Anda di halaman 1dari 41

KELOMPOK MIKOLOGI

1. Gita Indah Pratiwi


2. Halimatussa’diah
3. Lalu Syarwan Wahyudi
4. Ni Nyoman Ayu Lestari Dewi
DERMATOFITA
A. DEFINISI

Dermatofitosis adalah infeksi jaringan


yang mengandung zat tanduk (keratin)
misalnya stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita.
a. Trichophyton
1. T. interdigitale
 Makroskopis: Koloni seperti kapas berwarna putih
kekreman, permukaan menggunduk. Tidak ada pigmen
pada potato dextrose agar. Uji urease positif
membedakannya dengan T. Rubrum
 Mikroskopis: Mikrokonidia sangat banyak
berkelompok berbentuk bulat, menyerupai sekelompok
buah anggur pada cabang-cabang terminalnya dan
banyak terdapat hifa yang menyerupai spiral
2. T. rubrum
Makroskopis: Mempunyai titik tengah putih dan
menggunduk dengan pinggiran berwarna maroon.
Pada potato dextrose agar berwarna merah muda,
dan tes urease negatif.
Mikroskopis: Mikrokonidia banyak, berkelompok
atau satu – satu sepanjang hifa, berbentuk seperti air
mata

 
3. T. verrucosum
Makroskopis: Kecil dan sedikit timbul, meskipun
terkadang rata, berwarna putih kekuning – kuningan.
Perlu thiamine dan inositol untuk tumbuh
Mikroskopis : Rantai klamidokonidia pada
Saboraud Dextrose Agar.
4. T. tonsurans
Makroskopis: Pertumbuhan koloni lambat,
permukaan datar/ berbenjol-benjol. Mempunyai tepi
menyerupai bulu. Warna bervariasi cream, abu -abu,
kuning, dan merah coklat dengan dasar kuning
sampai merah.
Mikroskopis : Mikrokonidia banyak sepanjang sisi
hifa dan makrokonidia jarang.
5. T. violaceum
Makroskopis: Permukaan menonjol dan
menyerupai lilin. Warna violet.
 Mikroskopis: Makrokonidia/ mikrokonidia
jarang. Terlihat hifa irregular dan
klamidokonidia.
6. T. schoenleinii
Makroskopis: Berwarna keputihan, bagian tengah
berlipat dan lebih tinggi dari pinggir. Pigmen dari
tak berwarna ke kekuning – kuningan
Mikroskopis : Makrokonidia/ mirokonidia tidak
ada. Banyak ditemukan hifa berbentuk Favic
chandeliers
B. Microsporum
1. M. canis
Makroskopis: Permukaan datar berwarna putih
hingga kuning terang.
Mikroskopis: Makrokonidia banyak dijumpai.
Ukurannya besar, ujung rucing, dinding tebal serta
kasar dan ada tonjolan-tonjolan kecil pada ujungnya
2. M. gypseum
Makroskopis: Permukaan rata dan berglanuler dan
pigment tan hingga buff.
Mikroskopis: Makrokonidia besar, bentuk bujur
telur, dinding tipis dan tanpa knob
3. M. audouinii
Makroskopis: Permukaan datar. Warna koloni abu
- abu kuning sampai coklat keputihan, dan dasar
koloni merah coklat.
Mikroskopis : klamidokonidia terminal dan hifa
pectinate
C. Epidermophyton
1. E. Floccosum
Makroskopis: Koloni tipis berbulu dengan central
fold dan pigment kekuningan dan hijau - keabuan.
Mikroskopis: Makrokonidia berbentuk gada dan
berdinding tipis dan ada yang tebal
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Mikroskopis
•Rambut. Pemeriksaan lesi yang melibatkan
scalp/jenggot dengan menggunakan lampu wood’s
dapat menimbulkan fluoresensi pteridin patogen
tertentu. Jika demikian, rambut yang berfluoresensi
sebaiknya diseleksi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
•Kulit dan kuku. Dalam preparat KOH 10-20%,
dermatofita menunjukkan gambaran hifa yang
bersekat dan bercabang tanpa adanya konstriksi;
namun kultur tetap diperlukan untuk identifikasi.
Dengan kultur, semua spesies dermatofita nampak
identik.
B. Prosedur Kultur
Saboraud’s dextrose agar (SDA) merupakan media
isolasi yang biasa digunakan dan memberikan dasar
deskripsi yang paling morfologis. Namun saproba
kontaminan (oragnisme yang makannya dari material
mati dan membusuk) tumbuh cepat pada medium ini,
menutupi patogen aslinya. Sehingga dibutuhkan adanya
tambahan sikloheksimid (0,5 g/L) dan kloramfenikol
(0,05 g/L) agar mediumnya lebih selektif.
Kultur diinkubasi pada suhu kamar (26ºC [78,8ºF])
selama lebih dari 4 hari sebelum diputuskan tidak adanya
pertumbuhan. Dengan lebih dari 40 dermatofita yang
sudah dikenal, identifikasi yang benar membutuhkan
sumber referensi yang sesuai.
PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel kulit sebaiknya diamabil dengan mengeruk menggunakan
tepi tumpul scalpel ke arah luar dari tepi aktif lesi. Spesimen
kuku harus meliputi potongan seluruh ketebalan area kuku yang
distrofik, sebisa mungkin dari proksimal sampai tepi distal.
Cara pengambilannya sebagai berikut:
• Pembuatan preparat kerokan kulit (pengambilan sampel)
• Bagian yang akan dikerok akan dihapus beberapa kali dengan
kapas yang telah diabsahi dengan alcohol.
• Bagian kulit yang dikerok sebaiknya dipinggir lesi yang aktif
dan tertutup dengan sisik.
• Perlahan-lahan dikerok bagian tersebut dengan menggunakan
scalpel.
• Kerokan kulit ditampung didalam sebuah cawan petri, siap
dipakai untuk bahan pemeriksaan.
OTOMIKOSIS
Otomikosis adalah penyakit jamur yang terjadi pada
liang telinga yang disebabkan oleh jamur bukan
dermatofita genus Aspergillus, Penicillium, Mucor,
Rhizophus dan Candida. Tersebar di seluruh dunia,
terutama di daerah panas dan lembab.   
Otomikosis adalah suatu proses peradangan pada
liang telinga yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
otomikosis adalah ketiadaan serumen, pemakaian
peralatan pada telinga (alat bantu dengar), kondisi
immunocompromized, penggunaan antibiotik dan
steroid topikal dalam jangka panjang, dan iklim
yang panas dan lembab.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi
akan ditemukan tanda-tanda inflamasi pada kanal
disertai nyeri tekan pada tragus dan aurikula.
Discharge dapat terlihat pada kanal. Pada
pemeriksaan dengan otoskop dapat terlihat kanal
yang hiperemis, sedikit edem dan tampak hifa
berfilamen putih dengan titik-titik hitam yang
tumbuh dari permukaan kulit.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis adalah swab telinga dan
pemeriksaan mikroskopis dengan KOH. Akan
tampak hifa dan spora pada pemeriksaan
mikroskopis. Sedangkan untuk menentukan spesies
yang menginveksi dapat dilakukan kultur.
Penyebab
Otomikosis disebabkan oleh beberapa spesies
dari jamur yang bersifat saprofit.  Aspergillus dan
Candida adalah kelompok jamur yang sering
ditemukan pada kasus-kasus otomikosis. Selain itu
jamur Pityrosporum juga sering ditemukan sebagai
penyebab dari otomikosis. Pityrosporum dapat
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai
ketombe.
Gejala Klinis
Gejala yang sering dirasakan adalah rasa penuh
pada telinga, otore (keluar cairan dari telinga) ,
otalgia (sakit pada telinga), gangguan pendengaran
dan tinnitus. Gejala gangguan pendengaran pada
kasus otomikosis biasanya disebabkan oleh adanya
akumulasi dari debris mikotik dalam liang telinga.
Pengobatan
- Dengan mengeluarkan kotoran liang telinga.
Antimikotik topikal akan lebih efektif dalam bentuk bubuk
atau dalam bentuk salep seperti nystatin dan triamcinolone.
- Antimikotik topikal dapat digunakan selama 4-6 minggu.
- Antimikotik oral seperti flukonazol dapat digunakan pada
kasus-kasus yang sulit disembuhkan.
- Otomikosis akibat penggunaan antibiotik yang berlebihan
sebagai obat tetes adalah sulit untuk diobati. Antibiotik dan
steroid tidak dapat membantu menyembuhkan otomikosis
tetapi akan meningkatkan pertumbuhan jamur khususnya
Candida.
Pencegahan
- biasakan mengorek kuping dengan bahan yang soft
(katenbat)
- untuk serumen yang basah perlu sering - sering
dibersihkan
SISTEMIK
A. Mikosis Sistemik
 
Mikosis Sistemik Adalah infeksi jamur yang
mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru,
kemudian menyebar melalui darah.
1. Blastomikosis
Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui
saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-
paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang
diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis
dan Blastomycetes brasieliensi
2. Nicardiosis
Nicardiosis adalah mikosis yang menyerang
jaringan subcutan dimana terjadi pembengkakan
jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang
yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa
granula.
3. Candidiasis
Candidiasis adalah mikosis yang menyerang
kulit atau jaringan yang lebih dalam lagi.
Penyebabnya adalah Candida albicans. Jamur ini
sering kali terdapat pada mukosa mulut, oropharynx,
dan tractus gastrointestinal orang sehat.
4. Actinomycosis
Actinomycosis adalah mikosis yang ditandai
dengan adanya jaringan granulomatous, bernanah
disertai terjadinya abscess dan fistula. Penyebabnya
Actinomyces bovis. Jamur ini pada manusia sehat
sering terdapat juga pada mukosa mulut dan tonsil
sebagai flora normal.
5. Maduromycosis (Madura foot)
Maduromycosis adalah mikosis pada kaki yang
ditandai dengan terjadinya massa granulomatous
yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang
kaki.
6. Coccidioidomycosis
Coccidioidomycosis adalah mikosis yang
mengenai paru-paru yang disebabkan oleh
Coccidioides immitis. Coccidioides immitis
menimbulkan infeksi pada binatang pengerat, ternak
(sapi, biri-biri) dan anjing. Menimbulkan infeksi
kepada manusia bersama udara pernapasan yang
mengandung sporanya.
7. Sporotrichosis
Sporotrichosis adalah mikosis yang bersifat
granulomatous menimbulkan terjadinya benjolan
gumma, ulcus, dan abscess yang biasanya mengenai
juga kulit dan kelenjar lympha superfisial.
Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii.
B. Irisan Jaringan
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan
dalam baha asing disebut sebagai tissue culture.
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah
sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi
tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti
induknya
C. Subkutan
Mikosis Subkutan Adalah Infeksi oleh jamur
yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit
meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan
subkutis) dan tulang.
1. Sporotrichosis
Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix
schenckii, yang merupakan jamur degan habitat
pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke
dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar
melalui aliran getah bening.
2. Kromoblastosis
Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa
progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea
pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora
verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini
adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan
atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
3. Mycetoma (madura foot)
Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada
jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur
Eumycotic mycetoma dan atau kuman
(mikroorganisme) mirip jamur yang disebut
Actinomycotic mycetoma.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai