Pendahuluan
Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaiman adanya (dapat berempati dan tidak secara apriori bersikap negatif terhadap orang atau kelompok lain yang berbeda), dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. 2 Defenisi kesehatah jiwa merupalan hal yang penting untuk diketahui, sebab merupakan suatu defenisi acuan yang merupakan sasaran utama dari pelbagai upaya dalam kehidupan manusia sesuai dengan tujuan dasar humaniora. Untuk lebih dapat mengerti kesehatan jiwa, kita perlu menelaah kehidupan manusia dalam perspektif mikro dan perspektif makro, yaitu cara pendekatan sesuai dengan konsep general system theory yang di cetuskan oleh Ludwig V.B (1936,1968).2
II.
yang secara klinik cukup bermakna. Dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (dissability) dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Dan disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak antara hubungan orang itu dengan masyarakat.2 Klasifikasi dari gangguan jiwa yang digunakan secara internasional (WHO dan APA) terbagi dua garis besar. Biasanya gangguan jiwa disebabkan oleh penyebab organik atau penyebab fisik dan fungsional. Definisi gangguan jiwa ini berdasarkan apa yang dinamakan pendekatan narrow approach, yaitu paradigma yang hanya menggunakan standard penderitaan dan atau disfungsi (hendaya) seseorang.dampak dari penggunaan konsep multikultural juga berpengaruh terhadap definisi kesehatan jiwa dari WHO, yaitu: orang yang sehat jiwanya adalah seorang yang : Merasa sehat dan bahagia Mampu menghadapi tantangan hidup
Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri
Jadi jelas bahwa dengan definisi kesehatan jiwa ini, siapapun identitas seseorang, kalau orang itu memenuhi kriteria tersebut di atas maka ia adalah seseorang yang sehat jiwanya.6
A.
Gangguan jiwa organik 6 Gejala kejiwaan yang disebabkan dari gangguan organik disebabkan oleh
keadaan gangguan fisik seperti tumor pada otak dan gangguan endokrin. Sebagai contoh, gangguan mood depresi disebabkan oleh hipithyroid atau penyakit addison. Dan biasanya penyebab organik lainnya disebabkan oleh
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan,gangguan perubahan psikoaktif. sebagai contoh setelah penggunaan amphetamin secara intravena, penyalah gunaan obat dapat mengakibatkan dan memperlihatkan gejala skizofrenia akut.
B. 1.
Gangguan jiwa fungsional Psikosis6 Psikotik adalah keadaan diman orang kehilangan fungsi untuk menilai
realita. Etiologi dari gejala tidak diketahui secara pasti. Dan gejala-gejala dari psikosis adalah sebagai berikut : Halusinasi Delusi (waham ketidak mampuan) Gangguan berat behaviour Lack of insight tak sadar.
Status psikotik dapat disebabkan oleh gangguan organik maupun fungsional. Kebanyakan gangguan psikotik fungsional adalah skizofrenia dan gangguan mood.
2.
Neurosis5 Neurosis atau psikoneurosis adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara
emosional karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik. Kecemasan yang timbul dirasakan secara langsung atau di ubah ole berbagai mekanisme pembelaan psikologi dan munculah gejala-gejala subjektif lain yang mengganggu. Penderita dengan neurosis pada umumnya menyadari bahwa ia sedang terganggu. Berbeda dengan psikosis, neurosis tidak menunjukan tanggapan yang sangat keliru terhadap kenyataan ataupun unsur kepribadian yang sangat terganggu. Tabel 1 Klasifikasi gangguan mental6
gangguan mental
gangguan fungsional
psikosis
- skizofrenia - gangguan mood gangguan psikotik lainnya
sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sampai 60-100 persen di atas normal. Sekresi hormon tiroid terutama di atur oleh tiroid stimulating hormon (TSH) yang di sekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. A. Sintesis dan sekresi hormon tiroid3 Sekitar 93 persen hormon-hormon aktif metabolisme yang di sekresikan oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin (T4) dan 7 persen triiodotironin (T3). Akan tetapi semua tiroksin akan di ubah menjadi triiodotironin di dalam jaringan, sehingga secara fungsional keduanya sangat penting. Secara kualitatif, fungsi dari kedua hormon ini sama namun berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerjanya.hormon triiodotironin kira-kira lebih cepat empat kali dibandingkan dengan hormon tiroksin, namun jumlah dan kerjanya dalam darah lebih sedikit dan singkat dibandingkan degan hormon tiroksin. B. Efek hormon tiroid3 Hormon tiroid mempunyai efek yang umum dan spesifik terhadap pertumbuhan, perkembang dan dan metabolisme energi. Efek ini bersifat genomik, melalui pengaturan ekspresi gen, tidak bersifat genomik, melalui efek langsung pada sitosol, membran, dan mitokondria. Untuk melengkapi hal ini reseptor hormon tiroid harus diaktifkan. Reseptor yang diaktifkan kemudian terikat pada inti DNA melalui ikatan DNA. , dan meningkatkan transkripsi mRNA serta sintesis protein. Lebih dari 30 gen diatur oleh hormon tiroid. Lebih khusus lagi, tiroksin dan triiodotironin merangsang proses pemindahan elektron penghasil energi dalam sistem enzim pernapasan mitokondria sel. Rangsangan hormon tiroid dalam proses oksidatif menyebabkan rangsangan pada termogenesis. Selain itu, untuk
efek termogenik ini, tiroksin dan triiodo tironin meningkatkan kerja epinefrin dengan cara meningkatkan kepekaan reseptor beta terhadap katekolamin. Hormon tiroid juga merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi. C. Efek hormon tiroid terhadap tubuh yang spesifik a. Efek hormon tiroid pada sistem saraf pusat3 Pada umumnya, hormon tiroid meningkatkan kecepatan berfikir, tetapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya berkurangnya hormon tiroid akan menurunkan fungsi ini. Pada pasien hipertiroid cenderung menjadi sangat cemas dan psikoneurotik, seperti kompleks ansietas, kecemasan yang sangat berlebihan dan paranoia. b. Efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskular meningkatkan aliran darah dan curah jantung.3 Meningkatnya metabolisme jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir metabolisme dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah di kulit terutama meningkat oleh karena meningkatnya kebutuhan untuk pembuangan panas tubuh. Sebagai akibat meningkatnya aliran darah, maka curah jantung juga akan meningkat, sering kali meningkat sampai 60 persen atau lebih di atas normal bila terapat kelebihan hormon tiroid dan turun sampai hanya 50 persen dari normal pada keadaan hipotiroid yang sangat berat. c. Meningkatkan frekuensi denyut jantung3 Frekuensi denyut jantung lebih meningkat di bawah pengaruh hormon tiroid dari pada perkiraan peningkatan curah jantung. Oleh karena itu, hormon tiroid tampaknya mempunyai pengaruh langsung pada ekstabilitas jantug, yang selanjutnya meningkatkan frekuensi denyut jantung.
d. Meningkatkan pernapasan3 Meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan pemakaian oksigen ke jaringan dan pembentukan karbondioksida. Efek ini mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman napas. e. Efek pada tidur3 Oleh karena efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada otot dan sistem saraf pusat, maka pasien hipertiroid sering sekali merasa lelah terus-menerus, tetapi karena efek eksitasi dari hormon tiroid pada sinaps, timbul kesulitan tidur. Sebaliknya somnolen yang berat merupakan gejala khas hipotiroid, disertai dengan waktu tidur yang berlangsung selama 12 sampai 14 jam sehari.
D.
fungsi tiroid. Tes-tes berikut ini sekarang digunakan untuk mendiagnosis penyakit tiroid : 1. 2. 3. 4. Kadar total tiroksin dan triiodotironin serum Tiroksin bebas Kadar TSH serum Ambilan iodium radioisotop
Kadar tiroksin dan triiodotironin serum diukur dengan radioligand assay. Kadar normal tiroksin adalah 4 sampai 11 ug/dl dan untuk triiodotironin kadarnya berkisar dari 80 sampai 160 ng/dl Kadar TSH palasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik dan nilai normal dengan assay generasi ketiga berkisar 0,02 hingga 5,0 uU/m. Kadar plasma sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Tes ambilan iodium radioaktif (123I[RAI]) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah iodida. Normalnya, jumlah radioaktif yang diambil berkisar dari 10% hingga 35% dari dosis pemberian.
dengan reseptor yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Antibodi itu di namakan (tiroid stimulating imunoglobulin) TSI yang terus mengaktivasi cAMP sehingga terjadi hipertiroid. Selain itu TSI ini juga bekarja selama 12 jam berbeda dengan TSH yang hanya 1 jam dan juga TSI menekak produksi TSH di hipofisis. Gejala klinis dari hipertiroid sebenarnya sudah jelas dari pembicaraan fisiologi hormon tiroid. Gejala hipertiroid yakni sangat mudah terangsang, intoleransi terhadap panas, berkeringat banyak, berat badan berkurang sedikit atau banyak (kadangkala dapat berkurang sampai 100 pound), berbagai derajat keparahan diare, kelemahan otot, kecemasan dan kelainan psikis lainnya, perasaan sangat capek, namun pasien tidak dapat tidur, dan tremor pada tangan. 2. Gangguan Anxietas (cemas)2,4 Gangguan cemas merupakan gangguan yang sering di jumpai pada klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari interaksi faktor-faktor
biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi tertentu, stres atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna. Etiologi dari gangguan anxietas berhubungan dengan faktor biologi dari individu. Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan panik berhubungan dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak. Dari penelitian juga di peroleh data bahwa pada otak pasien dengan gangguan panik beberapa neurotransmitter mengalami gangguan fungsi, yaitu serotonin GABA dan norepineprin. Hal ini didukung oleh fakta bahwa Serotonin selektif Reuptake inhibitor (SSRI) efektif pada terapi pasien dengan gangguan cemas. Berdasarkan hipotesis patofisiologi, terjadi disregulasi baik pada sistem perifer maupun sistem saraf pusat. Pada beberapa kasus ditemukan peningkatan tonus simpatetik dalam sistem otonomik. Penelitian pada neuroendokrin juga menemukan beberapa abnormalitas namun hasilnya belum konsisten. Gejala klinis dari gangguan anxietas adalah penderita harus menunjukan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung secara terus menerus atau setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, atau menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja. Gejala tersebut biasa mencakup unsur tersebut : Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, sulit konsentrasi, dll) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, tremor, dll) Overaktivitas otonomik (berkeringat, jantung berdebar, sesak napas, keluhan lambung, dll) B. HUBUNGAN HIPOTIROID DENGAN GANGGUAN JIWA 1. Hipotiroidsm3,6 Pada umumnya efek kelainanhipotiroidsm berkebalikan dengan efek hipertiroid. Namun pada hipotiroid ada mekanisme fisiologi yang khusus. Terdapat beberapa tipe hipotiroidsm, bergantung pada lokasi timbulnya masalah, penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai primer, bila timbul akibat proses patologis yang meerusak kelenjar tiroid, atau sekunder akibat dari defisiensi sekresi TSH hipofisis.
Kelainan hipotiroidsm dapat disebabkanoleh tiroiditis, goiter kaoloid endemik, goiter koloid idiopatik, rusaknya kelenjar tiroid akibat radiasi, atau oleh karena tindakan pengangkatan kelenjar tiroid, ternyata semua efek fisiologinya sama. Efek atau gejala klinis dari hipotiroidsm ini adalah rasa capek dan rasa mengantuk yang sangat sehingga pasien tertidur selama 12-14 jam dalam sehari, kelemahan otot yang ekstrem, denyut jantung menjadi lambat, menurunnya curah jantung, berkurangnya volume darah, kadangkala berat badan naik, dan gagalnya sebagian besar fungsi tropik ditandai dengan kurangnya pertumbuhan rambut, kulit yang mengering, dan miksedema. 2. Gangguan depresi11,6 Depresi adalah gangguan mood yang di tandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retrdasi psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasie mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk untuk tidur atau terbangun dini hari, da nafsu makan juga berkurang. Etiologi dari depresi sampai saat ini belum ada yang pasti apa penyebabnya. Banyak kalangan berpendapat bahwa depresi terjadi karena adanya stresor psikososial berat yang menimpa seseorang dan orang itu tak mampu mengatasinya. Ada beberapa faktor penyebab depresi , yaitu mulai dari faktor genetik sampai dengan non genetik. Faktor genetik, ketidak seimbangan biogenik amin, gangguan neuroendokrin, dan perubahan neurofisiologi, serta faktor psikologik seperti kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi kogmitif, ketidakberdayaan yang dipelajari dan faktor-faktor lain, di duga berperan dalam terjadinya depresi. Beberapa neurotransmitter diduga terkait dengan depresi. Penurunan kadar serotonin diduga berperan dalam terjadinya depresi. Dari hasil penelitian yang menggunakan alat pencitraan otak didapatkan penurunan jumlah reseptor pasca sinaps 5-HT 1A dan 5-HT 2A. Juga terdapat penurunan 5-HIAA
(hidroxyindolecetic-acid), hasil metabolisme seritonin di cairan serebrospinal. Kadar norepinefrin terutama forebrain medial juga turun. Juga terdapat MHPG (3-methoxy-4-hydroxy-phenylglicol) yang merupakan hasil metabolisme
norepinefrin. Beberapa neurotransmitter lain seperti dopamin, GABA, dan glutamat juga menurun pada depresi.
V.
KESIMPULAN8 Hormon tiroid dan gangguan jiwa terdapat hubungan yang sangat signifikan
mulai dari gejala hingga keadaan fisiologi dalam tubuh. Perubahan kejiwaan yang berhubungan dengan hormon tiroid ada dua hal. Gangguan jiwa karena hiperaktivitas dari tiroid yang dapat meningkatkan keadaan kecemasan bagi seseorang, tensi yang meningkat, emosi yang labil, gelisah, depresi yang fluktuatif, gangguan tidur, dan sikap apati yang disebabkah hormon tiroid yang berlebihan sehingga memmbuat neurotransmitter yang berfungsi pada kejiwaan GABA menurun. Sehingga tiroid yang berlebihan menstimulasi beta reseptor untuk mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi gejala anxietas seperti jantung yan berdebar, keringat yang berlebih, pernapasan yang cepat dan jika tidak di tangani dengan benar maka keadaan ini bisa menjadi gangguan psikotik yang dapat menyebabkan skizofrenia. Sedangkan pada keadaan hipotiroid dapat menyebabkan gejala-gejala depresi yang ada seperti konsentrasi yang menurun, proses berfikir yang lambat, ingatan jangka pendek yang buruk, penurunan fungsi kognitif, depresi dengan rasa paranoid. Pada penelitian ekitar 25% penderita depresi mayor menunjukan gangguan hypothalamic-pituitary-thyroid (HPT). Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan konsentrasi basal atau tidak adanya respon TSH terhadap infus neuropeptida hipotalamus yaitu thyrotropin-releasing-hormon (TRH). Pada keadaan ini jika tidak ditangani dengan benar maka akan menyebabkan kecacatan otak secara permanen.