Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Larutan yaitu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat

yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solut,

sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan

disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan

dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut

dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut atau solvasi. Larutan yang umum

dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula

dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya

karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam

cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat,

misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu (Kiagus, 2020: 5).

Reaksi kimia melibatkan dua atau lebih pereaksi yang menghasilkan suatu

produk yang memiliki sifat fisik atau kimia yang berbeda dengan pereaksinya.
Secara umum, reaksi kimia dikelompokkan menjadi dua, yaitu reaksi asam-basa

dan reaksi reduksi oksidasi. Reaksi asam-basa melibatkan netralisasi ion H+ dan

OH- (teori Arrhenius), akseptor donor ion proton (H+, teori Bronsted-Lowry),

akseptor-donor pasangan elektron (teori 22 asam-basa Lewis), atau akseptor donor

ion oksida (O2-). Reaksi reduksi oksidasi melibatkan transfer elektron antara

reduktor dan oksidator, serta adanya perubahan bilangan oksidasi

(Anggistina, 2021: 19).

Stoikiometri penentuan suatu perbandingan massa unsur-unsur dalam

senyawa dalam pembentukan senyawanya. Perhitungan kimia secara stoikiometri,


biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Konsep paling fundamental

1
2

dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak

terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika modern

menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi, dan bahwa

energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam

kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting

mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika (Alfian, 2009: 2).

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan percobaan stoikiometri untuk

mengetahui titik stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4, untuk menetukan titik

stoikiometri sistem NaOH dan HCl dan untuk menentukan titik stoikiometri

sistem NaOH dan CuSO.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana titik stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4?

2. Bagaimana titik stoikiometri sistem NaOH dan HCl?

3. Bagaimana titik stoikimetri sistem NaOH dan CuSO4?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4.

2. Untuk menetukan titik stoikiometri sistem NaOH dan HCl.

3. Untuk menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan CuSO4.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Reaksi Kimia
Reaksi kimia adalah suatu proses dimana satu atau lebih reaktan berubah

menjadi satu atau lebih produk. Reaksi kimia bisa terjadi dalam waktu yang

sangat cepat ataupun sangat lambat. Beberapa reaksi kimia terjadi secara spontan

pada suhu dan tekanan normal pada saat terjadi kontak antar reaktan. Sedangkan

beberapa reaksi kimia lainnya hanya dapat terjadi jika mendapat energi eksternal

seperti panas, cahaya, atau listrik (Sulastri, 2017: 98).

Pada persamaan reaksi, rumus untuk reaktan dituliskan di sebelah kiri dan

rumus untuk produk dituliskan di sebelah kanan. Dalam menyeimbangkan suatu

persamaan reaksi kimia, proses penyetimbangan harus dilakukan dengan seksama

sampai jumlah masing-masing atom sebelum reaksi sama dengan jumlah masing-

masing atom sesudah reaksi. Hal ini memerlukan ketelitian, karena ketika suatu

atom dalam suatu senyawa disetimbangkan dapat saja terjadi bahwa atom lain

dalam senyawa tersebut yang semula jumlahnya sudah setimbang, menjadi


berubah jumlahnya, sehingga memerlukan proses penyetimbangan kembali

(Budiwati, 2019: 56).

Menurut Sulastri (2017: 102), reaksi kimia dapat digolongkan ke dalam

beberapa kelompok, yaitu:

1. Reaksi sintesis (kombinasi/pembentukan), yaitu pembentukan senyawa dari

unsur-unsurnya.

2. Reaksi metatesis (pergantian/pertukaran ganda), yaitu reaksi pergantian

suatu ion (atau atom) dalam suatu senyawa dengan ion (atau atom) dari

unsur lain.

3
4

3. Reaksi Pembakaran, yaitu reaksi suatu zat dengan oksigen dan biasanya

ditandai dengan pelepasan panas (kalor).

4. Reaksi dekomposisi, yaitu reaksi penguraian senyawa menjadi komponen-

komponennya.

5. Reaksi Pendesakan (pertukaran tunggal).

6. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) yaitu reaksi yang mengalami perubahan

bilangan oksidasi.

7. Reaksi dalam Larutan.

8. Ada 3 jenis reaksi yang tergolong dalam reaksi yang berlangsung dalam

larutan yaitu rekasi pengendapan, reaksi pembentukan gas dan reaksi

asam-basa.

B. Stoikiometri
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoichieon yang berarti

unsur, dan kata metron yang berarti mengukur. Secara umum stoikiometri

merupakan bidang dalam ilmu kimia yang membahas tentang cara perhitungan

dan pengukuran atau hubungan kuantitatif antara zat–zat yang terlibat dalam
reaksi kimia. Stoikiometri membahas perbandingan zat–zat yang digunakan dalam

reaksi dengan zat–zat yang dihasilkan dari reaksi tersebut dalam sebuah

persamaan reaksi (Sappaile, 2019: 62).

Stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya

dari stoikiometri posisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan

kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam

senyawa dalam pembentukan senyawanya. Perhitungan kimia secara stoikiometri,

biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum
5

alam yang relevan dengan bidang kimia kesetimbangan, termodinamika dan

kinetika (Alfian, 2009: 1-2).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur

dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri,

biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum

alam yang berkaitan dengan bidang kimia (Alvian, 2009: 1). Reaksi kimia

merupakan suatu proses, melibatkan dua atau lebih pereaksi yang menghasilkan

suatu produk yang memiliki sifat fisik atau kimia yang berbeda dengan

pereaksinya. Secara umum, reaksi kimia dikelompokkan menjadi dua, yaitu reaksi

asam-basa dan reaksi reduksioksidasi. Reaksi asam-basa merupakan reaksi kimia

yang melibatkan netralisasi ion H+ dan OH- (teori Arrhenius), akseptor-donor ion

proton (H+, teori Bronsted-Lowry), akseptor-donor pasangan elektron (teori 22

asam-basa Lewis), atau akseptor-donor ion oksida (O2-). Reaksi reduksioksidasi

adalah reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron antara reduktor dan

oksidator, serta adanya perubahan bilangan oksidasi (Anggistina, 2021: 19).

C. Hukum Landasan Stoikiometri


Menurut Sulastri (2017: 62), hasil dari penelitian dengan menggunakan

prinsip-prinsip ilmiah telah melahirkan beberapa hukum dasar yang akan dibahas

berikut:

1. Hukum Kekekalan Massa (Lavoisier, 1774)

Lahirnya hukum kekekalan massa diawali oleh Eisntein yang menyatakan

bahwa massa dapat diubah menjadi energi. Berdasarkan hal tersebut Lavoisier

melakukan penyelidikan untuk mempelajari apakah perubahan materi juga disertai

dengan perubahan massa? Sampai akhirnya ia menemukan bahwa “jumlah zat

sebelum reaksi sama dengan jumlah zat sesudah reaksi atau pada reaksi kimia,

massa zat pereaksi sama dengan massa hasil reaksi”.


6

2. Hukum Perbandingan Tetap (Proust, 1799)

Berdasarkan data percobaan di laboratorium Proust menemukan bahwa

massa unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa itu selalu tetap. Dalam bahasa

lainnya dapat dikatakan bahwa “pada suatu reaksi kimia, massa zat yang bereaksi

dengan sejumlah tertentu zat lain massa yang tetap atau suatu senyawa selalu

terdiri atas unsur-unsur yang sama dengan perbandingan yang tetap”.

3. Hukum Perbandingan Berganda (Dalton -1803)

Senyawai yang paling sederhana biasanya dibentuk dari penggabungan

dua unsur tunggal (senyawa biner), dimana tiap unsur menyumbang satu atomnya

masing-masing. Tetapi banyak juga dijumpai dua macam unsur dapat bergabung

membentuk lebih dari satu macam senyawa dengan komposisi tertentu. Dari hasil

penyelidikan dalton diketahui bahwa “jika dua unsur dapat membentuk lebih dari

satu senyawa, maka perbandingan massa unsur yang satu, yang bersenyawa

dengan unsur lain yang tertentu massanya, merupakan bilangan bulat dan

sederhana”.

