Anda di halaman 1dari 15

A.

Judul Percobaan

Adapun judul percobaan ini yaitu “Asam Amino dan Protein”

B. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu:

1. Memahami kelarutan dari sifat amfoter dari asam amino

2. Mengetahui adanya gugus Amina bebas pada asam amino dan protein

3. Dapat memahami reaksi xanthoproteat.

C. Landasan Teori
Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai
asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
karbosil (-COOH) dan satu gugus atau lebih gugus amino (-NH 2) yang salah satunya
terletak pada atom C tepat di sebelah gugus karbosil (atau atom C alfa). Asam-asam
amino yang terbentuk berbeda-beda ada dua puluh jenis asam amino dalam protein atau
jumlah bersambung molekul ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karbosil satu
asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang di sampingnya. Protein
memiliki sifat amfoter yaitu bersifat asam dan basa sifat asam berasal dari adanya
gugus amino karboksilat sedangkan sifat basa berasal dari adanya gugus amina. Selain
sifat protein juga dapat bersifat sweater ion. Sweater ion ditandai dengan adanya ion
positif dan juga negatif secara bersama. Ion positif hasil ionisasi gugus amino
sedangkan ion negatif hasil ionisasi dari gugus asam berupa karboksilat
(Harini,2019;66).
Protein merupakan polimer yang terdiri atas unit-unit berulang yaitu asam-asam
amino. Asam amino ini adalah senyawa yang mengandung gugus NH2 dan COOH pada
molekul yang sama dengan memiliki rumus umum. Protein terdiri atas sekitar 20 asam
amino yang berbeda, yang berhubungan satu sama lain melalui ikatan peptida yang
terbentuk antara satu asam amino dengan asam amino lainnya di sebelahnya. Rantai
samping asam amino dapat bersifat asam seperti pada asam glutamat dan asam asparat,
basa (seperti pada organisme) atau Netral (seperti pada alanin). Protein terdapat terdiri
atas ratusan asam amino, merupakan yang bersifat polielektrolit yang sifat-sifatnya
tergantung pada keseimbangan antara gugus asam dan amino pada rantai samping pada
umumnya sebagian besar protein bertindak sebagai asam lemah dan membentuk
penyangga dengan garam natrium (Cairas,2003:66).
Untuk mengenali struktur kimia dari suatu senyawa protein pengenalan terhadap
molekul asam sebagai penyusun utama dari senyawa protein menjadi dasar yang harus
dipahami. Setiap asam amino memiliki struktur dasar yang terdiri dari gugus amino,
gugus karboksilat, gugus hidrogen, dan gugus alkil. Jenis pengisi pada gugus alkil
yang memberikan variasi dari jenis asam amino yang ada. Ada 20 jenis asam gugus
alkil (-R) yang dapat 20 jenis asam amino. Gugus R yang paling sederhana pada suatu
senyawa protein adalah (-H) yang dapat membentuk glisin. Ikatan peptida adalah ikatan
yang dibentuk dari dua atau asam lebih amino. Polipeptida adalah rantai peptida dari
banyak asam amino. Suatu protein yang mengandung atau lebih polipeptida. Oleh
karena itu protein adalah rantai panjang asam amino yang disatukan oleh ikatan
peptida. Untuk membentuk polipeptida dari rantai protein asam amino disatukan oleh
ikatan peptida, dimana amino atau NH2 dari suatu asam amino berikatan dengan gugus
karboksilat asam atau COOH dari asam amino lain (Syukri,2022:9-10).
Deret asam-asam amino dalam suatu molekul protein disebut struktur primer
protein. Namun terdapat banyak hal pada struktur protein daripada banyak berturut-
turut primernya. Banyak sifat suatu protein ditentukan oleh orientasi molekul sebagai
suatu keseluruha. Bentuk (seperti misalnya suatu spiral) suatu molekul protein merata
kerangkanya disebut struktur sekunder. Autoraksi lebih lanjut seperti nya kerangka
untuk membentuk suatu bulatan disebut struktur tersier. Antaraksi antara sub unit
protein tertentu misalnya antara globin-globin dalam hemoglobin disebut struktur
kuartener. Struktur sekunder tersier dan kuarter secara kolektif dituju sebagai struktur
lebih tinggi protein (Fesscnden, 1982:4-8).
Mutu protein Dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung di
dalam protein tersebut. Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan asam
amino esensial dalam suatu perbandingan yang dapat mengalami kebutuhan manusia
dikatakan mempunyai mutu yang lebih tinggi sebaliknya protein yang kurang dari satu
atau lebih asam amino esensial mempunyai mutu yang rendah (Sogandi,2019).
Ketika asam amino berinteraksi dengan gula senyawa berwarna gelap terbentuk
dari asam amino yang sangat diperlukan (lisin dan terosin) hilang akibat dari
pembelahan lilin dan hidrogen sulfida (Belinska, 2018).
D. Alat dan Bahan
1. Alat

a. Tabung reaksi : Sebagai tempat mencampur dan mereaksikan


suatu zat kimia.
b. Rak tabung reaksi : Sebagai wadah untuk menyusun tabung
reaksi.
c. Gelas ukur 10 mL : Untuk mengukur volume larutan zat
cairan dengan tepat.
d. Pipet tetes : Untuk memindahkan cairan dalam
volume kecil.
e. Spatula : Untuk mengambil kasein 0,1 g.
f. Kaca arloji : Sebagai wadah untuk menimbang kasein.
g. Timbangan digital : Untuk menimbang kasein sebanyak 0,1 g.
h. Penjepit tabung : Untuk menjepit tabung reaksi saat
pemanasan berlangsung.
i. Botol Semprot : Sebagai wadah aquades.
j. Termometer celcius : Untuk mengukur derajat suhu campuran
pada uji xanthoproteate.
k. Gelas kimia 1000 mL : Sebagai wadah untuk menampung tabung
reaksi dan es batu dalam proses
pendinginan.
l. Gelas kimia 50 mL : Sebagai wadah menampung sisa - sisa
bahan.

2. Bahan
a. Larutan glisin (C2H3NO3) : Sebagai larutan uji.
0,1M
b. Larutan tirosin : Sebagai larutan uji.
(C9H11NO3) 0,1M :
c. Larutan Natrium : Sebagai larutan pereaksi dan
Hidroksida 10% (NaOH) netral.
d. Larutan Asam Klorida : Sebagai larutan pereaksi dan juga sebagai
(HCl) larutan pembanding.
e. Larutan Natrium Nitrit : Sebagai larutan pereaksi
5% (NaNO2)
f. Asam Nitrat pekat : Sebagai larutan pengoksidasi
(HNO3)
g. Kasein (protein susu) : Sebagai larutan penyedia asam
amino dan larutan yang akan
direaksikan.
h. Es batu (H2O) : Untuk mendinginkan larutan.
i. Kertas lakmus : Untuk mengukur tingkat keasaman dan
kebasaan larutan.
j. Aluminium foil : Untuk menutup wadah saat
diguncangkan setelah direaksikan.
k. Korek api : Untuk menyalakan spiritus.
l. Tissue : Untuk mengeringkan dan pembersih alat.

m. Air suling (H2O) : Sebagai pelarut dan pembersih alat- alat.

E. Prosedur Kerja
1. Uji Kelarutan dan Sifat Amfoterik
a) 1 mL larutan glisin, dan 1 mL aquades di tuangkan pada tabung reaksi. Diamati
apa yang terjadi.
b) Pada tabung lain ditambahkan 1 mL larutan tirosin dan 1 mL aquades. Diamati
apa yang terjadi.
c) Larutan masing-masing tabung diuji menggunakan kertas lakmus.
d) Pada tabung yang berisi larutan tirosin dan aquades, di tambahkankan 2 mL
NaOH 10%. Uji larutan menggunakan kertas lakmus.
e) Diteteskan HCl pekat sebanyak 10 tetes. Uji larutan menggunakan kertas
lakmus.
f) Ditimbang 0,1 gram kasein, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 5 mL aquades, dan ditambahkan 2 mL NaOH 10%. Larutan
disimpan untuk percobaan berikutnya.
2. Reaksi dengan Asam Nitrat
a) 1 mL glisin dituangkan ke dalam tabung reaksi, dan ditambahkan 5 mL HCl
pekat. Pada tabung lain ditambahkan 5 mL larutan HCl pekat sebagai
pembanding. Ditutup dengan aluminium foil. Amati perubahan.

b) Didinginkan kedua tabung dalam es batu sampai suhu 0℃. Ditambahkan 1 mL


NaNo2 pada masing-masing tabung. diamati perubahan yang terjadi.

c) Pada tabung yang berisi larutan kasein ditutup tabung dengan menggunakan
aluminium foil. Didinginkan sampai suhu 0℃. dan ditambahkan 1 mL NaNO 2.
Diamati perubahan yang terjadi.
3. Uji Xanthoproteat
a). Padatan kasein ditimbang sebanyak 0,1 gram, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Ditambahkan 2 mL asam nitrat pekat. Amati perubahan yang terjadi
b). Larutan dipanaskan perlahan sampai larutan homogen. Amati perubahan warna
yang terjadi. Larutan diuji dengan kertas lakmus. Catat perubahan yang terjadi.
c). Larutan dinetralkan menggunakan 50 tetes larutan NaOH 10%. Uji kelarutan
dengan kertas lakmus. Amati dan catat perubahan yang terjadi.

Didinginkan kedua tabung dalam es batu sampai suhu 0℃. Ditambahkan 1 mL


NaNo2 pada masing-masing tabung. diamati perubahan yang terjadi.
d) Pada tabung yang berisi larutan kasein ditutup tabung dengan menggunakan
aluminium foil. Didinginkan sampai suhu 0℃. dan ditambahkan 1 mL NaNO2.
Diamati perubahan yang terjadi.
3. Uji Xanthoproteat
a). Padatan kasein ditimbang sebanyak 0,1 gram, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Ditambahkan 2 mL asam nitrat pekat. Amati perubahan yang terjadi
b). Larutan dipanaskan perlahan sampai larutan homogen. Amati perubahan warna
yang terjadi. Larutan diuji dengan kertas lakmus. Catat perubahan yang terjadi.
c). Larutan dinetralkan menggunakan 50 tetes larutan NaOH 10%. Uji kelarutan
dengan kertas lakmus. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
F. Hasil Percobaan
1. Uji Kelarutan dan Sifat Amfoterik
a. Uji Kelarutan
Perlakuan Hasil Dokumentasi
1 mL glisin + 1 mL air suling + Larutan berwarna kuning
diuji dengan kertas lakmus jernih dan bersifat netral.

1 mL tirosin + 1 mL air suling Larutan berwarna kuning


+ diuji dengan kertas lakmus dan bersifat netral.

0,1 gram kasein + 1 mL air Larutan berwarna bening


suling + 2 mL NaOH + diuji
dan terdapat dua lapisan
dengan lakmus.
bawah terdapat endapan
putih dan bersifat basa

b. Uji Amfoterik
Perlakuan Hasil Dokumentasi
1 mL tirosin + 1 mL air suling
Larutan kuning terdapat
gelembung dan bersifat
+ 10 tetes HCl pekat + diuji
asam
dfengan lakmus.

0,1 gram kasein + 5 mL air Larutan bening terdapat


suling + 1 mL NaOH 10% + gelembung dan bersifat
10 tetes HCl pekat + diuji basa
dengan
lakmus
2. Reaksi dengan Asam Nitrat

Perlakuan Hasil Dokumentasi

Larutan berwarna bening


1 mL glisin + 5 mL HCl pekat
dan terdapat gelembung
+ larutan didinginkan + 1 mL
dibagian atas larutan dan
NaNO2.
terdapat endapan

Larutan berwarna bening


5 mL HCl pekat + didinginkan
kekunigan dan terdapa
+ 1 mL NaNO2.
gelembung.

0,1 gram kasein + 5 mL air


Larutan berwarna bening,
suling 1 mL NaOH 10% + 10
terdapat gelembung dan
tetes HCl pekat + didinginkan+
terdapat endapan.
1 mL NaNO2.

3. Uji Xanthoproteat

Perlakuan Hasil Dokumentasi

0,1 gram kasein + 2 mL HNO3 Larutan berwarna kuning


pekat dipanaskan bening bersifat asam .
0,1 gram kasein +2 mL HNO3
Larutan bertambah
pekat + dipanaskan+10 tetes
kuning bersifat asam
NaOH sebanyak 2kali

0,1 gram kasein + 2mL HNO3


Larutan berwarna kuning
pekat
keasaman

0,1 gram kasein + 2mL HNO3


pekat + diukur dengan kertas Larutan Asam
Lakmus

G. Pembahasan

Setiap asam amino memiliki struktur dasar yang terdiri dari gugus amino
gugus karbosilat, gugus hidrogen, dan gugus alkil. Jenis pengisi pada gugus alkis
yang memberikan variasi dari jenis asam amino yang ada. Ada 20 gugus alkil (-R)
yang terdapat 20 jenis asam amino. Gugus R yang paling disederhanakan pada
suatu senyawa protein adalah (-H) yang dapat membentuk glisin. Ikatan peptida
adalah ikatan yang dibentuk dari dua atau pasang amino alami dan lebih polipeptida
adalah rantai peptida dari banyak asam amino. Suatu protein mengandung satu atau
lebih polipeptida Oleh karena itu, protein adalah rantai panjang asam amino yang
disatukan oleh ikatan peptida (Syukri, 2022 :9-10).

Tujuan dari percobaan ini adalah memahami kelarutan dan sifat amfoter dari
asam amino, mengetahui adanya gugus amino bebas pada asam amino bebas dan
protein, dan juga dapat mengalami reaksi xanthoproteat

Dasar dari percobaan ini kelarutan kali ini yaitu dapat larut dalam protein
larutan Netral, asam, dan basa. Adapun prinsip kerjanya yaitu mereaksikan,
meneteskan, digoncangkan, dan didinginkan. Prinsip dasar uji reaksi dalam asam
nitrat yaitu gugus amino bebas pada asam amino dan protein sedangkan prinsip
kerjanya yaitu meneteskan mendinginkan menimbang dan menghubungkan. Prinsip
dasar dari percobaan uji xanthoproteat protein adalah protein yang asam amino
yang mengandung gugus alkil bereaksi positif terhadap reagen sentropis prinsip
kerjanya yaitu menimbang menetes membakar menggoncangkan, dan memanaskan.

1. Kelarutan dan sifat amfoterik

a. Uji kelarutan

Perlakuan perlakuan pertama yaitu 1 mili direaksikan dengan 1 mili air


suling lalu diukur pH-nya menggunakan lakmus diperoleh bahwa larutan menjadi
berwarna kuning benin dan bersifat netral. Dilihat dari struktur glisin bersifat netral
karena terjadi kesetimbangan antara anion dan kation dari glisin sehingga asam
amino berada pada titik bermuatan netral. Hal ini sesuai dengan teori bahwa asam
amino glisin bersifat polar sehingga dapat larut dalam air dan bersifat alami jika
dalam larutan asam dan bersifat basa (Risioiyanto,2019).

Adapun reaksinya:

Pada pada percobaan untuk tirosin setelah ditambahkan dengan air


suling (H2O). Larutan tidak berwarna (bening) dan juga bersifat netral. Tujuan
dari penambahan aquades untuk membantu tirosin larut dengan baik. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa pada umumnya asam-asam amino dapat larut dalam
pelarut polar seperti halnya tirosin namun memiliki kelambatan terendah pada
air (Sumarjo, 2019:39).Adapun reaksinya:

Percobaan ketiga yaitu menggunakan kaseng yang direaksikan dengan air


suling lalu ditambahkan NaOH 10% terbentuk larutan yang mempunyai fase
sebanyak 2. Fase atas berupa larutan benih dan fase bawah terdapat endapan
berwarna putih dan larutannya bersifat basa. Penambahan NaOH berfungsi untuk
memberikan suasana basa pada larutan. Hasil pengamatan menunjukkan kasein
sukar larut dalam air bahkan tidak dapat larut karena banyak yang rantai karbon
yang terikat sehingga menyebabkan kelarutan kasein larutan kemudian
digoncangkan menghasilkan koloid penyebab munculnya koloid. karena kasemi
mempunyai kemampuan berkaloid yang muncul ketiga bereaksi dengan larutan
basa.

b. Uji Amfoterik

Percobaan pertama yaitu 5 ml lusin direaksikan dengan 1 ml air suling


lalu ditambahkan hasil pekat menghasilkan larutan kuning benin terdapat
gelembung dan bersifat asam. Fungsi ditambahkan HCL agar larutan menjadi
asam dengan menyumbangkan proteinnya. Setelah itu diuji dengan lakmus
diperoleh larutan bersifat asam. Hal ini terjadi tirosin pada dasarnya bersifat
amfoter karena dapat bersifat asam dan basa. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa asam amino yang memiliki gugus R bermuatan negatif sebagai anion
dan asam amino yang memiliki gugus air bermuatan positif sebagai kation.
Karena senyawa asam amino membawa gugus basa dan asam amino maka
disebut sebagai senyawa amfoter.

(natrium tirosin) (air) (Natrium Hidroksida) (Natrium tirosin) (Air)

OH CH2CHCOOH+H2O + HCl > OH CH2COOH+NaCl

(Natrium Tirosin) (Asamkalorida) (Natrium Tirosin)


Percobaan kedua sebanyak 0,1 gram direaksikan dengan 5 mili air suling
tambah 1 ml nhoh 10% + 10tetes HCL pekat menghasilkan larutan benin dan
terdapat gelembung. Fungsi penambahan air suling yaitu sebagai pelarut,
penambahan NaOH berfungsi untuk memberikan sifat basa pada larutan dengan
cara digoncangkan sampai menghasilkan larutan koloid. Hal ini terjadi karena fase
ini memiliki sifat koloid yang dapat bereaksi dengan larutan basa. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa kaseng akan mengendap karena memiliki kelarutan rendah
dalam air (Qullam, 2020:24).

2. Reaksi Dengan Asam Nitrat

Perlakuan pertama, larutan glisin direaksikan dengan HCL pekat dihasilkan


larutan bening, setelah didinginkan hingga 00 C dan dilakukan penambahan NaNo3
maka larutan bereaksi menjadi berwarna kuning dan terlihat terdapat endapan. HCl
berfungsi memberikan suasana asam yang bereaksi dingin NaNo3 dan membentuk
HNO2. Sedangkan NaNo3 berfungsi agar asam amino mampu bereaksi dengan
natrium nitrat menghasilkan gas H2 karena mengandung gugus amino bebas.
Tujuan pendinginan yaitu mempercepat proses berlangsungnya reaksi dalam
larutan, karena salah satu struktur laju reaksi yaitu suhu serta glisin yang dapat
bereaksi baik pada suhu dingin. Adapun reaksinya:

HCl + NaNo2 HNO3 + NaCl


(Asam klorid) (Natrium hitrat) (Asam nitrit) (Asam klorid)

Pada larutan HCl yang direaksikan NaNo3 dan didinginkan menghasilkan


larutan berwarna kuning benin dan terdapat gelembung dan endapan.
Pada perlakuan terakhir yaitu 0,1 gram kasein direaksikan dengan 5 ml air
suling, kemudian kemudian dimasukkan 1 ml NaOH 10%. Lalu diteteskan HCl
pekat sebanyak 10 tetes. Hasil pengamatan didapatkan larutan berwarna bening,
terdapat gelembung pada permukaan larutan dan terdapat endapan berwarna putih
bersih dan bersifat asam.
3. Reaksi dengan Xanthoproteat
Tujuan pengujian ini untuk membuktikan adanya cincin aromatik dalam
protein di mana cincin ini yaitu benzena. Uji percobaan ini ditandai dengan larutan
berwarna kuning, kasein dilakukan dengan HNO3 pekat menghasilkan larutan yang
berwarna kuning larutan dipanaskan sehingga menghasilkan larutan yang berwarna
kuning keemasan yang Setelah diuji lakmus bersifat telah bersifat asam. Fungsi dari
HNO3 penambang untuk melarutkan kasein dan juga akan bereaksi dengan cincin
benzena pada kasein membentuk nitrat. Adapun fungsi pemanasan untuk
mempercepat berlangsungnya proses reaksi karena salah satu faktor laju reaksi
adalah suhu.
Setelah pemanasan, ditambahkan hingga 20 tetes NaOH yang
menghasilkan larutan kuning pekat keemasan. Hal ini menandakan pada kasein
mengalami nitrasi sehingga menghasilkan nitrogen berwarna kuning penambahan
hoh pekat yaitu agar larutan dalam keadaan basa dapat bersifat katalis. Namun,
percobaan kali ini tidak didapati jika hasil dan mengatakan bahwa larutan yang
diuji bersifat basa. Hal ini menunjukkan tidak sesuai teori yang mengatakan
presiden dalam amino dengan radikal fenil jika ditambahkan dengan asam nitrat
pekat akan terbentuk gumpalan putih.
Adapun reaksinya:
G. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:

a. Asam amino memiliki kelarutan yang homogen seperti yang terjadi pada
larutan glisin dan tirosin. Pada protein untuk tidak mempunyai kelarutan
yang homogen. Hal ini terjadi karena terdapat dua kasa, pada uji
amfoterik direaksi dengan asam dan basa dibuktikan dengan kertas
lakmus.

b. Keberadaan gugus amino bebas dapat dilihat dan dibuktikan dengan


hasil percobaan yang menunjukkan adanya gelembung pada kasein
terdapat endapan.

c. Uji xanthoproteat adalah uji kualitatif pada protein yang digunakan


untuk mengidentifikasi asam amino yang mengandung aromatik dalam
percobaan ini ditandai dengan larutan yang berwarna bening.

H. Saran

Disarankan kepada praktikan selanjutnya agar lebih terstruktur dalam


menjalankan praktikum asam amino dan protein. Serta melakukan
pengamatan dengan baik.

d.
DAFTAR PUSTAKA

Belinska. S, Kamienieva,N., Levytska. S.,dkk (2008). Determination of


Amino Acid Compofition of Broccolli Cabbage Protein. Eureka.
Life Science. 3 (25)

Cairns. D, (2008). Intisari Kimia Farmasi. Jakarta, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC

Fescenden. R,J.& Fessenden, J.S. (1982). Chenistng Organic Secon Edition.


America : Pws Publisher

Harini. N., Marianty, R., & Wahyudi V.A (2019). Analisa Panjan. Sidoarjo :
Zifatama Jawara

Sogandi.D., Nasution, M.Y., Henggu, K.U.,dkk. (2022). Buku Ajaran


Biokimia. Sulawesi Tengah:CV.Peniks Muda Sejatera.

Anda mungkin juga menyukai