Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum – hukum dasar ilmu kimia sangat penting di laboratorium, di pabrik, tidak jarang
di rumah dan untuk kebutuhan – kebutuhan lain. Hukum ini meliputi misalnya: berapa massa
zat – zat setelah reaksi dan sebelum reaksi. Hukum – hukum ini menyangkut reaksi – reaksi
kimia dan ini yang menjadi sasaran utama dalam penulisan ini. Perbandingan unsur – unsur
semacam itu juga perlu dibahas karena merupakan hal-hal yang kemudian dipakai dalam
hitungan reaksi. Contoh lain ialah perhitungan yang berkaitan dengan banyaknya gas – berapa
mol gas terdapat dalam gas dengan volume, tekanan dan suhu tertentu.
Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang
dialami materi ini dalam proses alamiah maupun eksperimen yang direncanakan.seperti dalam
semua ilmu pengetahuan alam,orang terus menerus membuat pengamatan dan mengumpulan
fakta yang kemudian dicatat dengan cermat sampai dibuat kesimpulan. Data hasil observasi
yang banyak diringkas menjadi satu pernyataan singkat yang disebut “hukum”. Hukum dan
fakta dijelaskan dengan bantuan hipotesis ataupun suatu teori yang dirancang untuk
menyarankan mengapa atau bagaimana suatu hal dapat terjadi.
Hukum-hukum dasar kimia merupakan hukum-hukum alam yang telah teruji
kebenarannya. Pemahaman dan penerapan hukum-hukum dasar memberikan implikasi akan
pentingnya kejujuran, ketaatan dan ketelitian, karena hukum-hukum alam merupakan kepastian
yang tidak dapat dihindari dan dilawan. Perilaku-perilaku yang menyimpang dari hukum-
hukum alam akanb eakibat negatif dan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan baru.
Kepastian hukum-hukum alam ini merupakan wujud dari kepastian akan hukum-hukum Tuhan
yang berlaku bagi alam semesta dan seisinya, termasuk manusia.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sudah semestinya dengan
tingkat kecerdasan yang dianugerahkan oleh Tuhan, manusia mampu dan pandai menaati serta
mempelajari hukum-hukum Tuhan. Manusia seharusnya tunduk dan patuh dengan ajaran-
ajaran Tuhan agar dapat hidup dengan lebih baik dan dapat mengelola alam dengan sebaik-
baiknya sebagai tempat hidupnya yang penuh anugerah dan keberkahan. Hukum-hukum Tuhan
tidak pernah salah dan pasti bermanfaat bagi umatNya.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian hukum kekekalan massa, persamaan kimia, hukum
perbandingan tetap, , hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume
hukum kesamaan gas, hukum boyle dan hukum gas ideal
2. Mengetahui sejarah hukum-hukum dasar kimia
3. Mengetahui cara pembuktian hukum – hukum dasar kimia dan persamaan kimia

2
BAB II

PEMBAHASAN

Hukum Dasar Kimia

Hukum dasar kimia meliputi hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap,
hukum perbandingan berganda, hukum penggabungan volume dan juga hukum avogrado,
berikut adalah penjelasan lengkap nya

2.1 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)

Hukum kekekalan massa dikenal juga hukum


Lomonosov-Lavoisier yang merupakan suatu
hukum yang menyatakan massa dari sistem
tertutup akan konstan walaupun terjadi berbagai
macam proses di dalam sistem itu sendiri.
Pernyataan yang umum dipakai guna menyatakan
hukum kekekalan massa yaitu :

Gambar 2.1 Antoine Lavoisier

“Massa mampu berubah bentuk akan tetapi tidak bisa diciptakan ataupun
dimusnahkan”

Suatu proses kimiawi dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama
dengan massa produk.

Hukum kekekalan massa dipakai secara luas seperti:

 kimia
 teknik kimia
 mekanika
 dinamika fluida

3
Berdasarkan relativitas spesial, kekekalan massa merupakan pernyataan dari
kekekalan energi. Massa partikel yang tetap pada suatu sistem ekuivalen dengan energi
momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan bahwasanya terlihat
adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi saat suatu benda berubah menjadi
energi kinetik/energi potensial dan juga sebaliknya.

2.2 Persamaan Kimia

Persamaan kimia merupakan perwakilan teoretis atau tertulis dari apa yang terjadi saat
reaksi kimia berlangsung. Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa tidak ada atom
yang dapat tercipta atau dihancurkan dalam sebuah reaksi kimia sehingga jumlah atom
yang terdapat dalam pereaksi harus menyeimbangkan jumlah atom yang ada dalam produk.

Dalam penulisan persamaan reaksi diperlukan tiga langkah :

 Nama-nama pereaksi dan hasil reaksi ditulis, hasilnya disebut sebuah persamaan
sebutan.
Contoh : Magnesium+Oksigen  Magnesiumoksida

 Sebagai pengganti nama zat dipergunakan rumus-rumus kimia, hasilnya disebut


persamaan kerangka.
Contoh : Mg(s) + O2(g)  MgO(s)

 Persamaan kerangka kemudian di setimbangkan, yang menghasilkan persamaan


kimia.
Contoh : 2Mg(s) + O2(g)  2MgO(s)

2.3 Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

Dalam ilmu kimia, hukum perbandingan tetap atau umum dikenal


dengan hukum Proust yang diambil dari nama kimiawan Perancis
Joseph Proust yaitu hukum hukum yang menyatakan bahwa :

“Suatu senyawa kimia terdiri atas unsur-unsur dengan


perbandingan massa yang selalu sama”

Gambar 2.2 Joseph Louis Proust

4
Dengan istilah lain, setiap sampel pada suatu senyawa mempunyai komposisi unsur yang
tetap. Misalnya, air terdiri atas 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen. Bersama
dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan tetap yaitu
hukum dasar stoikiometri.

Bagaimanakah dengan proses pembentukkan senyawa? Apakah perbandingan zat – zat


yang beraksi juga tetap?perhatikan data pembentukkan senyawa air dari gas hidrogen dan
oksigen pada table berikut.

Tabel. 2.1 Pembentukan senyawa air dari gas hidrogen dan oksigen

Massa unsur – unsur pembentuk


Massa
(gram)
senyawa air
Massa Massa Oksigen
(gram)
Hidrogen
1,0 8,0 9
1,5 12 13,5
2,0 16 18,0
2,5 20 22,5
3,0 24 27,0

Dari data diatas di dapatkan rumus antara lain


𝑦 𝑥 𝐴𝑟 𝐵
Massa B dalam AxBy = 𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑥 𝐵𝑦
𝑀𝑟𝐴𝑥 𝐵𝑦

𝑦 𝑥 𝐴𝑟 𝐵
% B dalam AxBy = 𝑥 % 𝐴𝑥 𝐵𝑦
𝑀𝑟𝐴𝑥 𝐵𝑦

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑍𝑎𝑡
% Zat dalam campuran = 𝑥 100 %
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛

5
2.4 Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)

Dalam ilmu kimia, hukum perbandingan berganda yaitu salah satu


hukum dasar stoikiometri. Hukum ini juga terkadang disebut
hukum Dalton yang diambil dari nama kimiawan Inggris
John Dalton, tetapi biasanya hukum Dalton merujuk kepada
hukum tekanan parsial. Hukum ini menyatakan bahwa :

Gambar 2.3. John Dalton

“Jika dua unsur bereaksi kemudian membentuk dua atau lebih senyawa, maka
perbandingan berat salah satu unsur yang bereaksi dengan berat tertentu dari unsur yang
lain pada kedua senyawa itu selalu merupakan perbandingan bilangan bulat sederhana”

Contohnya karbon bereaksi dengan oksigen dan membentuk karbondioksida (CO2) dan
karbonmonoksida (CO). Jika jumlah karbon yang bereaksi pada masing-masing 1 gram,
maka diamati bahwa pada karbonmonoksida yang terbentuk akan ada 1,33 gram oksigen
dan 2,67 gram oksigen pada karbondioksida.

John Dalton pertama kali mengemukakan pengamatan ini sejak tahun 1803. Beberapa
tahun sebelumnya, kimiawan Perancis sudah mengemukakan hukum perbandingan tetap.
Dalton merumuskan hukum ini berdasarkan pengamatan kepada nilai-nilai perbandingan
Proust. Kedua hukum ini merupakan penemuan yang amat penting untuk menjelaskan
bagaimana senyawa terbentuk dari atom-atom. Kemudian pada tahun yang sama, Dalton
mengajukan teori atom yang menjadi dasar dari konsep rumus kimia dalam senyawa

6
2.5 Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac)

Di awal tahun 1781 Joseph Priestley (1733–1804)


menemukan hidrogen dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk air, kemudian Henry Cavendish (1731–1810)
menemukan volume hidrogen dan oksigen yang bereaksi
mem-bentuk uap air mempunyai perbandingan 2 : 1.
Dilanjutkan William Nicholson dan Anthony
Carlise berhasil menguraikan air menjadi gas hidrogen dan
Gambar 2.4 Gay Lussac

oksigen melalui proses elektrolisis. Ternyata perbandingan volume hidrogen dan


oksigen yang terbentuk 2 : 1.
Pada tahun 1808 Joseph Louis Gay-Lussac (1778–1850) berhasil mengukur volume uap
air yang terbentuk, sehingga diperoleh perbandingan volume hidrogen : oksigen : uap
air = 2 : 1 : 2.
Gas hidrogen + gas oksigen  uap air
2 H2 (g) + O2 (g)  2 H2O (g)

Saat gas bereaksi bersama-sama menjadi gas lain, dan semua volume diukur pada suhu
dan tekanan yang sama. Maka Rumusnya yaitu :

Hukum Gay Lussac

P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2

Perbandingan tersebut berupa bilangan bulat sederhana. Berdasarkan hasil percobaan


ini, Gay-Lussac menyimpulkan bahwa:
Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas
hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.

Hukum penggabungan volume menyatakan bahwa :

“Saat gas bereaksi bersama-sama menjadi gas lain, dan semua volume diukur pada
suhu dan tekanan yang sama”

7
Maka rasio antara volume gas reaktan dengan produk bisa dinyatakan dalam bilangan bulat
yang sederhana. Hukum penggabungan volume gas dipublikasikan Joseph Louis Gay-Lussac
tahun 1808.

2.6 Hipotes Avogadro

Pada tahun 1811 seorang ilmuan dari Italia Amedeo Avogadro


mengemukakan bahwasanya partikel unsur tidak harus berupa
atom yang berdiri senidri akan tetapi dapat juga berupa
gabungan dari beberapa atom yang disebut dengan molekul
unsure.

Gambar 2.5 Avogrado

Avogadro mengemukakan suatu hipotesis sebagai berikut “ Pada suhu dan tekanan yang
sama, semua gas bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama pula.”

Sebagai contoh diasumsikan sebagai berikut apabila saya mempunyai 2 buah tempe dan satu
buah minyak goreng maka yang terbentuk adalah dua buah tempe goreng. Hipotesis ini
menyerupai seperti yang dilakukan oleh Avogadro

Berdasarakan analogi diatas maka Avogadro mengemukakan rumusan tentang hukum


Avogadro seperti berikut ini.

(Jumlah molekul x) / (Jumlah molekul y) = (Volume gas x ) / (volume gas y)

Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas sesuai dengan perbandingan
jumlah molekul dan sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya.

Dari pernyataan diatas maka didapatkan rumus

Volume yang dicari = (koefisien yang dicari) / (koefisien yang diketahui) X volume yang
diketahui

8
Jumlah molekul yg dicari = (koefisien yang dicari) / (koefisien yang diketahui) X Jumlah
molekul yang diketahui

9
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam reaksi kimia, kuantitas zat-zat tetap sama, baik sebelum maupun sesudah terjadinya
reaksi tersebut. Dengan kata lain, hokum ini menyatakan bahwa dalam reaksi kimia, suatu
materi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan.
2. Pebandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap. Setiap sampel suatu
senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap.
3. Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari
unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan
merupakan bilangan mudah dan tetap.
4. Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu macam senyawa maka
perbandingan massa unsur dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat
sederhana.
5. Hukum kesamaan gas yang dikemukakan oleh Amedeo Avogrado menyatakan bahwa
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula

10
DAFTAR PUSTAKA

Angga, Guru. 2019. Hukum Dasar Kimia. https://materibelajar.co.id/hukum-dasar-kimia/#!.


Diakses tanggal 25 Maret 2019.
Arae, IPA. 2017. Materi Kimia Kelas X: Hukum - Hukum Dasar Kimia. https://ipa-area.
blogspot.com/2017/08/materi-kimia-kelas-x-hukum-hukum-dasar- kimia.html.
Diakses tanggal 25 Maret 2019.
Lordzeta. 2013. Hukum – Hukum Dasar Kimia. https://alkafyuone.wordpress.com
/2013/06/08/hukum-hukum-dasar-kimia/. Diakses tanggal 25 Maret 2019.
Nabilla, Jihan. 2019. Dasar-Dasar Ilmu Kimia. https://www.academia.edu/29098298
/dasar2_ilmu_kimia.docx. Diakses tanggal 30 Maret 2019.
Watoni, A.Haris, dkk. 2016. Kimia untuk Siswa SMA Kelas X. Bandung : Yrama Widya.

11

Anda mungkin juga menyukai