfeksi masuk berdarah
tubuh pasangan
lewat membran Virus masuk dalam peredaran darah dan invasi sel
mukosa vagina target hopes

T Helper / CD4 Makrofag Sel B

Terjadi perubahan structural sel diatas akibat transkripsi RNA virus


+ DNA sel sehingga terbentuknya provirus

Sel Penjamu (T helper, limfosit B, makrofag) mengalami


kelumpuhan

Menurunnya system kekebalan


tubuh

Infeksi oportunistik

Sistem GIT Integumen Sistem Sistem Sistem


Reproduksi respirasi neurologi

Menginvasi Herpes Candidiasis Mucobacteri Kriptococus


mukosa zooter + um TB
saluran herpes
cerna simplek

Peningkatan Ruam, kulit Ulkus PCP Meningitis


peristaltic bersisik,ulkus, genital (Pneumonia streptococus
usus ptekei Pneumocytis)
Diare Psoriasis Hipertermi Demam ,b Perubahan
atuk non status mental,
produktif kejang,
kelemahan,
mual,
kehilangan
Defisit
nafsu makan,
volume Nyeri akut
vomitus,
cairan
demam, panas,
Ketidakefek Ketidakefe pusing
tifan pola ktifan jalan
nafas nafas

Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
7. Klasifikasi
Klasifikasi HIV/AIDS pada orang dewasa menurut CDC (Centers for
Disease Control) dibagi atas empat tahap, yakni:
a. Infeksi HIV akut
Tahap ini disebut juga sebagai infeksi primer HIV. Keluhan muncul setelah 2-4
minggu terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam merah pada kulit,
nyeri telan, badan lesu, dan limfadenopati. Pada tahap ini, diagnosis jarang dapat
ditegakkan karena keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya dan hasil tes
serologi standar masih negatif (Murtiastutik, 2008).
b. Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis
Pada tahap ini, tes serologi sudah menunjukkan hasil positif tetapi gejala
asimtomatis. Pada orang dewasa, fase ini berlangsung lama dan penderita bisa
tidak mengalami keluhan apapun selama sepuluh tahun atau lebih. Berbeda
dengan anak- anak, fase ini lebih cepat dilalui (Murtiastutik, 2008).
c. Persisten Generalized Lymphadenopathy (PGL)
Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat selain
limfonodi inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan limfe berfungsi sebagai
tempat penampungan utama HIV. PGL terjadi pada sepertiga orang yang
terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak
nyeri tekan (Murtiastutik, 2008).
d. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan, akan
berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV bergantung pada
karakteristik virus dan hospes. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 40
tahun, infeksi yang menyertai, dan faktor genetik merupakan faktor penyebab
peningkatan progresivitas. Bersamaan dengan progresifitas dan penurunan sistem
imun, penderita HIV lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa penderita mengalami
gejala konstitusional, seperti demam dan penurunan berat badan, yang tidak jelas
penyebabnya. Beberapa penderita lain mengalami diare kronis dengan penurunan
berat badan. Penderita yang mengalami infeksioportunistik dan tidak mendapat
pengobatan anti retrovirus biasanya akan meninggal kurang dari dua tahun
kemudian (Murtiastutik, 2008).
8. Manifestasi Klinis
Dimulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan sebelum timbulnya infeksi
oportunistik :
a. Demam
b. Malaise
c. Keletihan
d. Keringat Malam
e. Penurunan BB
f. Diare Kronik
g. Limfadenopati
h. Kandidiasis Oral
Atau bisa juga dibagi menjadi 2 tanda dan gejala:
Gejala mayor :
a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
b. Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
c. Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).
Gejala minor
a. Batuk kronis selama 1 bulan
b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
c. Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
d. Munculnya herpes zosters berulang
e. Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh.
9. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma.
B. Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian)
C. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah
D. Head To Toe
1) Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk
2) Kepala dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak
ada peradangan
3) Kuku : Jari tabuh
4) Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
5) Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan
fungsi penciuman normal
6) Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan
7) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi
Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa
mulut klien nampak kering dan bibir pecah-pecah.
8) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
9) Dada : dada masih terlihat normal
10) Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat dan
perut mules dan mual.
11) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
12) Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot
lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit.
10. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Jenis pemeriksaan laboratorium HIV dapat berupa:
1. Uji Serologis
a) Rapid test : reagen yang sudah dievaluasi oleh institusi yang ditunjuk
kementrian kesehatan, dapat mendeteksi baik antibody terhadap HIV-1 maupun
HIV-2.
b) Enzyme immunoassay (EIA): mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV - 2
c) Western Blot: konfirmasi pada kasus yang sulit.
2. Uji Virologis dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
a) HIV DNA kualitatif: untuk diagnosis pada bayi.
b) HIV RNA kuantitatif : untuk memeriksa jumlah virus di dalam darahdan dapat
digunakan untuk pemantauan terapi ARV pada dewasa dan diagnosis pada bayi
jika HIV DNA tidak tersedia.
3. CD4
Untuk mengukur status imunodefisiensi sebagai petunjuk dini progresivitas
penyakit karena jumlah CD4 menurun lebih dahulu dibandingkan kondisi klinis
pasien. Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai pemberian ARV atau
penggantian obat. Pemeriksaan untuk diagnosis HIV dilakukan dengan tes
antibodi menggunakan strategi III (pemeriksaan dengan menggunakan 3 jenis tes
antibodi yang berbeda sensitivitas dan spesivisitasnya). Kombinasi 3 reagen rapid
test HIV dapat digunakan untuk tujuan diagnosis. Reagen yang dipilih didasarkan
pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis regen. Untuk diagnosis pasien tanpa
gejala harus menggunakan strategi III dengan persyaratan reagen sebagai berikut :
a) Sensitvitas reagen pertama ≥ 99%
b) Spesifisitas reagen kedua ≥98% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen
pertama
c) Spesifisitas reagen ketiga ≥99% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen
pertama dan kedua.
d) Asal antigen atau prinsip tes dari reagen 1,2,dan 3 tidak sama
e) Kombinasi reagen dengan hasil indeterminate ≤ 5%.
Interpretasi hasil dan tindak lanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Positif: A1, A2, dan A3 reaktif
>>>Dirujuk untuk pengobatan HIV
2. Negatif:
a) A1 non reaktif
b) A1 reaktif, pengulangan A1 dan A2 non reaktif
c) Salah satu reaktif, tapi tidak ada risiko >>>Bila berisiko, dianjurkan
pemeriksaan ulang minimum 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan
pertama sampai satu tahun.
3. Indeterminate:
a) dua tes reaktif
b) 1 tes reaktif dengan risiko atau pasangan berisiko >>>Tes diulang 2 minggu
lagi dengan sampel berbeda, jika tetap indeterminate, lanjutkan dengan PCR
>>>Jika tidak ada PCR, rapid test diulang 3, 6, dan 12 bulan dari pemeriksaan
yang pertama. Jika sampai satu tahun hasil tetap indeterminate dan faktor risiko
rendah, hasil dapat dinyatakan sebagai negatif.
11. Terapy / Tindakan Penanganan
1. Pengobatan suporatif :
Tujuan:
a) Meningkatkan keadaan umum pasien
b) Pemberian gizi yang sesuai
c) Obat sistomatik dan vitamin
d) Dukungan psikologis
2. Pengobatan infeksi oportunistik:
Infeksi:
a) Kandidiasis eosofagus
b) Tuberculosis
c) Toksoplasmosis
d) Herpes
e) Pcp
f) Pengobatan yang terkait AIDS, Limfoma malignum, Sarcoma, Kaposi dan
Sarcoma Servik disesuaikan dengan terapi penyakit kanker.
Terapi:
a) Flikonasol
b) Rifampisin, INH,Etambutol, Pirazinamid, Stremptomisin
c) Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam Folat
d) Asiklovir
e) Kotrimoksazol.
3. Pengobatan anti retro virus (ARV)
Tujuan:
a. Mengurangi kematian dan kesakitan
b. Menurunkan jumlah virus
c. Meningkatkan kekebalan tubuh
d. Mengurangi resiko penularan
12. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,
nutrisi,dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral
ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak
diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda
dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di
balik sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologik
Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC;
AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit
kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan
dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan
yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor,
inkontinensia, dan kematian. HIV/AIDS kriptokokus ditandai oleh gejala seperti
demam, sakit kepala, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status
mental dan kejangkejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan
serebospinal.
3. Gastrointestinal
Wasting syndrome kini diikut sertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB
awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan
demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat
menjelaskan gejala ini. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus,
limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual
muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. Penyakit Anorektal karena abses
dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi Pneumocystic Carinii.
Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada,
hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis,
disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare
(MAI), cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan
herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. Moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang
ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika
akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit
kepala serta
wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang
disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik
seperti ekzema dan psoriasis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, HIV/AIDS,
sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.
13. Cara Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS
1. Cara Penularan
ESSE adalah singkatan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter. Dalam bahasa
Indonesia bisa diartikan: Jalan keluar virus, virus yang hidup, kandungan virus
yang cukup untuk menginkubasi, serta adanya jalur masuk virus ke tubuh
seseorang. HIV hanya bisa menular jika empat prinsip ini dipenuhi semua dan
tidak bisa menular jika hanya salah satu atau sebagian prinsip terpenuhi. Berikut
penjelasan tentang ESSE:
a) Exit maksudnya adalah ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung
HIV yang ada dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Virus HIV dapat berada
dalam darah artinya virus HIV dapat menular jika ada cairan darah yang keluar
dan masuk ke tubuh orang lain. Dapat juga melalui cairan ketika berhubungan
seksual.
b) Survive berarti adalah cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung
virusyang tetap bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia)
dia tidak akan bertahan hidup lama. Jadi, penularan HIV tidak akan semudah
mitos dalam kalangan masyarakat. Bahkan jika ada cairan yang mengandung HIV
keluar dari tubuh seorang ODHA, virus tersebut tidak akan bertahan lama.
c) Sufficient maksudnya adalah kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar
dari orang yang terinfeksi HIV harus ada dalam kandungan yang cukup. Jika
jumlahnya sedikit, HIV tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Ini
mengapa cairan keringat dan saliva (ludah) tidak bisa menularkan HIV.
d) Enter adalah adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom
penting, sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi kontak
hubungan seksual. HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular
melalui cairan tubuh tertentu, yaitu :
a) Darah
b) Air Mani (Cairan, bukan Sel Sperma)
c) Cairan Vagina
d) Air Susu Ibu (ASI)
Kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah :
a) Hubungan seks tanpa kondom
b) Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
c) Peralatan dokter yang tidak steril, contohnya: peralatan dokter gigi
d) Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV
e) Ibu HIV-positif ke bayinya: waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau
melalui ASI.
HIV tidak menular melalui :
a) Bersentuhan, berciuman, bersalaman dan berpelukan.
b) Peralatan makan dan minum
c) Kamar mandi
d) Kolam renang
e) Gigitan nyamuk
f) Tinggal serumah bersama orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
g) Duduk bersama dalam satu ruangan tertutup
2. Pencegahan HIV/AIDS
Ada langkah-langkah upaya preventif terhadap HIV/AIDS yang sebenarnya cukup
jelas tetapi masih banyak masyarakat yang belum tahu. Langkah-langkah tersebut
adalah ABCDE.
a) Abstinence.
Hindari seks bebas juga pemakaian narkoba.
b) Be faithful.
Bagi yang sudah menikah, setialah pada pasangan! Jangan sekali-sekali berpikir
untuk “jajan di luar” karena hal tersebut dapat meningkatkan risiko tertularnya
HIV/AIDS dari sexual partner
c) Condom.
Penggunaan kondom adalah upaya efektif dalam mencegah penularan HIV/AIDS.
Penggunaan kondom dapat mencegah interaksi cairan kelamin sehingga penularan
virus dapat diminimalisasi.
d) Drug.
Khusus untuk seorang wanita yang mengandung dan ternyata terkena HIV/AIDS,
dapat diberikan obat khusus agar penyakit tersebut tidak menular kepada
janinnya.
e) Education.
Pendidikan seksual sangat penting khususnya bagi para remaja agar mereka tidak
terjerumus dalam kehidupan yang salah. Pengetahuan yang baik dapatmencegah
remaja untuk bertindak tidak sepantasnya karena mereka tahu risiko yang sangat
besar dari perbuatan mereka tersebut.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data Umum Pasien : Nama, Umur, Alamat, Tempat Tanggal Lahir, Jenis
Kelamin, Agama , Suku, Pendidikan, Golongan Darah, Tanggal Masuk Rumah
Sakit.
b. Data Penanggung Jawab : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,
Hubungan Dengan
Pasien, No.Telepon.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini : Keluhan Utama, Alasan Masuk Rumah Sakit,
Riwayat Penyakit.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : Penyakit Yang Pernah Dialami, Penyebab,
Riwayat Perawatan,
Riwayat Operasi, Riwayat Pengobatan, Kecelakaan Yang Pernah Dialami,
Riwayat Alergi.
e. Riwayat Psikologi Dan Spiritual : Tempat tinggal, Lingkungan rumah,
Hubungan antar anggota keluarga, Pengasuh anak, Support sistem, Kegiatan
keagamaan, Riwayat Hospitalisasi.
f. Pola Fungsi Kesehatan ( 11 Pola Fungsi Gordon )
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
2) Pola Nutrisi/metabolic
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif- perseptual
7) Pola persepsi diri / konsep diri
8) Pola seksual dan reproduksi
9) Pola peran – hubungan
10) Pola manajemen koping stres
11) Pola keyakinan – nilai.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
Kesadaran pasien, penampilan dengan usia, ekspresi wajah, kebersihan secara
umum, tanda- tanda vital.
2) Pemeriksaan head to toe
Meliputi pemeriksaan kulit/ integumen, kepala dan rambut, kuku, mata/
pengelihatan, hidung/ penciuman, telinga/ pendengaran, mulut dan gigi, leher,
dada/thorak, jantung, abdomen, perineum dan genetalia, ekstermitas atas bawah.
3) Pengkajian data fokus ( pengkajian sistem)
Meliputi pengkajian sistem Respiratory, Kardiovaskuler, Gastrointestinal,
Urinaria, Reproduksi, Muskuluskeletal, dan Neurologi.
4) Pemeriksaan diagnostik : pemeriksaan foto rotogen dan laboratorium.
5) Penatalaksanaan medis.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3) Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder
terhadap reaksi antigen dan antibody.
4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran
sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.
6) Nyeri b.d infeksi, kerusakan integument yang ditandai dengan nyeri pada luka
atau lesi pada tubuh.
3. Konsep Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan Label NOC : Status Label NIC : Monitor
nafas tidak efektif pernafasan pernafasan
berhubungan Indikator : Aktivitas keperawatan :
NO INDIKATOR INDEKS
dengan 1 2 3 4 5
1.Monitor kecepatan,
penumpukan 1. Frekuensi
pernafasan
irama, kedalaman, dan
sekret. Irama
kesulitan bernafas
2. pernafasan
2.Catat pergerakan
Kedalaman
inspirasi dada, ketidaksimetrisan,
3.

Suara
penggunaan otot bantu
auskultasi
4.
nafas nafas
Kepatenan 3.Monitor suara nafas
jalan nafas

tambahan seperti
5.
ngorok atau mengi
4.Monitor pola
nafas(misalnya :
bradypnea, takipneu)
5.Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
6.Perkusi thorax
anterior dan posterior
dari apex kebasis paru,
kanan dan kiri
7.Auskultasi suara
nafas, catat area dimana
terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara
nafas tambahan
8.Kolaborasi dengan
2. Pola napas tidak tim medis
efektif
berhubungan Label NIC :
dengan penurunan Managemen jalan nafas
ekspansi paru Label NOC : Status Aktivitas keperawatan :
pernafasan 1.Monitor status
Indikator : pernafasan dan
NO INDIKATOR
1 2
INDEKS
3 4 5
oksigenasi
1. Frekuensi
pernafasan
2.Posisikan pasien

Irama
untuk memaksimalkan
2. pernafasan
ventilasi
Kedalaman
inspirasi 3.Buang sekret dengan
3.

Suara
memotivasi pasien
auskultasi
4.
nafas untuk melakukan batuk
Kepatenan efektif atau menyedot
jalan nafas

lendir
5.
4. Auskultasi suara
nafas, catat area dimana
terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara
nafas tambahan
5.Motivasi pasien untuk
bernafas pelan dan
3.
dalam
Hipertermi
6.Kolaborasi dengan
berhubungan
tim medis
dengan pelepasan
pyrogen dari
Label NIC :
hipotalamus
Perawatan hipertermia
sekunder terhadap
Aktivitas keperawatan :
reaksi antigen dan
1.Monitor tanda tanda
antibody.
vital
Label NOC : Termoregulasi
2.Pastikan kepatenan
Indikator :
NO INDIKATOR INDEKS jalan nafas
1 2 3 4 5
1. Merasa 3.Berikan oksigen
merinding
saat dingin sesuai kebutuhan
Berkeringat 4. Berikan cairan
saat panas
2.
rehidrasi oral atau
Menggigil

3.
saat dingin
cairan dingin lain
Tingkat 5.Longgarkan atau
pernafasan

4. lepaskan pakaian
Melaporkan
4. kenyamanan
suhu 6.Basahi permukaan
Kekurangan 5.
tubuh dan kipasi pasien
volume cairan
6.Hentikan aktivitas
berhubungan
fisik
dengan
6.Kolaborasi dengan
pemasukan dan
tim medis
pengeluaran
Label NIC :
sekunder karena
Manajemen cairan
kehilangan nafsu
Aktivitas keperawatan :
makan dan diare.
1.Monitor tanda-tanda
vital pasien
Label NOC : Keseimbangan 2.Monitor indikasi
cairan kelebihan cairan
Indikator : 3.Monitor hasil
N INDIKATOR INDEKS
O 1 2 3 4 5
laboratorium yang
1. Tekanan
darah relevan dengan retensi
2.
Denyut nadi
cairan
radial
4.Monitor status
3. Jumlah
5. frekuensi hidrasi(misalnya :
pernafasan

membrane mukosa
Perubahan nutrisi Keseimbanga
4.
n intake dan
output
lembab)
kurang dari
5.Jaga intake yang
Turgor kulit
kebutuhan tubuh
akurat dan catat output
berhubungan 5.
6.Kolaborasi dengan
dengan
tim medis
kekambuhan
penyakit, diare,
Label NIC : Terapi
kehilangan nafsu
nutrisi
makan,
kandidiasis oral. Aktivitas keperawatan :
1.Monitor intake
makanan atau cairan
2.Sediakan pasien
makanan dan minuman
Label NOC : Status Nutrisi
bernutrisi yang tinggi
Indikator
protein, tinggi kalori,
NO INDIKATOR INDEKS
1 2 3 4 5
dan mudah dikonsumsi
1. Asupan gizi

3.Bantu pasien untuk


2. Asupan
makanan
memilih makanan yang

3.
Asupan lunak, lembut dan tidak
cairan

mengandung asam
Energi
6. 4. sesuai kebutuhan
Rasio berat

5.
badan/tinggi
badan
4.Berikan perawatan
Nyeri b.d infeksi, mulut sebelum makan
Hidrasi
kerusakan 5.Motivasi keluarga
6.
integument yang pasien untuk membawa
ditandai dengan makanan yang telah
nyeri pada luka dimasak dari rumah
atau lesi pada 6.Kolaborasi dengan
tubuh tim medis

Label NIC :
Management nyeri akut
Aktifitas keperawatan:
1.Lakukan pengkajian
yang bersifat
komprehensif (lokasi,
kerakteristik, durasi,
frekuensi, intensitas )
Label NOC : Pain control, 2. Identifikasi intensitas
Pain management, nyeri
Nyeri : Efek yang
mengganggu 3. Monitor nyeri
Indikator : menggunakan alat ukur
N
O
INDIKATOR
1
INDEKS
2 3 4 5
yang valid
1. Ketidaknyaman
an
4.Kontrol lingkungan
Gangguan
pergerakan fisik yang mempengaruhi
Gangguan
2. aktivitas fisik
Gangguan nyeri (suhu,kebisingan)
dalam rutinitas
3.
Gangguan pada
aktivitas hidup
5.Ajarkan tentang
sehari-hari
4.
Mengenali (distraksi,relaksasi)
nyeri kapan
terjadi dan
faktor penyebab 6.Kolaborasi denan tim
5. Strateri
mengontrol
nyeri
medis
Mendapatkan
informasi
6. mengenai nyeri

7.

4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana Tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana Tindakan
disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu pasien mencapai tujuan
yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan meliputi peningkatan Kesehatan atau mencegah
penyakit, pemulihan Kesehatan dari fasilitas yang dimiliki. Perencanaan Tindakan
keperawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memili Tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien dan
memprioritaskannya
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi
dan implementasi . Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
keadaan pasien selama pengkajian , analisis perencanaan dan implementasi
evaluasi.
Daftar Pustaka
Huda Nurarif, Amin, 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan Nanda NIC NOC Jogjakarta: Mediaction.
Judith M.Wilkinson.2018.Diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC
dankriteria hasil NOC.Jakarta:EGC.
Padila, 2012.Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah .Bengkulu: Nuha Medika
Samsuridjal D. Gejala-gejala infeksi HIV/AIDS. Dalam kumpulan Artikel dan
Makalah untuk Pelatihan Penatalaksanaan HIV/AIDS di RS provinsi sumatera
Utara. Medan; http://www.ilunifk83.com/t71-hiv-aids

Anda mungkin juga menyukai