4. Hukum Perbandingan Volume (Gay-Lussac, 1805)


Gay Lussac merupakan seorang pakar kimia yang berasal dari Perancis. Ia

melakukan penelitian untuk mengukur volume gas-gas yang bereaksi pada suhu

dan tekanan tetap. Pada percobaannya ia memvariasikan volume dari salah satu

gas ynag dipergunakan sementara yang lainnya dikondisikan berada dalam

volume yang tetap. Dari hasil penyelidikannya ia menemukan bahwa “volume

gas-gas yang bereaksi dan volume gasgas hasil reaksi yang diukur pada suhu dan

tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.

5. Hukum Perbandingan Timbal Balik- Jeremias Benjamin Richter (1792)

Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah ahli kimia Perancis

termasuk sebagai orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar


7

stoikiometri. Dari hasil penelitiannya yang teliti, ia menemukan bahwa “jika dua

unsur A dan B masing-masing bereaksi dengan unsur C yang massanya sama

membentuk AC dan BC, maka perbandingan massa A dan B dalam membentuk

AB adalah sama”.

6. Hipotesis Avogadro (1811)

Amadeo Avogadro merupakan pakar kimia yang berasal dari Italia.

Berdasarkan fakta yang ditemukan oleh Gay-Lussac pada tahun 60 (1811) ia

mengajukan hipotesis barunya saat itu. Hipotesis Avogadro dikenal dengan nama

“teori molekul”. Hipotesis Avogado menyatakan bahwa “gas-gas yang volumenya

sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama maka mengandung jumlah

molekul yang sama”.

7. Hukum Boyle

Hukum Boyle berlaku dalam kondisi suhu gas tetap, gas berada dalam

ruang tertutup, tidak terjadi reaksi kimia dan tidak terjadi perubahan wujud gas.

D. Integrasi Ayat
Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini adalah Q.S Al-Anbiya/ 21:
30 yang berbunyi:

                 

  

Terjemahnya :
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut tafsir Jalayan (Apakah tidak) dapat dibaca Awalam atau Alam

(melihat) mengetahui (orang-orang yang kafir itu, bahwasanya langit dan bumi itu

keduanya dahulu merupakan suatu yang padu) bersatu (kemudian Kami pisahkan)
8

kami jadikan langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu

dibuka sehingga dapat menurunkan hujan yang sebelumnya tidak dapat

menurunkan hujan. Kami buka pula bumi itu sehingga dapat menumbuhkan

tetumbuhan, yang sebelumnya tidak dapat menumbuhkannya. (Dan daripada air

Kami jadikan) air yang turun dari langit dan yang keluar dari mata air di bumi

(segala sesuatu yang hidup) tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya, maksudnya airlah

penyebab bagi kehidupannya. (Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?)

kepada keesaan-Ku

Hubungan dengan percobaan ini bahwa air adalah pelarut yang

mengagumkan, senyawa yang sangat mantap dan sumber energi yang dahsyat. Air

memiliki sifat harus bersatu dengan sesamanya. Air juga memiliki suatu larutan

berawal dari dua zat yang berbeda kemudian disatukan (Abidin, 2017: 44). Zat

yang berbeda tersebut berasal dari zat yang padu setelah dijadikan larutan tiap

molekul akan mengikat molekul lain sebagai pelarutnya, hal ini sesuai dengan

persamaan kimianya. Pembuatan pereaksi dikenal dengan istilah konsentrasi.


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilakukan pada hari Selasa, 06 Desember 2022 pukul

13.00-16.00 WITA di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah termometer 180 C, gelas

kimia 200 mL, tabung reaksi, pipet tetes dan rak tabung.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam klorida (HCl) 1 M,

natrium hidroksida (NaOH) 1 M, asam sulfat (H2SO4) 1 M, tembaga II sulfat

(CuSO4) 1 M dan tisu.

C. Prosedur Kerja
1. Stoikiometri Sistem NaOH-H2SO4

Menyiapkan 10 tabung reaksi dan memberi label, memasukkan larutan

NaOH 1 M kedalam 5 tabung reaksi dengan volume berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5

mL serta pada tabung 5 reaksi lain memasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL

larutan H2SO4 1 M. Selanjutnya mengukur temperature pada masing-masing

larutan dan diambil harga rata-rata (TM). Kemudian kedua larutan dicampur,

mencatat dan mengamati perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran

larutan sebagai temperature akhir (TA). Selanjutnya membuat grafik.

9
10

2. Stoikiometri Sistem NaOH-HC1

Menyiapkan 10 tabung reaksi dan memberi label, memasukkan larutan

NaOH 1 M kedalam 5 tabung reaksi dengan volume berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5

mL serta pada tabung 5 reaksi lain memasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL

larutan HC1 1 M. Selanjutnya mengukur temperature pada masing-masing larutan

dan diambil harga rata-rata (TM). Kemudian kedua larutan dicampur, mencatat

dan mengamati perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran larutan

sebagai temperature akhir (TA). Selanjutnya membuat grafik.

3. Stoikiometri Sistem NaOH-CuSO4

Menyiapkan 10 tabung reaksi dan memberi label, memasukkan larutan

NaOH 1 M kedalam 4 tabung reaksi dengan volume berturut-turut 1, 2, 3 dan 4

mL serta pada tabung 4 reaksi lain memasukkan berturut-turut 1, 2, 3 dan 4 mL

larutan CuSO4 1 M. Selanjutnya mengukur temperature pada masing-masing

larutan dan diambil harga rata-rata (TM). Kemudian kedua larutan dicampur,

mencatat dan mengamati perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran

larutan sebagai temperature akhir (TA). Selanjutnya membuat grafik.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel pengamatan

Tabel 4.1 Penetapan Titik Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl

Volume (mL) Suhu Awal TM TA

NaOH HCl NaOH HCl

5 1 30 32 31 33 2

4 2 30 32 31 34 3

3 3 30 32 31 33 2

2 4 30 32 31 32 1

1 5 30 32 31 32 1

Tabel 4.2 Penetapan Titik Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4

Volume (mL) Suhu Awal TM TA

NaOH HCl NaOH HCl

5 1 30 31 30,5 31 0,5

4 2 30 31 30,5 31 0,5

3 3 30 31 30,5 31 0,5

2 4 30 31 30,5 32 1,5

1 5 30 31 30,5 32 1,5

11
12

Tabel 4.3 Penetapan Titik Stoikiometri Sistem NaOH dan CuSO4

Volume (mL) Suhu Awal TM TA

NaOH HCl NaOH HCl

1 4 30 31 30,5 31 0,5

2 3 30 31 30,5 32 1,5

3 2 30 31 30,5 32 1,5

4 1 30 31 30,5 32 1,5

B. Reaksi
1. Reaksi natrium hidroksida (NaOH) dan asam sulfat (H2SO4)

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

2. Reaksi natrium hidroksida (NaOH) dan asam Klorida (HC1)

NaOH + HC1 NaC1 + H2O

3. Reaksi natrium hidroksida (NaOH) dan tembaga(II) sulfat (CuSO4)

2NaOH + CuSO4 Na2SO4 + Cu(OH)2

C. Analisis data

1. Larutan NaOH + H2SO4

a. NaOH 5 mL dan H2SO41 mL

Diketahui: TM = 31

TA = 33

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 33-31

=2

b. NaOH 4 mL dan H2SO4 2 mL

Diketahui: TM = 31
13

TA = 34

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 34-31

=3

c. NaOH 3 mL dan H2SO4 3 mL

Diketahui: TM = 31

TA = 33

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 33-31

=2

d. NaOH 2 mL dan H2SO4 4 mL

Diketahui: TM = 31
TA = 32

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 32-31

=1

e. NaOH 1 mL dan H2SO4 5 mL

Diketahui: TM = 31

TA = 32

Ditanyakan: ….?
14

Penyelesaian:

= TA - TM

= 32-31

=1

2. Larutan NaOH + HCl

a. NaOH 5 mL dan HCl 1 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 31

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 31-30,5

= 0,5

b. NaOH 4 mL dan HCl 2 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 31

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 31-30,5

= 0,5

c. NaOH 3 mL dan HCl 3 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 31

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:
15

= TA - TM

= 31-30,5

= 0,5

d. NaOH 2 mL dan HCl 4 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 32

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 32-30,5

= 1,5

e. NaOH 1 mL dan HCl 5 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 32

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 32-30,5

= 1,5

3. Larutan NaOH + CuSO4

a. NaOH 1 mL dan CuSO4 4 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 31

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM
16

= 31-30,5

= 0,5

b. NaOH 2 mL dan CuSO4 3 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 32

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 32-30,5

= 1,5

c. NaOH 3 mL dan CuSO4 2 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 32

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 32-30,5

= 1,5

d. NaOH 4 mL dan CuSO4 1 mL

Diketahui: TM = 30,5

TA = 32

Ditanyakan: ….?

Penyelesaian:

= TA - TM

= 32-30,5

= 1,5
17

D. Grafik

7
6
5
∆𝑇 (° C )

4
3 ∆T (°C)
2
Linear (∆T (°C))
1
0
0 2 4 6
Volume (mL)

Grafik 1: Grafik titik stoikiometri NaOH + H2SO4

3
∆𝑇 (° C)

2
∆T (°C)
1 Linear (∆T (°C))
0
0 2 4 6
Volume (mL)

Grafik 2: Grafik Titik Stoikiomerti NaOH + HCl

2,1

2
∆𝑇 (° C

1,9
∆T (°C)
1,8
Linear (∆T (°C))
1,7
0 2 4 6
Volume (mL)

Grafik 3: Grafik titik stoikiometri NaOH + CuSO4


18

E. Pembahasan

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan

dalam reaksi kimia. Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang

menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Reaksi dikatakan

termasuk reaksi stoikiometri apabila reaktan dalam reaksi habis seluruhnya

(Sudirman. 2021: 2). Alat-alat yang digunakan yaitu pipet tetes berfungsi untuk

mengambil larutan dari wadah ke tabung reaksi, rak tabung berfungsi untuk

menyimpan tabung reaksi, tabung reaksi untuk mereaksikan bahan-bahan yang

digunakan, batang pengaduk untuk mempermudah dalam membersihkan tabung


reaksi. Fungsi perlakuan pada praktikum kali ini adalah pengukuran suhu

menggunakan termometer untuk mengetahui suhu masing-masing larutan maupun

suhu dari campuran hasil kedua larutan tersebut. Kemudian fungsi diukur suhu

larutan untuk melihat pengaruh volume larutan terhadap suhu larutan tersebut

fungsi pengukuran suhu campuran ini juga berfungsi untuk menentukan titik

maksimum dan titik minimum suatu larutan.

Hasil dari percobaan ini diperoleh data penetapan titik stoikiometri sistem
NaOH dan H2SO4 rata-rata suhu awal dari masing-masing senyawa 30°C dan

32°C dan rata-rata perubahan suhu dari pencampuran kedua senyawa 1,8°C.

Penetapan titik stoikiometri sistem NaOH dan HCl rata-rata suhu awal dari

masing-masing senyawa 30°C dan 31°C, rata-rata suhu akhir dari pencampuran

kedua senyawa 0,5°C. Penetapan titik stoikiometri sistem NaOH dan CuSO4

rata-rata suhu awal dari masing-masing senyawa 30°C dan 31°C, rata-rata suhu

akhir dari pencampuran kedua senyawa 1,25°C. Pada percobaan penetapan titik

stoikiometri sistem NaOH dengan CuSO4 larutan menghasilkan endapan.

Stoikiometri pada praktikum kali ini adalah suatu perhitungan kimia yang
menyangkut tentang hubungan kuantitatif antara zat yang terlibat dalam reaksi
19

yang dilakukan titik dalam reaksi stoikiometri sendiri reaksi yang berada di dalam

reaksi kimia tersebut harus habis bereaksi dalam reaksi kimia tersebut sehingga

tidak ada mol sisa dalam reaksi tersebut atau tidak adanya pereaksi pembatas.

Prinsip percobaan pada stoikiometri ini adalah pada saat terjadi reaksi

stoikiometri, maka suhu dari campuran tersebut akan mencapai titik maksimum

karena pengaruh volume terhadap suhu campuran yaitu jika perbandingan antara

volume asam dan basa adalah sama, maka reaksi tersebut akan mencapai titik

maksimum, sedangkan reaksi kimia ini akan mencapai titik minimum apabila

ketika terdapat Perbandingan volume dari salah satu larutan yang lebih banyak
dibandingkan dengan larutan yang lain. prinsip percobaan dari percobaan adalah

berdasarkan metode variasi kontinu yaitu sederet pengamatan dengan jumlah tiap

reaksinya diubah-ubah tetapi jumlah totalnya tetap.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4 dengan cara

menyetarakan reaksinya yaitu 2NaOH+H₂SO₄→Na₂SO₄+2H₂O dan

mengubahnya menjadi satuan mol.

2. Menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan CuSO 4 dengan cara

menyetarakan reaksinya yaitu 2NaOH+CuSO4→Na2SO4+ Cuo + H2O dan

mengubahnya menjadi satuan mol.

3. Menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan HCI dengan cara

menyetarakan reaksinya yaitu NaOH+HCl→NaCl+H₂O dan

mengubahnya menjadi satuan mol.

B. Saran
Saran untuk percobaan berikutnya, sebaiknya dilakukan percobaan
menggunakan senyawa basa lainnya seperti magnesium hidroksida (Mg(OH)2)

agar kita dapat melihat reaksi pengendapan lainnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. "Integrasi islam dengan fisika dan kimia." Al-Afkar: Keislaman &
Peradaban 5, no. 2 (2017): h 30-49.
Alfian, Zul. Kimia Dasar. Medan. USU press. 2009.
Anggistina, Widiya. Pengembangan Modul Praktikum Kimia Stoikiometri
Berbasis Lingkungan Di Sma N 4 Kaur. Diss. UIN Fatmawati Sukarno,
2021.
Budiwati, Rini. General Chemistry, Bandung: USU press. 2019.
Kiagus dan Netty. Kimia Fisika II.Palembang: Rafa Press UIN Raden Fatah,
2020.
Sappaile, Nursiah. "Hubungan Pemahaman Konsep Perbandingan dengan Hasil
Belajar Kimia Materi Stoikiometri." Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP
Kusuma Negara 10, no. 2 (2019): h 58-71.
Sudirman, Sudirman. "Identifikasi Pemahaman Materi Stoikiometri pada
Mahasiswa Baru Pendidikan Kimia FKIP Undana." Beta Kimia 1, no 1
(2021): h 1-6.
Sulastri dan Ratu. Buku Ajar-Kimia Dasar I. Aceh: Syiah Kuala University Press,
2017.
LAMPIRAN I

SKEMA KERJA

1. Stoikiometri Sistem NaOH-H2SO4

NaOH-H2SO4

- Dimasukkan larutan NaOH 1 M dan H2SO4 1 M kedalam

masing-masing 5 tabung reaksi dengan volume 1, 2, 3, 4 dan 5 mL

- Mengukur temperatur pada masing-masing larutan dan diambil

harga rata-rata (TM)

- Mencampurkan kedua larutan dan mengukur temperatur kembali

- Mencatat dan mengamati perubahan temperatur yang terjadi

sebagai temperatur akhir (TA)

Hasil

2. Stoikiometri Sistem NaOH-HC1

NaOH-HC1

- Dimasukkan larutan NaOH 1 M dan HC1 1 M kedalam

masing-masing 5 tabung reaksi dengan volume 1, 2, 3, 4 dan 5 mL

- Mengukur temperatur pada masing-masing larutan dan diambil

harga rata-rata (TM)

- Mencampurkan kedua larutan dan mengukur temperatur kembali

- Mencatat dan mengamati perubahan temperatur yang terjadi

sebagai temperatur akhir (TA)

Hasil
3. Stoikiometri Sistem NaOH-CuSO4

NaOH-CuSO4

- Dimasukkan larutan NaOH 1 M dan CuSO4 1 M kedalam

masing-masing 4 tabung reaksi dengan volume 1, 2, 3 dan 4 mL

- Mengukur temperatur pada masing-masing larutan dan diambil

harga rata-rata (TM)

- Mencampurkan kedua larutan dan mengukur temperatur kembali

- Mencatat dan mengamati perubahan temperatur yang terjadi


sebagai temperatur akhir (TA)

Hasil

Anda mungkin juga menyukai