Anda di halaman 1dari 32

Obat-obatan mengandung berbagai macam senyawa.

Komposisi senyawa yang terkandung di


dalam obat harus tepat. Oleh karena itu, seorang apoteker harus menghitung dengan tepat
perbandingan komposisi senyawa penyusun obat yang diraciknya.
 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


3.10 Menerapkan hukum-hukum dasar 3.10.1 Menjelaskan hukum–hukum dasar kimia
kimia, konsep massa molekul 3.10.2 Membuktikan berlakunya hukum
relatif, persamaan kimia, konsep kekekalan massa (Hukum Lavoisier)
mol, dan kadar zat untuk 3.10.3 Membuktikan berlakunya hukum
menyelesaikan perhitungan kimia perbandingan tetap (Hukum Proust)
3.10.4 Membuktikan berlakunya hukum
perbandingan berganda (Hukum Dalton)
3.10.5 Menghitung volume gas pereaksi atau
hasil reaksi berdasarkan Hukum Gay
Lussac dan Avogadro
3.10.6 Menjelaskan konsep mol dalam
perhitungan kimia
3.10.7 Menghitung massa molekul relatif suatu
senyawa
3.10.8 Membuktikan hubungan mol dengan
volume molar gas dengan perhitungan
3.10.9 Membuktikan hubungan mol dengan
molaritas larutan dengan perhitungan
3.10.10 Menentukan kadar unsur senyawa
3.10.11 Menentukan rumus empiris dan rumus
molekul suatu senyawa
3.10.12 Menghitung zat-zat yang terlibat dalam
suatu reaksi dengan memanfaatkan
koefisien reaksi
3.10.13 Menentukan reaksi pembatas pada suatu
reaksi kimia
3.10.14 Menentukan rumus senyawa hidrat
4.10 Mengolah data terkait hukum- 4.10.1 Melakukan praktikum untuk
hukum dasar kimia, konsep massa membuktikan hukum-hukum dasar kimia
molekul relatif, persamaan kimia, 4.10.2 Melakukan praktikum untuk menentukan
konsep mol, dan kadar zat untuk rumus empiris
menyelesaikan perhitungan kimia. 4.10.3 Menentukan perhitungan kimia dengan
menggunakan konsep mol
4.10.4 Mengaplikasikan konsep pereaksi
pembatas dalam perhitungan kimia

HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI

A. Hukum-Hukum Dasar Kimia

Reaksi kimia berjalan menurut aturan atau kadiah-kaidah tertentu. Kaidah-kaidah atau
aturan-aturan dasar yang mendasari suatu proses reaksi kimia disebut sebagai Hukum-
Hukum Dasar Kimia. Dengan hukum-hukum tersebut, proses reaksi kimia dapat dipahami
dan dapat diprediksi. Dalam perkembangan ilmu kimia, dikenal beberapa hukum yang
termasuk kedalam hukum-hukum dasar kimia. Hukum-hukum ini meliputi hukum Kekekalan
Massa (Hukum Lavoiser), hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust), hukum Perbandingan
Berganda (Hukum Dalton), hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac), dan
hipotesis Avogadro.

1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)


2.
Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794), seorang ahli kimia berkebangsaan Prancis telah
menyelidiki hubungan massa zat sebelum dan sesudah reaksi. Lavoiser menimbang zat-zat
sebelum bereaksi dan kemudian menimbang zat hasil reaksinya yang dimana massa zat
sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama. Lavoiser melakukan percobaan terhadap merkuri
cair dan oksigen membentuk merkuri oksida yang berwarna merah.

Sumber : http://goo.gl/laQLkt Sumber : http://goo.gl/o7uujs

Gambar 1.1 Antoine Laurent Lavoisier Gambar 1.2 Percobaan Lavoisier


Lavoiser menemukan bahwa massa merkuri dan massa oksigen yang bereaksi sama
dengan massa merkuri oksida yang terbentuk. Oleh karena itu, dari percobaan ini Lavoiser
mengambil kesimpulan yang dikenal dengan Hukum Kekekalan Massa. Hukum ini
menyatakan bahwa :

“Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap


tetap.”
Contoh :

1. Magnesium + Klorin → Magnesium klorida


(3gr) (8 gr) (11 gr)
2. Natrium + Klorin → Natrium klorida
(4 gr) (6.2 gr) (10.2 gr)
3. Merkuri + Oksigen → Merkuri oksida

Sumber : Petrucci, 2007 : 35 (92.6 gr) (7.4 gr) (100 gr)

Gambar 1.3 Massa zat sebelum dan sesudah reaksi

Latihan soal :

 Pada sebuah pembakaran magnesium dengan oksigen, 1.52 g magnesium tepat


bereaksi dengan 1,00 g oksigen. Berapakah massa oksigen yang diperlukan untuk
bereaksi dengan 12,2 g magnesium?
 Coba perhatikan data berikut ini !

Reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen membentuk air menurut persamaan reaksi :

2H2(g)+ O2(g)2H2O(l)

Percobaan Massa H2 yang Massa O2 yang Massa H2O yang


direaksikan direaksikan terbentuk
1 1 gram 8 gram 9 gram

2 2 gram 16 gram 18 gram

3 3gram 24gram 27gram

Berdasarkan data diatas, jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !

a. Zat apakah yang menjadi pereaksi dan hasil reaksi pada persamaan reaksi di atas?
b. Bandingkan massa total zat pereaksi dengan massa total zat hasil reaksi!
c. Apakah Hukum Lavoiser berlaku pada reaksi percobaan tersebut? Jelaskan !

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

Pada sekitar tahun 1799, seorang ahli kimia Prancis yaitu Joseph Louis Proust
menemukan sifat penting dari senyawa. Berdasarkan penelitiannya terhadap berbagai
senyawa, Proust menemukan bahwa perbandingan massa unsur-
unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap. Massa suatu
atom (massa atom relatif) dalam semua zat selalu tetap. Hal ini
karena massa atom merupakan sifat khas yang membedakan suatu
atom dengan atom yang lain. Contohnya yaitu massa atom relatif
(Ar) H = 1,0001 (dianggap = 1), massa atom relatif (Ar) N = 14,
massa atom relatif (Ar) C = 12, massa atom relatif (Ar) O = 16,
massa atom relatif (Ar) Na = 23, dan lain sebagainya.

Sumber : http://goo/gl/PPuqkz

Gambar 2.1 Joseph Louis Proust

Ada berbagai senyawa yang dapat dibentuk oleh dua unsur atau lebih, contohnya yaitu air
(H2O). Air dibentuk oleh dua unsur yaitu unsur hidrogen (H) dan oksigen (O). Hidrogen (H)
dan oksigen (O) merupakan materi yang mempunyai massa.

Sumber : Dokumen pribadi Sumber : Dokumen pribadi

Gambar 2.2 Struktur air Gambar 2.3 bentuk molekul air

Joseph Louis Proust (1754-1826) mencoba menggabungkan hidrogen dan oksigen hingga
membentuk air. Hasil eksperimen Proust disajikan dalam tabel dibawah ini
2H2(g) + O2(g)  2H2O(l)

Massa Hidrogen yang Massa Oksigen yang Massa air yang Sisa Hidrogen atau
direaksikan (g) direaksikan (g) terbentuk (g) Oksigen (g)

1 8 9 -

2 8 9 1 g Hidrogen

1 9 9 1 g Oksigen

2 16 18 -

Dari tabel tersebut terlihat bahwa setiap 1 g gas hidrogen bereaksi dengan 8 g oksigen
menghasilkan 9 g air. Hal ini membuktikan bahwa massa hidrogen dan massa oksigen yang
terkandung di dalam air memiliki perbandingan yang tetap yaitu 1:8, berapapun banyaknya
air yang terbentuk. Perbandingan itu merupakan perbandingan massa atom hidrogen (H) dan
massa atom oksigen (O) dalam air (H2 O). Secara matematis, pernyataan itu dapat dijelaskan
sebagai berikut.

Massa atom H : Massa atom O = (2 × Ar H) : (1 × Ar O)

= (2 × 1) : (1 × 16)

= 2 : 16

=1:8

Dari percobaan yang dilakukannya inilah Proust mengemukakan teorinya yang


terkenal dengan sebutan Hukum Perbandingan Tetap. Hukum ini menyatakan bahwa :

“Perbandingan massa unsur-unsur penyusun suatu senyawa selalu tetap.”

Hukum Proust ini memperkuat dan membuktikan kebenaran dari hukum Lavoisier dimana
massa setiap senyawa sangat bergantung pada massa setiap unsur-unsur pembentuknya.

Contoh :

Pada analisis terhadap dua cuplikan garam dapur, diperoleh data sebagai berikut
Cuplikan Massa Garam (g) Massa Natrium yang Massa Klorin yang
Diperoleh (g) Diperoleh (g)
Cuplikan 1 0,2925 0,1150 0.1775
Cuplikan 2 1,755 0,690 1,065

Tunjukkan bahwa data diatas sesuai dengan Hukum Proust !

Jawaban :

 Natrium (Na)

0,1150
Persentase natrium dalam cuplikan 1 = 0,2925 × 100 % = 39.3 %

0,690
Persentase natrium dalam cuplikan 2 = 1,775 × 100 % = 39.3 %

 Klorin (Cl)

0,1775
Persentase klorin dalam cuplikan 1 = 0,2925 × 100 % = 60,7 %

1,065
Persentase natrium dalam cuplikan 2 = 1,775 × 100 % = 60.7 %

Berdasarkan perhitungan di atas, unsur dalam kedua cuplikan garam memiliki persentase
yang sama. Dengan demikian, data pada soal diatas sesuai dengan Hukum Proust.

Latihan Soal :

Andi melakukan percobaan untuk mengetahui perbandingan massa unsur dalam suatu
senyawa. Dalam percobaan tersebut, Andi meneliti dua buah cuplikan dan menghasilkan data
sebagai berikut :

Cuplikan Massa Senyawa (g) Massa Magnesium dari Massa Oksigen dari
Cuplikan (g) Cuplikan (g)
Cuplikan 1 2,40 1,44 0,96
Cuplikan 2 0.25 0,15 0,10

Berdasarkan data tersebut, jawablah pertanyaan berikut :


a. Hitunglah persentase Magnesium (Mg) dan Oksigen (O2) dalam cuplikan 1 dan 2 !
b. Hitunglah perbandingan massa unsur Mg dan O2 dalam senyawa MgO dari cuplikan 1
dan 2 !
c. Berikan kesimpulan dari data tersebut berdasarkan hukum Perbandingan tetap Proust !

3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)


4. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Hukum Proust dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan
untuk unsur-unsur yang dapat membentuk lebih dari satu jenis
senyawa. Berganda
5. Hukum Perbandingan Salah seorang diantaranya
(Hukum Dalton)yaitu John Dalton. Dalton
mengamati adanya suatu keteraturan yang berkaitan dengan
3
perbandingan unsur-unsur dalam suatu senyawa. Komposisi
kimia suatu senyawa ditunjukkan oleh rumus kimianya. Dalam
suatu senyawa, dua atau lebih unsur berbeda bergabung dan
setiap unsur menyumbangkan sejumlah atom tertentu.

Sumber: http://goo.gl/wMN0dk Misalnya air (H2O) yang terdiri atas unsur hidrogen dan

Gambar 3.1 John Dalton hidrogen dan oksigen dimana unsur hidrogen menyumbangkan
dua atom dan unsur oksigen menyumbangkan satu atom.

Komposisi kimia suatu senyawa ditunjukkan oleh rumus kimianya. Dalam suatu senyawa,
dua atau lebih unsur berbeda bergabung dan setiap unsur menyumbangkan sejumlah atom
tertentu. Misalnya air (H2O) yang terdiri atas unsur hidrogen dan oksigen dimana unsur
hidrogen menyumbangkan dua atom dan unsur oksigen menyumbangkan satu atom.

Dari dua unsur dapat dibentuk beberapa senyawa dengan perbandingan berbeda-beda.
Misalnya, unsur hidrogen dan oksigen dapat membentuk senyawa H2O dan H2 O2 , kemudian
belerang (S) dan oksigen (O) dapat membentuk senyawa SO2 dan SO3 , unsur nitrogen (N)
dan oksigen (O) dapat membentuk senyawa N2 O, NO, N2 O3 , dan N2 O4 .
Dalton menyelidiki perbandingan dari massa unsur-unsur pada setiap senyawa dan
mendapatkan suatu pola keteraturan dimana pola tersebut dinyatakan sebagai Hukum
Perbandingan Berganda. Hukum ini menyatakan bahwa :

“ Apabila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa dan massa salah
satu unsur tersebut tetap (sama), perbandingan massa unsur yang lain dalam
senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana”.

Contoh :
Nitrogen (N) dan oksigen (O) dapat membentuk senyawa-senyawa N2 O, NO, N2 O3 , dan
N2 O4 dengan komposisi massa sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini
Senyawa Massa nitrogen (g) Massa oksigen (g) Perbandingan

𝐍𝟐 𝐎 28 16 7:4
NO 14 16 7:8

𝐍𝟐 𝐎𝟑 28 48 7 : 12

𝐍𝟐 𝐎𝟒 28 64 7 : 16

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa apabila massa nitrogen (N) dibuat tetap (sama) yaitu
sebanyak 7 gr, maka akan diperoleh perbandingan massa oksigen (O) dalam senyawa-
senyawa N2 O : NO : N2 O3 : N2 O4 = 4 : 8 : 12 : 16 atau 1 : 2 : 3 : 4.

4. Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac)

Komposisi suatu senyawa biasa disajikam dalam bentuk


rumus kimia. Misalnya, rumus kimia air yang dinyatakan sebagai
H2 O . Penentuan rumus itu harus mempertimbangkan tiga hal,
yaitu jenis unsur penyusun senyawa, perbandingan massa unsur
penyusun senyawa, dan perbandingan massa antar atom yang
menyusun senyawa. Pada awalnya para ilmuwan menemukan
bahwa gas hidrogen dapat bereaksi dengan gas oksigen

Sumber : http://goo.gl/vy07se

Gambar 4.1 Joseph Louis Gay Lussac


membentuk air pada reaksi pembentukan uap air tersebut dimana setiap dua volume gas
hidrogen memerlukan satu volume gas oksigen untuk menghasilkan dua volume uap air.
Perbandingan volume gas hidrogen dan oksigen dalam reaksi pembentukan air tersebut
bersifat tetap, yaitu 2 : 1.

Sumber : es.scribd.com

Gambar 4.2 Perbandingan molekul hidrogen dan oksigen mebentuk uap air

Hingga akhirnya pada tahun 1808, seorang ilmuwan asal Prancis yaitu Joseph Louis Gay
Lussac berhasil melakukan percobaan tentang volume dan gas yang terlibat pada berbagai
reaksi menggunakan beberapa macam gas. Secara sederhana, hasil percobaan Gay Lussac
dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Reaksi antara gas hidrogen dan klorin menghasilkan gas hidrogen klorida dengan
perbandingan volume gas hidrogen : gas klorin : gas hidrogen klorida = 1 : 1 : 2
H2 (g) + Cl2 (g) → 2 HCl(g)

b. Reaksi antara gas hidrogen dan oksigen menghasilkan uap air dengan perbandingan
volume gas hidrogen : gas oksigen : uap air = 2 : 1 : 2
2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2 O(g)

c. Reaksi antara gas nitrogen dan hidrogen


menghasilkan amonia dengan perbandingan volume gas
nitrogen : gas hidrogen : amonia = 1 : 3 : 2
N2 (g) + 3 H2 (g) → 2 NH3 (g)

Sumber : Chang, 2000

Gambar 4.3 Perbandingan molekul nitrogen : hidrogen : amonia


Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukannya, Gay Lussac menyimpulkan bahwa :

“Pada suhu (T) dan tekanan (P) yang sama, perbandingan volume gas-gas yang
bereaksi dan hasil reaksi sama dengan perbandingan koefisien reaksi.”

Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac) dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑽𝟏 𝑽
= 𝒏𝟐
𝒏𝟏 𝟐
dengan suhu (T) dan tekanan (P) tetap

Keterangan :

P = tekanan (atm) V = volume gas

T = suhu (K) n = jumlah gas (mol)

Contoh Soal :

Pada suhu dan tekanan yang sama, 3 ml gas nitrogen direaksikan dengan gas hidrogen
membentuk gas amonia. Berapakah volume gas hidrogen yang diperlukan untuk bereaksi dan
berapa volume amonia yang terbentuk?

Jawaban :

Persamaan reaksi setara antara gas nitrogen dan hidrogen yang membentuk gas amonia
adalah sebagai berikut.

N2(g) + 3 H2(g) → 2 NH3(g)

Dari persamaan reaksi di atas, perbandingan volume antara gas nitrogen, hidrogen dan
amonia adalah sebagai berikut.

Perbandingan volume N2 : H2 : NH3 = 1 : 3 : 2

■ Menentukan volume hidrogen

volume H2 Koefisien H2
=
volume N2 Koefisien N2

Koefisien H2
volume H2 = x volume N2
Koefisien N2
3
volume H2 = x 3 ml = 9 ml
1

■ Menentukan volume amonia

volume NH3 Koefisien NH3


=
volume N2 Koefisien N2

Koefisien NH3
volume NH3 = x volume N2
Koefisien N2

2
volume H2 = x 3 ml = 6 ml
1

Latihan Soal :

a. Sebanyak 0,406 g sampel Magnesium (Mg) bereaksi dengan oksigen (O2 )


menghasilkan 0,674 g magnesium oksida (MgO) sebagai satu-satunya produk. Berapa
massa oksigen yang diperlukan dalam reaksi tersebut ?
b. Hitunglah berapa liter gas karbon dioksida dan uap air yang dihasilkan jika 5 liter gas
metana dibakar menurut persamaan berikut
CH4 (g) + 2 O2 (g) → CO2 (g) + 2 H2O (l)

5. Hipotesis Avogadro

Hukum perbandingan volume dari Gay Lussac banyak


menimbulkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh para ahli.
Penyebab ketidakmampuan itu adalah anggapan bahwa partikel
unsur hanya berupa atom. Pada tahun 1811, seorang ilmuwan
Italia bernama Amedo Avogadro (1776-1856) menyatakan
bahwa partikel unsur tidak harus berupa atom, tetapi dapat
berupa molekul. Berdasarkan pernyataannya itu, Avogadro dapat
menjelaskan hukum perbandingan volume yang dikemukakan
oleh Gay Lussac. Karena pernyataan itu belum dibuktikan secara

Sumber :http:goo.gl/0nis1O eksperimen, pernyataan itu biasa dikenal dengan nama

Gambar 5.1 Amedo Avogadro hipotesis Avogadro.


Hipotesis Avogadro berbunyi :

“ Pada suhu (T) dan tekanan (P) yang sama, volume suatu gas
sebanding dengan jumlah molekul gas yang terdapat didalamnya. ”

Berdasarkan hipotesis itu, dapat disimpulkan bahwa perbandingan volume gas juga
merupakan perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain,
perbandingan koefisien rekasi sama dengan perbandingan volume. Secara matematis,
hipotesis Avogadro dapat ditulis sebagai berikut

V = n atau V = n.K dimana K = konstanta

Perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien reaksi gas-gas
tersebut. Hal ini berarti jika volume salah satu gas diketahui maka volume gas yang lain dapat
ditentukan dengn cara membandingkan koefisien reaksinya.

Contoh Soal :

a. Pada tekanan dan temperatur yang sama:

1 liter gas hidrogen + 1 liter gas klorin → 2 liter gas hidrogen klorida

Tentukan persamaan kimia lengkapnya!

b. Sebanyak 4 L CH4 dibakar habis dengan gas oksigen sesuai persamaan reaksi berikut
ini.

CH4 (g) + 2 O2 (g) → CO2 (g) + 2 H2O (l)

Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas CO2 yang dihasilkan adalah ?

Jawaban :

a. Volume gas hidrogen : volume gas klorin : volume gas hidrogen klorida = 1 : 1 : 2

Hal ini berarti bahwa perbandingan jumlah molekul hidrogen : jumlah molekul klorin :
jumlah molekul hidrogen klorida = 1 : 1 : 2

Persamaan kimia antara gas hidrogen dan gas klorin adalah sebagai berikut

H2 (g) + Cl2 (g) → 2 HCl(g)


b. Dari persamaan reaksi di atas, perbandingan volume antara metana, oksigen, karbon
dioksida dan air adalah sebagai berikut.

Perbandingan volume CH4 : O2 : CO2 : H2O = 1 : 2 : 1 : 2

Jika volume CH4 yang direaksikan sebanyak 4 L, maka volume gas CO2 yang dihasilkan
yaitu:

Koefisien CO2
 volume CO2 = x volume CH4
Koefisien CH4
1
 volume H2 = x 4 ml = 4 ml
1

Jadi, volume gas CO2 yang dihasilkan adalah 4 liter.

B. Perhitungan Kimia (Stoikiometri)

Hubungan kuantitatif antar unsur-unsur dalam suatu senyawa dan hubungan antar unsur-
unsur dalam suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan stoikiometri. Istilah stoikiometri
berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicheion yang berarti unsur dan metron yang berarti
mengukur. Jadi, stoikiometri adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Stoikiometri
didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa, hukum
perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda.

1. Konsep Mol

Setelah ditemukan alat pengukur atom yang sangat peka pada awal abad XX, para ahli
kimia melakukan percobaan tentang massa suatu atom. Sebagai contoh

 Massa satu atom H diperoleh hasil sebesar 1,66 × 10−24 gr


 Massa satu atom O diperoleh hasil sebesar 2,70 × 10−23 gr
 Massa satu atom C diperoleh hasil sebesar 1,99 × 10−23 gr

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa massa satu atom sangatlah kecil sehingga
tidak mungkin menimbang atom menggunakan neraca. Oleh karena itu, para ahli sepakat
menggunakan besaran Satuan Massa Atom (sma) atau Atomic Mass Unit yang biasa juga
disebut dengan satuan Dalton sebagai satuan massa atom.
a. Massa Atom Relatif (Ar)

Untuk memudahkan perhitungan perbandingan massa setiap atom, para ahli


menetapkan massa atom relatif yaitu perbandingan massa atom dengan massa satu atom yang
tetap. Pada awalnya, atom hidrogen (H) dijadikan sebagai massa atom pembanding karena
merupakan atom yang memiliki massa paling kecil. Tetapi, seiring dengan perkembangan
ilmu dan teknologi, isotop banyak ditemukan. Ternyata, atom hidrogen memiliki 3 isotop
yang menyebabkan atom hidrogen tidak dapat lagi dijadikan sebagai massa pembanding.
Oleh karena itu diperlukan aturan baku satuan massa atom (sma).

1 12
Satu sma didefinisikan sebagai 12 massa satu atom 𝐶. Dengan kata lain, setiap atom
12
C memiliki massa 12 sma. Lalu jika dinyatakan dalam satuan gram, massa satu atom 𝐶
adalah 1,99268 × 10−23 gram. Sehingga 1 sma bernilai 1,66057 × 10−24 gram.

𝟏 𝟏𝟐
1 sma = 𝟏𝟐 massa satu atom 𝑪

𝟏
= × 1,99268 × 𝟏𝟎−𝟐𝟑 gram
𝟏𝟐

= 𝟏, 𝟔𝟔𝟎𝟓𝟕 × 𝟏𝟎−𝟐𝟒 gram

Para ahli menggunakan isotop karbon C-12 sebagai standar dengan massa atom relatif
sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan perbandingan massa rata-rata satu atom suatu
unsur terhadap 1/12 massa atom C-12. Para ahli memutuskan untuk menggunakan C-12 atau
isotop 12C karena mempunyai kesetabilan inti yang inert dibanding atom lainnya. Isotop atom
C-12 mempunyai massa atom sebesar 12 sma. Satu sma sama dengan 1,6605655 x 10-24g.
12
Dengan menggunkan isotop C sebagai standar, maka massa atom unsur yang lain dapat
ditentukan.

Para ahli menggunakan skala massa atom relatif dengan lambang “Ar” untuk
membandingkan massa atom yang berbeda-beda. Rumus penentuan massa atom relatif suatu
unsur dapat dituliskan sebagai berikut.

Ar X = massa rata- rata atom X

𝟏
x massa 1 atom 12C
𝟏𝟐

12
Karena massa satu atom 𝐶 sama dengan 1 sma, Ar atom X dapat ditulis menjadi
𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐚𝐭𝐨𝐦 𝐗
Massa atom relatif (Ar X) =
𝟏 𝐬𝐦𝐚

Atau massa rata-rata 1 atom X = Ar X x 1 sma

Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga rata-rata isotop atom atau unsur
tersebut. Sebagai contoh, di alam terdapat 35Cl dan 37Cl dengan perbandingan 75% dan 25%.
Maka Ar Cl dpat dihitung dengan cara :

Ar Cl = (75% x 35) + (25% x 35) = 35.5

Jadi, besarnya massa atom relatif (Ar) sama


dengan massa rata-rata suatu unsur yang
dinyatakan dalam satuan sma. Dalem Tabel
Periodik Unsur, massa atom relatif umumnya
diletakkan dibawah atau di pojok kanan atas
lambang unsurnya.

Sumber : ids.school.net

Gambar 1.a.1 Letak massa atom relatif dalam tabel periodik

b. Massa Molekul Relatif (Mr)

Molekul merupakan gabungan dari atom-atom. Oleh karena itu, massa molekul relatif
merupakan penjumlahan dari massa atom relatif (Ar) dari atom-atom penyususnnya. Massa
molekul relatif (Mr) atau yang biasa juga disebut dengan Mr merupakan perbandingan massa
1 12
molekul unsur atau senyawa terhadap x massa 1 atom C yang dimana secara sistematis
12

dapat dinyatakan sebagai berikut

Massa molekul relatif (Mr) Y = massa rata-rata 1 molekul Y

𝟏
x massa 1 atom 12C
𝟏𝟐

12
Karena massa satu atom 𝐶 sama dengan 1 sma, Ar atom X dapat ditulis menjadi

Massa molekul relatif (Mr) Y = massa rata-rata 1 molekul Y

𝟏
x massa 1 atom 12C
𝟏𝟐
Atau massa rata-rata 1 molekul Y = Mr Y x 1 sma

Karena molekul merupakan gabungan dari beberapa atom-atom, maka massa


molekul relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom relatif (Ar) dari atom-atom
pembentuk molekul tersebut yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Mr = Σ Ar atom penyusun

Contoh Soal :

Tentukan massa molekul relatif (Mr) NaCl jika diketahui Ar Na = 23 dan Ar Cl = 35.5

Jawaban:

massa satu molekul NaCl


Mr NaCl = 1
x massa 1 atom C−12
12

massa 1 atom Na+massa 1 atom Cl


=
1 sma

= 1 x (Ar Na) + 1 x (Ar Cl)

= 1 x 23 + 1 x 35.5 = 58.5

Dalam hubungannya dengan mol, Mr atau Ar dapat dinyatakan dengan satuan gr/mol
atau disebut juga dengan massa molar yaitu massa suatu zat dalam 1 mol zat (n) yang secara
sistematis dinyatakan sebagai berikut.

Massa = n x Mr atau Ar
Keterangan :

n = mol

Mr atau Ar = massa molekul relatif atau massa atom relatif

Latihan Soal

1. Tentukan massa molekul relatif Na2 CO3 , H2 SO4 , C6 H12 O6 , CaCO3 , dan NaCl !
2. Berapa massa 1 atom magnesium jika diketahui Ar Mg = 23,31 dan 1 sma = 1,66 x
10-24 g ?
c. Mol

Dalam ilmu kimia, jumlah partikel atom


atau unsur yang terlibat dalam reaksi
kimia dinyatakan dalam mol. Mol
merupakan satuan untuk menyatakan
jumlah partikel. Satu mol menunjukkan
banyaknya partikel yang terkandung
dalam suatu zat yang jumlahnya sama
dengan jumlah partikel yang terdapat

12
Sumber : Chang ,2000 : 62 dalam 12 gram atom 𝐶. Jumlah

12
Gambar 1.c1Satu mol tiap-tiap unsur. Searah jarum jam partikel dalam 12 gram atom 𝐶

dari kiri ke atas : karbom, belerang, besi, tembaga dan di ditemukan oleh seorang ilmuwan

tengah raksa bernama Avogadro yang

ditentukan berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukannya. Jumlah partikel dalam 12 gram
12
atom 𝐶 adalah 6,02 × 1023 partikel. Bilangan itu kemudian dikenal dengan nama tetapan
Avogadro yang dilambangkan dengan 𝑁𝐴 dimana secara matematis pernyataan itu dapat
ditulis sebagai berikut

𝑵𝑨 = 𝟔, 𝟎𝟐 × 𝟏𝟎𝟐𝟑 partikel

Rumus kimia suatu senyawa menunjukkan perbandingan jumlah atom yang ada dalam
senyawa tersebut. Sebagai contohnya yaitu asam posfat yang memiliki rumus kimia 𝐻3 𝑃𝑂4
dimana dalam senyawa asam posfat perbandingan jumlah atom H , P dan O yaitu 3 : 1 : 4

1 molekul 𝐇𝟑 𝐏𝐎𝟒 Jumlah atom Jumlah mol Jumlah partikel

Jumlah atom H 3 3 3 x (6,02 × 1023 )

Jumlah atom P 1 1 1 x (6,02 × 1023 )

Jumlah atom O 4 4 4 x (6,02 × 1023 )


Berdasarkan contoh diatas, dapat terlihat bahwa jumlah mol dan jumlah partikel
memiliki hubungan yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut

Jumlah partikel = n x 𝑵𝑨

Keterangan :

n = jumlah mol

𝑁𝐴 = bilangan Avogadro

Contoh Soal :

1. Berapa banyak partikel besi yang terdapat dalam 3 mol logam besi ?
2. Berapa mol tembaga yang terdapat dalam 3,01 × 1024 partikel tembaga ?

Jawaban :

1. 1 mol logam besi = 6,02 × 1023 partikel


3 mol logam Fe = 3 x (6,02 × 1023 partikel)
= 1,806 × 1024 partikel

2. Logam tembaga (Cu) = 3,01 × 1024 partikel


1 mol Cu = 6,02 × 1023 partikel
3,01 ×1024
Banyaknya mol Cu = mol = 5 mol
6,02 ×1023

Latihan Soal

1. Berapa banyak atom Al dalam 1 mol logam aluminium (Al) ?


2. Berapa banyak atom Ag dalam 5 mol logam perak (Ag) ?
3. Berapa mol atom besi dalam 1,806 × 1023 partikel ?

d. Volume Molar

Volume molar menyatakan volume untuk setiap 1 mol gas. Oleh karena itu, volume
molar sangat dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan. Dalam ilmu kimia, kondisi temperatur
0°C dan tekanan 1 atm dianggap sebagai kondisi standar yang biasa disingkat dengan STP
(Standar Temperature and Pressure). Berdasarkan hipotesis Avogadro, gas yang bervolume
sama memiliki jumlah molekul yang sama jika diukur pada tekanan dan temperatur yang
sama. Hal ini berarti bahwa jika jumlah molekul sama maka jumlah volumenya juga sama.

dimana K = konstanta
V = n atau V = n.K

Dalam percobaannya, Avogadro mendapat kesimpulan bahwa 1 L gas oksigen pada


tekanan 1 atm mempunyai massa 1,4286 gr atau dapat dinyatakan bahwa pada tekanan 1 atm:

1,4826
1 L gas O2 =
32

1
1 L gas O2 = mol
22,4

1 mol gas O2 = 22,4 L

Sesuai dengan hukum Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan
yang sama, volume gas yang sama mengandung jumlah molekul yang sama atau banyaknya
mol dari tiap-tiap gas volumenya sama. Maka berlaku volume untuk 1 mol gas dalam
keadaan standar (STP) yaitu 22,4 L.

Pada keadaaan STP, volume molar gas = 22,4 liter/mol. Perumusan volume gas dalam
keaadan STP yaitu

V = n x 22,4 L/mol

Keterangan :

V = volume gas

n = jumlah mol gas

Sementara itu, RTP (Room Temperature and Pressure) adalah suatu keaaan dengan
suhu 25oC dan tekanan 1 atm dimana pada keadaan RTP volume molar gas bernilai 24,4
L/mol. Perumusan volume gas dalam keadaan RTP yaitu sebagai berikut.

V = n x 24,4 L/mol

Keterangan :

V = volume gas n = jumlah mol gas


Jika volume gas diukur pada temperatur dan tekanan tertentu maka persamaan yang
digunakan adalah persamaan umum gas yang secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut

PV=nRT

Keterangan :

P = tekanan gas (atm) n = mol R= tetapan gas (0,0821L/mol K)

V= volume gas (L) T= temperatur (T)

Contoh Soal :

1. Berapa liter volume 2 gr gas hidrogen (H2 ) pada kondisi standar ?

Jawaban :

2 gr
2 gr H2 = = 1 mol
2 gr/mol

Volume 2 gr gas H2 = 1 mol x 22,4 liter = 22,4 L

Latihan Soal :

1. Pada temperatur dan tekanan tertentu, 5 mol gas SO2 mempunyai volume 100 L. Pada
temperature dan tekanan yang sama, berapa volume 3 mol gas NO2 ?
2. Berapa volume gas NO2 yang bermassa 4,6 gram pada temperatur 27°C dan tekanan 2
atm ?

e. Molaritas

Molaritas atau kemolaran dilambangkan dengan huruf M. Molaritas menyatakan


jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan yang dimana secara sistematis dinyatakan :

𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000


𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 = ×
𝑀𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Keterangan :

M = molaritas (M)
Mr = massa molekul relatif (g/mol)

Keuntungan yang diperoleh jika konsentrasi dinyatakan dengan molaritas adalah


kemudahan untuk mengetahui jumlah mol zat terlarut dalam suatu larutan dan volume larutan
jika konsentrasi dan jumlah molnya diketahui. Jika ingin mengetahui jumlah mol dalam suatu
larutan, maka persamaan diatas dapat diubah menjadi

mol zat = volume larutan x molaritas zat

Suatu larutan dengan molaritas tertentu dapat digunakan untuk membuat larutan lain
dengan molaritas yang berbeda. Larutan itu dapat diperoleh dari dari pelarutan zat murni,
pengenceran, atau pencampuran dua larutan yang berbeda konsentrasinya.

Sumber : Silbergerg, 2006 : 108

Gambar 1.e.1 Cara membuat larutan dengan molaritas tertentu

Contoh Soal:

Berapakah molaritas larutan yang dibuat dengan cara melarutkan 2,925 gram NaCl dalam
100 ml aquades ?

Jawaban :

2,925 𝑔𝑟
Mol NaCl = = 0.05 mol
58,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
V = 100 ml = 0.1 L

𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


Molaritas (M) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

0.05 𝑚𝑜𝑙
=
0,1 𝐿

= 0.5 M

Latihan Soal :

Asam sulfat memiliki kadar 98% dan massa jenisnya 1,8 g/ml . Berapakah molaritas asam
sulfat tersebut ?

Hubungan mol dengan massa, jumlah patikel, molaritas dan volume pada STP dapat
digambarkan sebagai berikut

Sumber : ids.school.net

Gambar 1.e.2 Hubungan mol dengan massa, jumlah patikel, molaritas dan volume pada STP
2. Kadar Zat

Kadar zat dalam campuran merupakan banyaknya komponen zat tersebut dalam
campurannya. Kadar zat dalam campuran diungkapkan dalam bentuk persen massa (%
massa), persen volume (% volume), dan bagian per juta (bpj).

a. Persen Massa (% Massa)

Persen massa menyatakan banyaknya zat terlarut dalam 100 gram larutan. Satuan ini
digunakan apabila zat terlarut berupa padatan. Misalnya yaitu satu larutan mengandung 5%
NaCl. Hal ini berarti bahwa setiap 100 gram larutan NaCl mengandung 5 gram padatan NaCl
dan 95 gram air dimana berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa rumus persen
massa dapat dituliskan sebagai berikut

𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐳𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭


% massa = x 100 %
𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭𝐚𝐧

Contoh Soal :

Tentukan persentase tiap unsur dalam eter anestesi C4 H10 O. Jika diketahui Ar C = 12, H = 1 ,
dan O = 16.

Jawaban :

Massa total 1 mol C4 H10 O didapat dari massa molekul relatifnya.

Mr C4 H10 O = (4 x 12) + (10 x 1) + (16 x 1) = 74

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟 𝑋 × 𝐴𝑟 𝑋
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑋 = × 100 %
𝑀𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎

4 × 12
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶 = × 100 % = 64,9 %
74

10 × 1
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻 = × 100 % = 13.5 %
74

1 × 16
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑂 = × 100 % = 21.6 %
74

Jadi, persentase tiap unsur dalam eter anestesi adalah 64,9 % C, 13,5% H, dan 21.6 % O.
Latihan Soal :

Suatu senyawa mengandung 4,6 g natrium, 1,2 g karbon, dan 4.8 g oksigen. Tentukan
presentase unsur-unsur tersebut dalam senyawa !

b. Persen Volume (% Volume)

Persen volume menyatakan besarnya volume zat terlarut yang


terdapat dalam 10 ml larutan. Misalnya larutan HCl 10%, berarti
setiap 100 ml larutan tersebut mengandung 10 ml HCl dan 90 ml air.
Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa persen volume
dapat dituliskan sebagai berikut.

𝐯𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐳𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭


% volume = x 100 %
𝐯𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭𝐚𝐧

Sumber : halodoc.com

Gambar 2.b.1 Dalam 100 ml alkohol 70% mengandung 70 ml alkohol murni

c. Bagian Per Juta ( Bpj)

Bagian per juta menyatakan banyaknya bagian massa suatu komponen dalam sejuta
bagian massa campuran atau banyaknya bagian volume suatu komponen dalam sejuta bagian
volume campuran. Rumus penentuan bagian per juta (bpj) dapat dituliskan sebagai berikut.

𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐩𝐨𝐧𝐞𝐧
Bpj (ppm) massa = x 𝟏𝟎𝟔 bpj
𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐜𝐚𝐦𝐩𝐮𝐫𝐚𝐧

𝐯𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐤𝐨𝐦𝐩𝐨𝐧𝐞𝐧
Bpj (ppm) volume = x 𝟏𝟎𝟔 bpj
𝐯𝐥𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐜𝐚𝐦𝐩𝐮𝐫𝐚𝐧

Contoh Soal :

1. Dalam 155,3 g sampel air kolam ditemukan sekitar 1,7 × 10−4 g fosfat. Berapakah
konsentrasi fosfat tersebut dalam ppm ?
Jawaban :

1,7 ×10−4 g fosfat


Konsentrasi fosfat = x 106 = 1,1 ppm
155,3 g

Latihan Soal :

1. Dalam 400 g sampel air kolam terdapat 3,5 ppm nitrat terlarut. Berapakah massa
nitrat terlarut dalam sampel tersebut ?
2. Diketahui kadar gas Argon di udara bersih adalah 0.94 %. Tentukan kadar gas
tersebut dalam bagian per juta (bpj) !

3. Penentuan Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus kimia menunjukkan jenis unsur dan jumlah relatif tiap-tiap unsur yang terdapat
dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka indeks.
Rumus kimia sangat membantu dalam mengelompokkan dan membedakan suatu zat dengan
zat yang lain sehingga dapat memudahkan dalam hal mempelajari sifat-sifat zat tersebut.
Adapun penulisan rumus kimia dapat dinyatakan dalam rumus empiris dan rumus molekul.

Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan


perbandingan paling sederhana dari atom atom yang
menyusun suatu molekul. Oleh karena itu, rumus empiris
juga disebut dengan rumus perbandingan. Contohnya
H2 O, CH, CH3 . Sementara itu, rumus molekul adalah
rumus yang menyatakan jumlah unsur-unsur yang
menyusun satu molekul senyawa. Contohnya C2H6 dan

Sumber : rumushitung.com C6H12O6.

Gambar 3.1 rumus empiris dan rumus molekul

Pada umumnya rumus molekul suatu senyawa merupakan kelipatan rumus empirisnya.
Akan tetapi, beberapa senyawa memiliki rumus molekul dan rumus empiris sama. Adapun
hubungan rumus molekul dan rumus empiris dituliskan sebagai berikut.

Rumus molekul = (rumus empiris) n

Mr Rumus molekul = n x (Mr Rumus empiris)


Keterangan :

n = bilangan bulat

Penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa dapat ditempuh dengan
langkah-langkah berikut

a. Mencari massa (persentase) tiap usur penyusun senyawa.


b. Mengubah ke satuan mol.
c. Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris.
d. Mencari rumus molekul dengan cara berikut.
(Mr rumus empiris) = Mr rumus molekul, n dapat dihitung.
e. Mengalikan n yang diperoleh dari hitungan dengan rumus empiris sehingga
diperoleh rumus molekul.

Contoh Soal:

Suatu senyawa terdiri atas 84% karbon dan 16% hidrogen. Jika Ar C = 12, Ar H = 1 dan Mr
nya = 100. Tentukan rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut !

Jawaban :

84 16
Jumlah atom C : jumlah atom H = : = 7 : 16
12 1

Jadi, rumus empiris senyawa itu adalah 𝐶7 𝐻16

Massa molekulnya = 100

100 n = 100

n =1

Rumus molekul senyawa itu adalah 𝐶7 𝐻16

Latihan Soal :

1. Sampel oksida besi sebanyak 0,476 g direduksi dengan mengalirkan gas CO. Massa
besi yang dihasilkan 0.345 g. Tentukan rumus empiris oksida tersebut !
2. Tentukan rumus empiris senyawa dengan kandungan berikut :
 27,3 % C daN 72.7 % O
 32,4 5 Na, 22.6 5 S, dan 45 % O
 74,01 % C, 5,23 5 H, dan 20,76 % O

4. Hidrat (Air kristal)

Hidrat merupakan senyawa kristal padat


yang mengikat beberapa molekul air sebagai bagian
dari struktur kristalnya. Rumus kimia senyawa
kristal padat sudah diketahui. Jadi, pada dasarnya
penentuan rumus hidrat merupakan penentuan
jumlah molekul air kristal (H2O) yang pada
umumnya dinotasikan dengan x. Jika suatu hidrat

Sumber : http://goo.gl/gNz10v dipanaskan, sebagian atau seluruh air kristalnya

Gambar 4.1 Kristal CuSO4 berwarna biru dapat lepas (menguap).

sedangkan dalam bentuk hidratnya (CuSO4 . 5 H2 O)

Rumus kimia air kristal : xH2O

Sebagai contoh garam tembaga (II) sulfat yang memiliki rumus kimia
CuSO4.5H2O, artinya dalam setiap satu mol CuSO4 mengikat 5 mol
H2O.

Sumber : id.scribd.com

Gambar 4.2 Struktur CuSO4 . 5 H2 O

Contoh Soal:

Hitunglah persentase massa air dalam garam hidrat MgSO4.7H2O (Ar H = 1 , O = 16 , S = 32


dan Mg = 24) !
Jawaban :

Mr MgSO4 = 24 + 32 + (4 x 16) + (7 x 18) = 246

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻2 𝑜 x Mr H2 O
Persentase air = x 100 %
Mr senyawa

7 𝑥 18
= x 100 %
246

= 51,2 %

5. Pereaksi Pembatas

Dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol


zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak selalu
sama dengan perbandingan koefisien reaksinya.
Hal ini berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan
habis bereaksi lebih dulu. Zat yang bereaksi
habis dan membatasi jalannya reaksi sehingga
tidak ada reaksi lebih lanjut disebut dengan

Sumber : Buku kimia1 pereaksi pembatas. Pereaksi lain dikatakan

Gambar 5.1 skema penggunaan pereaksi berlebihan karena masih ada sisa yang tidak

pembatas dalam reaksi bereaksi. Dalam hitungan kimia, pereaksi

pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan dengan koefisiennya,
lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil, merupakan pereaksi pembatas.

Contoh Soal :

1. Zink (Zn) dan belerang (S) bereaksi membentuk zink sulfida, yaitu suatu zat yang
digunakan untuk melapisi dinding bagian dalam TV tabung.
Persamaan reaksinya adalah :
Zn(s) + S(s) → ZnS
Jika 12 gram Zn dicampur dengan 6,50 gram S, tentukan :
a. Pereaksi pembatasnya;
b. Berapa gram ZnS yang terbentuk;
c. Berapa gram sisa pereaksi yang lain, yang tetap tidak bereaksi pada reaksi diatas ?

(Ar Zn = 65,4 , Ar S = 32)

Jawaban :

12 𝑔𝑟𝑎𝑚
a. Mol Zn = 65,4 gram/mol = 0,183 mol
6,50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol S = 32 gram/mol = 0,203 mol

Persamaan reaksi diatas sudah setara sehingga perbandingan mol Zn : S = 1 : 1. Artinya,


setiap mol Zn akan bereaksi dengan 1 mol S. Karena jumlah molnya lebih kecil daripada S,
Zn merupakan pereaksi pembatas. Jadi, jumlah mol belerang lebih dari cukup dan akan
tersisa sedangkan semua Zn akan habis bereaksi.

b. Karena Zn merupakan pereaksi pembatas, jumlah Zn yang tersedia digunakan untuk


menghitung jumlah mol produk yang terbentuk berdasarkan koefisien reaksi yang
sudah setara diatas

Jumlah mol Zn = jumlah mol ZnS = 0.183 mol

Jadi, massa ZnS yang terbentuk adalah 0,183 mol x 97,4 gr/mol = 17,8 gram

c. Karena Zn merupakan pereaksi pembatas, maka mol belerang akan tersisa.


Banyaknya sisa merupakan selisih antara jumlah mol yang tersedia dengan jumlah
mol yang terpakai dalam reaksi dengan Zn.

Sisa mol S = 0,203 – 0,183 = 0.02 mol

Massa belerang yang tersisa adalah 0,02 mol x 32 gr/mol = 0,64 gram

Jadi, setelah reaksi berakhir masih terdapat sisa belerang sebanyak 0,64 gram

Latihan soal :

1. Pada temperature 150°C , emas bereaksi dengan gas klorin panas menurut persamaan
reaksi
2 𝐴𝑢 (𝑠) + 3 𝐶𝑙 (𝑔) → 2 𝐴𝑢𝐶𝑙3 (𝑠)
Jika terdapat 10 g emas dan 10 g klorin dalam suatu wadah tertutup dan dipanaskan
sampai reaksi sempurna, tentukan :

a. Pereaksi pembatasnya
b. Massa emas klorida yang dihasilkan
c. Massa pereaksi yang tersisa

2. Dalam suatu eksperimen 0,4 mol Fe direaksikan dengan 0,75 mol HCl
𝐹𝑒 (𝑠) + 2 𝐻𝐶𝑙 (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒𝐶𝑙2 (𝑎𝑞) + 𝐻2 (𝑔)
a. Tentukan pereaksi pembatasnya
b. Berapa mol gas hidrogen yang dihasilkan
c. Berapa mol pereaksi yang berlebih setelah reaksi berakhir
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2000. Essential Chemistry Edisi ke-2. New York : McGraw-Hill.

Petrucci, Ralph H. 2007. General Chemistry Principles and Modern Applications


Ninth Edition. New Jersey : Pearson Education Inc.

Rufaida, Anis Dyah dan Annik Qurniawati. 2014. Kimia (Peminatan dan Ilmu-Ilmu
Alam). Klaten : PT Intan Pariwara.

Rufaida, Anis Dyah dan Waldjinah. 2012. Kimia (Peminatan dan Ilmu-Ilmu
Alam). Klaten : PT Intan Pariwara.

Silberberg, Martin S. 2007. Principles of General Chemistry. New York : McGraw


Hill.

Susilowati, Endang dan Tarti Harjani. 2016. Buku Siswa Kimia 1 (untuk Kelas X
SMA dan MA). Solo : PT Wangsa Jatra Lestari.

https://ummikimia.wordpress.com/bahan-ajar/

https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/hukum-dasar-kimia/

https://www.belajaripa.net/hukum-dasar-kimia/

Anda mungkin juga menyukai