Anda di halaman 1dari 58

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI BLOK KELUHAN TERKAIT


SISTEM SENSORIS DAN INTEGUMENTUM

Redaksi :
Dra. Hj. Lia Yulia Budiarti, M.Kes
dr. Rahmiati, M.Kes, Sp.MK
dr. Noormuthmainah, M.Sc
Nur Prapti

DIVISI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
November 2023
KATA PENGANTAR

Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi ini dibuat terkait dengan pembelajaran


Blok Sistem Sensoris dan Integumentum. Pada pengantar praktikum disampaikan
materi tentang infeksi pada kulit, mata dan telinga, sifat kharakteristik dan patogenesis
Bacillus anthracis dan Mycobacterium leprae, serta mikosis. Juga pada panduan ini
terlampir contoh-contoh kasus infeksi kulit dan subkutis.
Buku ini dibuat dalam upaya memberikan petunjuk tentang urutan langkah-
langkah yang seharusnya dilakukan dalam pemeriksaan sampel penyebab infeksi di
bagian sensoris dan integumentum, khususnya yang disebabkan oleh Bacillus anthracis,
Mycobacterium leprae dan Candida albicans. Diharapkan dengan adanya penuntun
praktikum ini para mahasiswa kedokteran dapat memahami pengetahuan tentang: (1)
penanganan sampel klinis dari bagian sistem sensoris dan integumentum, (2) prosedur
pemeriksaan pengecatan deferensial seperti Gram dan Ziehl Nelsen serta pengecatan
khusus spora, dan (3) pemeriksaan jamur secara mikroskopis dan makroskopis, serta (4)
cara membaca hasil pemeriksaan laboratorium bakteriologi dan mikologi.
Disadari bahwa buku penuntun praktikum ini masih jauh dari sempurna dan
lengkap, tetapi diharapkan buku penuntun ini sudah dapat memberi bantuan seperlunya
bagi mahasiswa sebagai pelengkap dalam kegiatan pembelajaran blok sistem sensoris
dan integumentum. Mudah-mudahan buku ini memberikan manfaat bagi yang membuat,
yang membacanya dan yang mempraktikannya.

Banjarmasin, November 2023

Tim Divisi Laboratorium Mikrobiologi


Fakultas Kedokteran ULM

i Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023


TATA TERTIB WAKTU PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Untuk mencegah terjadinya bahaya terjangkitnya penularan oleh bakteri patogen, para
mahasiswa diharuskan mentaati peraturam / tata tertib di bawah ini :
1. Para mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum tanpa memakai pakaian
kerja (jas laboratorium).
2. Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium.
3. Jangan memasukkan jari, pensil, ose atau benda lainnya ke dalam mulut.
4. Apabila mendapat luka atau kecelakaan pada waktu bekerja segera menghubungi
dosen atau asisten dosen yang membimbing praktikum.
5. Jangan lupa membakar kembali ose setelah selesai bekerja.
6. Pipet, skapel, objek gelas dan penutupnya atau peralatan lain yang telah selesai
digunakan segera dimasukkan ke dalam cairan lysol 5%.
7. Maja, lantai, badan, atau tempat lainnya yang terkena biakan bakteri harus selekas
mungkin dibersihkan dengan lysol 5% dan segera menghubungi dosen atau asisten
dosen yang membimbing praktikum.
8. Jangan sekali-kali membawa biakan bakteri.
9. Bekerjalah di tempatnya masing-masing dan setenang mungkin (jangan ribut).
10. Jagalah kebersihan tempat kerja.
11. Api bunsen harus dimatikan bila tidak dipakai / setelah selesai bekerja.
12. Mahasiswa yang satukali atau lebih tidak mengikuti kegiatan praktikum tanpa alasan
yang dapat diterima tidak diperkenankan mengikuti ujian.
13. Jangan lupa mencuci tangan dengan lysol 5% sebelum pulang.

ii Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023


BLOK
KELUHAN
TERKAIT SISTEM
SENSORIS DAN
INTEGUMENTUM

iii Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023


I. MIKROORGANISME SISTEM SENSORIS DAN INTEGUMENTUM

Beberapa jenis mikroorganisme yang terkait dengan infeksi sistem sensoris dan
integumentum, biasanya hidup terbatas dan menetap maupun transier pada tubuh manusia, pada
kondisi tertentu dapat menjadi patogen. Bakteri oportunistik seperti Staphylococcus epidermidis
yang merupakan bakteri komensal pada kulit, juga pada kondisi lain dapat menyebabkan jerawat,
endokarditis dan komplikasi bedah jantung.
Contoh lainnya adalah Bacillus sp, yang merupakan komensal di lingkungan tanah dan
biasanya dianggap tidak berbahaya, ternyata mampu menimbulkan penyakit mata. Pada pasien
yang lemah, organisme yang sama merupakan agen penyebab meningitis dan bakteremia. Kadang-
kadang Bacillus sp. juga menghambat penyembuhan luka bedah, sedangkan jenis Bacillus yang
lain merupakan penghasil toksin yang dapat menimbulkan keracunan makanan. Berikut ini
beberapa contoh bakteri dan jamur yang umumnya ada pada bagian kulit, telinga dan mata, yang
dapat menimbulkan infeksi.

Tabel 1.1. Bakteri dan Jamur di Kulit, Telinga dan Mata

Organisme Lokas Proses Infeksi


i
Acinobacter calcoaceticus Kulit Komplikasi
Bacillus Sp. Kulit Iridocuclitis,panoptalmitis,
bakteremia,meningitis
Candida albicans, yeast Kulit Paronythia
Chlamydia thrachomatis Tak tertentu Trakhoma, konyungtivitis
Corynebacterium sp. Kulit, mata, tangan Endokarditis,kompl.bedah,
jantung
Epidermophyton floccosum Kulit Inf. Kulit, athletes, foot
Haemophylus aegypticus Mata Penyakit mata
Haemophylus influenzae Mata Penyakit mata
Micrococcus sp. Kulit -
Moraxella sp. Mata Penyakit mata
Mycobacterium sp. Kulit Mikobakteriosis ( kulit )
Neisseria sp. Kulit Komplikasi
Peptostreptococcus sp. Kulit -
Pytiasparum avale Kulit Dandruf
Prapianibacterium acnes Kulit, mata, telinga Bisul, furunkel, impetigo,
pustulasis, mastitis
Staphylococcus epidermidis Kulit, mata, telinga Jerawat, endokarditis,
kompl.bedah jantung, trampapibis
Viridans streptococcus Kulit, mata -

1
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Bahan Pemeriksaaan Infeksi pada Kulit, Mata dan Telinga
A. Bahan Pemeriksaan Kulit
Bahan pemeriksaaan mikrobiologik dari kulit diambil dengan pertolongan pengusap. Hal
ini terutama untuk jasad renik pada permukaan kulit. Untuk pemeriksaan jasad renik di dalam
jaringan – jaringan yang lebih dalam, pengambilannya harus dilakukan oleh dokter sendiri dengan
bekerja sama dengan ahli laboratorium.

B. Bahan Pemeriksaan Mata


Jasad renik pada selaput lendir mata terutama terdiri atas difteroid (Corynebacterium
xerosis), Neisseriae dan basil Gram negatif menyerupai Haemophilus (basil Morax-Axenfeld),
spesies Moraxella. Stafilokokus serta streptokokus non-hemolitik sering pula ditemukan.
Air mata mengandung lisosim sehingga dapat menghalangi jasad renik patogen
berkembang biak. Jumlah jasad renik dari mata mungkin tidak banyak karena adanya air mata dan
lisosim yang bersifat antikuman. Pada bahan pemeriksaan yang bersifat purulen hanya diperlukan
bahan secukupnya saja untuk pembiakan. Bahan pemeriksaan yang tidak purulen diperlukan dalam
jumlah banyak untuk pembiakan.
Bila terdapat konjunktivitis purulen, ambillah nanah tersebut dengan suatu pengusap kapas
steril dan biakanlah bahan tersebut pada lempeng agar darah dan lempeng agar coklat dan eramlah
pada 37oC dalam sungkup lilin. Bahan pemeriksaan dimasukkan juga ke dalam tabung tioglikolat.
Semua perbenihan harus disimpan sekurang – kurannya untuk waktu 48 jam dan setiap
pertumbuhan harus diperiksa dan identifikasi.
Ingatlah akan kemungkinan infeksi gonokokus pada mata bayi baru lahir. Lakukanlah tes
oksidasa pada koloni yang tumbuh pada perbenihan agar coklat untuk identifikasi Neisseria. Bila
ada persangkaan infeksi jamur lakukanlah pembiakan pada agar dextrosa Sabouraud dan agar
miring darah-otak-jantung (“brain-heart-blood agar slant”).
Kerokan dari konjunktiva untuk mencari eosinofil atau dari ulkus kornea untuk mencari bahan
inklusi sebaiknya dilakukan oleh dokter ahli mata. Bahan – bahan pemeriksaan ini ditaruh di atas
gelas alas, dikeringkan dan diwarnai dengan pewarnaan Wright-Giemsa.
Moraxella lacunata (basil Morax-Axenfeld) adalah diplobasil pendek dan gemuk, bersifat
Gram negatif, dan menyebabkan konjunktivitis kataral yang subakut atau khronis. Kuman ini
tumbuh baik pada perbenihan Leoffler, dengan menyebabkan proteolisa dan lubang – lubang khas
pada perbenihan tersebut.
Haemophilus aegyptius (basil Koch-Weeks) adalah basil kecil bersifat Gram negatif, banyak
menyerupai H.influenzae. penyebab konjunktivitis akut, yang biasa dinamakan “pink eye”. Kuman ini
tumbuh baik pada agar darah atau agar coklat.
Corynebacterium diphtheriae dapat menyebabkan konjunktivitis pseudomembranosa. Kuman
ini tumbuh baik pada perbenihan Loeffler atau Pai.

C. Bahan pemeriksaan dari telinga


Jasad renik berikut banyak ditemukan pada pembiakan bahan dari telinga :
Yang Patogen Yang tidak patogen
A. Pseudomonas aeruginosa Stafilokokus koagulasa negatif
B. Staphylococcus aureus Difteroid
C. Proteus Gaffkya tetragena
D. Streptokokus hemolitik, alfa dan beta Bacillus
E. Diplococcus pneumoniae Jamur saprofit
F. Haemophilus influenzae
G. Basil koliform dan lain – lain basil usus
H. Aspergillus fumigatus

2
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Bahan pemeriksaan dari telinga, terutama setelah ada perforasi membrana timpani, sebaiknya
diambil oleh dokter ahli THT, dengan menggunakan alat – alt steril dan pengusap steril. Cairan
dari telinga pada otitis media khronis biasanya mengandung Pseudomonas dan Proteus. Pada otitis
akut atau subakut biasanya ditemukan kokus. Pada otitis telinga luar, bersihkanlah dahulu telingga
dengan larutan 1:1000 khlorida bensil konium, untuk mencegah pencemaran. Biaklah bahan
pemeriksaan menurut cara yang sama seperti bahan pada mata, dengan tambahan satu perbenihan
agar feniletanol, khusus untuk isolasi lain – lain kuman di mana terdapat pula spesies Proteus yag
menunggu.

3
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
II. PENYAKIT ANTHRAX DAN KUSTA

2.1. Penyakit Anthrax


Penyakit anthrax disebabkan oleh jenis bakteri Bacillus anthracis, yang mempunyai
sifat karakteristik sebagai berikut:

Ciri dan Sifat:


- Bentuk basil, Gram negatif dengan ukuran 1 x 3-4 µm, mempunyai ujung sel segiempat,
tersusun seperti rantai panjang, dengan letak spora ditengah, dan berisfat nonmotil.
- Morfologi koloni : terlihat “cut glass” bila kena cahaya, bersifat hemolisis yang umum pada
saphrofit, tapi tidak dk umum untuk spesies bacillus kecuali B.anthracis , yang mencairkan
gelatin
- Pada media agar darah : putih abu-abu, bulat, permukaan tidak rata, bentuk “medusa
head”, ”ground glass appereance”, non motile, non hemolisis.
- Pada agar tegak : mirip pohon cemara terbalik
- Spora / endospora terletak ditengah & berbentuk elips diantara basil yang bergerak,
mempunyai sifat resisten terhadap (perubahan lingkungan, pemanasan, disenfektan
kimia), mampu hidup lama dalam tanah kering.
- Bentuk Vegetatif terdapat di jaringan yang terinfeksi, rantai tampak lebih pendek,
simpai jelas, namun spora tidak terbentuk.
- Merupakan penyakit Zoonosis (ditularkan dari hewan ternak ke manusia). Hewan :
sapi, kambing, domba, babi, kuda dsb.
- Sumber penularan : feses, urine, saliva yang mengandung spora Bacillus anthracis
- Produk hewan yang terkontaminasi spora antrax baik itu kulit, bulu, rambut, wool
maupun tulang hanya dapat disterilkan dengan autoclave.

Patogenesis :
- Manusia terinfeksi dari hewan ternak
- Spora menetap dilingkungan (tanah, kulit hewan) dan mungkin terhirup atau terimplantasi
secara traumatis.
- Cara penularan:
• Luka pd kulit dan selaput lendir
• Melalui gigitan vektor (nyamuk dan lalat) Anthrax cutaneus
• Inhalasi pernafasan Pulmonary anthrax
• Konsumsi daging yg
terkontaminasi Anthrax
gastrointestinal

Faktor virulensi
a. Kapsul polipeptida (poli-D-glutamat) (imunogenik dan anti-fagositik)
b. Toksin antraks, suatu eksotoksin dengan tiga komponen:
(1) Antigen protektif (ekuivalen dengan komponen B) mengikat sel dan memudahkan
masuknya faktor letal atau faktor edema.
(2) Faktor letat mematikan sel melalui suatu mekanisme yang belum diketahui

4
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023

Faktor edema adalah suatu adenilat silkase yang diaktifkan oleh kalmodulin

Eksotoksin berupa Kompleks protein – karbohidrat atau protein saja

Dipengaruhi plasmid, kalau plasmid hilang toxin tidak diproduksi

Terdiri dari faktor : PA (antigen protektif), EF (faktor edema), dan LF (faktor letal).

Respon toksik yang sering ditemui : edema kulit dan menimbulkan kematian.

Simpai/Kapsul berisfat mukoid, mengandung polipeptida (D-asam gllutamat), dengan berat
molekul/ BM tinggi, berisfat antipagositik namun tidak imunologik.
Patologi pada hewan yang peka :
• Organisme bermultiplikasi di jaringan tempat masuk dengan simpai yang masih utuh
• Organisme dikelilingi cairan seperti protein yang mengandung sedikit leukosit .
• Organisme cepat menyebar dan mencapai sirkulasi (bakteriemia)
Pada Hewan yang Resisten :
- Organisme bermultiplikasi lambat (beberapa jam), ketika disintegrasi simpai menghilang .
- Banyakdihasilkan leukosit, namun bakteri tetap terlokalisasi di jaringan.

Gejala Klinis:
Pada manusia kuman anthrax dapat menyebabkan:
a. Antraks kulit Anthrax cutaneus (berbahaya bagi orang yang menangani hewan berkuku, kulit
hewan, atau wool). Implantasi spora secara traumatis menyebabkan timbulnya lesi merah mirip
tumor, yang berkembang menjadi lesi hitam nekrotik (eschar) disertai tepi merah meninggi.
Gejala sistemik minimal.

- Anthrax cutaneus
• Sebanyak 95% kasus anthraxini terjadi di AS, inkubasi : 2 - 5 hr
• Disebut juga ”malignant pustule”
• Pada peternak dan pekerja di rumah pemotongan hewan
Mekanisme :
- Spora masuk 12 – 36 jam germinasi di jaringan pertumbuhan vegetatif menyebabkan
edema gelatinosa & kongesti papula erhytema terbentuk vesikel
pustule, ulkus nekrotik menyebar ke KGB masuk ke sirkulasi darah menimbulkan
septikemik fatal.
- Erhytema papule setelah 7-10 hari akan membetuk luka menghitam yang
dikelilingi edema disebut juga “Central Black Eschar”
Ditandai : edema, lymphangitis, lympadenopathy, demam, malaise, sakit kepala,
meningitis.

• Pneumonia antraks (wool sorter’s disease) adalah pneumonia akut yang mengancam nyawa
apabila tidak segera ditangani dengan cepat. Disebut juga ”wool sorters disease”
• Sebanyak 5% kasus ini terjadi di AS,dengan masa inkubasi : 6 minggu
• Infeksi terjadi karena inhalasi spora ke dalam organ pernapasan .
• Mekanisme : Inhalasi spora (dari debu, wool, bulu, kulit) terjadi multiplikasi di paru-
paru masuk ke KGB menimbulkan perdarahan & edema.

• Menyebabkan :
• mediastinitis hemoragik
• pneumoni hemoragik - syok
• meningitis karena septicemia (bakteriemia yang mencapai selaput otak
• sepsis kematian
• edema paru hemoragik .

5
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
b. Anthrax gastrointestinal
• Kasus ini jarang ditemukan
• Infeksi terutama di usus halus karena toxinnya yang membentuk gangren
• Ditandai adanya nyeri abdominal, vomitus, disertai diare berdarah.
• Disebabkankarena mengkonsumsi daging hewan yang terinfeksi, juga karena adanya
hematogen dari pulmonary dan cutaneus anthrax.

Pemeriksaan Laboratorium
• Bahan pemeriksaan : cairan,pus dari lesi, darah, sputum.
• Pewarnaan Gram, tampak basil Gram +, batang besar, rantai panjang .
• Pewarnaan fluorosensi umum digunakan pada sediaan kering.
• Biakan :
- Pada Agar darah : koloni putih abu-abu, non-hemolitik, tekstur kasar (ground
glass appereance), tampak semi Solid , non motile=.
- Bila bahan pemeriksaan disuntikkan intraperitoneal pd mencit / marmut, yang berisi pus dari
kuman menyebabkn mencit / marmut akan mati
- Test serologi (ELISA) terdapat Antibodi anthrax pada serum orang yang imun.
- Isolasi kultur pada medium bikarbonat untuk melihat kapsul
- Test antitoksin anthrax positif
- B.anthracis bersifat sensitive terhaap penisilin
▪ anthracis akan lisis oleh γ-Bacteriophage
- Imunisasi anthrax berdasarkan percobaan Louis Pasteur (1881). vaksinasinya menggunakan
basil hidup yang dilemahkan, suspensi spora, antigen protektif dari filtrat biakan.

Pencegahan
• Kremasi dan mengubur bangkai hewan. Membatasi pergerakan hewan ternak.
• Vaksinasi hewan ternak. Imunisasi orang yang beresiko terinfeksi krn tempat dan
pekerjaannya.
• Dekontaminasi menggunakan autoclave barang (sarung tangan / baju) yang digunakan
saat menangani hewan yg terinfeksi, juga pada produk-produk hewan.

Tabel 2.1. Diferensiasi Basil Gram-Positif dan Bakteri Bercabang


Pemakaian
Genus Spora Tahan Asam? Gambaran lain
Oksigen*

Ya Aerob Tidak
Bacillus
Ya Anaerob Tidak
Clostridium Tidak
Listeria Aerob Tidak Intrasel; motilitas
berguling
Corynebacterium
Tidak Aerob Tidak
Actinomyces Anaerob
Tidak Tidak
Nocardia Aerob Parsial; ya Kurang terwarnai
Tidak
Mycobacterium Aerob ya Gram Sering intrase
Tidak
dalam jaringan
*Catatan : Terdapat variasi spesies dalam kaitannya dengan kondisi pertumbuhan. Untuk Langkah 1
USMLE, berlaku hanya untuk gambaran yang sangat umum.

6
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
2.2. Penyakit Kusta/Lepra
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah yang
sangat kompleks. Masalah yang ada bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah sosial,
ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta merupakan salah satu manifestasi kemiskinan karena kenyataannya
sebagian besar penderita kusta berasal dari golongan ekonomi lemah. Penyakit kusta bila tidak
ditangani dengan cermat dapat menyebabkan cacat, dan keadaan ini menjadi penghalang bagi
pasien kusta dalam menjalani kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial
ekonominya.
Pendapat yang keliru dari masyarakat tentang penyakit kusta serta rasa takut yang
berlebihan akan memperbesar persoalana sosial ekonomi penderita kusta. Pada zaman dahulu
penderita kusta harus diasingkan dari pergaulan ke tempat terpencil. Penyakit ini sering juga
disebut penyakit kutukan Tuhan. Nama lain kusta adalah ‘the great imitator’ (pemalsu yang ulung)
karena manifestasi penyakitnya menyerupai penyakit kulit atau penyakit saraf lain, misalnya
penyakit jamur.

Epidemiologi
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dengan konsentrasi terutama di negara – negara
berkembang yang higiene dan sanitasinya yang kurang baik. Pada tahun 2002 dilaporkan terdapat
620.000 penderita kusta di dunia, di mana 90% terdapat di Brasil, India, Nepal dan beberapa
negara di Afrika, dengan angka prevalensi 5-15 per 10.000 penduduk. Di Amerika Serikat
penyakit ini masih ditemukan di Kalifornia, Florida, dan New York yang sebagian besar berasal
dari imigran dan pengungsi yang tertular dari negara asal mareka.
Prevalensi penyakit kusta di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 5,9 per 10.000 penduduk
dan pada tahun 1998 sebesar 0,62 per 10.000 penduduk. Di Jawa Tengah pada tahun 1998
prevalensi penyakit kusta sebesar 0,72 per 10.000 penduduk. Dari beberapa daerah di Indonesia,
prevalensi penyakit kusta yang tertinggi adalah di Papua (6,5), Maluku 5,43), dan NAD (2,77).
Prevalensi terendah di DIY (0,19), Bengkulu (0,27), dan Sumut (0,33). Dalam target global WHO
pada eradikasi kusta tahun (EKT) 2000 diharapkan prevalensi penyakit kusta kurang dari 1 per
10.000 penduduk.
Transmisi paling mungkin terjdi jika anak kecil terekspose dalam waktu lama dengan basil
yang banyak. Sekresi Nasal adalah material infecsius yang opaling mungkin bagi yang kontak
dalam keluarga dengan masa Inkubasi mungkin sekitar 2 – 10 tahun
Etiologi
Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu – satu, hidup dalam sel, dan bersifat tahan asam (BTA).
Penyakit kusta bersifat menahun karena bakteri kusta memerlukan waktu 12-21 hari untuk
membelah diri dan masa tunasnya rata – rata 2-5 tahun. Penyakit kusta dapat ditularkan kepada
orang lain melalui saluran pernapasan dan kontak kulit. Bakteri kusta ini banyak terdapat pada
kulit tangan, daun telinga, dan mukosa hidung.

Tanda dan Gejala


Tiga gejala utama (cardinal sign) penyakit kusta adalah:
1. Makula hipopigmentasi atau anestesi pada kulit.
2. Kerusakan saraf perifer
3. Hasil pemeriksaan laboratorium dari kerokan kulit menunjukkan BTA positif

7
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Karakteristik Mycobacterium leprae.
Merupakan Parasit intrasel obligat (tidak dapat dikultur) yang menyerang kulit, saraf
perifer, dan pada lepra lepromatosa, mukosa saluran napas atas dan hidung. Manusia adalah satu
- satunya reservoir yang penting (kuman juga ditemukan pada sebagian trenggiling). Lepra
adalah suatu penyakit dengan spektum gejala. Organism ditemukan oleh Hansen pada tahun
1873 (9 th sebelum Koch’s menemukan basil tubercle, dengan cirri dan sifat sebagai
berikut:
• Tidak dapat dibiak pada media bakteriologi artifisial (nonliving)
• Khas bakteri tahan asam, tunggal, paralel dalam ikatan atau dalam massa yang secara reguler
didapati dari kulit atau membrana mukosa (khususnya septum nasal) pada leprosy
lepromatous.
• Basil sering dijumpai dalam sel endotel pembuluh darah atau sel mononuclear.
• Jika basil dari leprosy manusia(kerokan bag.dalam jar.nasal) diinokulasi pada tapak kaki mice,
lesi granulomatous lokal berkembang dengan multiplikasi basil yg terbatas.
• Inokulasi pd armadillos berkembang leprosy lepromatous yang ekstensif.

- Mycobacterium leprae menyerang seluruh tubuh,terutama saraf tepi, kulit, mulut, otot,
tulang, kecuali CNS.
- Berupa basil tahan asam, berkelompok, dengan waktu mitosis lama (12-21 hari).
- Ditularkan melalui saluran nafas dan kulit lecet, suhu optimal dibawah suhu tubuh.
- Klasifikasi penyakit berguna sebagai regimen pengobatan, prognosis & komplikasi,
perencanaan operasional, identifikasi cacat.
• Klasifikasi menurut Madrid/ /Internasional : Indetermined (I), Tuberkuloid (T),
Boderline (B), Lepromatosa (L).
• Klasifikasi menurut Ridley Jopling / riset: Tuberkuloid (TT), Boderline tuberkuloid
(BT), Mid- boderline (BB), Boderline lepromatosa (BL), Lepromatosa (LL).
• Klasifikasi WHO : Pausibasiler & Multibasiler

- Gambaran Klinis
• Lesi kulit : makula datar, papul meninggi, infiltrat, plak eritema dan nodus.
• Predileksi : muka, mukosa hidung, daun telinga, anggota tubuh, bagian tubuh yang terbuka.
(daerah yang dingin).
• Kerusakan saraf: hipestesi/anestesi yang menyebabkan kelemahan otot yang dipersarafi.
• Kekebalan seluler sakit atau tidak tergantung tipe klinis

Onset leprosy insidious


- Lesi melibatkan jaringan tubuh yang dingin : skin, syaraf superficial, hidung, pharynx, larynx,
mata & testicles.
- Gangguan Neurologi dimanifestasi melalui infiltrasi syaraf & penebalan, menghasilkan
anesthesia, neuritis, paresthesia, ulkus tropic dan resorbsi tulang dan pemendekan dari jari.
Ada 2 tipe utama penyakit:
- Lepromatous :
penyakit progresif, malignan, lesi kulit nodular, melibatkan syaraf simetri yang lambat,
bertumpuknya basil tahan asam pada lesi kulit, bacteriemia terus menerus, test kulit lepromin
negatif . CMI : berkurang, kulit diinfiltrasi oleh T sel suppressor
-Tuberculoid:
Perjalanan penyakit jinak dan nonprogresif, lesi kulit macular, melibatkan syaraf asimetris
yang berat secara mendadak, beberapa basil ada pada lesi, test kulit lepromen positif. CMI intak
dan infiltrasi kulit dengan T cells helper, Several intermediate stages.

8
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Tabel 2.2. Lepra Tuberkuloid dan Lepromatosa

Gambaran Pembeda Lepra Tuberkuloid Lepra Lepromatosa

Imunitas selular CMI (cell mediated CMI lemah


immunity) kuat
Uji kulit lepromin Positif-lepromin Negatif-lepromin
M. leprae di jaringan Tampak sedikit basil tahan Tampak banyak BTA
(seperti tampak dalam asam (BTA) (terisi sel – sel busa)
biopsi plong yang Lebih menular
diwarnai pewarna tahan
asam)

Gejala - Satu atau beberapa lesi - Penyakit lebih parah


datar - Lesi kulit (sering nodular)
- Pembesaran saraf multipel sering
- Hilangnya sensasi yang terdistribusi secara
menyebabkan luka bakar, bilateral
trauma - Fasies leonina

Diagnosis laboratorium: Pemeriksaan Bakteri


Menentukan diagnosis, klasifikasi, respon pengobatan, prognosis, dan epidemiologis
• Sampel : Lesi paling aktif (hindari wajah)
• Minimal 3 tempat (lesi paling aktif dan kedua cuping telinga.
• Dibuat kerokan dermis dengan skalpel.
• Pengecatan Zeihl Neelsen, Modifikasi ZN, Tan Thiam Hok.

Indeks Bakteri:
• Kepadatan BTA perlapangan pandang tanpa membedakan keutuhan BTA.
• Dinyatakan ebagai indeks rerata 0-6.

Indeks Morfologis:
• Proporsi antara BTA solid dibagi dg BTA solid dan non solid kali 100%
• Dinyatakan sebagai prosentase.

Reaksi Kusta:
• Gejala & tanda radang akut pada penyakit kusta yang bersifat kronis.
• Penyebab : hipersensivitas akut terhadap antigen basil shg menimbulkan gangguan imunitas
• Pencetus : pengobatan antikusta yg intensif, infeksi rekuren, pembedahan, stress fisik,
imunisasi, kehamilan & melahirkan.
• Ada 2 jenis reaksi : reaksi reversal (reaksi tipe 1) dan Eritema nodusum leprosum (reaksi tipe
2).

9
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
TABEL 2.3. Kriteria penentuan tipe kusta

Kelainan kulit dan Hasil


PB MB
Pemeriksaan Bakteriologis
1. Bercak
a. Jumlah 1-5 Banyak
b. Ukuran Kecil dan besar Kecil – kecil
c. Distribusi Unilateral atau bilateral asismetris Bilateral simetris
d. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat
e. Batas Tegas Kurang tegas
F. Kehilangan sensasi rasa Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada,
pada area bercak terjadi pada yang sudah lanjut
g. Kehilangan kemampuan Bercak tidak berkeringat, bulu Bercak masih berkeringat, bulu
berkeringat, bulu rontok rontok pada area bercak tidak rontok
pada area bercak
2. Infiltrat
a. Kulit Tidak ada Ada, kadang – kadang tidak ada
b. Membran mukosa (hidung Tidak pernah ada Ada, kadang – kadang tidak ada
tersumbat, pendarahan di
hidung)
3. Ciri – cirri khusus „central heling‟ (penyembuhan di 1. Lesi „punched out’
tengah 2. Madarosis
3. Ginekomastia
4. Hidung pelana
5. Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang – kadang ada
5. Penebalan saraf perifer Lebih sering terjadi dini, asimetris Terjadi pada penyakit lanjut
biasanya lebih dari satu dan
simetris
6. Deformitas (cacat) Biasanya asimetris, terjadi dini Terjadi pada stadium lanjut
7. Apusan BTA negative BTA positif
PB : Pausibasiler
MB : Multibesiler

1. Reaksi several (reaksi Tipe 1) :


• Merupakan reaksi hipersensitivitas seluler (tipe IV)
• Antigen basil mati bereaksi dengan limfosit T disertai perubahan keseimbangan antar
imunitas (seluler) dan basil.
• Kulit : lesi lama lebih eritem, ulserasi, edem, panas dan malaise.
• Saraf : membesar, nyeri, fungsi dapat terganggu.
• Reaksi dapat berlangsung lebih dari 6 minggu

2. Eritema nodusum leprosum (reaksi tipe 2):


• Merupakan reaksi Hipersensitivitas tipe III (reaksi humoral)
• Antigen kuman yang mati dengan antibodi membentuk kompleks Ag-AB meng aktifasi
komplemen ENL.
• Kulit : nodus nyeri, ulserasi, demam, malaise.
• Saraf : lunak, nyeri, fungsi dapat terganggu
• Mata : lunak, nyeri, visus menurun, merah
• Testis : lunak, nyeri, membesar.

10
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
2.3. Jenis Pewarnaan Untuk Identifikasi Bacillus dan Mycobacterium

Pewarnaan Gram (Modifikasi menurut GURR, 1953)


- Tuangilah sediaan yang telah direkatkan dengan zat warna ungu gentian karbol 0.5% selama 5
menit.
- Buanglah zat warna dan tuangilah larutan iodkali 1/300 pada sediaan selama 45 – 60
detik.
- Selanjutnya masukkanlah sediaan ke dalam sebuah gelas torak kecil yang berisi alkohol 96%
selama 30 detik sambil digoyang – goyangkan sampai tidak terdapat zat warna yang mengalir
diatas sediaan.
- Cucilah sediaan dengan air.
- Tuangilah sediaan dengan larutan air fuhsin 0.5% selama 1 – 2 menit.
- Cucilah sediaan dengan air dan keringkanlah di udara.
Hasil pewarnaan ialah : - bakteri Gram positif berwarna ungu.
- bakteri Gram negatif berwarna merah.

Pewarnaan tahan asam


Cara KINYOUN-GABBETT-TAN (TAN THIAM HOK, 1962):
- Tuangilah sediaan yang telah direkatkan dengan larutan KINYOUN selama 3 menit
- Cucilah sediaan dengan air ½ menit.
- Tuangilah sediaan dengan larutan GABBETT selama 1 menit.
- Cucilah sediaan dengan air dan keringkanlah di udara.

Cara ZIEHL-NEELSEN (TAN THIAM HOK,1957) :


- Tuangilah sediaan yang telah direkatkan, dengan fuhsin karbol (ZN A). Panaskan dengan api
kecil sehingga keluar uap selama 5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih dan menjadi kering.
Bila keluar uap, api diangkat. Setelah kira – kira 1 menit panaskan lagi hingga keluar uap lagi
dan seterusnya. Hal ini diulang selama 5 menit.
- Cucilah sediaan dengan air.
- Tuangilah sediaan dengan H2SO4 5% ( ZN B) selama 2 detik.
- cucilah dengan alkohol 70% selama ½ menit
- Cucilah sediaan dengan air.
- Tuangilah sediaan dengan biru metilen 1% (ZN C) selama 1 menit.
- Cucilah sediaan dengan air dan keringkanlah.

Hasil pewarnaan: - bakteri tahan asam berwarna merah.


- Bakteri tidak tahan asam berwarna biru.
_
*ZN B juga dapat langsung berisi asam sulfat pekat 1 cc + alkohol 96% 99 cc

Pewarnaan Spora Bakteri : Klein


Cara mengerjakan pengecatan Klein seperti cara pada pengecatan Ziehl Neelsen.
Dengan pengecatan Klein maka spora bakteri akan terlihat berwarna merah sedangkan badan
bakteri terlihat berwarna biru.

11
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Pemeriksaan bakteri MRSA (Metricillin Resistant Staphyloccus aureus)
Pemeriksaan ini baertujuan untuk deteksi MRSA. Antibiotik yang digunakan yaitu oksasilin
atau sefoksitin.
1. Isolat staphylococcus dilakukan uji koagulase/staphylase untuk membedakan antara
koagulase positif dan koagulase negatif.
2. Staphylococcus aureus memperlihatkan koagulase positif.
3. Uji kepekaan bakteri dilakukan dengan menggunakan cakram oksasilin atau sefoksitin.
4. Interpretasi hasil MRSA, apabila ditemukan zona hambat (standar CLSI, 2011):
a. Oksasilin 1 μg ≤ 13 mm
b. Sefoksitin 30 μg ≤ 22 mm

12
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
III. JAMUR PADA SISTEM SENSORIS DAN INTEGUMENTUM

3.1. Karakteristik, Struktur, Sifat dan Penyakit Jamur

Jamur (kapang, ragi, dan fungus) adalah organisme eukariotik. Sel Jamur memiliki dua
perbedaan kimia utama dari sel manusia.
A. Ergosterol, bukan kolestrol, adalah sterol membran Jamur yang utama. Banyak obat antijamur
yang toksin secara selektif memanfaatkan perbedaan ini.
1. Imidazol menghambat sintesis ergosterol.
2. Amfoterisin B dan nistatin menyebabkan kebocoran sel setelah mengikat ergosterol.
B. Jamur memiliki dinding sel berupa karbohidrat kompleks dan glikoprotein (terutama kitin,
glukan, dan manan), yang merupakan sasaran obat potensial dan terwarnai oleh pewarna
fluoresen kalkofluor-putih (sel manusia tidak berfluoresensi).

Struktur Jamur
Jamur terdiri dari filamen (hifa) atau organisme bersel tunggal yang membentuk budding
(tonjolan; ragi); sebagian spesies (dimorfik) dapat berubah dari bentuk hifa menjadi bentuk ragi.
A. Hifa (sel filamentosa) tumbuh untuk membentuk suatu jaringan yang disebut miselium.
(pada permukaan, pertumbuhan seperti bulu – bulu halus disebut mold atau miselium aerial).
Juga terdapat miselium di bawah permukaan atau vegetatif yang menembus substrat organik
untuk menguraikan dan menyerap nutrin. Hifa tumbuh ke arah apeks. Hifa juga membentuk
fruiting bodies yang kita sebut jamur.
B. Hifa nonseptata tidak memiliki dinding melintang (septasi, sekat), lebar (7-15 m) dan
regular, dan bercabang dengan sudut tumpul. Mucor dan Rhizopus tidak bersepta.
C. Hifa bersepta memiliki dinding melintang berkala dan lebarnya lebih merata (garis tengah
2-5 m). Sebagian besar hifa bersepta dan tidak berwarna (hialin); beberapa genus memiliki
hifa gelap (dematiaceous), biasanya coklat sampai abu- abu.
D. Ragi adalah sel oval sampai bulat yang bereplikasi dengan budding.
E. Jamur dimorfik umumnya ditemukan pada suhu kamar atau dalam lingkungan sebagai
Jamur filamentosa ( cold/mold), tetapi di dalam tubuh sebagi bentuk ragi atau mirip-ragi.
Jamur dimorfik yang penting adalah Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides, dan
Sporothrix.
F. Pseudohifa dibentuk oleh Candida albicans bila pucuk tetap melekat dan memanjang;
tampak seperti hifa dengan penyempitan – penyempitan di tiap taut antarsel. Apabila ditanam
pada suhu 37oC (98oF) dalam medium kaya, sel – sel ragi Candida albicans membentuk
tonjolan mirip tunas yang disebut germ tuber sebagai bagian dari perubahan ke bentuk hifa.
Candida albicans mengkolonisasi permukaan terutama dalam bentuk ragi; saat melakukan
invasi, dijumpai bentuk ragi, pseudohifa, dan hifa sejati.

Sporulasi Jamur. Sebagian besar Jamur yang penting secara medis melakukan sporulasi. Jenis
spora (semua aseksual) termasuk berikut ini:
A. Blastokonidia adalah buds pada ragi.
B. Konidia adalah spora aseksual yang bersal dari bagian luar hifa yang bersporulasi. Beberapa
Jamur mempunyai makrokonidia (sedikit lebih besar atau multisel) dan mikrokonidia.
C. Endospora (dihasilkan oleh Coccidioides immitis) dibentuk di dalam struktur bulat besar
(sferula) di jaringan.
D. Artrokonidia (artrospora) dibentuk melalui fragmentasi hifa.

13
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Penyakit Jamur
i. Infeksi Jamur. Infeksi Jamur (mikosis) dapat berawal dari pertumbuhan berlebihan flora
normal (umumnya ragi atau dermatofita), dari inhalasi spora Jamur (sering dari lingkungan
yang berdebu), atau dari implantasi traumatik spora ke dalam jaringan. Infeksi Jamur
terutama parah pada pasien dengan gengguan kekebalan, sering menyebar melalui aliran
darah (fungemia).
ii. Toksin Jamur
1. Mikotoksikosis adalah keracunan akibat ingesti toksin Jamur yang terbentuk dalam
makanan, terutama karsinogen aflatoksin dalam kacang tanah.
2. Misetismus adalah penyakit yang ditimbulkan akibat ingesti jamur beracun.
iii. Reaksi alergi
1. Alergi terhadap Jamur berperan dalam aspergilosis bronkopulmonaris dan farmer’s lung.
2. Sick building syndrome terjadi akibat inhalasi spora dan toksin Jamur, yang memperparah
alergi.

Identifikasi Laboratorium
Biakan Jamur. Digunakan media khusus Jamur.
1. Agar Sabouraud, suatu medium Jamur standar pada mana sebagian besar Jamur tumbuh,
digunakan sebagai petunjuk untuk infeksi Jamur pada ujian.
2. Tiga media – versi Jamur untuk agar darah, agar darah dengan antibiotik untuk
menghambat kemungkinan pencemaran bakteri), dan agar darah dengan antibiotik dan
sikloheksimid (untuk menghambat pencemaran Jamur dan juga sebagian Jamur oportunistik
atau patogenik) – umumnya digunakan untuk mengkultur infeksi Jamur sistemik.
3. Identifikasi isolat Jamur dilakukan dengan uji morfologi, uji biokimia (ragi), uji
imunologik, atau genetic probe.

Pemeriksaan mikroskopik. Jamur diperiksa dijaringan dengan metode – metode berikut:


1. Kerokan kulit dilarutkan dalam KOH 10% untuk meningkatkan kemampuan kita melihat
Jamur di bawah mikroskop cahaya.
2. Calcofluor white mengikat dinding sel kalbohidrat kompleks dan menyebabkan jamur
berwarna biru putih terang; sel manusia tidak memperlihatkan fluoresensi.
3. Pewarnaan Jamur khusus mencakup pewarna perak (Jamur dan membran basal berwarna
perak), dan reaksi periodic acid Schiff (PAS) (Jamur berwarna merah muda).
4. Tinta India (digunakan pada sediaan basah untuk sedimen CSS) memperjelas kapsul
Cryptococcus neoformans, tetapi memiliki sensitivitas hanya 50% sehingga tidak dapat
menyingkirkan meningitis kriptokokus. Metode imunologik, seperti aglutinasi partikel
lateks (APL) untuk mengidentifikasi adanya antigen polisakarida kapsul dalam CSS, jauh lebih
peka daripada tinta India.
5. Pewarna imunofluoresen untuk mengidentifikasi beberapa Jamur dalam jaringan.

Deteksi antibodi atau antigen. Tersedia uji – uji untuk deteksi antibodi pasien atau antigen Jamur
dalam cairan tubuh. Yang paling penting pada kelompok terakhir adalah deteksi polisakarida
Kriptokokus dalam CSS, seperti dijelaskan di atas.

Uji kulit. Uji ini hanya membuktikan pajanan.

14
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
3.2. Jamur Yang Menyebabkan Infeksi Kulit dan Subkutis

MALASSEZIA FURFUR adalah “ragi” lipofilik yang ditemukan di kulit sebagai flora kulit
normal. Ragi ini dapat menyebabkan penyakit – penyakit berikut:
a. Pitiriasis versikolor, yang bermanifestasi sebagai bercak – bercak hipopigmentasi
di dada, punggung, atau keduanya. Kerokan kulit memperlihatkan kelompok –
kelompok sel oval dan hifa pendek, melengkung dan bersepta.
b. Fungemia pada bayi prematur yang mendapat suplemen lemak intravena.

DERMATOFITA
Tiga genus spesifik Jamur filamentosa yang menginfeksi kulit dan jaringan berkeratin
lain.
- Trichophyton menginfeksi kulit, rambut, dan kuku.
- Microsporum menginfeksi rambut dan kulit.
- Epidermophyton menginfeksi kuku dan kulit.
a. Reservoir dan penularan. Dermatofita bersifat zoofilik, antropofilik, atau geofilik.
Infeksi dermatofita yang sangat meradang (tinea) umumnya ditularkan dari
hewan (misal, saat memasang mesin pemeras susu). Dermatofita antropofilik
menyebar melalui fomite (misal, topi, sisir, lantai kamar mandi) dan kontak
langsung orang-ke-orang. Sebagian besar dermatofita cukup menular.
b. Infeksi (berdasarkan lokasi) . sebagian besar tinea atau ringworm diberi nama
berdasarkan lokasi: tinea kapitis (rambut dan kulit kepala), tinea barbe (daerah
berjanggut), tinea korporis (kulit glabrosa), tinea kruris atau jock itch (daerah
perineum dan lipat paha), dan tinea pedis (“athlete’s foot”). Agen etiologik untuk
tinea kruris atau pedis yang tersering adalah Epidermophyton floccosum dan
Trichophyton spp. favus atau tinea favosa (diberi nama berdasarkan krusta atau
skutula seperti sarang tawon) merupakan infeksi paling serius, menyebabkan
jaringan parut permanen dan hilangnya rambut kulit kepala.
c. Diagnosis berdasarkan gambaran klinis atau pemeriksaan mikroskopik (sediaan
KOH terhadap spesimen kulit, rambut, atau kuku memperlihatkan artrokonidia dan
hifa).
d. Reaksi dermatofitid (‘id”) adalah suatu respons alergi terhadap antigen dermatofit
dalam darah yang dibebaskan oleh Jamur yang mati selama pengobatan antijamur.

CANDIDA
Candida adalah suatu genus ragi. Jenis ndida albicans, yang membentuk pseudohifa dan
hifa sejati dalam jaringan, merupakan ragi yang sering dijumpai.
a. Reservoir dan penularan. Banyak spesies Candida ditemukan sebagai flora normal
selaput lendir atau kulit. Kondisi predisposisi, seperti kelembaban yang terus
menerus, oklusi permukaan kulit, pemakaian antibiotik, atau diabetes, dapat
menyebabkan pertumbuhan mukokutis berlebihan sehingga timbul gejala.
b. Infeksi: Kandidiasis. Manifestasi infeksi Candida spp. bervariasi dari lesi mukokutis
minor tetapi nyaeri sampai masalah besar seperti septikemia atau selebritis pada
pasien dengan tanggap imun yang lemah. Nyeri dan eritema disebabkan oleh
sitotoksin larut-air, yang merusak kulit atau selaput lendir.
1. Dermatitis popok dan vaginitas ragi ditandai dengan nyeri dan eritema dengan
batas tegas antara kulit yang sakit dan kulit normal.
2. Thrush ditandai dengan selaput putih seperti “keju” pada mukosa mulut dengan
dasar eritematosa yang nyeri.
15
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Candida spp adalah ragi; beberapa, seperti Candida albicans, juga menghasilkan
pseudohifa dan hifa sejati dalam jaringan.
- Reservoir dan penularan. Candida ssp. ditemukan sebagai flora mukokutis normal,
tetapi di bawah kondisi tertentu, dapat tumbuh berlebihan dan melakukan invasi.
- Penyakit: Kandidiasis
o Oral thrush terjadi pada bayi prematur, pasien yang mendapat antibiotik , dan pejamu
dengan tanggap imun yang lemah. Oral thrush dapat berkembang menjadi esofagitis,
kemudian gastritis, dan akhirnya, melalui defek di usus, menjadi septikemia.
o Perleche (lecet di sudut mulut) mengisyaratkan malnutrisi.
o Endokarditis (dengan septikemia transien) terjadi pada pecandu obat terlarang IV atau
orang dengan kateter menetap.
o Serebritis dapat terjadi pada pejamu dengan tanggap imun lemah.
- Diagnosis laboratorium. Pemeriksaan mikroskopik digunakan untuk mencari
adanya pseudohifa, hifa sejati, dan sel ragi budding. Tempat – tempat steril seperti
darah dikultur dan biakan kemudian diuji dengan germ tube formation dan tes kimiawi.
- Pengobatan. Infeksi mukokutis dengan Candida spp. dapat diterapi dengan nistatin
oral atau topikal, yang tidak diserap.

3.3. Pemeriksaan Laboratorium


A. Bahan yang diperiksa, tergantung dari type penyakit :
1. Untuk mycosis superfisiais : kerokan kulit, kuku dan rambut
2. Untuk mtcosis subcutis : - Pus dan bahan aspirasi pada mycetoma
- Biopsy pada mycetoma dan phycomucosis
3. Mycosis profunda/sistemik, bahan berupa :
a. Fases, rectal swab, oral swab pada penyakit candidiasis dan gastroenteritis.
b. Sputum, bronchial washing, biopsy dan bahan hasil operasi pada penyakit
aspergillosis, histoplasmosis, nacordiosis dan candiidasis
c. Vaginal swab : pada candidiasis vaginae
d. Liquor cerebrospitak pada criptococcosis (meningitis)

B. Cara pemeriksaan jamur :


1. Pemeriksaan mikroskopik.
a. Preparat natief (tanpa pengecatan), dengan menggunakan larutan garam fisiologi
b. Dengan pengecatan
-Sederhana :
a) Lachtophenol (LP) = coklat muda b). Lachtopenal catton blue (LCBP) = biru
-Differential :
a) Gram : semua jamur akan tercat gram positif
b) ZN : jamur tercat ZN negative kecuali Nacordia sp
c) Gommoremethanamm silver nitrat (GS) di sini jamur berwrna hiam sedang
warna kontrasnya hijau.
d) Periodic Acid Shift (PAS) : jamur akan berwarna merah, kontras akan
berwarna kuning/hijau muda
e) Modifikasi Brown Brenn : jamur akan berwarna coklat, kontras kuning.
1) Special : - Tinta cina : kapsula memgkilat dasar hitam
- Mucicarmine : kapsula merah
2) Lain-lain : HE dan GIEMSA untuk pemeriksaan jaringan

C. Cara pembuatan preparat dan pengecatan

16
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
a) Cara membuat kerokan kulit dan cara pemeriksaannya :
1. Baersihkan kulit dengan alkohol 70%

17
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
2. Yang dikerok sebaiknya bagian tepi dari lesi yang paling aktif dan tertutup oleh
aquama
3. Keroklah dengan scalpel, miring dengan membuat sudut 45° dengan arah ke atas
4. Hasil kerokan ditampung pada kertas bersih atau dengan obyek glas atau petri
5. Letakkan setetes larutan KOH 10 pada obyek glas
6. Basahkan ujung ose pada larutan tersebut, kemudian dikenakan pada kerokan kulit
7. Ambil beberapa squama letakkan pada larutan KOH, tutuplah dengan dekglas
8. Tunggulah kira-kira 10 menit atau lewatkan sediaan tersebut beberapa kali di
atas api, jangan sampai memidih
9. Periksalah di bawah mikroskop dengan kondensor renda, mula-mula dengan
perbesaran 10x10, untuk mencari bagian kulit yang diperiksa, kemudian
dengan peresaran 10x45 dan bila perlu dengan pembesaran 10x10

Catatan :
Untuk anak kecil dimana cara seperti di atas lebih sulit dikerjakan, maka dapat
dilakukan dengan cara CELOPHANTAPE, caranya : Kulit yang dicurigai dibersihkan
dengan alkohol 70%. Ambil celophan tape yang paling tipis dan tidak berwarna :
tempelkan pada kuli tersebut. Letakkan di atas obyek glas dan teteskan KOH 10%.
Tutup dengan dekglas dan periksa dibawah mkroskop.

b) Cara membuat sediaan rambut :


Seperti diketahui infeksi jamur pada rambut dikenal ada 2 type ;
1. Type Ectothrix:
Disini rambut patah di bagian atas kulit dan jamur tampak sebagai
spora/hypa terutama di bagian luar rambut . Penyebabnya :
a. Microsporum canis e. Trichophyton ferruginum
b. Microsporum audoini f. Trichophton violaceum
c. Microsporum gypseum g. Trichophyton mentagrophytes
d. Trichophyton rubrum

2. Type endothrix :
Rambut patah pada kuit dan jamur tampak sebagai hypa/spora di dalam
rambut. Penybabnya :
a. Trichophyton rosaseum c. Trichophyton schoenleini
b. Trichophyton tonsurans d. Trichophyton violaseum

Type 1 lebih sering diketemukan dari pada type 2.


Untuk infeksi jamur pada rambut kpala dengan Piedra hitam pada pemeiksaan
mikroskopik tampak sebagai benjolan hitam, keras dan tidak dapat dilepaskan dari
rambut.
Pada pemeriksaan mikroskopik akan tampak anyaman hyphe yang padat dengan
ascus di bagian iantarnya.
Untuk infeksi rambut ketiak dengan Trichomyosis axillaris, secara makroskopik
tampak kelainan sebagai dari rambut. Dalam sediaan tampak batang-batang halus.
Cara pembuatan preparat : Rambut yang dicurigai diambil dan dipotong-potong
kemudian diberi KOH 10% dan diperiksa seperti pada pemiksaan kulit.
c) Cara membuat sediaan kuku :
Dengan menggunkana scalpel. Kuku dikerok dan ditampung dengan petri. Bagian
yang dikerok adalah bagian distal pada bagian bawah kuku antara kulit dan kuku;
18
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
sedangkan bagian proximal adalah pada basis kuku dibawah kulit dengan sedikit
diangkat.
Pada kasus-kasus yang sudah lanjut sukar untuk dibedakan.
d) Pemeriksaan dengan biakan :
Media yang dipakai :
a. Sabouraud’s dextrose agar (S)
b. Sabouraud’s dextrose agar + chloramphenicol 0,5 gr/1 (S+). Penanaman dilakukan pada
temperature kamar.

Media lain yang sering digunakan :


a. Mycosel : untuk jamur golongan dermatophyta.
b. Corn Meal Tween 80 agar CMT-agar) : untuk melihat chlamido spora pada
Candida albians.

e) Pembiakan jamur dan cara pemeriksaannya :


1. Bahan yang dicurigai dogoreskan dan diratakan pada media yangs esuai
2. Cara pemeriksaan kultur jamur.
Sering disebut “tease mount method”
Dengan menggunakan ujung jarum (ose) diambil obyk glas, kemudian
teteskan alkohol 96% untuk menghilangkan gelembung-glembung udara.
Pisahkan jamur yang telah diambil menggunakan 2 ujung jarum (ose) untuk
mendapatkan sediaan yang cukup tipis. Kemudian teteskan Lachtopenol (LP)
atau Lachtopenol Catton Blue (LPCB). Tutuplah dengan dekglas dan periksa
di bawah mikroskop.
3. Mikrokultur atau “Slude culture”
Dengan cara diatas sering gambaran mikroskopik yang didapat kurang jelas,
untuk hal tersebut maka cara ini perlu dilakukan. Di sini hypha, spora dan ltak
spora pada hypha dapat dilihat lebih jelas, sehingga determinasi jamur mudah
dilakukan misalnya : mucor, Sp, Rhizopus Sp, Aspergillus Sp, Penicillium Sp,
Microsporum Sp, Trichophyton Sp, dll.
Caranya :
Ambil irisan medium S atau S+ seluas kira-kira 1 mm2 dan tebal 2 mm dan
letakkan pada gelas obyek yang steril. Inokulasikan jamur yang dimaksud pada
ke empat sisi medium tersebut. Letakkan pada petri yang telah diberi batang
gelas dan masukkan sdiit air jedalam petri tersebut untuk menjaga gar suasana
tetap lembab. Kemudian tutuplah.
Biarkan pada udara kamar, ikuti petumbuhan jamur selama 1x24 jam atau
lebih. Jika pertumbuhan jamur tampak jelas, bukalah dan medium diangkat.
Sediaan jamur baik pada dekglas maupun obyekglas diberi beberapa tetes
alkohol 96%. Setelah itu dicat dengan LP atau LPC, kemudian periksalah di
bawah mikroskop.

f) Morfologi jamur
Jamur dapat dikenal menurut sifat-sifat koloni, hypha dan banuk sporanya.
a. Bentuk koloni jamur dikenal tipe koloni :
1) Koloni ragi (Yeast colony)
Koloni terdiri atas sel-sel celualir dn tidak mempunyai pseudohifa maupun
mycelium. Sel-sel dapat membentuk tunas (bud) dan dalam keadaan
tertentu dapat membentuk ascospora. Type ini mempunyai koloni yang
19
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
halus (smooth):lembek, permukaan halus, warna putih kekuningan/cream.
Termasul dalam jamur type ini adalah Saccharomyces dan Cryptococcus,
dengan LPCB morfologinya akan tampak lebih jelas.
2) Koloni menyerupai ragi (Yeast like colony)
3) Disini koloni terdiri atas sel-sel unicelluair dengan mycelium semu (pseudophypha
atau pseudomycellium). Sel-sel dapat membentuk tunas atau buding tetapi tidak
membentuk ascospora.
4) Koloni Filamen
Di sini koloni kasar (rough) terdiri dari kumpulan hypha/miselium dengan
atau tanpa spora. Hypha ada yang berseptum dan ada yang tidak
(coenocytik), dengan percabangan atau tidak. Hypha ada yang berwarna
(Dematiaceae) dan tidak berwarna (Moniliaceae).

Hampir semua jamur mempunyai koloni type ini, hanya berbeda dalm
bentuk dan warna permukaannya.

b. Sifat permukaan
Ada beberapa macam, antara lain :
1) Seperti kapas (cottony atau fluffy) misalnya padagolonan Mucoraceae
2) Seperti beudru (velvety), misalnya T.Schoenleini
3) Seperti kapur (Chalky) : Nacordia
4) Seperti powder (powdery) : Microsporum
5) Seperti lilin (waxy) : Microsporum

c. Warna koloni
Dapat bermacam-macam :
1) T. mentagrophytes : berwarna putih sampai kehitaman
2) T. ubrum : berwarna putih, merah atau jingga
3) M. canis : orange
4) Aspergillus niger : hitam

20
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
IV. PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI INFEKSI KULIT DAN JARINGAN
PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi sangat diperlukan untuk menunjang


diagnosis infeksi kulit dan jaringan penunjang yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan
jamur. Pada praktikum ini, akan dibahas mengenai mikroorganisme tersering penyebab
infeksi kulit dan jaringan penunjang, yaitu Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus
aureus, M. leprae, M. tuberculosis, virus varicella, virus herpes, human papilloma virus
(HPV), Candida sp., Dermatofita, Malassezia furfur.
Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi kulit dan jaringan
penunjang dapat berupa pus, kerokan kulit, usap luka, biopsi atau darah, berdasarkan
patogenesis masing-masing penyakit. Pemeriksaan mikrobiologi yang dapat
digunakan adalah pemeriksaan mikroskopik yaitu pewarnaan Gram, sediaan basah dan
preparat KOH. Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk membantu dokter memberikan
informasi dini mengenai kemungkinan mikroba penyebab infeksi. Dengan demikian,
dokter dapat memperkirakan penatalaksanaan selanjutnya, sambil menunggu hasil biakan.
Pada biakan, dapat diamati morfologi koloni bakteri dan jamur dan selanjutnya
dapat diidentifikasi untuk mengetahui bakteri dan jamur penyebab infeksi pada kulit dan
jaringan penunjang. Pemilihan antibiotik dan antijamur dapat ditentukan berdasarkan uji
resistensi terhadap biakan murni bakteri dan jamur penyebab. Pemeriksaan serologi
dan mikrobiologi molecular seringkali juga diperlukan untuk membantu diagnosis infeksi
kulit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur

A. Pengelolaan Spesimen
1. Jenis specimen. Jenis spesimen tergantung pada jenis lesi dan pathogenesis penyakit
(lihat tabel 4.1)
Tabel 4.1. Jenis spesimen berdasarkan lesi di kulit

Manifestasi klinis di Mikroorganisme penyebab


Spesimen
kulit tersering
Abses terbuka/ulkus S. aureus Usap dasar lesi
Abses tertutup S. aureus, Clostridium sp. Aspirat
Selulitis P. aeruginosa, S. aureus Biopsi, darah

21
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Biopsi, aspirat, usap
Luka bakar terinfeksi P. aeruginosa, S.aureus
eksudat

22
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Sifilis T. pallidum Darah
Kerokan mukosa hidung,
Lepra M. leprae biopsi, kerokan jaringan
kulit, slit skin smear
M. tuberculosis, M. ulcerans, M.
Infeksi mikobakterium Biopsi
marinum
C. perfringens, S. pyogenes,
Gangren Staphylococcus aureus, Bacteroides Usap dasar lesi, biopsi
sp.
Aspirat lesi, usap dasar
Lesi herpetik/ vesikel Virus herpes
lesi
Kutil HPV Biopsi
Impetigo S. pyogenes, S. aureus Usap dasar lesi
Dermatofita, Candida sp., Kerokan kulit, usap
Mikosis superfisial
Malassezia furfur eksudat (untuk lesi basah)
Sporothrix schenkii, Phialophora
verrucosa, Pseudoallescheria
Mikosis subkutis biopsi
boydii, Madurella mycetomatis,
Actinomyces sp.

B. Cara Pengambilan dan transportasi Spesimen


Usap
- bersihkan lesi dengan usap kapas steril sampai dasar lesi terlihat
- Ambil spesimen dengan usap dari dasar lesi menggunakan usap kapas steril. Ambil
dua usap (satu usap untuk pewarnaan Gram dan satu untuk biakan)
- Tempatkan spesimen usap untuk biakan ke dalam medium transport Stuart atau
thioglikolat. Untuk pewarnaan Gram, langsung buat preparat pada kaca objek.
- Khusus gangrene, dilakukan transportasi dan pemeriksaan spesimen secara aerob
dan anaerob
- Kirim ke laboratorium < 2 jam dalam suhu ruangan

Aspirat
- Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptik

23
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
- Aspirasi spesimen secara aseptik menggunakan spuit steril

24
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
- Spesimen untuk pemeriksaan biakan bakteri dimasukkan ke dalam 2 tabung
medium thioglikolat. Spesimen dikirim pada suhu ruangan, masing-masing
spesimen dalam kondisi aerob dan anaerob. Untuk pewarnaan Gram, langsung buat
preparat pada kaca objek.
- Pada lesi vesikel yang diduga penyebabnya virus, spesimen dikirim menggunakan
medium transport khusus virus
- Kirim ke laboratorium < 2 jam dalam suhu ruang.

Biopsi
- Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptik
- Lakukan biopsi secara aseptik
- Tempatkan spesimen yang sudah dibiopsi ke dalam tabung steril berisi NaCl 0,9%
- Untuk mikosis subkutis, spesimen diambil pada daerah yang aktif dan tempatkan
pada tabung steril bila lesi berupa pus atau pada NaCl 0,9% bila lesi kering.

Darah
- Untuk pengambilan spesimen darah pada kasus selulitis, cara pengambilan dapat
dilihat pada Bab XVIII tentang infeksi sistemik.
- Pengambilan spesimen darah pada kasus sifilis, cara pengambilan dapat dilihat
pada Bab XVII tentang reproduksi

Kerokan kulit
- Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptik
- Kerok tepi lesi yang aktif menggunakan tepi tumpul skapel atau tepi gelas objek
yang steril
- Tempatkan spesimen ke dalam cawan petri steril
- Kirim ke laboratorium mikrobiologi dalam suhu ruang.

Slit Skin Smear


- Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptik
- Paparkan area lesi dan toreh sepanjang 2 cm menggunakan scalpel steril
- Bersihkan cairan yang pertama kali keluar dengan kasa steril
- Ambil cairan yang keluar setelahnya
- Tempatkan cairan tersebut langsung ke kaca obyek
- Luka bekas torehan diberikan antiseptik atau antibiotic topical
25
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
- Kirim ke laboratorium mikrobiologi dalam suhu ruang.

26
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
V. PEMERIKSAAN BACILLUS DAN MYCOBACTERIUM LEPRAE

1. Mengetahui sturktur mikroskopis Bacillus anthracis dan Mycobacterium leprae.


2. Mengetahui sifat koloni Bacillus anthracis pada media LAD.
3. Menghitung indeks BTA.

- Isolat Bacillus anthracis. pada media LAD dan semi solid


- Isolat Mycobacterium leprae. pada media Lewnstein Jensen.
- Objek dan cover glass.
- Ose
- Mikroskop
- Lampu spritus.

Cara Kerja
1. Pemeriksaan sampel isolat Bacillus sp.
5.1.1.1. Membuat preparat dan pengecatan Gram (dibuat seperti cara kerja pewarnaan Gram).
- Hasil pengecatan tampak basil besar, berwarna ungu.
5.1.1.2. Membuat pengecatan spora (dibuat seperti cara kerja pengecatan spora)
5.1.1.3. Identifikasi ciri koloni:
- Pada media agar darah : koloni putih abu-abu, non-hemolitik, tekstur kasar (ground
glass appereance)
- Pada media Semi Solid : non motile

Pewarnaan Gram mikroskopis Basil warna ungu

Basil warna biru,


mikroskopis spora warna merah
Pewarnaan
Isolat Klein
Bacillus

inkubasi 24 jam, 37 0C

Skema Kerja : Pemeriksaan Bacillus.

27
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Hasil Pemeriksaan :

Gambar Keterangan Gambar

Pewarnaan Gram :

Pewarnaan Klein :

Ciri Koloni

2. Pemeriksaan Sampel Mycobacterium leprae


• Sampel : Lesi paling aktif (hindari wajah. Minimal 3 tempat (lesi paling aktif dan kedua
cuping telinga Dibuat kerokan dermis dengan scalpel Pengecatan Zeihl Neelsen.

Indeks Bakteri:
• Kepadatan BTA perlapangan pandang tanpa membedakan keutuhan BTA.
• Dinyatakan ebagai indeks rerata 0-6.

Indeks Morfologis:
• Proporsi antara BTA solid dibagi dengan BTA solid dan non solid kali 100%
• Dinyatakan sebagai prosentase.

Cara Kerja :
- Sampel dibuat preparat dengan pengecatan Ziehl Nellsen (seperti cara kerja pengecatan basil
tahan asam dengan metode Ziehl Nellsen).
- Dihitung indeks BTA .
- Dilhat bentuk dan warna bakteri. Bakteri tampak berbentuk basil halus, berwarna merah.

28
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Kerokan dermis Pengecatan ZN Basil warna merah

Indeks BTA ?

Gambar 4.1. Skema Pemeriksaan specimen Kusta

Hasil Pemeriksaan :

Gambar Keterangan Gambar

.3.1. Pewarnaan Ziehl Nelsen :

b. Indeks BTA :

Kesimpulan :

Uji kepekaan MRSA


Antibiotik Uji Sensitivitas MRSA
S R I

Interpretasi hasil :

Mengetahui ……………………………, ……………………………..


Asisten Praktikan

( ) ( )
29
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
VI. PEMERIKSAAN JAMUR

Tujuan :
Memahami struktur mikroskopis dan makroskopis jamur berhifa dan bentuk Ragi (Candida
albicans).

Bahan dan Alat :


- Isolat Penicillium sp pada media SDA+ - Mikroskop pembesaran 10X – 40X
- Isolat Candida albicans pada media SDA + - Objek dan cover glass
- Media Sabauraud dekstrose agar +) - Ose
- Nacl Fisiologis/ KOH - Lampu spirtus
- Pewarna laktofenol caton blue (LPCB)/ LP

SDA + kloramfenikol 500mg/100ml

Bahan
1. Kalium hidroksida (KOH 10%) untuk pemeriksaan langsung
2. Kapas alcohol 70%
3. Pewarnaan LPCB (Lactophenol Cotton Blue) 0,05%
Prinsip prosedur pemeriksaan dan interpretasi hasil ddapat dilihat pada bab.4

Tugas Mahasiswa
1. Suatu kelompok mahasiswa melakukan kerokan kulit dari sela-sela jari kaki atau
tempat lain jika dicurigai terjadi infeksi jamur dan periksa dengan KOH 10% &
pewarnaan LPCH 0,05%
2. Peragaan isolat dan media jamur
3. Mengamati hasil pemeriksaan dan menginterpretasikan.

30
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Cara Kerja :
BP : kerokan kulit
Identifikasi biakan pada
media SDA +

Preparat + KOH 10%, 1


tetes & tutup cover glass Inkubasi pada suhu kamar (25-
30oC), 1-2 minggu

Diamkan selama 10 menit


Buat preparat dengan pewarnaan
sederhana ( LPCB/ LP)

Mikroskopis : 10X – 40 X

Amati secara mikroskopis


(perbesaran: 10X – 40 X)
Amati secara mikroskopis
(perbesaran: 10X – 40 X)

Peragaan
1. Sediaan Candida sp.
2. Sediaan Trichophyton rubrum
3. Sediaan Trichopyton mentagrophytes
4. Sediaan Microsporum canis
5. Sediaan Microsporum gypseum
6. Sediaan Epidermophyton floccosum

31
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Hasil Pengamatan Isolat pada Peragaan

Trichophyton rubrum T. mentagrophytes Microsporum canis

Microsporum gypseum Epidermophyton floccosum Candida sp.

Pertanyaan
Apa yang terlihat secara mikroskopik pada pemeriksaan kerokan kulit dari penderita tinea
versicolor?
Jelaskan perbedaan pengiriman spesimen antara virus dan jamur?

Hasil Pemeriksaan

Gambar Jamur Keterangan Gambar

a. Gambar Mikroskopis Penicillium sp.

32
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
b. Gambar Mikroskopis Candida sp.

c. Gambar Kultur (makroskopis)

a………………………… b. ……………………

Kesimpulan :

33
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Hasil Pengamatan

Trichophyton rubrum T. mentagrophytes Microsporum canis

Microsporum gypseum Epidermophyton floccosum Candida sp.

Pertanyaan
1. Apa yang terlihat secara mikroskopik pada pemeriksaan kerokan kulit dari penderita
tinea versicolor?
2. Jelaskan perbedaan pengiriman spesimen antara virus dan jamur?
3. Sebutkan spesies-spesies jamur yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan jaringan
penunjang?
4. Bagaimana cara transportasi spesimen kerokan kulit untuk pemeriksaan mikroskopik
jamur?

Mengetahui............................................................................................... ,
……………………………..
Asisten Praktikan

( ) ( )

34
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
VII. ANTISEPTIK KULIT

Alat dan Bahan


1. Kaldu dengan usap kapas steril
2. Lempeng agar darah (ukuran kecil)
3. Sabun
4. Povidone iodine
5. Alkohol 70%
6. Kasa steril

Prosedur Pemeriksaan
1. Bagian bawah lempeng agar darah dibagi dalam 4 sektor dengan pensil gelas
2. Usap kapas steril dibasahi dengan kaldu dan diusap pada telapak tangan, kemudian
ditanam pada sector -1 lempeng agar darah
3. Mencuci tangan dengan seksama (1 menit) menggunakan sabun dan air.
Mengeringkan tangan dengan kasa steril dan dengan usap kapas lain ulangi usapan
telapak tangan, ditanam pada sector ke-2 lempeng agar darah
4. Usap kapas steril dibasahi dengan kaldu dan diusap pada kulit bagian lengan,
kemudian ditanam pada sector ke-3 lempeng agar darah.
5. Tindakan serupa dilakukan menggunakan antiseptik povidone iodine dengan arah
memutar dari alam keluar, mencuci dengan alkohol 70%, dibiarkan mongering,
lalu dengan usap kapas lain ulangi usap kulit bagian lengan tadi ddan tanam pada
sector ke-4 lempeng agar darah.
6. Inkubasi lempeng tersebut selama 18-24 jam, 350C.

Tugas Mahasiswa
1. Mengamati hasil percobaan pemberian antiseptik pada kulit dan membandingkan
jumlah pertumbuhan bakteri pada lempeng agar darah tersebut!
2. Menjelaskan hasil yang didapat pada percobaan tersebut!

35
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Hasil Pengamatan

Telapak tangan Lengan tangan

Povidone
Tanpa Tanpa Iodine
Sabun
perlakuan perlakuan Alkohol 70%

Pertumbuhan
bakteri

Kesimpulan:

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan antiseptik?
2. Kegunaan praktis apakah yang dapat diambil dari percobaan ini pada praktek
pekerjaan saudara di masa depan?

36
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Lampiran A. Contoh-Contok Kasus Infeksi Kulit dan Subkutis; Ruam

1. INFEKSI KULIT DAN SUBKUTIS


A. Luka bedah atau karbunkel (bisul) atau furunkel (bisul multipel dengan ulkus). Agen
penyebab (AP)? Staphylococcus aureus.
B. Rahang bengkak setelah trauma atau pengobatan gigi; dapat mengalami ulserasi ke
permukaan disertai adanya granula “sulfur” dalam eksudatnya. AP? Penjelasan AP? Apa
granula tersebut? AP: Actinomyces israelii, suatu bakteri! Organisme ini adalah
anaerob Gr+ yang tidak tahan asam. Granula adalah mikrokoloni.
C. Dermatitis di bagian tubuh yang tertutup pakaian renang ketat setelah berenang.
Nama penyakit? AP? Swimmer’s itch akibat infeksi skistosoma “nonhuman”
D. Lesi kulit gatal yang melebat ke perifer; batas biasanya eritematosa; muncul dibagian
tubuh mana saja; KOH1 memperlihatkan hifa dan artrokonidia Jenis infeksi? Agen
penyebab spesifik dan jaringan yang diinfeksi oleh setiap agen? Infeksi dermatofia
(tinea):
- Microsporum menyerang rambut dan kulit.
- Trichophyton menyerang rambut, kuku, dan kulit.
- Epidermophyton menyerang kulit dan kuku.
E. Impetigo yang disebabkan oleh kokus Gram-positif yang positif baik terhadap katalase
maupun koagulase. AP? Gambaran klinis khas? Staphylococcus aureus; mungkin
memperlihatkan bula (atau digambarkan sebagai bulosa)
F. Lesi subkutis yang membengkak (atau rangkain lesi) yang terjadi akibat trauma yang
melibatkan bahan tanaman seperti pohon zahib, mawar, atau tanaman berduru lain, atau
kawat bunga; merupakan penyakit pekerjaan (occuptional hazard) pada para pekerja
greenhouse dan perawat tanaman bunga dan tukang kebun. Penyakit? AP? Penjelasan AP
dalam lingkungan dan dalam tubuh manusia?
Penyakit: Sporottrikosis. Sporothrix schenckii, AP-nya, adalah suatu Jamur dimorfik
yang filamentosa di lingkungan; di dalam jaringan tubuh manusia Jamur ini menjadi
ragi berbentuk cerutu atau oval.
1
KOH = pemeriksaan mikroskopik skuama kulit yang diberi kalium hidroksida

G. Kekhawatiran utama pada luka tusuk dalam atau semua luka yang kotor. AP? Bentuk
menular yang paling sering ditemukan? Mekanisme patogenisitas?
Clostridium tetani; sel – sel spora dan vegetatif; produksi neurotoksin menyebabkan
paralisis kaku.
H. Selulitis yang disebabkan oleh paku yang menembus alas sepatu tenis. AP? Dari
mana organisme berasal? Pseudomonas aeruginosa merupakan AP tersering.
Organisme berasal dari bagian dalam sepatu tenis (sol karet “membersihkan” kotoran luar
dari paku).
I. Luka yang tercemar oleh bahan feses atau tanah, menyebabkan pembentukan gas yang
terperangkap di dalam jaringan dan gangren. AP? Toksin utama? Clostridium
perfringens; toksin alfa, suatu lesitinase
J. Fasiitis nekrotikans. AP? Streptococcus pyogenes
K. Pengelupasan superfisial yang luas pada kulit. AP? Penyakit?
Staphylococcus aureus; scalded skin syndrome akibat eksfoliatin
L. Ruam popok dengan batas tegas berwarna merah dengan beberapa bintik merah
pungtata pada kulit normal. AP? Apa yang akan tampak pada pemeriksaan
mikroskopik?
Candida spp; pseudohifa, hifa, dan ragi pada pemeriksaan mikroskopik
M. Impetigo yang disebabkan oleh organisme negatif-katalase, biasanya digambarkan
sebagai lesi berkusta madu. AP? Streptococcus pyogenes

37
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
N. Jaringan luka bakar dengan pus biru-hijau dan bau aneh (manis mirip anggur). AP?
Pseudomonas aeruginosa

O. Dermatitis dengan gatal yang cukup hebat yang timbul setelah jalan tanpa alas kaki di
pantai tropis. Kemungkinan terbesar AP? Penyakit? AP yang lain?
AP: askarid anjing yang menginfeksi manusia. Penyakit: cutaneous larva migrans.
Penyebab lain meliputi infeksi cacing tambang berulang (Necator atau Ancylostoma) atau
Strongyloides akibat jalan tanpa alas kaki di tanah.
P. Kutil bercekungan dan berwarna merah muda dengan kotoran di bagian tengah.
AP
? Petunjuk patologi? Famili virus? AP: virus moluskum kontagiosum. Petunjuk: badan
moluskum dalam sitoplasma sel. Famili virus: Poxviridae.
Q. Pasien yang pekerjaannya berkaitan dengan hewan, kulit hewan, atau kayu mengalami
suatu lesi merah mirip tumor dengan nekrosis sentral dan tepi merah meninggi. AP?
Penyakit? Faktor virulensi unik? AP: Bacillus anthracis. Penyakit: antraks. Faktor
virulensi: kapsul polipeptida dan dua toksin (LF, EF) yang sama – sama memiliki
komponen B (antigen protektif atau PA).

RUAM. Secara umum, ruam vesikular lebih sering dijumpai pada infeksi virus
daripada bakteri. Staphylococcus dapat menimbulkan vesikel atau bula.

A. Ruam vesikular berawal dikulit kepala dan di belakang telinga serta menyebar ke bawah,
dengan konsentrasi utama di tubuh dan sedikit di ekstremitas. Ruam asinkron (lesi
vesikular awal cepat mengalami ulserasi dan berkrusta, dan tibul lesi – lesi baru secara
progresif). Demam dapat mencapai 103oF (39,4oC) selama beberapa hari setelah mulai
timbul ruam. AP? Virus varisela zoster. Penyakit? cacar air
B. Infeksi musiman (dari musim dingin sampai awal musim semi) dimulai dengan batuk,
koriza dan konjungtivitis, dengan demam berkisar dari 101 sampai 103oF (38 sampai
39,4oC) sebelum timbul ruam. (Lesi – lesi putih di pipi dengan dasar merah muncul pada
hari ke-3 sampai 6 tetapi sering tidak diketahui). Ruam merah bebercak dimulai di wajah
dan menyebar ke bawah., menyatu di wajah dan badan bagian atas sementara di
ekstremitas bawah tetap diskret. Penyakit (nama umum dan resmi)? AP? Campak
(rubeola); virus campak
C. Wabah lesi vesikular nyeri di sepanjang 1 sampai 3 dermatom. AP? Penyakit?
Virus varisela zozter; cacar ular (shingles)
D. Gejala meliputi nyeri tenggorokan, sering dengan eksudat tonsilar kekuningan; lidah
seperti buah stroberi; demam; dan ruam halus “amplas” yang jarang yang memucat bila ditekan
dan biasanya dimulai di pipi tanpa mengenai daerah sekitar mulut dan lebih padat di leher,
ketiak, dan lipat paha. Penyakit? AP? Faktor virulensi? Penyakit:
scarlet fever. AP: Streptococcus pyogenes. Faktor virulensi: SPE-A, B, atau C adalah
toksin eritrogenik.
E. Remaja sampai dewasa muda dengan nyeri tenggorokan eksudatif, demam,
limfadenopati, dan rasa lelah; apabila diberi ampisilin, mengalami ruam luas tanpa
perubahan ditenggorokan. AP? Jelaskan AP Virus Epstein Barr; virus DNA
berselubung (ikosahedral)
F. Anak dengan demam, tidak tampak terlalu sakit; dengan pipi merah dan ruam seperti jala
tipis tdi tubuh; penyakit biasanya muncul pada akhir musim semi. AP? Penyakit?
Parvovirus B19; fifth disease (“slapped cheek fever”)
G. Anak 5 bulan sampai 3 tahun dengan demam tinggi selama 3 hari, ruam makulopapular di
wajah timbul setelah demam reda. AP? Penyakit? Human herpesvirus 6; eksantema
subitum (roseola infantum)

38
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
H. Penyakit dengan onset akut: orang sehat mendadak sakit berat, dengan kekacauan
mental dan ptekie yang cepat berkembang menjadi purpura dan syok. AP? Penyakit?
Neisseria meningitidis yang menyebabkan meningokoksemia dan meningitis.

2. INFEKSI DAN KELAINAN MATA


A. Suatu pembengkakan yang nyeri di sekitar sebuah folikel bulu mata Agen penyebab
(AP)? Nama pembengkakan? Staphylococcus aureus; stye (hordeolum)
B. Pembangkakan kelopak mata bilateral disertai nyeri otor dan eosinofilia AP?
Trichinella spiralis
C. Pembengkakan unilateral di sekitar satu mata; infeksi dapat menyebabkan pembesaran
dan pelemahan jantung; berkaitan dengan perjalanan atau tinggal di Amerika Selatan
atau Tengah AP? Penularan? Trypanosoma cruzi; gigitan sandfly (lalat pasir)
D. Konjungtivitis (mata merah)
1. Hari pertama kehidupan; eksudat encer dan hiperemia AP? Tidak ada agen
infeksiosa – kerentanan terhadap perak nitrat
2. Neonatus (usia 1-4 hari) disertai eksudat hiperpurulen; bakteri Gram-negatif (Gr-)
AP? Keseriusan? Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini cepat destruktif dan
menyebabkan kerusakan ireversibel
3. Neonatus (3-10 hari) dengan konjungtivitis purulenta, badan inklusi dijumpai di sel –
sel AP? Serotipe apa? Chlamydia trachomatis; serotipe D-K
4. Konjungtivitis purulenta pascaneonatus AP Gram-positif? AP Gram-negatif?
Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae (dahulu H. aegyptius)
5. Konjungtivitis pada anak, dengan eksudat encer nyeri tenggorokan; sering
berkaitan dengan berenang AP? Mengapa berkaitan dengan berenang?
Adenovirus, suatu virus kapsid telanjang, sehingga agak resisten terhadap
klorinasi
E. Konjungtivitis folikularis yang menyebabkan masuknya bulu mata, pembentukan jaringan
perut di kornea, dan hilangnya penglihatan; ditemukan di gurun pasir di AS barat Daya,
terutama pada orang Amerika Asli AP? Serotipe? Penyakit? Chl. trachomatis
serotipe A, B, Ba, C; trakoma
F. Nyeri dan ulkus mata akibat (1) memakai lensa kontak terlalu lama atau (2) berada dalam
keadaan koma AP? Pseudomonas aeruginosa
G. Korioretinitis pada neonatus atau pasien AIDS (kadang – kadang lesi digambarkan seperti
kecap dan mustard AP? Toxoplasma gondii merupakan penyebab tersering.

3. INFEKSI TELINGA
A. Otitis media akut disertai efusi AP? Streptococcus pneumoniae merupakan
organisme tersering, tetapi juga dapat disebabkan oleh Haemophilus influenzae yang
nontypeable atau Moraxella catarrhalis (diplokokus Gram-negatif), dan bakteri lain. Virus
mencakup virus sinsitial respirasi (RSV), adenovirus, atau influenza.
B. Otitis eksterna maligna pada penderita diabetes AP? Pseudomonas aeruginosa

-AP = Agen penyebab


-SPE-A- C= Toksin A-C eritrogenik, toksin pirogenik dari Streptococcus pyogenes
Contoh : Skarlatina dan demam skarlet. “Strep throat” disertai ruam disebut skarlatina atau, apabila
parah, demam skarle. Toksin A-C eritrogenik Strep. pyogenes (SPE A-C; a.k.a. toksin pirogenik)
menyebabkan demam, ruam, proliferasi sel T, dan penekanan sel B. toksin ini menurunkan bersihan
endotoksin dari flora normal Gram-negatif oleh hati. Toksin SPE merupakan toksin yang dikode faga.

39
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Lampiran D. Contoh-Contok Kasus Infeksi Sistem Saraf

I. MENINGITIS
A. Meningitis virus (sering disebut meningitis aseptik) memiliki kecenderungan swasirna
dan kurang akut dibandingkan dengan meningitis bakterialis. Agen penyebab (AP)?
Enterovirus (seperti coxsackievirus dan echovirus) serta virus parotitis, polio, dan
sebagian arbovirus.
B. Meningitis purulenta, onset cepat, semua usia kecuali neonatus. AP? Pada kelompok usia
mana insidensnya paling tinggi?
Streptococcus pneumoniae adalah agen penyebab tersering meningitis, dengan angka
kasus tertinggi pada bayi (kecuali neonatus) dan orang dewasa berusia >65 tahun.
C. Meningitis pada neonatus; terutama jika terjadi ketuban pecah dini. AP tersering? Uji apa
yang diperlukan untuk identifikasi penyebab? AP lain?
Streptococcus agalactiae (Grup B) merupakan agen penyebab tersering (walaupun
peningkatan kewaspadaan penyebabkan berkurangnya insidens meningitis jenis
ini). Identifikasi dengan uji CAMP. AP tersering kedua adalah Escherichia coli.
Yang lebih jarang adalah Listeria monocytogenes, yang menyebabkan abses dan
granuloma di janin dan prognosis buruk apabila menembus plasenta. Apabila
terjangkit saat lahir, L monocytogenes menyebabkan meningitis, tetapi jauh lebih
jarang dibandingkan dengan Strep. agalactiae dan Escherichia coli.
D. Meningitis pada bayi berusia 6 bulan sampai 2 tahun yang belum divaksin. AP?
Jelaskan vaksin yang sekarang ada.
Haemophilus influenzae (Gr-) masih menjadi masalah, terutama pada anak yang tidak
divaksin. Vaksin adalah kapsul poliribitol yang terikat ke protein.
E. Mahasiswa dengan demam, sulit dibangunkan atau koma, dan mempertlihatkan ruam kulit.
AP? Populasi mana yang terkena? Jelaskan vaksin yang sekarang ada
Neisseria meningitidis adalah AP. Penyakit ini epidemik dan dapat mengenai
semua usia, walaupun banyak kasus terjadi pada pasien berusia sekitar 1 tahun dan
remaja (terdapat keterkaitan erat dengan bar mahasiswa). Vaksin sekarang rutin
diberikan di kalangan militer dan berupa polisakarida kapsul Y, W-13, dan A.
(Vaksin YWCA omen’s Christian Association]) digunakan oleh kalangan
[Young W
militer [sebagian besar pria muda].)
F. Meningitis pada pasien AIDS dan pasien dengan tanggap imun lemah. AP pada pasien
AIDS atau pasien dengan tanggap imun lemah (kecuali penerima cangkok organ)? AP
pada pasien penerima cangkok organ?
Cryptococcus neoformans (ragi monomorfik pada AIDS atau sebagian besar pasien
dengan tanggap imun yang lemah; Listeria monocytogenes pada pasien
transplantasi.
G. Meningitis pada pasien neutropenia berat AP? Jelaskan organismenya.
Aspergillus spp., terutama Asp. Fumigatus; fungus filamentosa monomorfik bercabang akut.
H. Dua penyebab meningitis bakterialis yang jarang. AP jika merupakan spiroketa
dengan ujung berkait? Penularan? AP jika tampak basil tahan asam?
Leptospira (“aseptik”, ditularkan melalui urine hewan di air); M. tuberculosis.

40
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
II. ASBES OTAK
A. Batang dan filamen Gr+, aerobik, tahan asam parsial pada pemeriksaan mikroskopik
AP?
Nocardia
B. Filamen dan batang aerobik, bukan tahan asam pada pemeriksaan mikroskopik AP?
Actinomyces.

III. ENSEFALITIS
A. Ensefalitis sering dijumpai pada dewasa muda; angka kematian tinggi apabila tidak
diobati; CSS hampir normal; SDM tampak di keempat tabung CSS. AP? Obat pilihan?
Virus herpes simpleks (HSV) tipe 1; asiklovir
B. Jenis ensefalitis yang ditularkan oleh nyamuk. Dengan reservoir pada burung?
Kematian lebih sering pada orang berusia lanjut? Kematian lebih sering pada pasien
muda?
Equine encephalitis (EE); ensefalitis St. Louis; virus California dan La Crosse

C. Meningoensefalitis dengan gangguan pada penciuman; berkaitan dengan berenang atau


menyelam di air panas AP? Naegleria

IV. PARESTESIA. Parestesia dengan ruam tembaga atau lesi nodular di bagian – bagian tubuh
yang dingin; biakan negatif; bakteri tahan asam di lesi. AP? Mycobacterium leprae

V. VIRUS LATEN DI SARAF


A. Virus laten di ganglion saraf sensorik, dengan reaktivasi unilateral yang mengenai 1-3
dermatom. AP? Virus varisela zoster
B. Virus laten pada ganglion saraf trigeminus. AP? Virus herpes simpleks 1
C. Virus laten di S-2, S-3. AP? Virus herpes simpleks 2.

VI. NEUROTOKSIN YANG DIHASILKAN OLEH MIKROBA


A. Pasien dengan spasme kaku, trismus (lockjaw), spasme hebat yang dipicu oleh sedikit
bunyi, opistotonus, risus sardonikus. AP? Mekanisme patogenisitas?
Clostridium tetani. Toksinnya menghambat reseptor asetilkolin.
B. Pasien dengan paralisis lunglai. AP? Mekanisme patogenisitas?
Clostridium botulinum. Toksin menghambat pembebasan GABA dan glisin.
C. Pasien dengan disentri dan nyeri kepala hebat. AP? Jelaskan.
Shigella dysenteriae tipe 1 (diperoleh diluar negeri). Toksin Shiga memiliki
aktivitas neurotoksik selain aktivitas sitotoksik dan enterotoksik; Shigella juga invasif.

VII. PENYAKIT VIRUS LAMBAT


A. Ensefalopati multifokal progresif. AP? Famili virus?
Virus JC, suatu polyomavirus yang termasuk dalam famili Papovavirus (ds DNA
dengan selubung)
B. Panensefalitis sklerotikan subakut AP? Virus campak.

VIII. PENYAKIT PRION.Ensefalopati spongiformis subakut. Nama penyakit pada


manusia? Penyakit Creutzfeldt-Jakob dan Kuru.

41
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
A. Pemeriksaan Bacillus sp. dan Mycobacterium leprae

Makroskopis Bacillus anthracis Pewarnaan Gram Bacillus anthracis

Pewarnaan Klein Bacillus anthracis

Makroskopis Mycobacterium leprae Mikroskopis Mycobacterium leprae

B. Pemeriksaan Mikosis
Makroskopis Mikroskopis

Penicillium sp.
42 Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Candida albicans

43
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
Aspirat Lesi,
Lesi Herpetik/Vesikel Herpes Virus
Usap Dasar Lesi
Kutil Human Papilloma Virus Biopsi
Streptococcus pyogenes,
Impetigo Usap Dasar Lesi
Staphylococcus aureus
Dermatofita,
Kerokan kulit,
Mikosis Superfisial Candida sp.,
Usap Eksudat
Malassezia furfur
Sporothrix schenkii,
Phialophora verrucosa,
Mikosis Subkutis Pseudoallescheria boydii, Biopsi
Madurella mycetomatis,
Actinomyces sp.

1. Cara Pengambilan dan Transportasi Spesimen


a. Usap
• bersihkan lesi dengan usap kapas steril sampai dasar lesi terlihat
• Ambil spesimen dengan usap dari dasar lesi menggunakan usap kapas steril. Ambil dua
usap (satu usap untuk pewarnaan Gram dan satu untuk biakan)
• Tempatkan spesimen usap untuk biakan ke dalam medium transport Stuart atau
thioglikolat. Untuk pewarnaan Gram, langsung buat preparat pada kaca objek.
• Khusus gangrene, dilakukan transportasi dan pemeriksaan spesimen secara aerob dan
anaerob
• Kirim ke laboratorium < 2 jam dalam suhu ruangan

b. Aspirat
• Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptik
• Aspirasi spesimen secara aseptik menggunakan spuit steril
• Spesimen untuk pemeriksaan biakan bakteri dimasukkan ke dalam 2 tabung medium
thioglikolat. Spesimen dikirim pada suhu ruangan, masing-masing spesimen dalam
kondisi aerob dan anaerob. Untuk pewarnaan Gram, langsung buat preparat pada kaca
objek.
• Pada lesi vesikel yang diduga penyebabnya virus, spesimen dikirim menggunakan
medium transport khusus virus
• Kirim ke laboratorium < 2 jam dalam suhu ruang.

44
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
c. Biopsi
• Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptik
• Lakukan biopsi secara aseptik
• Tempatkan spesimen yang sudah dibiopsi ke dalam tabung steril berisi NaCl 0,9%
• Untuk mikosis subkutis, spesimen diambil pada daerah yang aktif dan tempatkan pada
tabung steril bila lesi berupa pus atau pada NaCl 0,9% bila lesi kering.

d. Darah
• Untuk pengambilan spesimen darah pada kasus selulitis, cara pengambilan dapat dilihat
pada Bab XVIII tentang infeksi sistemik.
• Pengambilan spesimen darah pada kasus sifilis, cara pengambilan dapat dilihat pada
Bab XVII tentang reproduksi

e. Kerokan Kulit
• Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptik
• Kerok tepi lesi yang aktif menggunakan tepi tumpul skapel atau tepi gelas objek yang
steril
• Tempatkan spesimen ke dalam cawan petri steril
• Kirim ke laboratorium mikrobiologi dalam suhu ruang.

f. Slit Skin Smear


• Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptic
• Paparkan area lesi dan toreh sepanjang 2 cm menggunakan scalpel steril
• Bersihkan cairan yang pertama kali keluar dengan kasa steril
• Ambil cairan yang keluar setelahnya
• Tempatkan cairan tersebut langsung ke kaca obyek
• Luka bekas torehan diberikan antiseptik atau antibiotic topical
• Kirim ke laboratorium mikrobiologi dalam suhu ruang

45
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas alas
b. Sengkelit
c. Kertas saring
d. Pensil gelas
e. Pensil warna
f. Rak untuk pewarnaan
g. Bunsen/lampu spiritus
h. Mikroskop

2. Bahan
a. Biakan bakteri dan jamur
• Bacillus anthracis
• Mycobacterium leprae
• Penicilium sp
• Candida albicans

b. Zat warna
• Ungu Kristal Karbol/Ungu Gentian
• Cairan Lugol
• Etil Alkohol 95%
• Safranin
• NaCl 0,9%

C. Tugas Mahasiswa
1. Setiap mahasiswa mengerjakan pewarnaan Gram untuk masing-masing biakan bakteri/jamur
(yeast) yang telah disediakan.
2. Melihat hasil pewarnaan Gram dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran lensa
objektif 100X.
3. Menggambarkan apa yang dilihat.

46
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
D. Gambar
1. Pewarnaan gram Bacillus anthracis
2. Pewarnaan gram Mycobacterium leprae
3. Pewarnaaan Penicilium sp
4. Pewarnaan gram Candida albicans

E. Hasil Pengamatan

Bakteri Bacillus anthracis Bakteri Mycobacterium leprae


Bentuk :………………. Bentuk :……………….
Sifat Gram :……………… Sifat Gram :………………

Jamur Penicilium sp Jamur Candida albicans


Bentuk :………………. Bentuk :……………….
Sifat Gram :……………… Sifat Gram :………………

47
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
F. Pertanyaan
1. Sebutkan bakteri tersering penyebab infeksi kulit dan jaringan penunjang:
a.……………….
b. ……………….
2. Sebutkan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi sederhana untuk menunjang diagnosis
bakteri dan jamur penyebab infeksi integument dan sensoris?

Mengetahui,
Asisten Praktikum, Praktikan,

(...............................................) (................................................)

48
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
LEMBAR KERJA II
ANTISEPTIK KULIT

A. Alat dan Bahan


1. Kaldu dengan usap kapas steril
2. Lempeng agar darah kecil
3. Sabun
4. Povidone iodine
5. Alkohol 70%
6. Kasa steril

B. Prosedur Pemeriksaan
1. Bagian bawah lempeng agar darah dibagi dalam 4 sektor dengan pensil gelas
2. Usap kapas steril dibasahi dengan kaldu dan diusap pada telapak tangan, kemudian ditanam
pada sector -1 lempeng agar darah
3. Mencuci tangan dengan seksama (1 menit) menggunakan sabun dan air. Mengeringkan
tangan dengan kasa steril dan dengan usap kapas lain ulangi usapan telapak tangan, ditanam
pada sector ke-2 lempeng agar darah
4. Usap kapas steril dibasahi dengan kaldu dan diusap pada kulit bagian lengan, kemudian
ditanam pada sector ke-3 lempeng agar darah.
5. Tindakan serupa dilakukan menggunakan antiseptik povidone iodine dengan arah memutar
dari alam keluar, mencuci dengan alcohol 70%, dibiarkan mongering, lalu dengan usap kapas
lain ulangi usap kulit bagian lengan tadi ddan tanam pada sector ke-4 lempeng agar darah.
6. Inkubasi lempeng tersebut selama 18-24 jam, 350C.

C. Tugas Mahasiswa
1. Mengamati hasil percobaan pemberian antiseptik pada kulit dan membandingkan jumlah
pertumbuhan bakteri pada lempeng agar darah tersebut!
2. Menjelaskan hasil yang didapat pada percobaan tersebut!

49
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
D. Hasil Pengamatan
Telapak Tangan Lengan Tangan
Povidone Iodine
Tanpa Perlakuan Sabun Tanpa Perlakuan
Alkohol 70%

Pertumbuhan
bakteri

E. Kesimpulan :

F. Pertanyaan
1. Kegunaan praktis apakah yang dapat diambil dari percobaan ini pada praktek pekerjaan
saudara di masa depan?
2. Apa yang dimaksud dengan antiseptik?

Mengetahui,
Asisten Praktikum, Praktikan,

(...............................................) (................................................)

50
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
LEMBAR KERJA III
KEROKAN KULIT UNTUK DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas alas
b. Gelas penutup
c. Bunsen
d. Pelat steril

2. Bahan
a. Kalium hidroksida (KOH 10%) untuk pemeriksaan langsung
b. Kapas alcohol 70%
c. Pewarnaan LPCB (Lactophenol Cotton Blue) 0,05%

B. Tugas Mahasiswa
1. Satu-dua mahasiswa/baris melakukan kerokan kulit dari sela-sela jari kaki atau tempat lain
jika dicurigai terjadi infeksi jamur dan periksa dengan KOH 10% & pewarnaan LPCH 0,05%
2. Mengamati hasil pemeriksaan dan menginterpretasikan.

C. Hasil Pengamatan

D. Pertanyaan
1. Sebutkan jenis-jenis jamur yang dapat menyebabkan infeksi pada integumen dan sensoris?
2. Bagaimana cara transportasi spesimen kerokan kulit untuk pemeriksaan mikroskopik jamur?
3. Jelaskan pemeriksaan biakan dan serologi dari agen jamur penyebab infeksi integument dan
sensoris!

51
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
LEMBAR KERJA IV
BIAKAN JAMUR PENYEBAB INFEKSI INTEGUMENTUM DAN SENSORIS

A. Tugas Mahasiswa
1. Mengamati dan mempelajari jamur yang terlihat dan mencatat penjelasannya
2. Melaporkan dan mendiskusikan hasil pengamatan dengan pembimbingnya

B. Gambaran
1. Sediaan Candida sp.
2. Sediaan Trichophyton rubrum
3. Sediaan Trichopyton mentagrophytes
4. Sediaan Microsporum canis
5. Sediaan Microsporum gypseum
6. Sediaan Epidermophyton floccosum

C. Hasil Pengamatan

Trichophyton rubrum Tricophyton mentagrophytes Microsporum canis

Microsporum gypseum Epidermophyton floccosum Candida sp.

52
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
D. Pertanyaan
1. Apa yang terlihat secara mikroskopik pada pemeriksaan kerokan kulit dari penderita tinea
versicolor?
2. Jelaskan media untuk isolasi jamur/ragi !
3. Jelaskan bagaimana perbedaan pengiriman spesimen antara virus dan jamur?

Mengetahui,
Asisten Praktikum, Praktikan,

(...............................................) (................................................)

53
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023
LEMBAR KERJA V
PEMERIKSAAN VIRUS PENYEBAB INFEKSI
SISTEM SENSORIS DAN INTEGUMENTUM

A. Tugas Mahasiswa
1. Mencatat dan mempelajari jenis-jenis virus penyebab infeksi integumen dan sensoris
2. Jelaskan ciri jenis virus dan patogenis virus penyebab infeksi integumen dan sensoris
3. Jelaskan pemeriksaan infeksi virus berkaitan dengan integument dan sensoris

B. Kesimpulan

Mengetahui,
Asisten Praktikum, Praktikan,

(...............................................) (................................................)
54
Doc. Divisi Laboratorium Mikrobiologi FK ULM 2023

Anda mungkin juga menyukai