Anda di halaman 1dari 9

CLINICAL SKILL LABORATORY III

PANDUAN KETRAMPILAN KLINIK


SWAB ANAL DAN IDENTIFIKASI

Disusun Oleh :
dr. Antariksa, SpPK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
CLINICAL SKILL LABORATORY III

PENDAHULUAN
Penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun dapat terjadi
secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Pada anak-anak, cacingan akan
berdampak pada gangguan kemampuan untuk belajar, dan pada orang dewasa akan
menurunkan produktivitas kerja. Dalam jangka panjang, hal ini akan berakibat
menurunnya kualitas sumber daya manusia (Zulkoni. 2010). Sampai saat ini penyakit
cacing masih tetap merupakan suatu masalah karena kondisi sosial dan ekonomi di
beberapa bagian dunia. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius
tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor
ekonomis (Hadidjaja, 2011)
Infeksi cacing terjadi bila menelan telur matang. Bila telur matang yang tertelan,
telur akan menetas di usus halus selanjutnya larva akan bermigrasi ke daerah sekitar
anus (sekum, caecum). Disini larva akan tinggal sampai menjadi dewasa, kemudian
cacing dewasa betina akan bermigrasi pada malam hari ke daerah sekitar anus untuk
bertelur, telur akan terdeposit disekitar area ini. Hal ini akan menyebabkan rasa gatal di
sekitar anus (pruritusani nocturnal). Apabila digaruk maka penularan dapat terjadi dari
kuku jari tangan ke mulut (self – infection, infeksi oleh diri sendiri). Infeksi dapat juga
terjadi karena menghisap debu yang mengandung telur dan retrofeksi dari anus. Bila
sifat infeksinya adalah retroinfeksi dari anus, maka telur akan menetas di sekitar anus,
selanjutnya larva akan bermigrasi ke kolon asendens, sekum, atau apendiks dan
berkembang sampai dewasa (Widoyono, 2011).

sumber gambar: medicina-islamica-lg.blogspot.com


CLINICAL SKILL LABORATORY III

Metode pemeriksaan telur cacing ini, merupakan metode yang banyak digunakan
pada saat ini. Karena telur mudah ditemukan dengan menghapus daerah sekitar anus.
Metode ini biasa disebut dengan teknik anal swab.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan teknik anal swab dan mampu melakukan i

dentifikasi adanya cacing atau telur cacing dibawah mikroskop.

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan teknik anal swab

2. Mahasiswa mampu mengindentifikasi adanya parasit dibawah mikrosk

op.

3. Mahasiswa mampu membedakan telur dan cacing dibawah mikroskop.

DASAR TEORI
Metode Anal Swab
1. Teknik Graham scoth
Menurut teknik pengambilan sampel infeksi cacing kremi, telur paling mudah
ditemukan dengan menghapus daerah sekitar anus yang biasa disebut teknik anal
swab. Anal swab adalah alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada
ujungnya diletakkan scoth adhesive tape. Menurut Graham 1941, Teknik Anal
Swab (Graham scoth) digunakan untuk memperoleh telur Enterobius vermicularis
dari area anal dan perianal dengan perekat adhesive tape yang kuat yang ada pada
sisi luar bagian ujung spatel lidah terbuat dari kayu atau batang gelas (Paul C,
Beaver, Rodner C Jang,1975). Bila adhesi tape ditempelkan di daerah sekitar
anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya, kemudian adhesive tape
diratakan pada kaca benda dan dibumbuhi sedikit toluol diantara kaca sediaan
tape supaya jernih. Setiap telur berisi embrio yang telah berkembang sempurna
akan menjadi infektif dalam beberapa jam setelah diletakkan sediaan pita plastik
perekat atau scoth adhesive tape (Bruckner, 1996).
CLINICAL SKILL LABORATORY III

Apusan perianal yang diambil dari penderita mempersyaratkan kondisi


tertentu sehingga bahan apusan yang diambil layak dan diyakini akan
memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya. Bahan apusan
perianal yang diambil dari penderita saat pagi hari selepas bangun tidur sebelum
mandi, buang air besar dan aktivitas lain yang dapat menghilangkan telur cacing
di daerah perianal (Gandahusada, 2004). Dalam pemeriksaan, teknik ini dilakukan
berulang dalam beberapa hari berturut-turut, karena cacing betina yang hamil
bermigrasi tidak teratur. Sekali pemeriksaan dengan “swab” hanya menemukan
kira-kira 50 persen dan pemeriksaan pada 7 hari berturut-turut diperlukan untuk
menyatakan seorang bebas dari infeksi cacing kremi (Brown,1985). Kemudian
diagnosa dilakukan dibawah mikroskop pemberasan 100x.
2. Periplaswab
Seperti halnya dengan Graham Scoth, “Periplaswab” merupakan
modifikasi dari teknik Graham Scoth yang dirancang untuk pemeriksaan infeksi
cacing kremi. Prinsip metode ini didasarkan pada teknik pemeriksaan anal swab
dengan scoth adhesive tape dan objek glass sebagai bahan utama, dimana pada
teknik, persiapan, pengambilan, dan pemeriksaan sampel sama. Bahan yang
digunakan berupa mika dan selotip yang didesain sedemikian rupa dengan
cetakan terbuat dari plastik. Cetakan ini dapat digunakan lebih dari satu kali
pemeriksaan. Sampel diambil langsung dari probandus dengan cara menempelkan
bahan pada perianal sebanyak 14 kali dan kemudian dilakukan pemeriksaan
dibawah mikroskop pembesaran 10x. Berdasarkan pengujiannya, teknik
modifikasi ini telah diuji coba secara laboratoris yang diharapkan memiliki
keunggulan dari segi efisiensi dan efektivitas dalam pendektesian infeksi cacing
kremi. Efisiensi merupakan suatu cara yang tepat guna, daya guna, serta efisien.
Artinya sesuatu yang mudah dan tepat untuk dikerjakan, tidak membuang-bungan
waktu, tenaga atau pun biaya. Tingkat efisiensi “periplaswab” dapat diukur dari
kemampuannya menekan biaya dan waktu pemeriksaan dengan tidak
mengesampingkan hasil laboratorium. Efektifitas merupakan suatu keadaan
efektif yang mudah dan tepat dalam memberikan hasil. Efektivitas “periplaswab”
dapat diukur dari segi ketepatan hasil yang diperoleh dengan cara menemukan
jumlah telur persatuan luas (cm2 ). Selain itu, jumlah telur cacing dapat dihitung
dalam satu kali pemeriksaan persatu lapang pandang satuan luas (cm2 ).
CLINICAL SKILL LABORATORY III

STRATEGI DAN LANGKAH- LANGKAH KETERAMPILAN


Media dan Alat Pembelajaran
- Buku dan daftar panduan skill lab
- Gambar/slide morfologi telur
- Alat tulis menulis
- Video pembuatan
Metode Pembelajaran
- Demonstrasi dan alih keterampilan
- Diskusi
- Daftar tilik dengan sistem skor
Prosedur Pemeriksaan
A. Tahapan Pra Analitik
1. Persiapan pasien
Pengambilan sampel pasien sebaiknya dilakukan pada pagi sebelum mandi atau
malam hari
2. Persiapan sampel
Sampel yang digunakan adalah hasil apusan daerah perianal atau anal
3. Alat dan bahan
a. Mikroskop
b. Object glass / Kaca sediaan
c. selotip
d. Gunting
e. Swab alkohol
f. Larutan toulen atau lugol
g. Handscone
h. Kapas atau tissue
i. Spatel kayu
B. Tahapan Analitik
1. Prinsip Pemeriksaan :
Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan mengidentifikasi parasit
cacing dibawah mikroskop.
2. Cara Kerja :
CLINICAL SKILL LABORATORY III

LANGKAH KLINIK
A. Pengantar
1. Ucapkan salam, pemeriksa berdiri dan memperkenalkan diri sambal
berjabat tangan
2. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya terkait
pemeriksaan yang akan dilakukan, tujuan, manfaat serta efek yang
mungkin terjadi
3. Persilahkan pasien membuka celana lalu posisikan baring
menyamping kiri atau kanan atau posisi menungging dan pemeriksa
memperlihatkan sikap empati kepada pasien.
4. Memberikan jaminan kepada pasien tentang kerahasiaan hasil
pemeriksaan yang akan diperoleh dan hak untuk menolak tindakan
pemeriksaan.
5. Melakukan persiapan diri (penggunaan APD, cuci tangan, persiapan
alat dan bahan)
B. Pengambilan swab dan pembuatan slide
6. Tuliskan identitas pasien pada bagian tebal dari kaca objek
(Nama,RM/No.Lab, umur /Tanggal lahir)
7. Lakukan pengambilan dengan tangan kiri membuka bibir anal, lalu
dengan tangan kanan diletakkan atau ditempelkan spatel sekitar
sedemikian rupa pada perianal dan pangkal lubang anus yang tampak.
8. gunting selotip yang telah ditempelkan diujung spatel lalu lekatkan di
objek glass
9. Teteskan 2 – 4 tetes toulen disekitar selotip lalu tunggu hingga
mengering

10. Sampel yang telah mengering lalu dilihat dibawah mikroskop dengan
pembesaran 10x, 40x dan 100x
CLINICAL SKILL LABORATORY III

C. Tahapan Pasca Analitik


Nilai rujukan :
Tidak ditemukan parasit cacing
Interpretasi :
Positif : jika ditemukan cacing atau telur cacing
Negatif : jika tidak ditemukan cacing atau telur cacing

Gambar 1. Jenis-jenis telur

EVALUASI
A. Latihan
TIDAK
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai DILAKUKAN
DILAKUKAN
1. Melakukan komunikasi efektif dengan pasien
dan menjelaskan tujuan dan indikasi
pemeriksaan.
2. Melakukan persiapan diri (APD dan cuci
tangan).
CLINICAL SKILL LABORATORY III

3. Mengucapkan basmalah sebelum melakukan


tindakan pemeriksaan.
4. Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
5. Menuliskan identitas pasien pada bagian
tebal dari kaca objek.
6. Melakukan teknik swab anal sesuai prosedur
7. Meneteskan toulen dan mengeringkan slide
8. Melakukan identifikasi parasite pada slide
9. Melaporkan hasil secara kuantitatif
10. Mengucapkan hamdalah dan menyimpan/
membuang alat-alat yang telah digunakan

B. Penilaian
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN TEKNIK ANALISA SWAB ANAL
DAN INTERPRETASI
SKOR
NO. LANGKAH KLINIK
0 1 2
Melakukan komunikasi efektif dengan pasien dan
1.
menjelaskan tujuan dan indikasi pemeriksaan
2. Melakukan persiapan diri (APD dan cuci tangan).
Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
3.
pemeriksaan.
4. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Menuliskan identitas pasien pada bagian tebal dari kaca
5.
objek.
6. Melakukan teknik swab anal sesuai prosedur
7. Membuat slide preparat
8. Melakukan pemasangan slide di bawah mikroskop
9. Melakukan identifikasi parasite pada slide
10. Melaporkan hasil secara kuantitatif
Mengucapkan hamdalah dan menyimpan/ membuang alat-
11.
alat yang telah digunakan
12. JUMLAH SKOR
CLINICAL SKILL LABORATORY III

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi belum sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai Mahasiswa = Jumlah skor X 100%
30

REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai