Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
ACARA III
STOKIOMETRI REAKSI PENGENDAPAN

DISUSUN OLEH:
NAMA: MEGA UTAMI
NIM: G1C019042

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ACARA III
STOKIOMETRI REAKSI PENGENDAPAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menghiting persentase endapan yang dihasilkan berdasarkan reaksi stokiometri.
2. Waktu Praktikum
Kamis,10 Oktober 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Stokiometri raksi adalah penentuan perbandingan massa unsur - unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stokiometri,
biasanya diperlukan hukum-hukum dasar kimia. Hukum kimia adalah hukum alam yang
relevan dengan bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum
konservasi massa ,yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kualitas materi
sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika moderen menunjukkan bahwa energi dan masa saling
berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi
menuntun ke suatu kensep-konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika,
dan kinematika. Hukum perbandingan tetap dari Joshep Proust menyatakan bahwa zat
kimia murni tersusun dari unsur - unsur dengan formula tertentu. Kita sekarang
mengetahui bahwa susunan struktural unsur - unsur ini penting (Alfian, 2009: 1).
Ketika gas amonia disitesis,gas hidtogen,dan gas nitrogen bereaksi dengan volume
masing-masing sesuai hukum perbandingan volume sebagai berikut :
Gas hidrogen + gas nitrogen Amonia
3 H2(g) + N2(g) 2 NH3(g)
3 volume 1volume 2volume
Menurut Avogadro, volume semua gas yang diukur pada suhu dan tekanan yang
sama mempuyai jumlah molekul yang sama. Jadi volume 1L N2 mengandung jumlah
partikel (dalam hal ini, jumlah molekul) yang sama banyak dengan 1 L H2. Tetapi, berapa
banyak jumlah partikel tersebut. Dengan metode stoikiometri dapat menghitung jumlah
partikel dalam suatu reaksi kimia dan keterkaitannya dengan massa atau volume preaksi
dan / atau hasil reaksi. Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menggambarkan
semua aspek kuantitatif dari komposisi kimia dan reaksi kimia zat. Zat adalah susunan
dari partikel-partikel (atom, massa, dan molekul ) dengan jenis dan perbandingan tertentu,
dimana massa molekul relatif (Mr) sama dengan jumlah massa atom realatif penyusunya
(Sigma Ar) (Mulyanti, 2015: 39-40).
Penelitian dan percobaan yang dilakukan pada suasana yang terkontrol menjadi
dasar hukum kekekalan massa yang berbunyi "Dalam suatu reaksi, massa zat sebelum
dan sesudah reaksi adalah sama". Kemudian timbul masalah pada reaksi eksotermik dan
endotermik,karena menurut Albert Einstein massa setara dengan energi, yaitu :
E = m.C2
Hukum kekekalan massa adalah hukum kimia yang penting yang berhubungan dengan
reaksi kimia dan digunakan sebagai sebab mengapa diadakan kesetimbangan kimia.
Kemudian para peneliti, menelitu tentang hukum tersebut. Sehingga menghasilkan
hukum perbandingan tetap yang berbunyi "Suatu senyawa selalu teediri atas unsur-unsur
yang sama dengan perbandingan massa yang tetap". Ketika kita mengambil air,baik dari
sumber manapun,maka pervandingan komposisi hidrogen dan oksigen adalah 1,00 gH ;
8,00 gO. Sehingga bila kita mengambil dengan 2,00 gH,maka akan terdapat 16900 gO,
sehingga perbandingannya tetap ( Prasetiawan, 2009:18-19).
Oksigen +Hidrogen. Air
8gram 1gram 9gram
16gram. 2gram. 18gram
Konsep kimia berjenjang dan saling berkaitan dari yang sederhana menuju
kompleks, sehingga diperlukan pemahaman konsep fundamental (Sastrawijaya, 1988).
Salah satu konsep kimia yang bersifat fundamental atau dasar adalah stoikiometri karena
sangat penting untuk dipahami sebelum mempelajari perhitungan kimia. Konsep
stoikiometri bersifat abstrak karena mempelajari partikel penyusun materi berupa atom,
molekul, dan ion yang tidak kasat mata, sehingga menyebabkan kesulitan bagi peserta
didik untuk mempelajarinya (Sutinah, 2018).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat praktikum
a. Batang pengaduk
b. Corong kaca 75 mm
c. Erlenmeyer 100 ml
d. Gelas arloji
e. Gelas kimia 250 ml
f. Neraca analitik
g. Oven
h. Penjepit kayu
i. Pipet tetes
j. Pipet ukur 5 ml
k. Rubber bulb
l. Tabung reaksi
2. Bahan - bahan praktikum
a. Aquades ( H2O(l) )
b. Kertas saring
c. Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 M
d. Larutan kalium hidroksida (KOH) 0,117 M
e. Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,3375 M
f. Larutan timbal asetat (Pb(CH3OO)2) 0,1 M

D. PROSEDUR KERJA
1. Tabung Reaksi (Reaksi antara Pb(CH3COO)2 0,1M dan H2SO4 0,1 M)
a. Diambil 5 mL Pb Asetat dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 5 mL H2SO4 1 M.
b. Diamati warna kedua larutan sebelum reaksi.
c. Diamati warna kedua larutan sesudah reaksi, dan diamati pula warna
endapannya lalu catat warna yang dihasilkan.
d. Ditimbang kertas saring
e. Diletakkan corong kaca diatas labu erlenmeyer.
f. Dimasukkan kertas saring pada corong kaca, dan ditambahkan sedikit aquades
pada kertas saring agar kertas saring menempel tepat di atas corong kaca.
g. Dituang larutan yang telah direaksikan hingga tak ada yang tersisa.
h. Ditambahkan aquades jika masih ada endapan yang tersisa pada tabung reaksi.
i. Dikeringkan kertas saring, dan dilipat seperti lipatan martabak lalu dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 100℃.
j. Ditunggu selama 5 menit.
k. Diangkat gelas arloji menggunakan penjepit kayu.
l. Didinginkan kertas saring lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik.
m. Ditulis hasil dari pengamatan.
2. Tabung reaksi 2 (Reaksi antara KOH 0.117 M dan CuSO4 M)
a. Diambil 5 mL KOH 0,117 M dan 5 mL larutan CuSO4 0,3375 M dengan pipet
ukur.
b. Dicampur kedua larutan tersebut kedalam tabung reaksi.
c. Diamati perubahan awal dan akhir pada kedua larutan tersebut terdapat
endapan atau tidak.
d. Dilipat kertas saring sampai membentuk lipatan pada kertas.
e. Diletakkan kertas saring ke dalam corong kacca dan dibasahi sedikit dengan
aquades agar dapat menempel dilabu erlenmeyer.
f. Dituang larutan yang didalam tabung reaksi ke dalam labu erlenmeyer.
g. Ditunggu larutan sampai meneteskan semua caiannya.
h. Diambil kertas saring kemudian dilipat ujung – ujung kertas saring menghadap
kebawah.
i. Diatmbahkan aquades jika masih ada endapan yang tersisa pada tabung reaksi.
j. Ditaruh kertas saring ke arloji kaca dan dimasukkan ke dalam oven, yang telah
diatur suhunya sebesar 100o C.
k. Ditunggu selama 5 menit.
l. Diangkat gelas arloji menggunakan penjepit kayu.
m. Didinginkan kertas saring lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik.
n. Ditulis hasil dari pengamatan.

E. HASIL PENGAMATAN
Reaksi larutan Pb(CH3COO)2 0,1M dengan larutan H2SO4 1M
No Prosedur pengamatan Hasil pengamatan
1 Ditambahkan 5mL Pb(CH3COO)2 0,1M Warna bening
2 Ditambahkan 5mL H2SO4 1M Warna bening
3 Diletakan kertas saring dan diletakkan di corong Kertas saring menempel
kaca kemudian dibasahi aquades dipermukaan corong kaca
4 Disaring Terdapat endapan putih
(PbSO4) dan berbau asam
5 Kertas endapan dioven dan ditimbang Setelah di dinginkan
kertas saring ditimbang
dan memiliki berat
1,15gram

Reaksi larutan 5mL KOH 0,117M dengan larutan 5mL CuSo4 0,3375M
No Prosedur pengamatan Hasil pengamatan
1 Ditambahkan 5mL KOH 0,117M Berwarna bening
2 Ditambahkan 5mL CuSO4 0,3375M Berwarna biru jernih
3 Diletakan kertas saring dan diletakkan di corong Kertas saring menempel
kaca kemudian dibasahi aquades pada corong kaca
4 Disaring Menghasilkan endapan
berwarna biru
Cu(OH)2
5 Kertas endapan dioven dan ditimbang Setelah di dinginkan
memiliki berat sebesar
1,11gram

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. Pengendapan PbSO4
Pb(CH3COO)2 (aq)+ H2SO4 (aq) PbSO4 (s) + 2CH3COOH (aq)
(bening) (bening) (endapan putih) (cuka)

b. PengendapanCuOH
CuSO4(aq)+2 KOH (aq) Cu(OH)2 (s)+ K2SO4 (aq)
(biru jernih) (bening) (andapan biru) (Kalium sulfat)

2. Perhitungan
Diketahui :
M Pb(CH3COO)2 = 0,1 M
M H2SO4 =1M
M KOH = 0,117 M
M CuSO4 = 0,3375 M
V Pb(CH3COO)2 = 5 ml
V H2SO4 = 5 ml
V KOH = 5 ml
V CuSO4 = 5 ml
Mr PbSO4 = 303
MrCu(OH)2 = 97,5

Ditanya :
Massa PbSO4 dan Cu(OH)2 = …?

Penyelesaian :
a. Tabung I

n Pb(CH3COO)2 =MxV
=0,1 x 5 ml
= 0,5mmol
=0,0005mol
n H2SO4 =MxV
= 1 x 5 ml
= 5 mmol
= 0,005 mol
Pb(CH3COO)2 (aq)+ H2SO4 (aq) PbSO4 (s)+ 2CH3COOH (aq)
M 0,0005 0,005 - -
R 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005
S - 0,0045 0,0005 0,0005

Sehingga n PbSO4 = 0,0005mol

m teori PbSO4 = n x Mr PbSO4


= 0,0005mol x 303
= 0,1515 gram

m experimen = (massa kerta ssaring I + endapan) – (massa kertas saring kosong)


= 1,15 gram – 1,10 gram
= 0,05 gram

% endapan = x 100%

= x 100%

= 33,003 %

b. Tabung II
n KOH =MxV
=0,117 M x 5 ml
= 0,585 mmol
=0,000585 mol

n CuSO4 =MxV
=0,3375 M x 5 ml
=1,69 mmol
=0,00169 mol
CuSO4(aq) + 2 KOH (aq) Cu(OH)2 (s) +K2SO4 (aq)
M 0,00169 0,00117 - -

R 0,000585 0,00117 0,000585 0,000585

S 0,00110 - 0,000585 0,000585

Sehingga, n Cu(OH)2 = 0,000585 mol

m Cu(OH)2 = n x Mr Cu(OH)2
= 0,000585 mol x 97,5
= 0,057 gram

m exp = (massa kertas saring II + endapan) – (massa kertas saring kosong)


= 1,11 gram – 1,09 gram
= 0.02 gram

% endapan = x 100%

= x 100%

= 35,807 %

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk menghitung persentase endapan yang
dihasilkan berdasarkan reaksi stoikiometri. Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang
menggambarkan senyawa aspek kuantitatif dari komposisi kimia dan reaksi kimia. Reaksi
kimia adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi, baik sebagai
pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Dalam suatu reaksi juga terdapat reaksi
pengendapan Reaksi pengendapan adalah reaksi pembentukan padatan dalam larutan atau
di dalam padatan lain selama reaksi kimia. Pengendapan juga dapat terjadi karena adanya
difusi dalam padatan ketika reaksi terjadi dalam larutan cair, padatan terbentuk disebut
sebagai endapan Bahan kimia yang menyebabkan adanya padatan disebut sebagai
pengendapan.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, direaksikan Pb asetat (Pb(CH3COO)2)
dengan asam sulfat (H2SO4). Pada awalnya Pb asetat dan H2SO4 berwarna bening.
Setelah dicampurkan kedua larutan tersebut menghasilkan filtrat dan endapan, dimana
filtrate yang dihasilkan berwarna bening dan endapannya berwarna putih. Terjadinya
pengendapan dikarenakan senyawa – senyawa yang direaksikan merupakan senyawa
ionik. Berat awal kertas saring sebelum di tuangkannya larutan Pb asetat ditambah
dengan H2SO4 sebesar 1,10 gram dan setelah dituang larutan tersebut dan di oven berat
kertas saring menjadi 1,15 gram. Dan untuk percobaan CuSO4 dengan KOH, warna awal
dari CuSO4 adalah biru muda dan KOH berwarna bening, ketika direaksikan berubah
warna menjadi biru muda. Berat kertas saring sebleum dituangakan larutan CuSO4
ditambah KOH sebesar 1,09 gram dan berat kertas saring setelah dituangkan larutan
tersebut dan dioven sebesar 1,11gram. Besar persentase endapan dari larutan Pb asetat
(Pb(CH3COO)2) dengan asam sulfat (H2SO4) sebesar 33,003% dan larutan CuSO4 dengan
KOH sebesar 35,807%.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
menentukan persentase endapan yang dihasilkan berdasarkan reaksi stoikiometri dapat
dilakukan dengan cara mencampurkan larutan Pb asetat (Pb(CH3COO)2) dengan larutan
asam sulfat (H2SO4). Sehingga terbentuk endapan yang berwarna putih yang bernama
PbSO4(s) dan dapat dihitung endapan bedasarkan reaksi stoikiometri yaitu diperoleh sebesar
33,003% dan persentase endapan Cu(OH)2 adalah 35,807%.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Z., 2009, Kimia Dasar, USU Press, Medan.


Mulyanti, S., 2015, Kimia Dasar Jilid 1, Alfabeta, Bandung.
Prasetiawan, W., 2008, Kimia Dasar 1, Cerdas Pustaka, Jakarta.
Sutianah, 2018, Efektivitas Penerapan Modul Stoikiometri Berdasarkan Konsep Sukar dan
Kesalahan Konsep pada Pemahaman dan Persepsi Peserta Didik Kelas X SMA, Vol
3, pp. 990.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai