Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
STOIKIOMETRI

Dosen Pembimbing : Rina Rahayu, M.Pd

Disusun Oleh

Almah Yuliana ( 1910303081/IPA B )

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
PERCOBAAN 2
STOIKIOMETRI
1. Tujuan
a. Menguji kembali hukum kekekalan massa
b. Menentukan perbandingan jumlah mol antara zat-zat yang bereaksi
2. Landasan Teori
Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan hubungan
angka/kuantitatif antara reaktan dan hasil produk dalam raksi kimia (Parta
Setiawan, 2019). Stoikiometri ada dua macam yaitu stoikiometri senyawa dan
stoikiometri reaksi. Stoikiometri senyawa adalah perhitungan unsur dalam
suatu senyawa. Sedangkan stoikiometri reaksi itu mengikutsertakan
perhitungan reaksi kimia (Nuryanto, S.Pd). Hukum dasar kimia merupakan
hukum yang mendasari stoikiometri (Sura Kitti, PT. Kandel, 2010). Menurut
Antoine Lavoisier hukum kekekalan massa yaitu massa azt sebelum maupun
sesudah itu sama (Elyana Karimah, S.Si, 2014). Tujuan melakukan praktikum
ini untuk menentukan hasil reaksi dan dapat lebih mudah dalam menulisakn
rumus dari suatu senyawa tersebut.
Melalui stoikiometri berkaitan dengan beberapa hal di antaranya hukum
dasar kimia, konsep mol, dan stoikiometri itu sendiri. Berikut ini penjelasan
dari tiga hal tersebut.
1) Hukum dasar kimia
Hukum dasar kimia terbagi menjadi 5 pokok bahasan di antaranya :
a) Hukum kekekalan massa
Hukum kekekalan massa atau hukum Lavoisier menyatakan bahwa
“dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
sama”.Contoh penerapan hukum Lavoisier ini adalah 1 gram H2 dapat
bereaksi dengan 8 gram O2 menghasilkan 9 gram H2O.
b) Hukum perbandingan tetap
Hukum perbandingan tetap atau hukum Proust menyatakan bahwa
perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap

2
dan tertentu”. Contoh penerapan hukum proust adalah perbandingan
berikut ini yakni H2 : O2 = 1 : 8.
Maka :

Massa H2 Massa O2 Massa H2O Massa Zat sisa


(gram) (gram) (gram)
1 8 9 -
2 8 9 1 gram H2
1 9 9 1 gram O2
2 16 18 -

c) Hukum perbandingangan volume


Penemu hukum ini adalah Louis Gay Lussac yang mengemukakan
“Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas
yang bereaksi dan hasil reaksi merupakan bilangan bulat sederhana”.
Contoh : H2 (g) + O2 H2O (g)
2L 1L 2L
Perbandingan volumenya = 2:1:2
2) Konsep mol
a) Hukum mol, massa, jumlah partikel, dan volume larutan.

mom
mol = massa / Mr/Ar = volume gas/ 22,4 L

3) Stoikiometri
a) Massa atom relatif dan massa molekul relatif

Mr = Ar atom penyusun
b) Persen massa

% Massa A = Massa zat A / Massa campuran AB ×100 %

c) Molaritas

3
Kemolaran (M) = mol×volume

d) Pengenceran

V1×M1 = V2×M2
Keterangan :
V1 = Massa setbelum pengenceran
V2 = Volume setelah pengenceran
M1 = Massa sebelum pengenceran
M2 = Massa setelah pengenceran
e) Rumus empiris dan rumus molekul
Rumus empiris merupakan suatu rumus kimia yang menyatakan
perbandingan sederhana dari jumlah atom-atom yang menyusun suatu
senyawa, sedangkan rumus molekul adalah rumus kimia yang
menyatakan jenis dan jumlah atom yang menyusun suatu senyawa.
f) Rumus kimia hidrat
Hidrat adalah zat padat yang mengikat molekul air sebagai bagian dari
struktur kristalnya. Contoh senyawa hidrat : Garam Inggris
(MgSO4.7H2O). Jika senyawa hidrat dipanaskan ada separuh air yang
kristalnya bisa dilepas.
g) Pembakaran hidrokarbon

Suatu hidrokarbon apabila mengalami reaksi pembakaran sempurna akan


menghasilkan gas karbondioksida dan uap air. Contoh : CxHy + O2 →

x CO2 + y H2O

h) Pereaksi pembatas
Pereaksi yang terlebih dahulu habis atau pereaksi yang terdapat dalam
jumlah relatif kecil dalam hubungan stoikiometrinya (Tim Maestro
Eduka, Cetakan Pertama, Juli 2018).

3. Rumusan Masalah

4
a. Bagaimana cara menguji kembali hukum kekekalan massa?
b. Bagaimana cara menentukan perbaandingan jumlah mol antara zat-zat
yang bereaksi?
4. Hipotesis
a. Pembuktian hukum kekekalan massa dapat dilakukan dengan cara
mengukur massa suatu reaktan sebelum reaksi kimia , yang dilanjutkan
mengukur massa produk dari reaksi kimia tersebut.
b. Perbandingan jumlah mol antara zat yang bereaksi dapat dihitung
menggunakan rumus stoikoimetri.
5. Menguji Hipotesis
5.1. Alat dan bahan
Alat :

a. Gelas ukur 10 mL h. Karet penutup


b. Erlenmeyer 500 mL erlenmeyer
c. Tabung reaksi kecil i. Gelas kimia 250 mL
d. Tabung reaksi besar j. Batang pengaduk
e. Rak tabung reaksi k. Penggaris
f. Neraca analitik l. Termometer
g. Corong

Bahan :
a. Larutan NaOH 0,1 M; 1 M
b. Larutan CuSO4 0,1 M
c. Larutan H2SO4 1M
d. Larutan KI 0,5 M
e. Larutan Pb(NO3)2 0,5 M

5
5.2. Cara Kerja
5.2.1. Kekekalan Massa Zat Pada Reaksi Kimia

(10 ml NaoH 1M) (5 ml CuSo4 0,5M)

(10 ml KI 0,5M)
(5 ml
Pb(No3)2 0,5M)

6
5.2.2. Stoikiometri Reaksi Pengendapan
NaOH CuSO4

NaOH CuSO4

NaOH CuSO4

7
Grafik
Y(Tinggi Endapan)
Tentukan koefisien
reaksi berdasarkan
titik optimum

X (Volume Larutan)

5.2.3. Stoikiometri Reaksi Asam Basa


NaOH

H2SO4

8
NaOH

H2SO4

9
Grafik

Y (ΔT)

X(Komposisi Volume Asam Basa)

6. Pengamatan

10
6.1. Kekekalan Massa Zat Pada Reaksi Kimia

No Pengamatan Hasil Pengamatan


a. Massa labu Erlenmeyer NaOH dan CuSO4 KI dan Pb(NO3)2
beserta isinya :
153,9 gr 158,3 gr
 Sebelum reaksi
153,9 gr 158,3 gr
 Setelah reaksi
b. Reaksi kimia yang NaOH+CuSO4 Na2SO4+Cu (OH)2
terjadi Pb (NO3)+CuSO4 PbI2+2 KNO3
c. Hasil Penyaringan
 Filtrat Jernih Jernih
 Residu Biru Kuning

6.1.1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan

Tabung A B C D E F
Vol.NaOH 1 2 3 4 5 6
(ml)
Vol. CuSO4 6 5 4 3 2 1
(ml)
Tinggi 0,3 0,5 0,8 2,4 3,5 1,9
Endapan mm mm mm mm mm mm
(mm)

Grafik

4 11
3

2
Tinggi
endapan
(mm)

0 1 2 3 4 5 6

0 6 5 4 3 2 1

Volume NaOH (mL) Volume CuSO₄


(mL)

6.1.2. Stoikiometri Reaksi Asam Basa

Volume Volume TM TA ∆T
NaOH (ml) H2SO4 (ml)
5 25 28 ֠C 31 ֠C 3 ֠C
10 20 28 ֠C 32 ֠C 4 ֠C
15
15 28 ֠C 33 ֠C 5 ֠C

20 10 28 ֠C 32 ֠C 4 ֠C
25 5 28 ֠C 33 ֠C 5 ֠C

Grafik
5

4
∆T (℃)
3

2
12
1
5 10 15 20 10

25 20 15 10 5

Volume NaOH (mL) Volume H₂SO₄ (mL)

7. Hasil dan Pembahasan


7.1 Perhitungan Stoikiometri Reaksi Pengendapan
Berikut ini reaksi yang terjadi antara NaOH dan CuSO4
2NaOH + CuSO4 → Na2SO4 + Cu(OH)2
Kemudian dilanjutkan untuk menghitung molaritas setiap larutan
1. Larutan A
Mol NaOH = Molaritas x V NaOH
= 0,1 M x 1 mL
= 0,1mmol
Mol CuSO4 = 0,1 M x V CuSO4
= 0,1 x 6 ml
= 0,6 mmol
2. Larutan B
Mol NaOH = 0,1 x 2 ml
= 0,2 mmol
Mol CuSO4 = 0,2 x 5 ml

13
= 1 mmol
3. Larutan C
Mol NaOH = 0,1 x 3 ml
= 0,3 mmol
Mol CuSO4 = 0,1 x 4 ml
= 0,4 mmol
4. Larutan D
Mol NaOH = 0,1 X 4 ml
= 0,4 mmol
Mol CuSO4 = 0,1 x 3 ml
= 0,3 mmol
5. Larutan E

Mol NaOH = 0,1 x 5 ml

= 0,3 mmol

Mol CuSO4 = 0,1 x 2 ml

= 0,2 mmol

6. Larutan F
Mol NaOH = 0,1 x 6 ml
= 0,6 mm0l
Mol CuSO4 = 0,1 x 1 ml
= 0,1 mmol
7.2 Perhitungan Stoikiometri Reaksi Asam Basa
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O
1. Larutan A
Mol NaOH = Molaritas x V NaOH
= 1 x 5 ml
= 5 mmol
Mol H2SO4 = 1 x 25 ml

14
= 25 mmol
2. Larutan B

Mol NaOH = 1 x 10 ml

= 10 mmol

Mol H2SO4 = 1 x 20 ml

= 20 mmol

3. Larutan C
Mol NaOH = 1 x 15 ml
= 15 mmol
Mol H2SO4 = 1 x 15 ml
= 15 mmol
4. Larutan D
Mol NaOH = 1 x 20 ml
= 20 mmol
Mol H2SO4 = 1 x 10 ml
= 10 mmol
5. Larutan E
Mol NaOH = 1 x 25 ml
= 25 mmol
Mol H2SO4 = 1 x 5 ml
= 5 mmol
8. Hasil dan Pembahasan
8.2.1 Kekekalan Massa Zat Pada Reaksi Kimia
a. Dalam melakukan percobaan ini mahasiswa di minta untuk memahami
langkah langkah secara runtut dan teliti sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam melakukan percobaan tersebut. Setelah memasukkan 5 ml larutan
NaOH pada tabung erlemeyer dan 2,5 ml larutan CuSO4 ke dalam tabung
reaksi, kemudian masukkan tabung reaksi ke dalam tabung erlenmeyer.

15
Setelah itu timbang labu erlenmeyer, maka diperoleh massa yakni 153,9
gram sebelum reaksi. Setelah ditimbang labu erlenmeyer dimiringkan dan
kedua larutan membentuk larutan baru yang berwarna biru. Walaupun
membentuk larutan baru, akan tetapi keduanya tidak menyatu sama lain,
dan terlihat endapan di pinggir tabung erlenmeyer. Setelah terjadi reaksi
kimia antara 2 larutan tersebut, kemudian lakukan kembali dalam
menimbang tabung erlenmeyer yang di dalamnya terdapat NaOH dan
CuSO4 yang telah bereaksi, sehingga dapat diperoleh massa 153,9 gram.
Dari langkah percobaan ini dapat membuktikan kebenaran hukum
kekekalan massa, karena massa antara produk dan reaktan sebelum dan
sesudah reaksi memiliki nilai yang sama.
b. Setelah itu lakukan kembali percobaan dari langkah a-e namun dengan
bahan yang berbeda yaitu 5 ml larutan KI dan 2,5 ml larutan Pb(NO)3. Jika
sudah memasukkan 5 ml larutan KI pada tabung erlemeyer dan 2,5 ml
larutan Pb(NO)3 ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan tabung
reaksi ke dalam labu erlenmeyer. Setelah selesai melakukan langkah
tersebut selanjutnya timbang labu erlenmeyer, maka diperoleh massa yakni
158,3 gram sebelum bereaksi. Setelah ditimbang labu erlenmeyer
dimiringkan dan kedua larutan membentuk larutan baru berwarna kuning.
Kedua larutan membentuk larutan baru yang saling menyatu sama lain,
dan tidak nampak endapan di tepi labu erlenmeyer. Setelah terjadi reaksi
kimia antara 2 larutan tersebut, kemudian lakukan percobaan dalam
menimbang kembali labu erlenmeyer yang di dalamnya terdapat KI dan
Pb(NO)3 yang telah bereaksi, diperoleh massa 158,3 gram. Pada
melakukan langkah percobaan ini mahasiswa dapat membuktikan kembali
kebenaran hukum kekekalan massa, karena massa antara produk dan
reaktan sebelum dan sesudah reaksi memiliki nilai yang sama. Meskipun
produk yang digunakan berbeda, namun membuktikan kebenaran dari
hukum kekekalan massa.
8.2.2 Stoikiometri Reaksi Pengendapan

16
Lakukan langkah pertama yakni masukkan larutan NaOH 0,1 M dan
larutan CuSO4 0,1 M ke dalam 6 buah tabung reaksi dengan perbandingan
tertentu. Kemudian keenam larutan tersebut ditunggu selama 30 menit.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya didapat
perbandingan antara NaOH dan CuSO4 berpengaruh terhadap endapan
yang dihasilkan. Berikut perbandingan keenam larutan :
a) Larutan A memiliki perbandingan 1:6 antara NaOH 1 ml dan
CuSO4 6 ml, menghasilkan endapan setinggi 0,3 mm.
b) Larutan B memiliki perbandingan 2:5 antara NaOH 2 ml dan
CuSO4 5 ml , menghasilkan endapan setinggi 0,5 mm.
c) Larutan B memiliki perbandingan 3:4 antara NaOH 3 ml dan
CuSO4 4 ml, menghasilkan endapan setinggi 0,8 mm.
d) Larutan B memiliki perbandingan 4:3 antara NaOH 4 ml dan
CuSO4 3 ml, menghasilkan endapan setinggi 2,4 mm.
e) Larutan B memiliki perbandingan 5:2 antara NaOH 5 ml dan
CuSO4 2 ml, menghasilkan endapan setinggi 3,5 mm.
f) Larutan B memiliki perbandingan 6:1 antara NaOH 6 ml dan
CuSO4 1ml, menghasilkan endapan setinggi 1,9 mm.

Dari perbandingan tersebut dapat dibuktikan semakin besar volume NaOH


maka tinggi endapan CuSO4 semakin tinggi sesuai perhitungan yang telah
dilakukan.

8.2.3 Stoikiometri Reaksi Asam Basa


Pada percobaan ini masukkan larutan NaOH 1 M ke dalam lima
gelas kimia dengan volume setiap gelas berbeda beda. Langkah
yang kedua masukkan larutan H2SO4 1 M ke dalam lima buah
gelas kimia dengan volume yang berbeda beda juga. Setelah di
masukkan ke dalam gelas kimia selanjutnya ukur suhu masing
masing dengan menggunakan thermometer ̊ C. Larutan NaOH
yang terapat di gelas kimia dengan volume 5-25 ml suhunya sama
yaitu 28 ̊C. Sedangkan larutan H2SO4 dengan volume 5-25 ml

17
suhunya 28 ̊C. Jumlahkan kedua suhu dari larutan tersebut, setelah
dijumlahkan hitung rata-rata dengan cara dibagi dua menghasilkan
suhu rata-rata bernilai 28 ̊C. Kemudian, campurkan ke dua larutan
tersebut dengan ketentuan yang sudah dintentukan. Larutan A
NaOH dengan volume 5 ml dicampurkan dengan H2SO4 meiliki
volume 25 ml, setelah tercampur ukur suhu campuran tersebut
yang memiliki suhu 31 ̊C. Larutan B NaOH volume 10 ml
dicampurkan dengan H2SO4 volume 20 ml, campur larutan tersebut
dan ukur suhunya sehingga menghasilkan suhu baru yaitu 32 ̊C.
Larutan C NaOH volume 15 ml dicampur dengan larutan H2SO4
volume 15 ml, campurkan kedua larutan tersebut dan ukur suhu
sehingga menghasilkan suhu 33 ̊C. Larutan D NaOH volume 20 ml
dicampurkan dengan H2SO4 volume 10 ml, campurkan kedua
larutan dan ukur suhunya sehingga dapat menghasilkan suhu 32 ̊C.
Larutan E NaOH volume 25 ml dicampurkan dengan larutan
H2SO4 volume 5 ml, kemudian campurkan larutan tersebut danukur
suhu yang menghasilkan suhu 33 ̊C. Langkah selanjutnya adalah
hitung selisih antara suhu akhir dengan suhu mula-mula sehingga
dapat diperoleh harga ΔT yaitu 3 ̊C, 4 ̊C, 5 ̊C, 4 ̊C, dan 5 ̊C.
Sehingga dapat menggambar grafik, gambar grafik dari larutan
campuran 1 sampai larutan campuran 3 naik, akan tetapi di lartutan
campuran 4 grafiknya turun dan di larutan campuran ke lima
grafiknya naik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume suatu
larutan berpengaruh terhadap tinggi endapan. Semakin besar
volume maka semakin tinggi endapan yang dihasilkan. Selisih
volume suatu larutan berpengaruh terhadap suhu akhir dan suhu
mula-mula. Semakin besar selisih volume, maka suhu akhir dan
suhu mula-mula semakin kecil. Sedangkan semakin kecil selisih
volume maka suhu akhir dan suhu mula-mula semakin besar.
9. Jawaban Pertanyaan
9.1. Kekekalan Massa Zat Pada Reaksi Kimia

18
1. a. Tidak memenuhi. Dalam pengertian hukum kekekalan massa itu sendiri
adalah massa setiap zat baik sebelum atau sesudah bereaksi sama
(konstan/tetap). Karena, pada proses pembakaran kayu tersebut akan
menghasilkan asap, uap air, dan gas karbondioksida. Ketiga unsur tersebut
akan dilepaskan ke udar, sehingga jika massa abu di timbang ulang maka
hasil massanya akan berkurang atau menjadi lebih kecil.
b. Karena pada saat membakar kayu, kayu akan bereaksi dengan gas
oksigen yang ada di udara dan membentuk abu, gas karbondioksida dan
uap air. Sedangkan yang di timbang hanya massa karbon, sedangkan
massa gas karbondioksida dan uap air tidak bisa di timbang.Karena
kedua gas tersebut sudah bercampur dengan udara sekitarnya. Dengan
demikian massa zat abu lebih kecil dari pada massa kayu.
9.2. Stoikiometri Reaksi Pengendapan
1. Larutan E, karena hasil perbandingan antara NaOH : CuSO 4 paling
tinggi yaitu 5 : 2 dengan hasil endapan 3,5 mm.

2. Jumlah mol
Mol NaOH = Molaritas x volume CuSO4
= 0,1 x 5 ml
= 0,5 mmol NaOH
Mol CuSO4 = Molaritas x volume CuSO4
= 0,1 x 2 ml
= 0,2 mmol

3. Jadi perbandingan mol NaOH : CuSO4 adalah . Di sederhanakan


menjadi
9.3. Stoikiometri Reaksi Asam Basa
1. Perbandingan antara volume NaOH : H2SO4 dengan nilai 15 : 15. Yang
perbandingan TM : Tanya yaitu 28 ̊C : 33 ̊C. Jadi ΔTnya selisih antara

19
suhu akhir dengan suhu mula mula yang hasilnya 5 ̊C. Dan
perbandingan antara 25 ̊C : 5 ̊C yang ΔTnya dengan hasil 5 ̊C
2. Jumlah mol (Larutan C)
Mol NaOH = Molaritas x volume NaOH
= 1 x 15 ml
= 15 mmol NaOH
Mol H2SO4 = Molaritas x volume H2SO4
= 1 x 15 ml
= 15 mmol
Larutan E
Mol NaOH = 1 x 25 ml
= 25 mmol NaOH
Mol H2SO4 = 1 x 5 ml
= 5 mmol H2SO4

3. Larutan B

Mol NaOH = 1 x 10 ml

= 10 mmol

Mol H2SO4 = 1 x 20 ml

= 20 mmol

Jadi perbandingan mol NaOH : mol H2SO4 adalah 10 : 20


disederhanakan menjadi 1 : 2.
10. Penerapan Konsep Stoikiometri dalam Kehidupan

20

Anda mungkin juga menyukai