Anda di halaman 1dari 44

Kelompok 12

Anindita Chanissa Awaliyah

Dzikri Khoirul Ummah

Fitri Hartdianti Rachma Dina T.

Yeni Nuraeni

TLM 3A
Tinea adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit,
yaitu suatu golongan jamur kulit yang terdiri atas tiga
jenis, Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
• Mikosis Superfisial
• Mikosis Sistematik
• Mikosis Subkutan
• Mikosis Oportunistik
Mikosis Superfisial

Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit,


kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur,
yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton.
Mikosis Superfisial
Dibagi dalam 2 bentuk, yakni :
Dermafitosis, terdiri dari : Nondermatofitosis, terdiri dari :
• Tinea Kapitis • Tinea versikolor
• Tinea Kruris • Piedra Hitam
• Tinea korporis • Piedra Putih
• Tinea pedis atau manus
• Tinea unguim (onikomikosis)
• Tinea imbrikata
• Tinea favosa
• Tinea barbae
• Tinea capitis
Merupakan infeksi jamur yang menyerang stratum corneum
kulit kepala dan rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur
Mycrosporum dan Trichophyton.
Tinea favosa
Merupakan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak
berambut dan kuku. Penyebabnya adalah Trichophyton
schoenleinii.
Tinea barbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang
berjanggut dan kulit leher, rambut dan folikel rambut.
Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrophytes,
Trichophyton violaceum, Microsporum cranis.
Dermatophytosis (Tinea pedis, Athele foot)
Merupakan infeksi jamur superfisial yang kronis mengenai
kulit terutama kulit di sela-sela jari kaki. Dalam kondisi berat
dapat bernanah. Penyebabnya adalah Trichophyton sp.
Tinea cruris

Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha


bagian atas sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula
mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya adalah
Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
Tinea circinata (Tinea corporis)

Merupakan mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat (cincin)


dimana terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan lesi
kulit disertai rasa gatal. Gejalanya bermula berupa papula
kemerahan yang melebar.
Tinea unguium (onimikosis)

Tinea unguium, biasa disebut juga dengan onikomikosis.


Kelainan ini disebabkan oleh jamur dermatofita bisanya
spesies Epidermophyton floccosum, Tricophyton rubrum, dan
Tricophyton mentagrophytes.
Tinea imbrikata
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh satu
spesies saja yaitu T.concentricum. Penyakit ini juga dikenal
sebagai tokelau dan Dajakse schrurft yang memberikan
gambaran khas berupa lesi bersisik yang melingkar-lingkar
dan gatal.
• Tinea versicolor (panu)
Merupakan mikosis superfisial dengan gejala berupa bercak
putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada
kulit dada, bahu punggung, axilla, leher dan perut bagian atas.
Penyebabnya adalah Malassezia furtur.
Otomycosis (Mryngomycosis)

Merupakan mikosis superfisial yang menyerang lubang telinga


dan kulit di sekitarnya yang menimbulkan rasa gatal dan sakit.
Bila ada infeksi sekunder akan menjadi bernanah. Penyebabnya
adalah Epidermophyton floccosum dan Trichophyton sp.
Piedra Putih

Piedra putih ialah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan


oleh Trichosporon beigelii. Jamur ini termasuk dalam famili
Moniliaceae.
Piedra Hitam

Piedra hitam ialah infeksi jamur pada rambut kepala yang


disebabkan oleh Piedraia hortai. Jamur ini termasuk famili
Dematiaceae anggota hifanya hitam atau tengguli tua.
Mikosis Sistematik

Mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat


dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung,
mukosa mulut, usus, dan vagina.
• Nocardiosis
• Candidiasis
• Actinomycosis
• Maduromycosis (Madura foot)
• Coccidioidomycosis
• Sporotrichosis
• Blastomycosis
Mikosis Subkutan

Mikosis subkutan yakni infeksi terbatas pada dermis, jaringan


bawah kulit atau struktur yang berdekatan.
Mikosis Oportunistik

Mikosis oportunistik adalah infeksi jamur yang baik umum di


semua lingkungan atau bagian dari biota normal. Mereka
terutama mempengaruhi orang-orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh berkompromi.
Pemeriksaan Laboratorium
• Alat : • Bahan :

- Mikroskop - KOH 10 %
- Kapas - KOH 10 %
- Pipet Tetes - Alkohol
- Obyek Glass
- Cover Glass
- Scapel
- Petridish
• Kulit yang akan diambil sampelnya dibersihkan dengan kapas
alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran
lainnya.
• Bagian yang aktif dan didapati jamur di kerok dengan skalpel
dengan arah dari atas kebawah.
• Objek glass yang telah ditetesi KOH 10% 1-2 tetes diletakkan
dibawah bagian yang dikerok (untuk melisiskan keratin)
• Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah
pinggir terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga
memperoleh skuama yang cukup.
• Lalu tutup dengan cover glass.
• Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke
lab
• Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah
mikroskop perbesaran 10x – 40x.
• Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-
putus atau rambut yang warnanya tidak mengkilap lagi.
• Objek glass tetesi dengan KOH 20%
• Ambil sehelai rambut, potong dengan gunting
• Letakkan di objek glass, tutup dengan cover glass
• Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc,
kemudian dibawa ke lab
• Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian
periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x
• Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku
yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri.
• Kuku dibersihkan dengan alkohol 70%.
• Kemudian kuku di kerok menggunakan skapel dan taruh
pada objek glass kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2
tetes dan tutup dengan cover glass.
• Simpan di petridisc yang telah ada kapas beralkohol untuk
diperiksa di lab
• Fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop
perbesaran 10x – 40x dan dilihat dibawah mikroskop
perbesaran 10x. Dan yang dicari adalah hifa dan sporanya.
• Kulit
Hasil : Positif, terdapat hifa jamur

• Kuku
Hasil : Positif, terdapat senositif hifa tetapi tidak
membentuk anyaman
Taeniasis

Penyakit taeniasis adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh parasit genus Taenia yang dapat menular
melalui hewan ke manusia, maupun sebaliknya.
Penyebab

Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia


saginata atau dikenal dengan cacing pita sapi, sementara
Taenia solium dikenal juga sebagai cacing pita babi.
Epidemiologi

Prevalensi penyakit taeniasis tersebar hampir di seluruh


dunia. Prevalensi tinggi terjadi di daerah dengan sanitasi yang
buruk dan daerah yang dengan kontaminasi kotoran manusia,
serta di daerah peternakan sapi dan babi.
Gejala klinis
Infeksi Taenia saginata dan Taenia solium biasanya bersifat asimtomatik. Tetapi pada
infeksi yang berat dapat menyebabkan :
• diare atau kadang-kadang sembelit,
• mual,
• penurunan berat badan,
• pusing,
• sakit perut,
• sakit kepala,
• kehilangan nafsu makan.
Kadang-kadang dapat juga menyebabkan obstruksi usus yang dapat ditangani dengan
operasi.
Pada infeksi taeniasis, berat ringannya gejala tergantung pada lokasi dan jumlah kista
perta respons pejamu
Cara penularan

Infeksi Taenia ke manusia dapat melalui makanan yaitu


mengonsumsi daging babi atau sapi yang terinfeksi Taenia
yang tidak dimasak sempurna atau mentah .
Cara Pencegahan

• Pencegahan Taeniasis pada manusia dapat dilakukan


dengan memasak daging babi atau sapi hingga matang,
selain itu daging dapat dibekukan terlebih dahulu untuk
mengurangi resiko penularan
• dilakukan dengan menjaga kebersihan.
Diagnosis

1. Pemeriksaan feses
2. Pemeriksaan imunodiagnostik dan molekuler untuk
mendeteksi infeksi taeniasis.

Gambar: telur cacing Tinea


Tata Laksana

Pengobatan pada hewan dapat dilakukan dengan pemberian


obat cacing praziquantel, epsiprantel, mebendazole,
febendazole. Apabila terdapat sistiserkosis di dalam otot
dalam dilakukan dengan teknik pembedahan.

Sedangkan pengobatan untuk manusia dapat dilakukan dengan


pemberian obat praziquantel, niclosamide, buclosamide,
mebendazole.
CACINGAN
Cacingan

Penyakit cacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit


kelas Nematoda usus seperti Ascaris sp. Necator sp.
Ancylostoma sp. dan Enterobius sp.

Mulut Ascaris

Ascaris lumbricoidesdewasa
Epidemiologi
Dua spesies cacing tambang yang paling sering
menyebabkan infeksi pada manusia yaitu A. Duodenale dan N.
ameracanus.
N. americanus lebih sering terdapat di hemisfer barat, Asia
Tenggara dan Afrika, walaupun A. Duodenale dan infeksi
campuran dapat terjadi.

Spesies lain yang dapat menyebabkan penyakit intestinal


pada manusia termasuk A.ceylanicum (Asia Tenggara dan India)
dan A. Caninum (cacing tambang anjing), yang termasuk zoonotik
menyebabkan enteritis eosinofilik di Australia dan USA.
Gejala klinis
Terdapatnya cacing tambang dewasa dalam usus kecil dapat
menyebabkan gejala saluran gastrointestinal nonspesifik termasuk
sakit abdomen.
Infeksi cacing tambang berat atau moderat yang lama
menyebabkan anemia defisiensi besi serius, ditandai dengan :
• muka pucat,
• chlorosis (perubahan warna kulit kuning kehijauan),
• dispnea pada aktivitas,
• rasa lelah.
Cara penularan

Cara penularan dapat melalui memakan makanan yang


terkontaminasi oleh parasit Nematoda usus, dan kontak
langsung dengan cacing.
Cara pencegahan

Cara pencegahan cacingan yaitu :


• dengan meningkatkan kebersihan lingkungan,
• menghindari makan makanan yang terkontaminasi parasit
Nematoda,
• menghindari kontak langsung dengan parasit Nematoda.
Diagnosis

• Di diagnosis berdasarkan gejala klinis.


• Eosinofilia bertepatan dengan perkembangan cacing
tambang dewasa dalam usus. Infeksi cacing tambang
intestinal dideteksi dengan identifikasi telur yang khas
dalam feses.

Telur cacing tambang Telur cacing Ascaris


Tata Laksana
Pengobatan cacingan dilakukan dengan cara memberikan mebendazol
dengan dosis :
• multipel mebendazol (100 mg dua kali sehari selama 3 hari)
• atau albendazol (400 mg dosis tunggal).

untuk anak dengan infeksi cacing intestinal, diberikan obat benzimidazol.

Terapi alternatif adalah pirantel pemoat (11 mg/kgBB/hari, tiak melebihi 1


g/ hari selama 3 hari) telah dilaporkan ternyata efektif untuk terapi
ankilostomiasis infantil.
Daftar pustaka

• Prianto, Juni; Tjahaya; Darwanto; 2006, Atlas Parasitologi


Kedokteran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
• Garna Herry. 2012. DIVISI INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIS.
Jakarta : Sagung Seto
• Irianto, Koes. 2014. BAKTERIOLOGI, MIKOLOGI & VIROLOGI
Panduan Medis & Klinis. Bandung : ALFABETA.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai