A. Kompetensi inti / KI
Kompetensi sikap spiritual yaitu: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sedangkan rumusan kompetensi sikap social yaitu: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
C. Materi Pelajaran
Dalam mempelajari kimia, kita akan dipertemukan dengan istilah Stoikimetri yakni sebuah
cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat – zat kimia dan
reaksi – reaksinya.
Nah untuk kali ini membahas tentang hubungan kuantitatif unsur-unsur dalam senyawa dan pada
persamaan reaksi kimia yang terdiri dari :
perbandingan
massa
massa massa belerang : oksigen
senyawa belerang massa oksigen
senyawa
I 100 g 50 g 50 g 50 : 50 = 1 : 1
senyawa
II 100 g 40 g 60 g 40 60 = 1 : 1,5
Jika dimisalkan masing-masing terdapat 100 g senyawa I dan senyawa II, terlihat bahwa
perbandingan massa belerang dengan massa oksigen pada senyawa I dan senyawa II
berturut-turut adalah 1 : 1 dan 1 : 1,5. Bila massa belerang dalam senyawa I dan senyawa II
adalah sama, misalnya sama-sama sebanyak 1 g, maka perbandingan massa oksigen dalam
senyawa I dengan senyawa II adalah 1 g : 1,5 g atau sama dengan 2 : 3. Nilai perbandingan
massa unsur oksigen dalam senyawa I dengan senyawa II ketika massa unsur belerang dalam
senyawa I dan senyawa II sama tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut memenuhi Hukum Kelipatan Perbandingan.
Berdasarkan hasil eksperimen terhadap berbagai reaksi kimia dari gas-gas, Joseph Louis Gay-
Lussac menyimpulkan bahwa: “Pada suhu dan tekanan yang sama, volum gas-gas yang
bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.
Ia menemukan bahwa jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, untuk setiap dua
satuan volum gas hidrogen (H2) yang bereaksi dengan satu satuan volum gas oksigen (O 2)
akan menghasilkan dua satuan volum uap air (H 2O). Hasil ini menunjukkan bahwa
perbandingan volum gas hidrogen : oksigen : uap air adalah 2 : 1 : 2 yang merupakan
bilangan bulat dan sederhana. Namun, hukum perbandingan volum tersebut hanya berlaku
untuk reaksi-reaksi dalam wujud gas saja.
Hasil eksperimen Gay-Lussac tentang perbandingan volum gas sebagai bilangan bulat
sederhana tidak dapat dijelaskan dengan teori atom Dalton. Dalton gagal menjelaskan
perbandingan volum gas hidrogen dan gas oksigen yang menghasilkan uap air adalah 2 : 1 :
2. Menurut teori atom Dalton, perbandingan volum gas hidrogen : oksigen : uap air
seharusnya 1 : 1 : 1. Hal ini dikarenakan asumsi Dalton bahwa partikel unsur selalu berupa
atom tunggal (monoatomik).
Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menyatakan bahwa partikel unsur tidak harus selalu
berupa atom tunggal (monoatomik), tetapi dapat berupa dua atom (diatomik) atau lebih
(poliatomik). Partikel unsur yang terdiri dari dua atom atau lebih tersebut disebutnya
sebagai molekul unsur. Berdasarkan hal tersebut, Avogadro mengajukan suatu hipotesis
yang dikenal dengan Hipotesis Avogadro (kadang disebut juga Hukum Avogadro), yang
berbunyi: “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumnya sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula”. Jadi, perbandingan volum gas-gas akan sama
dengan perbandingan jumlah molekul gas-gas tersebut. Dengan kata lain, nilai perbandingan
volum gas-gas yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksi masing-masing gas
dalam persamaan reaksi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut.
Pembahasan:
Ya, memenuhi hukum perbandingan volum, karena nilai perbandingan volum gas-gas tersebut
bilangan bulat dan sederhana.
b. Perbandingan volum gas dinitrogen pentaoksida : gas nitrogen dioksida : gas oksigen = 2 : 4 : 1
SOAL
1. Sejumlah logam besi dipijarkan dengan 3,2 gram belerang menghasilkan 8,8 gram
senyawa besi(II) sulfida. Berapa gram logam besi yang telah bereaksi?
2. Sebanyak 18 gram glukosa dibakar dengan oksigen menghasilkan 26,4 gram gas karbon
dioksida dan 10,8 gram uap air. Berapa gram oksigen yang telah bereaksi pada
pembakaran tersebut?
3. Serbuk magnesium yang massanya 3 gram tepat habis bereaksi dengan sejumlah serbuk
belerang menghasilkan senyawa magnesium sulfida yang massanya 7 gram. Tentukan
massa serbuk belerang yang telah bereaksi!
4. Kristal iodin yang massanya 10 gram direaksikan dengan 10 gram gas hidrogen. Setelah
bereaksi, ternyata didapatkan 2,5 gram gas hidrogen iodida. Tentukan massa zat yang
tidak bereaksi!
8. Bila logam magnesium dibakar dengan gas oksigen akan diperoleh senyawa magnesium
oksida. Hasil percobaan tertera pada tabel berikut:
Apakah data pada tabel menunjukkan berlakunya hukum perbandingan tetap (Proust)? Jika berlaku,
berapa perbandingan massa magnesium dan oksigen di dalam senyawa magnesium oksida.
9. Senyawa besi sulfida tersusun dari unsur besi (Fe) dan unsur belerang (S) dengan
perbandingan massa Fe : S = 7 : 4. Bila 15 gram besi dan 2 gram belerang dibentuk
menjadi senyawa besi sulfida, berapa gram massa besi sulfida yang dapat terjadi?