Anda di halaman 1dari 6

HUKUM DASAR KIMIA

A. Kompetensi inti / KI
Kompetensi sikap spiritual yaitu: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sedangkan rumusan kompetensi sikap social yaitu: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar / KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi / IPK

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.10. Menerapkan hukum-hukum dasar 3.10.1 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia
kimia, konsep massa molekul untuk menyelesaikan perhitungan kimia
relatif, persamaan kimia, konsep 3.10.2 Menerapkan konsep massa molekul relatif
mol, dan kadar zat untuk untuk menyelesaikan perhitungan kimia
menyelesaikan perhitungan kimia 3.10.3 Menerapkan persamaan kimia untuk
menyelesaikan perhitungan kimia
4.10. Menganalisis data hasil percobaan
3.10.4 Memahami konsep mol dalam
menggunakan hukum-hukum dasar
perhitungan kimia
kimia kuantitatif
3.10.5 Menerapkan kadar zat untuk
menyelesaikan perhitungan kimia
3.10.6 Memahami konsep mol dalam
menentukan rumus empiris dan rumus
molekul
3.10.7 Memahami konsep mol dalam
menentukan rumus senyawa hidrat (air
Kristal)
3.10.8 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia,
konsep massa molekul relatif, persamaan
kimia, konsep mol, dan kadar zat untuk
menyelesaikan perhitungan kimia dalam
persamaan reaksi
4.10.1 Menganalisis data hasil percobaan
menggunakan hukum-hukum dasar kimia
kuantitatif

C. Materi Pelajaran
Dalam mempelajari kimia, kita akan dipertemukan dengan istilah Stoikimetri yakni sebuah
cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat – zat kimia dan
reaksi – reaksinya.

Nah untuk kali ini membahas tentang hubungan kuantitatif unsur-unsur dalam senyawa dan pada
persamaan reaksi kimia yang terdiri dari :

1. Hukum Lavoisier ( Hukum Kekekalan Massa ).


2. Hukum Proust ( Hukum Perbandingan Tetap).
3. Hukum Dalton ( Hukum Kelipatan Berganda ).
4. Hukum Gay-Lussac ( Hukum Perbandingan Volume ).
5. Hukum Avogadro ( Hukum Hipotesis ).
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Berdasarkan pengamatan kuantitatif terhadap eksperimen-eksperimen kimia yang
dilakukannya, Antoine Laurent Lavoisier menemukan bahwa: “Dalam sistem tertutup, massa
zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Dengan kata lain, dalam reaksi kimia atom-
atom tidak dimusnahkan, tidak diciptakan, ataupun diubah menjadi atom lain, namun hanya
mengalami perubahan susunan menjadi partikel zat yang berbeda .
Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Lavoisier juga menemukan peranan gas oksigen
dalam reaksi-reaksi pembakaran. Massa gas oksigen yang bereaksi dalam reaksi pembakaran
juga perlu diperhitungkan. Gas-gas yang terlibat dalam suatu reaksi kimia sebagai pereaksi
ataupun hasil reaksi juga memiliki massa yang harus ikut diperhitungkan dalam pengamatan
kuantitatif setiap reaksi dalam eksperimen kimia.
Pada eksperimen reaksi pemanasan 572,4 g calx merkuri (HgO) menghasilkan 530 g logam
merkuri (Hg) dan 42,4 g gas oksigen (O2), terlihat bahwa total massa zat sebelum reaksi
(572,4 g) sama dengan total massa zat setelah reaksi (530 g + 42,4 g). Hal ini sesuai dengan
hukum kekekalan massa, di mana pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa.

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)


Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust menemukan bahwa: “Perbandingan massa unsur-
unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap”. Suatu senyawa yang sama meskipun
dihasilkan dari reaksi kimia yang berbeda juga akan memiliki komposisi unsur yang sama .
Pada eksperimen reaksi unsur hidrogen (H2) dengan unsur oksigen (O2) membentuk senyawa
air (H2O), diperoleh bahwa perbandingan massa hidrogen dengan massa oksigen yang
bereaksi selalu tetap, yakni 1 : 8.

massa oksigen massa H2 : massa


massa hidrogen yang massa air massa pereaksi O2
yang direaksikan yang terbentuk yang tersisa yang bereaksi
direaksikan
1g 8g 9g − 1:8
1g 9g 9g 1 g oksigen 1 : (9 – 1) = 1 : 8
2g 8g 9g 1 g hidrogen (2 − 1) : 8 = 1 : 8
2g 16 g 18 g − 2 : 16 = 1 : 8
(5 – 2) : 24 = 1
5g 24 g 27 g 2 g hidrogen :8

3.Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)


Senyawa merupakan zat yang terbentuk dari gabungan dua atau lebih unsur berbeda
dengan komposisi tertentu dan tetap. Gabungan dari dua unsur berbeda memungkinkan
dibentuknya beberapa senyawa yang berbeda komposisi masing-masing unsurnya. Misalnya,
unsur karbon (C) dan unsur oksigen (O) dapat bergabung membentuk senyawa CO dan CO 2.
John Dalton mengamati adanya suatu pola keteraturan terkait dengan perbandingan unsur
dalam senyawa-senyawa tersebut. Pola keteraturan tersebut kemudian dirumuskan sebagai
Hukum Kelipatan Perbandingan yang berbunyi: “Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari
satu senyawa dan jika massa salah satu unsur tersebut dalam senyawa-senyawa tersebut
adalah sama, maka perbandingan massa unsur yang lain dalam senyawa-senyawa tersebut
merupakan bilangan bulat dan sederhana”.
Sebagai contoh, unsur belerang dan unsur oksigen dapat membentuk dua jenis senyawa.
Komposisi senyawa I adalah 50% belerang dan 50% oksigen. Komposisi senyawa II adalah
40% belerang dan 60% oksigen.

perbandingan
massa
massa massa belerang : oksigen
senyawa belerang massa oksigen
senyawa
I 100 g 50 g 50 g 50 : 50 = 1 : 1
senyawa
II 100 g 40 g 60 g 40 60 = 1 : 1,5

Jika dimisalkan masing-masing terdapat 100 g senyawa I dan senyawa II, terlihat bahwa
perbandingan massa belerang dengan massa oksigen pada senyawa I dan senyawa II
berturut-turut adalah 1 : 1 dan 1 : 1,5. Bila massa belerang dalam senyawa I dan senyawa II
adalah sama, misalnya sama-sama sebanyak 1 g, maka perbandingan massa oksigen dalam
senyawa I dengan senyawa II adalah 1 g : 1,5 g atau sama dengan 2 : 3. Nilai perbandingan
massa unsur oksigen dalam senyawa I dengan senyawa II ketika massa unsur belerang dalam
senyawa I dan senyawa II sama tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut memenuhi Hukum Kelipatan Perbandingan.

4. Hukum Perbandingan Volum (Hukum Gay-Lussac)

Berdasarkan hasil eksperimen terhadap berbagai reaksi kimia dari gas-gas, Joseph Louis Gay-
Lussac menyimpulkan bahwa: “Pada suhu dan tekanan yang sama, volum gas-gas yang
bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.
Ia menemukan bahwa jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, untuk setiap dua
satuan volum gas hidrogen (H2) yang bereaksi dengan satu satuan volum gas oksigen (O 2)
akan menghasilkan dua satuan volum uap air (H 2O). Hasil ini menunjukkan bahwa
perbandingan volum gas hidrogen : oksigen : uap air adalah 2 : 1 : 2 yang merupakan
bilangan bulat dan sederhana. Namun, hukum perbandingan volum tersebut hanya berlaku
untuk reaksi-reaksi dalam wujud gas saja.

5. Hipotesis Avogadro (Hukum Avogadro)

Hasil eksperimen Gay-Lussac tentang perbandingan volum gas sebagai bilangan bulat
sederhana tidak dapat dijelaskan dengan teori atom Dalton. Dalton gagal menjelaskan
perbandingan volum gas hidrogen dan gas oksigen yang menghasilkan uap air adalah 2 : 1 :
2. Menurut teori atom Dalton, perbandingan volum gas hidrogen : oksigen : uap air
seharusnya 1 : 1 : 1. Hal ini dikarenakan asumsi Dalton bahwa partikel unsur selalu berupa
atom tunggal (monoatomik).
Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menyatakan bahwa partikel unsur tidak harus selalu
berupa atom tunggal (monoatomik), tetapi dapat berupa dua atom (diatomik) atau lebih
(poliatomik). Partikel unsur yang terdiri dari dua atom atau lebih tersebut disebutnya
sebagai molekul unsur. Berdasarkan hal tersebut, Avogadro mengajukan suatu hipotesis
yang dikenal dengan Hipotesis Avogadro (kadang disebut juga Hukum Avogadro), yang
berbunyi: “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumnya sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula”. Jadi, perbandingan volum gas-gas akan sama
dengan perbandingan jumlah molekul gas-gas tersebut. Dengan kata lain, nilai perbandingan
volum gas-gas yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksi masing-masing gas
dalam persamaan reaksi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut.

Contoh Soal Hukum Dasar Kimia dan Pembahasan


Sebanyak 50 mL (100°C, 1 atm) gas dinitrogen pentaoksida terurai menjadi 100 mL (100°C, 1 atm)
gas nitrogen dioksida dan 25 mL (100°C, 1 atm) gas oksigen.

a. Apakah hasil percobaan tersebut memenuhi hukum perbandingan volum?


b. Berapa banyak gas nitrogen dioksida dan oksigen yang dapat dihasilkan jika 0,4 L (100°C, 1 atm)
gas dinitrogen pentaoksida terurai?

Pembahasan:

a. Perbandingan volum gas-gas yang terlibat dalam reaksi

gas dinitrogen pentaoksida → gas nitrogen dioksida + gas oksigen


50 mL : 100 mL : 25 mL
2 : 4 : 1

Ya, memenuhi hukum perbandingan volum, karena nilai perbandingan volum gas-gas tersebut
bilangan bulat dan sederhana.

b. Perbandingan volum gas dinitrogen pentaoksida : gas nitrogen dioksida : gas oksigen = 2 : 4 : 1

untuk 0,4 L gas dinitrogen pentaoksida yang terurai akan dihasilkan:


volum gas nitrogen dioksida .

volum gas oksigen .

SOAL

1. Sejumlah logam besi dipijarkan dengan 3,2 gram belerang menghasilkan 8,8 gram
senyawa besi(II) sulfida. Berapa gram logam besi yang telah bereaksi?

2. Sebanyak 18 gram glukosa dibakar dengan oksigen menghasilkan 26,4 gram gas karbon
dioksida dan 10,8 gram uap air. Berapa gram oksigen yang telah bereaksi pada
pembakaran tersebut?

3. Serbuk magnesium yang massanya 3 gram tepat habis bereaksi dengan sejumlah serbuk
belerang menghasilkan senyawa magnesium sulfida yang massanya 7 gram. Tentukan
massa serbuk belerang yang telah bereaksi!

4. Kristal iodin yang massanya 10 gram direaksikan dengan 10 gram gas hidrogen. Setelah
bereaksi, ternyata didapatkan 2,5 gram gas hidrogen iodida. Tentukan massa zat yang
tidak bereaksi!

5. Di dalam senyawa CaS, perbandingan massa Ca : S = 5 : 4. Jika 10 gram kalsium


direaksikan dengan 9 gram serbuk belerang, maka massa CaS yang dihasilkan sebanyak?

6. Jika di dalam senyawa FeS perbandingan massa Fe : S = 7 : 4, maka untuk menghasilkan


4,4 gram senyawa FeS diperlukan Fe dan S berturut-turut sebanyak!

7. Perbandingan massa unsur magnesium dan oksigen di dalam senyawa magnesium


oksida (MgO) adalah 3:2. Jika 6 gram magnesium direaksikan dengan oksigen untuk
membentuk senyawa magnesium oksida, berapa gram oksida yang diperlukan dan
berapa gram magnesium oksida yang dihasilkan?

8. Bila logam magnesium dibakar dengan gas oksigen akan diperoleh senyawa magnesium
oksida. Hasil percobaan tertera pada tabel berikut:

Apakah data pada tabel menunjukkan berlakunya hukum perbandingan tetap (Proust)? Jika berlaku,
berapa perbandingan massa magnesium dan oksigen di dalam senyawa magnesium oksida.
9. Senyawa besi sulfida tersusun dari unsur besi (Fe) dan unsur belerang (S) dengan
perbandingan massa Fe : S = 7 : 4. Bila 15 gram besi dan 2 gram belerang dibentuk
menjadi senyawa besi sulfida, berapa gram massa besi sulfida yang dapat terjadi?

Anda mungkin juga menyukai